SKE C 1. Surveilans epidemiologi 2. KLB 3. Perjalanan penyakit 4. K3 (APD, LIMBAH) 5. Penyakit akibat kerja 6. Ukuran edipdemiologi (insiden, prevalensi) 7. penyakit menular 8. Perjalanan alamiah penyakit Identifikasi Masalah 1. Dr. Shaqeela baru bekerja dipuskesmas suka maju yang terletak di desa indah sari, mendapatkan laporan dari petugas surveilans puskemas, bahwa terjadi peningkatan insiden pneumonia pada anak balita pada bulan Agustus 2016 sebesar 20%, sedangkan pada bulan Agustus tahun 2015 insiden pneumonia hanya sebesar 5%. 2. Selain itu desa indah sari merupakan daerah endemis untuk penyakit hepatitis A, diare dan penyakit dermatitis. 3. Desa ini terletak di pinggir sungai dengan jumlah penduduk 10.000 jiwa, di hulu sungai ada sebuah pabrik pengolahan karet. Masyarakat menggunakan air sungai sebagai sumber air minum, cuci dan kakus. 4. Mata pencaharian penduduk sebagaian besar sebagai petani perambah hutan, dan sebagian lagi bekerja sebagai buruh di pabrik pengolahan karet. Umumnya mereka bekerja tanpa menggunakan alat pelindung diri. 5. Dr. Shaqeela berencana melakukan penyeledikan KLB untuk mencegah penularan, memberantas penularan penyakit-penyakit yang endemis di desa indah sari. 2.1 Analisis Masalah 1. Dr. Shaqeela baru bekerja dipuskesmas suka maju yang terletak di desa indah sari, mendapatkan laporan dari petugas surveilans puskemas, bahwa terjadi peningkatan insiden pneumonia pada anak balita pada bulan Agustus 2016 sebesar 20%, sedangkan pada bulan Agustus tahun 2015 insiden pneumonia hanya sebesar 5%. a. Apa tugas dari petugas surveilans puskesmas? Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, peran surveilans puskesmas adalah: 1. Pengumpulan dan Pengolahan Data Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan mengolah data STP Puskesmas harian bersumber dari register rawat jalan & register rawat inap di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, tidak termasuk data dari unit pelayanan bukan puskesmas dan kader kesehatan. 2. Analisis serta Rekomendasi Tindak Lanjut melaksanakan analisis bulanan terhadap penyakit potensial KLB di daerahnya dalam bentuk table menurut desa/kelurahan dan grafik kecenderungan penyakit mingguan, kemudian menginformasikan hasilnya kepada Kepala Puskesmas, sebagai pelaksanaan pemantauan wilayah setempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini penyakit potensial KLB di Puskesmas. Apabila ditemukan adanya kecenderungan
peningkatan jumlah penderita penyakit potensial KLB tertentu, maka Kepala Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi dan menginformasikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 3. Umpan Balik Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik bulanan absensi laporan dan permintaan perbaikan data ke Puskesmas Pembantu di daerah kerjanya. 3. Laporan Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB PWS KLB (terlampir form 3). Setiap bulan, Puskesmas mengirim data STP Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan jenis penyakit dan variabelnya sebagaimana formulir STP. PUS (terlampir form 4). Pada data PWS penyakit potensial KLB dan data STP Puskesmas ini tidak termasuk data unit pelayanan kesehatan bukan puskesmas dan data kader kesehatan Setiap minggu, Unit Pelayanan bukan Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagaimana formulir (terlampir form 3). b. Apa penyebab terjadi peningkatan insiden suatu penyakit? Jawab: Adanya suatu penyakit disebabkan oleh perubahan keseimbangan dari agent, host dan lingkungan. Perubahan tersebut disebabkan oleh adanya : 1. Peningkatan jumlah atau virulensi dari agent 2. Adanya agent penyebab baru atau sebelumnya tidak ada 3. Keadaan yang mempermudah penularan penyakit 4. Perubahan imunitas penduduk terhadap agent yang patologi, lingkungan dan kebiasaan penduduk yang berpeluang untuk terjadi pemaparan c. Apa makna peningkatan insiden penumonia pada agustus 2016 sebesar 20% sedangkan pada agustus 2015 hanya sebesar 5%? Jawab: Makna peningkatan insiden penumonia pada agustus 2016 sebesar 20% sedangkan pada agustus 2015 hanya sebesar 5%Terjadi KLB karena Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya (Permenkes, 2010). d. Apa jenis jenis survei epidemiologi? Jawab: Pendekatan surveilans dapat dibagi menjadi dua jenis: (1) Surveilans pasif; (2) Surveilans aktif (Gordis, 2000). 1. Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. 2. Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala ke lapangan, desadesa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks. e. Berapa target pengobatan yang harus dicapai untuk kasus pneumonia perwilayah kecamatan? Jawab:
