TTV
: -
Tekanan darah Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan nilai satuannya mmHg. Tekanan darah normal antara 90/60-130/90 mmHg atau peningkatan sistolik tidak lebih dari 30 mmHg dan peningkatan diastolik tidak lebih dari 15 mmHg dari keadaan normal pasien atau paling sedikit pada pengukuran 2 kali berturut-turut pada selisih 1 jam. Pada kasus placenta previa tekanan darah rendah antara 90/70 mmHg120/80 mmHg karena adanya perdarahan. (Saifudin, 2006)
-
Suhu Untuk mengetahui suhu badan klien kemungkinan demam atau febris yang merupakan gejala adanya infeksi yang berdampak pada kehamilan placenta previa. Suhu diukur dengan menggunakan skala derajat celcius. Suhu normal 36,5-37,5oC. Pada pasien placenta previa suhu tubuh meningkat tidak lebih dari 38 oC. (Saifudin, 2006)
-
Nadi Untuk mengetahui denyut nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit. Denyut nadi normal 60-80x/menit.(Ambarwati dan Wulandari,2009)
-
Pernafasan Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit, respirasi normal yaitu 20-30x/menit. (Ambarwati dan Wulandari,2009)
Berat Badan :
Untuk mengetahui kenaikan berat badan atau penurunan berat badan.
Kenaikan berat badan ibu hamil normal rata-rata antara 6,5 kg sampai 16 kg (Pantiawati dan Saryono, 2010).
1) Pemeriksaan fisik Untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi serta tingkat kenyamanan fisik ibu hamil serta mendeteksi dini adanya komplikasi, informasi dari hasil pemeriksaan fisik dan anamnesa digunakan dalam menentukan diagnosa, mengembangkan rencana, dan pemberian asuhan yang sesuai (Hidayat dan Sujiatini, 2010).
Mata
a. Kepala : Conjungtiva terlihat pucat dan anemis hal ini disebabkan oleh perdarahan
yang banyak (sofian, 2012).
Muka
:
Untuk mengetahui apakah muka oedema atau tidak. Pada pasien
plasenta previa wajah terlihat pucat (Jannah, 2012). Leher
: Untuk mengetahui adanya pembengkakan kelenjar limfe atau
pembengkakan kelenjar tiroid (Rukiyah,dkk.,2009) Mulut : Untuk mengetahui keadaan mulut adakah karies,bersih atau tidak, keadaan bibir kering atau tidak, lidah kering dan kotor atau tidak (Sulistyawati, 2012). Pada ibu hamil dengan Plasenta Previa lidah terlihat kering (Manuaba, 2010). b. Dada/payudara Pada pemeriksaan payudara untuk mengetahui keadaan payudara membesar atau tidak, simetris atau
tidak,
puting
susu
menonjol
atau
tidak,
areola
hiperpigmentasi
atau
tidak.
(Rukiyah,dkk.,2009). Pada pemeriksaan dada untuk mengetahui retraksi dada kanan-kiri saat bernafas sama atau tidak (Nursalam, 2009).
c. Abdomen Untuk mengetahui adanya bentuk perut dan pembesaran perut, adanya strie dan linea, dan luka bekas operasi (Prawirohardjo,2010)
-
d. Genetalia Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uetri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai (Johnson, 2003). Johnson LG, Mueller BA, Daling JR (2003). The relationship of placenta previa and history of induced abortion. Int J Gynaecol Obstet., (81)2: 191-8.
e. Ekstremitas Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, adanya varices, adanya kelainan atau tidak, reflek patella positif atau negatif (Varney, 2007).
2. Pemeriksaan penunjang Merupakan pemeriksaan
lanjutan
yang
dilakukan
setelah
pemeriksaan fisik pada pasien (Nursalam, 2009). Pemeriksaan penunjang meliputi : pemeriksaan laboratorium, USG, EKG. Untuk memastikan bahwa perdarahan yang dialami
oleh ibu adalah
dikarenakan oleh plasenta previa yaitu dengan pemeriksaan
USG,
pemeriksaan
Lab
berupa
dilakukan pemeriksaan
hemoglobin untuk mengetahui kadar Hb (Manuaba, 2010).
