Terapi Bermain Boneka Tangan.docx

  • Uploaded by: eka
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Terapi Bermain Boneka Tangan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,701
  • Pages: 20
PROPOSAL TERAPI BERMAIN BONEKA TANGAN “MENCUCI TANGAN” DI RUANG ANAK RSUD Dr. AHMAD MUCHTAR

Disusun oleh : Kelompok 3

Aisyah Audiana

Novi Febriani

Bella Lusia Ariska

Riski Indah Wahyuni

Eka Pramana Putri

Rizki Sandra Sari

Fanny Luthfiani

Suci Rhamadhani

Hanip Muslim Mz

Vivin Delvina Putri

Nilla Wiryanti

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI 2018/2019

1

\ PROPOSAL PROPOSAL TERAPI BERMAIN BONEKA TANGAN DI RUANG ANAK RSUD Dr. AHMAD MUCHTAR

A. LATAR BELAKANG Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan control, dan akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan. Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009) Bermain pada anak dapat meningkatkan kecerdasan dalam berfikir dan mengembangkan imajinasi serta melatih daya motorik halus dan kasar pada anak. Pada

anak

pra

sekolah

umumnya

perkembangan

motorik

kasar

dan

motorik halusnya sudah baik (Soetjiningsih,2008). Pada tahap ini mereka berminat untuk mendapatkan pengetahuan dan mulai mengalami peningkatan kompetensi. Dengan mengerti tentang dunia anak terutama usia anak pra sekolah, maka dengan ini kami bermaksud untuk melaksanakan program terapi bermain karena dengan

2

bermain membuat anak menjadi lebih rileks. Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain Terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu bermain boneka tangan. Alasan memilih terapi bermain boneka peran adalah untuk mengembangkan motorik halus, keterampilan kognitif dan kemampuan berbahasa. Boneka tangan merupakan salah satu bentuk permainan yang bertujuan untuk menyampaikan suatu cerita atau informasi, yang dilakukan oleh boneka supaya menjadi lebih menarik dan mudah dipahami. Sehingga boneka peran merupakan jenis permainan yang memiliki nilainilai edukatif.

B. Rancangan bermain Kegiatan terapi bermain yang kelompok buat kali ini bertema “cuci tangan 6 langkah”. Kegiatan ini terdiri dari 3 sesi yaitu : pada sesi pertama tentang pemaparan cerita mengunakan boneka tangan yang menceritakan tentang pentingnya mencuci tangan. Pada sesi kedua, Anak diajak untuk mengikuti cara mencuci tangan. Pada sesi ketiga, anak diajak untuk melipat kertas yang sudah disediakan. Pemilihan bentuk lipatan pada sesi ketiga ini tidak dibatasi. Kemudian hasil kreasi lipatan yang telah selesai, diberikan tali untuk digantung ditempat tiap tidur anak.

3

C. Media dan Alat 1.

Boneka Tangan

2.

Hand sanitaizer

C. Sasaran 1) Anak usia prasekolah (3-5 tahun) 2) Anak yang dirawat di zaal anak 3) Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi proses terapi bermain. 4) Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai. 5) Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain boneka peran.

D. Waktu Pelaksanaan a.

Hari / Tanggal

: Selasa/ 13 November 2018

b.

Waktu

: Pukul 10.00 s/d 11.00

c.

Tempat

: Ruang rawat inap anak RSAM Bukittinggi

Waktu yang dipilih untuk memberikan permainan ini pada anak, yaitu pada saat anak tersebut sedang santai, atau tidak pada waktu makan dan tidur, misalnya pada pagi hari sekitar pukul 10.00 atau pada sore hari sekitar pukul 15.00. Durasi atau lamanya bermain adalah sekitar 40 menit untuk menghindari anak merasa bosan dengan permainan tersebut.

E. Pengorganisasian 1. Penanggung Jawab

:

2. Leader

:

3.