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 28/Menkes/SK/IX/2008 Tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota : besaran capaian indikator SPM Pneumonia yang diharapkan sampai dengan tahun 2010 adalah 100%. f. Apa tujuan dari surveilans epidemiologi? Jawab: Menurut KMK no 1116 tentang penyelenggaraan system surveilans epidemiologi (2003), Tujuan dari surveilans epidemiologi adalah tersedianya data dan informasi epidemiologi sebagai dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan dan peningkatan kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa yang cepat dan tepat secara nasional, propinsi dan kabupaten/kota. Tujuan surveilans epidemiologis (WHO, 2002): 1. Memperbaiki dan mendeteksi dini epidemic 2. Memonitor, mengevaluasi dan memperbaiki program pencegahan dan pengendalian penyakit 3. Sebagai sumber informasi untuk penentuan prioritas pengambilan kebijakan, perencanaan,implementasi dan alokasi sumber daya kesehatan. 4. Monitoring kecendrungan penyakit endemis dan mengestimasi dampak penyakit dimasa mendatang. 5. Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut. g. Apa manfaat dari surveilans epidemiologi? Jawab: Manfaat dari surveilans epidemiologi (Nur, 2008): 1. Dapat mendeteksi kecendrungan perubahan kejadian penyakit tertentu 2. Dapat mendeteksi kejadian luar biasa 3. Dapat memberikan perkiraan tentang besarnya morbiditas dan mortalitas 4. Dapat merangsang dan mendorong untuk diadakannya penelitian epidemiologis 5. Dapat mengidentifikasi faktor resiko yang berkaitan dengan kejadina penyakit 6. Dapat memperhitungkan kemungkinan tentang adanya pengaruh upaya penanggulangan kejadian penyakit 7. Dapat memberikan perbaikan dibidang klinis bagi pelanksana kesehatan yang juga merupakan bagian dari unsur pokok sistem surveilans. 2. Selain itu desa indah sari merupakan daerah endemis untuk penyakit hepatitis A, diare dan penyakit dermatitis. a. Apa yang dimaksud dengan penyakit endemis? Jawab: Suatu infeksi dikatakan sebagai endemik pada suatu populasi jika infeksi tersebut berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar. 1. Endemis : penyakit yang menetap pada suatu tempat, populasi dan masyarakat tertentu (minimal 3 tahun berturut-turut) Contohnya : DBD 2. Wabah (Epidemi): terjadi peningkatkan penyakit melebihi normal (2 x lipat sebelumnya) dimasyarakat . Contoh : filariasis
3. Pandemi: epidemi yang terjadi pada daerah yang sangat luas (mendunia) Contoh :H1N1 2009 (Flu babi) 4. Sporadik : kejadian yang berlangsung singkat umumnya berlangsung dibeberapa tempat dan pada waktu pengamatan masing-masing kejadian tidak saling berhubungan misalnya dalam proses penyebaran Contohnya : penyakit NE. b. Bagaimana perjalanan penyakit endemis? Jawab: Riwayat alamiah perjalanan penyakit atau sering disebut sebagai natural history of disease merupakan riwayat alamiah perjalanan penyakit pada manusia yang terdiri atas: 1) Fase Prepatogenesis Pada fase ini mulai terjadi gangguan keseimbangan antara agen penyakit (agent), manusia (host) dan lingkungan. 2) Fase Patogenesis Bila keadaan lingkungan yang menguntungkan agen penyakit berlangsung terus-menerus dalam waktu yang cukup lama, akan timbul gejala dan tanda-tanda klinis. Manusia menjadi sakit yang selanjutnya dapat menjadi sembuh atau penyakit berjalan terus menyebabkan ketidakmampuan, cacat kronis atau kematian. c. Bagaimana pencegahan penyakit endemis? Jawab: Cara pencegahan penyakit tersebut adalah dengan menerapkan konsep five level of prevention: 1) Health Promotion (promosi kesehatan) 2) Spesific Protection (perlindungan khusus) 3) Early Diagnostic and promp treatment (pencegahan dini dan pengobatan segera) 