2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah (Interpretasi Data Dasar) Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan yang akurat atas data – data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik (Salmah. 2006) Diagnosa:G3P100011, UK 38 Minggu,Janin tunggal hidup,Ibu dengan plasenta previa totalis Masalah : Masalah adalah hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengkajian (Sulistyawati, 2012). Pada kasus plasenta previa ibu merasa cemas dengan kehamilannya (Nursalam, 2009).
DS: Ibu mengatakan ini kehamilannya yang ketiga, kehamilan pertama lahir normal cukup bulan, Kehamilan kedua mengalami abortus dan melakukan kuretase DO:Menurut Saifudin (2006), data obyektif pada kasus plasenta previa meliputi :
a. Keadaan umum ibu sedang b. Tingkat kesadaran composmentis c. Tanda-tanda vital ( tekanan darah menurun, tetapi nadi, respirasi dan suhu meningkat)
d.
Pemeriksaan penunjang menurut Manuaba (2010), meliputi : 1) USG 2) Pemeriksaan Hb
Kebutuhan :
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data (Varney, 2004). Menurut Manuaba (2007), kebutuhan pada ibu hamil dengan plasenta previa adalah : a. Informasi tentang keadaan ibu b. Support mental dari keluarga dan tenaga kesehatan
3.
Identifikasi diagnosa dan masalah potensial Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial/diagnose potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan.Pada langkah ketiga bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnose potensial tidak terjadi .(Megasari,2015). Dari kasus Plasenta Previa didapatkan diagnosa potensial terjadi perdarahan, syok, gawat janin dan kematian (Manuaba, 2008).
4.
Identifikasi kebutuhan segera
Merupakan kerangka pedoman antisipasi terhadap waktu tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya,sesuatu yang dibutuhkan bias berupa penyuluhan , konseling, dan apabila perlu dilakukan rujukan klien.Setiap rencan asuhan harus disetujui kedua belah pihak, yaitu klien dan tenaga kesehatan terkait.Semua keputusan yang dikembangkan juga harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori terkini
serta
sesuai
dengan
asumsi
tentang
apa
yang
akan
dilakukan
klien.
(Megasari,2015).Tindakan segera dalam kasus plasenta previa yaitu kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi asam mefenamat 500 mg, Sulfas Ferosus 60 mg, pemberian infus NaCl/RL, dan lakukan SC (Manuaba, 2008).
5.
Menyusun rencana asuhan/ intervensi Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumya.Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnose yang telah teridentifikasi.Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling, dan apakah perlu meruju klien bila ada masalah yang berkaitan dengan sosio-ekonomi cultural atau masalah psikolog. (Salmah,2006) Rencana asuhan dari diagnosa yang akan diberikan dalam kasus plasenta previa, menurut Prawirohardjo (2010), meliputi:
a.
Observasi keadaan umum dan tanda vital
b.
Observasi DJJ, His dan banyaknya perdarahan.
c.
Beri dukungan psikologi kepada ibu tentang keadaan kehamilannya.
d.
Lakukan kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk pemberian terapi.
e.
Lakukan penanganan secara konservatif atau secara aktif sesuai dengan umur kehamilan.
Kriteria hasil :
6.
Implementasi Pada langkiah ke 6 ini rencana asuhan menyeluruh dilakukan secara aman dan efisien.Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. (Salmah,2006). Pada langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima, mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan bermutu (Rukiah dkk, 2009).
7. Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar sudah terpenuhi sesuai kebutuhan,sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosis dan masalah.Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika benar-benar efektif dalam pelaksanaanya.Langkah-langkah proses penatalaksanaan umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang memengaruhi tindakan,serta berorientasi pada proses klinis, karena proses penatalaksanaan tersebut berlangsung didalam situasi klinik dan dua kangkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik. (Salmah,2006) . Pada kasus plasenta, maka hal-hal yang perlu dievaluasi antara lain tanda-tanda vital dan jumlah perdarahan serta DJJ dan His (Saifuddin, 2006).
Menurut Varney (2007), sistem pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP, yaitu : a. S (Subyektif) Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah I Varney. b. O (Objektif) Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney. c. A (Asessment) d. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi : - Diagnosa Kebidanan - Diagnosa potensial
-
Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah II, III, IV.
e. P (Planning) Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi, perencanaan berdasarkan assessment sebagai langkah V, VI, VII Varney.