:

Co Leader

4. Fasilitator

:

5. Observer

:

6. Dokumentasi

:

4

F. Pembagian Tugas 1. Leader : Peran Leader a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya b. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan 2. Co Leader : Peran Co Leader a. Mengidentifikasi issue penting dalam proses b. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader c. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang akan datang d. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya 3. Fasilitator : Peran Fasilitator a. Mempertahankan kehadiran peserta b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari dalam kelompok 4. Observer a. Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain b. Mengawasi jalannya permainan. c. Mencatat proses permainan disesuaikan dengan rencana. 5. Dokumentasi

5

G. Susunan Kegiatan No

Waktu

1

5 menit

Terapis

Anak

Ket

Pembukaan : -

Co-Leader

membuka

dan mengucapkan salam -

Memperkenalkan

diri Mendengarkan

terapis -

Menjawab salam

Mendengarkan

Memperkenalkan pembimbing

-

Memperkenalkan

anak

satu persatu dan anak

Mendengarkan

dan

saling berkenalan

saling berkenalan -

Kontrak waktu dengan anak

-

Mendengarkan

Mempersilahkan Leader Mendengarkan

2

25 menit

Kegiatan bermain : -

Leader menjelaskan cara permainan

-

Mendengarkan

Menanyakan pada anak, Menjawab anak mau bermain atau pertanyaan tidak

Menerima permainan

-

Membagikan permainan

-

Leader ,co-leader, dan Bermain Fasilitator

memotivasi

anak -

Bermain

Fasilitator mengobservasi anak

-

Menanyakan

perasaan

Mengungkapkan perasaan

anak

6

3

10 menit

Penutup : -

Leader

Menghentikan

permainan -

Menanyakan

Selesai bermain

perasaan Mengungkapkan perasaan

anak

Mendengarkan -

Menyampaikan

hasil

permainan -

Memberikan hadiah pada anak

yang

Senang

cepat

menyelesaikan gambarnya dan bagus -

Senang

Membagikan souvenir/kenang-

Mengungkapkan

kenangan pada semua perasaan anak yang bermain -

Menanyakan

perasaan

anak

-

Co-leader menutup acara

-

Mengucapkan salam

Mendengarkan Menjawab salam

7

SETTING TEMPAT Terapi bermain ini dilakukan di Ruang Hematologi Bona Lantai 2 dengan setting tempat sebagai berikut :

H. Evaluasi a. Evaluasi struktur yang diharapkan : 1. Alat-alat yang digunakan lengkap 2. kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana b. Evaluasi proses yang diharapkan 1. Terapi dapat berjalan dengan lancar 2. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik 3. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya c. Evaluasi hasil yang diharapkan 1. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik 2. Anak merasa senang 3. Anak tidak takut lagi dengan perawat 4. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai 5. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain

8

LAMPIRAN MATERI KONSEP BERMAIN

2.1 Pengertian Bermain Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal, meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Menurut Groos (Schaefer et al, 1991) bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007). Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000). 2.2 Fungsi Bermain 1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari anak lebih cepat berkembang. 2. Membantu Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam

9

permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya. 3. Meningkatkan Sosialisasi Anak Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang. 4. Meningkatkan Kreatifitas Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobilmobilan. 5. Meningkatkan Kesadaran Diri Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain. 6. Mempunyai Nilai Terapeutik Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya. 7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa

10

permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar. 2.3 Tujuan Bermain Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian, selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya. 2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya. 3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah. 4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah sakit. 2.4 Manfaat Bermain Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak. Berikut ini adalah bererapa manfaat bermain pada anak-anak : 1) Perkembangan aspek fisik. Anggota tubuh mendapat kesempatan untuk digerakkan, anak dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan, sehingga ia tidak merasa gelisah. 2) Perkembangan aspek motorik kasar dan halus. 3) Perkembangan aspek sosial. Ia akan belajar tentang sistem nilai, kebiasaankebiasaan dan standar moral yang dianut oleh masyarakat. 4) Perkembangan aspek emosi atau kepribadian. Anak mendapat kesempatan untuk melepaskan ketegangan yang dialami, perasaan tertekan dan menyalurkan dorongan-dorongan yang muncul dalam dirinya. 5) Perkembangan aspek kognisi. Anak belajar konsep dasar, mengembangkan daya cipta, memahami kata-kata yang diucapkan oleh teman-temannya. 6) Mengasah ketajaman penginderaan, menjadikan anak kreatif, kritis dan bukan anak yang acuh tak acuh terhadap kejadian disekelilingnya.

11

7) Sebagai media terapi, selama bermain perilaku anak-anak akan tampil bebas dan bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah dimiliki oleh seorang anak. 8) Sebagai media intervensi, untuk melatih kemampuan-kemampuan tertentu dan sering digunakan untuk melatih konsentrasi pada tugas tertentu, melatih konsep dasar. 2.5 Macam - Macam Bermain 1.