4) Disability limiton (membatasi dan mengurangi terjadinya kecelakaan) 5) Rehabilitation (pemulihan) Periode prepatogenesis Tingkat pencegahan primer Promosi kesehatan (Health Promotion) Perlindungan khusus (Spesific Protection) Periode patogenesis Tingkat pencegahan sekunder Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagnostic and promp treatment) Pembatasan ketidakmampuan (Disability limiton) Tingkat pencegahan tersier Rehabilitasi (Rehabilitation) d. Apa kriteria suatu daerah dikatakan daerah endemis penyakit? Jawab: a. Suatu infeksi dikatakan sebagai endemik pada suatu populasi jika infeksi tersebut berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar.
b. Suatu infeksi penyakit dikatakan sebagai endemik bila setiap orang yang terinfeksi penyakit tersebut menularkannya kepada tepat satu orang lain (secara rata-rata). Bila infeksi tersebut tidak lenyap dan jumlah orang yang terinfeksi tidak bertambah secara eksponensial, suatu infeksi dikatakan berada dalam keadaan tunak endemik (endemic steady state). Suatu infeksi yang dimulai sebagai suatu epidemi pada akhirnya akan lenyap atau mencapai keadaan tunak endemik, bergantung pada sejumlah faktor, termasuk virulensi dan cara penularan penyakit bersangkutan. e. Apa ukuran-ukuran penting dalam epidemiologi? Jawab: 1. Angka/Rate/Purata Rate (Angka) merupakan ukuran yang umum digunakan untuk peristiwa yang akan diukur, biasanya untuk analisis statistik di bidang kesehatan, sebagai hasilnya akan didapatkan ukuran yang objektif dengan mengetahui jumlah bilangan atau angka mutlak suatu kasus atau kematian. 2. Proporsi Proporsi digunakan jika tidak mungkin menghitung angka insidensi, karena itu proporsi tidak dapat menunjukan perkiraan peluang infeksi, kecuali jika banyaknya orang dimana peristiwa dapat terjadi adalah sama pada setiap sub kelompok, tetapi biasanya hal ini tidak terjadi. 3. Rasio Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi perbandingan peristiwa atau orang yang memiliki perbedaan antara suatu kejadian terhadap kejadian lainnya.misalnya rasio orang sakit kanker dibandingkan dengan orang sehat. 3. Desa ini terletak di pinggir sungai dengan jumlah penduduk 10.000 jiwa, di hulu sungai ada sebuah pabrik pengolahan karet. Masyarakat menggunakan air sungai sebagai sumber air minum, cuci dan kakus. a. Apa hubungan lokasi pabrik karet dengan KLB? Jawab: Pabrik karet di hulu sungai
Pencemaran air sungai Desa Sukaria (berada di pinggir sungai) Tidak terdapat pengaruh dari luar Desa Endemis Diare
Kebiasaan perilaku masyarakat menggunakan air sungai untuk mandi, cuci, kakus (MCK)
Diare Penduduk 10.000 jiwa→ padat penduduk (faktor risiko Hepatitis A)
Hygiene kurang
Hepatitis A
Kontaminasi makanan oleh feses (food borne disease)
KLB Hepatitis A
Perilaku/ kebiasaan (Habbit) hygiene personal dan masyarakat buruk serta pencemaran air terus berlangsung
b. Bagaimana kriteria air bersih? Jawab: Kriteria dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping. Kriteria sumber air yang baik: 1) Syarat kualitatif Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air bersih. Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, persyaratan kimia, persyaratan biologis dan persyaratan radiologis. a) Syarat fisik Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25 oC ± 3 oC. b) Syarat kimia Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah: pH, total solid, zat organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat. c) Syarat bakteriologis/mikrobiologis Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau Fecal coli dalam air. d) Syarat radiologis Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma. 2) Syarat kuantitatif Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani. 3) Syarat kontinuitas Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada waktu yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat. (Ketentuan Umum Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990) c. Apa dampak penggunaan air sungai sebagai sumber air minum, cuci dan kakus? Dampak penggunaan air sungai sebagai sumber air utama adalah terjadinya berbagai penyakit menular berbasis lingkungan atau waterbornedisease.
