BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan salah satu faktor penyebab kematian dini pada negara berpenghasilan rendah dan menengah. Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) atau 63 % dari seluruh kematian. Salah satu PTM yang yang merupakan penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler (Pusdatin Kemenkes RI, 2014). Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu penyakit degeneratif yang mempunyai angka prevalensi paling tinggi di masyarakat dan berpengaruh terhadap angka kejadian morbiditas dan mortalitas di berbagai negara terutama di negara industri, mengakibatkan lebih kurang 30% kematian di Amerika Serikat (Guyton & Hall, 2007). Menurut WHO tahun 2015 penyakit jantung masih menempati urutan teratas sebagai penyebab utama kematian di dunia, yang mana tercatat dari 56.400.000 kematian di dunia 26.5 % nya di sebabkan oleh penyakit jantung. Salah satu gangguan fungsi jantung disebabkan karena gagal jantung. Congestive Heart Failure (CHF) adalah kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh. Congestive Heart Failure (CHF) terjadi akibat kelainan otot jantung, sehingga jantung tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai alat untuk memompa darah dengan baik. ( Reeves dkk, 2001 dalam Wijaya S.Andra, 2013). Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab dari CHF ini. diantaranya faktor herediter/keturunan, jenis kelamin, usia, pola makan, kebiasaan merokok, obesitas, diabetes mellitus, kurang melakukan aktifitas fisik, serta riwayat hipertensi. Penelitian yang dilakukan terhadap 30 orang responden 50% diantaranya memiliki faktor keturunan CHF dari keluarganya, terdapat 50% responden yang berusia 40-59 tahun, terdapat 97,67% atau hampir seluruhnya responden yang memiliki pola makan yang tidak baik, terdapat 53,3% responden yang memiliki kebiasaan merokok, terdapat 50% responden yang memiliki riwayat DM, terdapat 90 % responden yang tidak berolahraga secara teratur atau memiliki
aktivitas fisik yang kurang, serta terdapat 66,7 % responden yang memiliki riwayat hipertensi (Nurhayati & Nuraini, 2009). Jika dilihat dari faktor jenis kelamin, laki –laki lebih beresiko terkena penyakit CHF ini di bandingkan perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2016) mengatakan bahwa terdapat 60 % atau 36 pasien CHF yang sedang menjalani rawatan sedangkan pasien perempuan sebanyak 40 % atau 27 orang. Menurut Smeltzer & Bare (2013), angka kejadian CHF pada lakilaki lebih tinggi daripada wanita karena adanya hormon estrogen pada wanita dapat melindungi dari penyakit jantung, serta kebiasaan laki-laki yang sering merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol dan beraktivitas berat. Keluhan yang sering di rasakan pada penderita CHF yaitu berupa sesak nafas, batuk, mudah lelah saat beraktifitas ringan, kegelisahan atau kecemasan akibat gangguan oksigenasi, edema pada ekstremitas bawah, anoreksia disertai mual, sering berkemih di malam hari, serta mengalami kelemahan, bahkan sampai mengalami penurunan kesadaran (Kasron, 2012). Angka kejadian penyakit CHF terus mengalami peningkatan, baik di negara maju maupun negara berkembang. Menurut American Heart Association ( AHA ) tahun 2012 dilaporkan bahwa ada sekitar 5,3 juta penduduk Amerika Serikat yang menderita gagal jantung. Sementara itu di Indonesia Prevalensi penyakit gagal jantung berdasarkan pernah didiagnosis dokter sebesar 0,13% atau diperkirakan sekitar 229.696 orang (Riskesdas, 2013). Angka kejadian gagal jantung ini juga bisa dilihat dari berbagai Rumah Sakit besar di Indonesia. Sebagai gambaran, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 2006 di ruang rawat jalan dan inap didapatkan 3,23 % kasus gagal jantung dari total 11.711 pasien. Provinsi yang memiliki prevalensi kasus tertinggi CHF adalah provinsi D.I Yogyakarta dengan persentase 0,25% sementara provinsi Sumatera Barat menempati posisi ketiga dengan angka kejadian sebesar 0,13% atau terdapat sekitar 10.283 orang yang menderita gagal jantung kongestive. Hal diatas menunjukkan gagal jantung congestive merupakan salah satu penyebab angka kesakitan terbanyak. (Pusdatin Kemenkes RI, 2014). Data pencatatan dan pelaporan Rekam Medis dari RSUP Dr. M. Djamil Padang, terdapat 590 pasien CHF yang di rawat di ruangan penyakit dalam pada tahun 2014 dan 409 pasien pada tahun 2015. Sedangkan data
yang didapatkan di ruangan jika dilihat dari profil RSUP Dr. M.Djamil Padang penyakit CHF termasuk 10 penyakit terbanyak rawat inap setelah bronchopneumonia 19.59% di urutan pertama yaitu sebanyak 14.43% serta CHF menempati posisi ketiga dari 10 penyakit terbanyak rawat jalan tahun 2014 atau sekitar 4.657 orang. Dilihat dari banyaknya kasus CHF yang terus meningkat maka peran perawat sangat dibutuhkan untuk penanggulangan penyakit CHF, agar tidak menimbulkan komplikasi yang lebih berat lagi yang dapat memperburuk keadaan penderita. CHF harus ditangani dengan segera karena CHF dapat mengurangi aliran darah ke ginjal yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal, serta CHF dapat meningkatkan resiko stroke dan kematian bila tidak ditangani dengan cepat, karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada CHF dari pada di jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan akan mengembangkan pembekuan darah, maka untuk mengatasi masalah tersebut penting di lakukan asuhan keperawatan yang tepat guna mencegah kematian serta dampak – dampak yang mungkin terjadi (Bararah & Jauhar, 2013). Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik mengangkat CHF sebagai kasus seminar dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny.R dengan CHF ec CAD di IGD RSUD Sanjiwani Gianyar Tanggal 14 Februari 2019”. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Memperoleh gambaran umum tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan CHF. 2. Tujuan Khusus a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan CHF. b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan CHF. c. Membuat rencana tindakan pada pasien dengan CHF. d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan CHF. e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan CHF. C. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan kasus ini adalah deskriptif yaitu metode yang dilakukan dengan mengambil suatu kasus pasien yang sedang dirawat dan memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pada kasus
tersebut yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. D. Sistematika Penulisan Laporan kasus ini disusun dalam 5 bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab 1 pendahuluan yang meliputi : latar belakang penulisan, tujuan penulisan, metode dan sistematika penulisan. Bab 2 menguraikan tentang tinjauan teoritis. Tinjuan teoritis meliputi konsep dasar CHF, dan konsep dasar asuhan keperawatan CHF (pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi). Bab 3 menguraikan tinjauan kasus yang meliputi: pengkajian, diagonasa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Bab 4 berisikan pembahasan yang menguraikan tentang kesenjangan yang terjadi dan solusi yang diambil saat memberikan asuhan keperawatan di lapangan dengan teori yang sesungguhnya dilaksanakan meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab 5 penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.