Bermain aktif

Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi : a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play) Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar. b. Bermain konstruksi (Construction Play) Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan. c. Bermain drama (Dramatic Play) Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-temannya. d. Bermain fisik Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain. 2. Bermain pasif Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini : a. Kesehatan anak menurun. b. Tidak ada variasi dari alat permainan. c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya. d. Tidak mempunyai teman bermain.

12

2.6 Prinsip dalam Aktivitas Bermain Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti: a. Ekstra energi, untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil kemungkinan untuk melakukan permainan. b. Waktu, anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal. c. Alat permainan, untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak. d. Ruang untuk bermain, bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di tempat tidur. e. Pengetahuan cara bermain, dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat permainan tersebut. f. Teman bermain, teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab. 2.7 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam bermain yaitu: a. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. b. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit. c. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri. d. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan kreativitas anak dalam bermain.

13

DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih, 2008, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta : EGC.

14

Lembar Observasi Pelaksanaan Terapi Bermain NO

Aspek yang Dinilai

I

Struktur Terapi Bermain

1.

Persiapan media terapi bermain

Ya

Tidak

1. Boneka Tangan 2. Hand sanitaizer 3. Origami 4. Tali 2

Kelengkapan jumlah mahasiswa: a. Leader b. Co-leader c. Fasilitator d. Observer

II

Proses Terapi Bermain

1.

Pembukaan, Leader : a. Membuka acara terapi bermain dengan mengucapkan salam b. Memperkenalkan

diri

dan

meminta

peserta

menyebutkan nama c. Menjelaskan kontrak waktu d. Menjelaskan permainan apa yang akan dilakukan dan tujuan terapi bermain e. Memimpin jalannya permainan dari awal sampai akhir 2.

Pelaksanaan Co-leader : a. Membantu Leader menjelaskan cara bermain kepada peserta b. Membantu Leader memberikan contoh kepada peserta cara mencuci tangan

15

c. Memberikan kesempatan pada peserta untuk ikut memulai permainan d. Mengatur waktu permainan Fasilitator : a. Mengarahkan peserta untuk bermain b. Memotivasi peserta dalam menyelesaikan permainan c. Membantu leader dalam mengkondisikan peserta agar fokus pada jalannya permainan Pelaksanaan terapi berlangsung tepat waktu 3.

Evaluasi : observer a. Memberikan Check list pada lembar evaluasi kemajuan peserta b. Memberikan penilaian kemampuan anak berdasarkan kriteria di lembar evaluasi kemajuan.

4.

Terminasi : a. Memberikan reward kepada peserta terbaik oleh leader, dan fasilitator b. Leader mengucapkan terima kasih

III

Hasil Terapi Bermain

1.

Peserta Terapi Bermain : a. Peserta terapi bermain antusias mengikuti kegiatan terapi bermain b. Peserta mengikuti terapi bermain sampai dengan selesai. c. Anak mampu mencuci tangan dengan benar

16

Lembar Evaluasi Kemajuan Kategori kemampuan anak

Penilaian An...

An...

An...

An...

An...

An...

An...

An...

Kognitif -

Anak mampu mengerti dan menjelaskan pesan yang terkandung dalam permainan

-

Anak mampu menyelesaikan tugas dalam permainan dalam berbagai tahapan:

Total

a) Tahap ringan

Kriteria

b) Tahap sedang c) Tahap sulit Sosial -

Anak mau memperkenalkan diri di depan teman sepermainan

-

Anak mampu berkomunikasi baik dengan teman Total sepermainan

-

Kriteria

Anak dapat berkomunikasi baik dengan perawat

17

Afektif -

Anak dapat mematuhi peraturan permainan

Total Kriteria Jumlah akhir Keterangan skor:

Kriteria tiap kategori:

0 : Tidak dapat melakukan

Baik

: jumlah skor 17-24

1 : Dapat melakukan dengan bantuan

Cukup

: jumlah skor 9-16

2 : Dapat melakukan dengan motivasi

Kurang

: jumlah skor 0-8

3 : Melakukan dengan mand

18

19

20

Related Documents


More Documents from "Rahma Zainuddin"

565.pdf
May 2020 60
Kemampuan Awal.docx
April 2020 25
Sintesis Sulfamida.docx
October 2019 35
229657_ske C.docx
April 2020 19