d. Bagaimana pengolahan limbah yang baik agar tidak mencemari lingkungan? Jawab: Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses- proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor finansial. 1. Pengolahan Primer (Primary Treatment) Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan secara fisika. a. Penyaringan (Screening) b. Pengolahan Awal (Pretreatment) c. Pengendapan d. Pengapungan (Floation) 2. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment) Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob. Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif (activated sludge), dan metode kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons). a. Metode Trickling Filter b. Metode Activated Sludge c. Metode Treatment ponds/ Lagoon 3. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment) 4. Desinfeksi (Desinfection) 5. Pengolahan Lumpur (Slude Treatment) e. Penyakit-penyakit apa yang dapat timbul yang berhubungan dengan air? Jawab: 1) Water borne disease adalah penyakit akibat kontaminasi air akibat ekskreta manusia dan mencemari makanan dan minuman, contohnya kolera dan thypoid. 2) Water privation disease adalah penyakit yang terjadi akibat kurangnya air sebagai kebutuhan domestic, contohnya cacingan, penyakit kulit dan mata 3) Water based disease adalah penyakit karena air merupakan habitat intermediate host. Contohnya skistosomiasis 4) Water releated disease adalah penyakit karena air merupakan habitat dari insekta. Contohnya : DBD dan yellow fever 5) Water dispered disease adalah penyakit karena air merupakan media yang disebarkan melalui droplet via air condition system. Contoh: legionela 4. Mata pencaharian penduduk sebagaian besar sebagai petani perambah hutan, dan sebagian lagi bekerja sebagai buruh di pabrik pengolahan karet. Umumnya mereka bekerja tanpa menggunakan alat pelindung diri.
a. Apa yang dimaksud dengan K3? OHSAS singkatan dari Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS 18001) adalah suatu standard internasional untuk menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja/ perusahaan. Prosedur wajib dari K3 terdapat dalam OHSAS 18001 tahun 2007 yaitu : a. Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko b. Prosedur Evaluasi Kesesuaian Terhadap Persyaratan Hukum, Peraturan, Serta Perundang-undangan tentang K3 yang Berlaku c. Prosedur Kompetensi, Pelatihan, dan Kesadaran d. Prosedur Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi e. Prosedur Pengendalian Dokumen f.Prosedur Pengendalian Operasional g. Prosedur Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat h. Prosedur Pengukuran Kinerja dan Pemantauan i. Prosedur Penyelidikan dan Analisis Insiden j. Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Tindakan Pencegahan k. Pengendalian Catatan / Rekaman l. Prosedur Audit Internal b. Apa manfaat dan tujuan dari K3? Manfaat Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri Manfaat alat pelindung diri adalah untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Tujuan Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah : 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan. 2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. 3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan. 4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian kejadian lain yang berbahaya. 5. Memberi pertolongan pada kecelakaan. 6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja. 7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, 8. kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran. 9. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan. 10. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. 11. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik. 12. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. 13. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban. 14. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya. 15. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang. 16. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
17. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang. 18. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya. c. Apa standar sistem K3 pada pekerja pabrik? Jawab: Pada undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 87. 1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. 2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pada peraturan pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pasal 10-13. d. Apa yang dimaksud penyakit akibat kerja? Jawab: Penyakit kerja adalah kondisi abnormal atau penyakit yang disebabkan oleh kerentanan terhadap faktor lingkungan yang terkait dengan pekerjaan. Hal ini meliputi penyakit akut dan kronis yang disebakan oleh pernafasan, penyerapan, pencernaan, atau kontak langsung dengan bahan kimia beracun atau pengantar yang berbahaya (Dessler, 2007). Menurut Bennet Silalahi (1995) perusahaan mengenal dua kategori penyakit yang diderita tenaga kerja, yaitu: a. Penyakit umum Merupakan penyakit yang mungkin dapat diderita oleh semua orang, dan hal ini adalah tanggung jawab semua anggota masyarakat, karena itu harus melakukan pemeriksaan sebelum masuk kerja. b. Penyakit akibat kerja Dapat timbul setelah karyawan yang tadinya terbukti sehat memulai pekerjaannya. Faktor penyebab bisa terjadi dari golongan fisik, golongan kimia, golongan biologis, golongan fisiologis dan golongan psikologis. e. Apa faktor-faktor yang menyebabkan penyebab penyakit akibat kerja? Jawab: 1) Faktor Fisik Suara tinggi/bising : menyebabkan ketulian. Temperatur/suhu tinggi : menyebabkan Hyperpireksi, Milliaria, heat Cramp, Heat Exhaustion, Heat Stroke. Radiasi sinar elektromagnetik : infra merah menyebabkan katarak, ultraviolet menyebabkan konjungtivitis,radioaktrif/alfa/beta/gama/X menyebabkan gangguan terhadap sel tubuh manusia. Tekanan udara tinggi : menyebabkan Coison Disease. Getaran:menyebabkan Reynaud’s Disease, Gangguan proses metabolisme, Polineurutis 2) Faktor Kimia (padat, cair, gas, uap maupun partikel) Efek terhadap tubuh : iritasi, alergi, korosif, Asphyxia, keracunan sistemik, kanker, kerusakan/kelainan janin, pneumoconiosis, efek bius (narkose), Pengaruh genetik. 3) Faktor Biologi
4)
Viral Diseases : Rabies, Hepatitis. Bakterial Diseases : Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis, TBC, Tetanus. Fungal Diseases : Dermatophytoses, Histoplasmosis . Parasitic Diseases : Ancylostomiasis, Schistosomiasis. Faktor Ergonomi/fisiologi (cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang salah, kontruksi salah) Efek terhadap tubuh : kelelahan fisik, nyeri otot, deformitas tulang, perubahan bentuk, dislokasi, kecelakaan. 5) Faktor mental psikologi → stres Organisasi kerja (type kepemimpinan, hubungan kerja, komunikasi, keamanan), type kerja (monoton, berulang-ulang, kerja berlebihan, kerja kurang, kerja shif, terpencil). f. Apa penyakit-penyakit yang ditimbulkan akibat kerja? Jawab: Berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan kerja : Terdapat 31 jenis penyakit yang timbul karena hubungan kerja, antara lain: 1) Pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan parut(silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberculosis yang silikosisnyamerupakan factor utama penyebab cacat atau kematian. 2) Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan olehdebu logam keras. 3) Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan olehdebu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis). 4) Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsangyang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan. 5) Alveolitis alergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibatpenghirupan debu organik. 6) Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaan yang beracun. g. Apa jenis-jenis dari APD? Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri, Pasal 3 ayat (1) APD meliputi: a) Pelindung kepala :helm pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain. b) Pelindung mata dan muka : kacamata pengaman (spectacles), goggles, tameng muka (face shield), masker selam, tameng muka dan kacamata pengaman dalam kesatuan (full face masker). c) Pelindung telinga : sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear muff). d) Pelindung pernapasan beserta perlengkapannya : masker, respirator, katrit, kanister, Re-breather, Airline respirator, Continues Air Supply Machine atau Air Hose Mask Respirator, tangki selam dan regulator (Self-Contained Underwater Breathing Apparatus/SCUBA), Self-Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency breathing apparatus. e) Pelindung tangan sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit, kain kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia. f) Pelindung kaki : sepatu keselamatan pada pekerjaan peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang dan lain-lain. Pasal 3 ayat (2), Selain APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdapat pula tambahan APD, yaitu:
a) Pakaian pelindung Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests), celemek (Apron/Coveralls), Jacket dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan. b) Alat pelindung jatuh perorangan Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari sabuk pengaman tubuh (harness), karabiner, tali koneksi (lanyard), tali pengaman (safety rope), alat penjepit tali (rope clamp), alat penurun (decender), alat penahan jatuh bergerak (mobile fall arrester), dan lain-lain. c) Pelampung Jenis pelampung terdiri dari jaket keselamatan (life jacket), rompi keselamatan (life vest), rompi pengatur keterapungan (Bouyancy Control Device). Buruh Pabrik Karet 1. Alat pelindung kepala (helm pengaman) 2. Alat pelindung mata dan muka (kacamata pengaman, masker) 3. Alat pelindung telinga ( sumbat telinga, penutup telinga) 4. Alat pelindung pernapasan (masker) 5. Alat pelindung tangan (sarung tangan) 6. Alat pelindung kaki (sepatu keselamatan) Petani perambah hutan: 1. Alat pelindung kepala (Topi, tudung kepala) 2. Alat pelindung mata dan muka (kacamata pengaman, masker) 3. Alat pelindung telinga ( sumbat telinga, penutup telinga) 4. Alat pelindung pernapasan (masker) 5. Alat pelindung tangan (sarung tangan) 6. Alat pelindung kaki (sepatu boot) 5. Dr. Shaqeela berencana melakukan penyeledikan KLB untuk mencegah penularan, memberantas penularan penyakit-penyakit yang endemis di desa indah sari. h. Bagaimana kriteria suatu insiden dikatakan KLB? Jawab: Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut: 1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah. 2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya. 3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya. 4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya. 5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya. 6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama. (Permenkes,2010). a. Siapa yang berhak memutuskan KLB? Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 Pasal 7 1) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan provinsi atau Menteri dapat menetapkan daerah daerah dalam keadaan KLB, apabila suatu daerah memenuhi salah satu kriteria sebagaimana dimaksud dalam pasal 6. 2) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan provinsi ayat (1) diwilayah kerjanya masing-masing dengan menerbitkan laporan KLB. b. Apa langkah-langkah penyelidikan KLB? 1. Melakukan kajian epidemiologi ancaman KLB dengan cara: a) Di Unit Pelayanan Kesehatan petugas kesehatan menanyakan setiap pengunjung Unit Pelayanan Kesehatan tentang kemungkinan adanya peningkatan sejumlah penderita penyakit yang diduga KLB pada lokasi tertentu b) Di Unit Pelayanan Kesehatan, petugas kesehatan meneliti register awal rawat inap dan rawat jalan terhadap kemungkinan adanya peningkatan kasus yang dicurigai pada lokasi tertentu berdasarkan alamat penderita, umur dan jenis kelamin atau karakteristik lain c) Petugas kesehatan mewawancarai kepala desa, kepala asrama dan setiap orang yang mengetahui keadaan masyarakat tentang adanya peningkatan penderita penyakit yang diduga KLB d) Membuka pos pelayanan di lokasi yang di duga terjadi KLB dan menganalisis data penderita berobat untuk mengetahui kemungkinan adanya peningkatan penyakit yang dicurigai. e) Mengunjungi rumah-rumah penderita yang dicurigai atau kunjungan dari rumah ke rumah terhadap semua penduduk tergantung pilihan tim penyelidikan. 2. Peringatan kewaspadaan dini KLB yang dibuat untuk jangka pendek sekitar 3-6 bulan kedepan 3. Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap KLB a) Deteksi dini kondisi rentan KLB b) Deteksi dini KLB c) Deteksi dini KLB melalui pelaporan kewaspadan KLB untuk masyarakat d) Kesiapsiagaan menghadapi KLB e) Penanggulangan KLB yang cepat dan tepat f) Advokasi dan asistensi penyelenggaraan SKD-KLB g) Pengembangan SKD-KLB darurat (Permenkes,2004) c. Apa tujuan dan manfaat penyelidikan KLB? Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1479/MENKES/SK/X/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak Menular Terpadu Tujuan 1. Tujuan Umum
Diperolehnya informasi epidemiologi penyakit tertentu dan terdistribusinya informasi tersebut kepada program terkait, pusat-pusatkajian, dan pusat penelitian serta unit surveilans lain. 2. Tujuan Khusus a) Terkumpulnya data kesakitan, data laboratorium dan data KLB penyakit dan keracunan di Puskesmas, Rumah Sakit dan Laboratorium, sebagai sumber data SurveilansTerpadu Penyakit b) Terdistribusikannya data kesakitan, data laboratorium serta data KLBpenyakit dan keracunan tersebut kepada unit surveilans DinasKesehatan Kabupaten/Kota, unit surveilans Dinas Kesehatan Propinsidan unit surveilans Direktorat Jenderal Pemberantasan PenyakitMenular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan. c) Terlaksananya pengolahan dan penyajian data penyakit dalam bentuktabel, grafik, peta dan analisis epidemiologi lebih lanjut oleh Unitsurveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas KesehatanPropinsi dan Ditjen PPM &PL Depkes. d) Terdistribusinya hasil pengolahan dan penyajian data penyakit besertahasil analisis epidemiologi lebih lanjut dan rekomendasi kepadaprogram terkait di Puskesmas, Rumah Sakit, Laboratorium,Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional, pusat-pusat riset, pusat-pusatkajian dan perguruan tinggi serta sektor terkait lainnya. d. Bagaimana penanganan KLB? Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. Penanggulangan KLB/wabah terdapat pada pasal 13 yaitu: 1) Penanggulangan KLB/Wabah dilakukan secara terpadu oleh Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. 2) Penanggulangan KLB/Wabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. penyelidikan epidemiologis; b. penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina; c. pencegahan dan pengebalan; d. pemusnahan penyebab penyakit; e. penanganan jenazah akibat wabah; f. penyuluhan kepada masyarakat; dan g. upaya penanggulangan lainnya. 3) meliburkan sekolah untuk sementara waktu, menutup fasilitas umum untuk sementara waktu, melakukan pengamatan secara intensif/surveilans selama terjadi KLB serta melakukan evaluasi terhadap upaya penanggulangan secara keseluruhan. 6. Apa kompetensi dokter umum pada kasus? Jawab: Keterampilan Tingkat Kemampuan Melakukan pencegahan dan penatalaksanaan kecelakaan 4A kerja serta merancang program untuk individu, lingkungan, dan institusi kerja. Menerapkan 7 langkah keselamatan pasien 4A Melakukan langkah-langkah diagnosis penyakit akibat 4A
kerja dan penanganan pertama di tempat kerja, serta melakukan pelaporan PAK. Merencanakan program untuk meningkatkan kesehatan masyarakat termasuk kesehatan lingkungan. (KKI, 2012)
4A
7. Apa nilai-nilai islam pada kasus? Jawab: Firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-Ruum,30:41: Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.” Berdasarkan firman Allah SWT tersebut dapat dihubungkan bahwa terjadinya kejadian KLB di Desa Indah sari merupakan akibat dari ulah masyarakat sendiri yang mencemari air sungai dan udara di Desa indah sari. 2.2 Kesimpulan Dr. Shaqeela, berencana melakukan penyelidikan KLB serta penyuluhan karena terjadi peningkatan insiden penumonia pada anak balita dan terdapat penyakit endemis di desa indah sari. 2.3 Kerangka Konsep Pabrik di hulu sungai
Pencemaran air
Perambah hutan
Pekerja tidak menggunakan APD
Diare, hepatitis A dan dermatitis
Pencemaran udara
Pneumonia
Tindak lanjut puskesmas
Penyelidikan KLB
Penyuluhan penyakit endemis