Bab 1 Pengeboran

  • Uploaded by: nurlita
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 1 Pengeboran as PDF for free.

More details

  • Words: 2,342
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dalam proses untuk pemberaian lapisan tanah penutup atau overburden, ada berbagai metode yang digunakan, salah satunya adalah pengeboran dan peledakan, peledakan bertujuan memberai atau membongkar batuan sesuai dengan ukuran-ukuran yang diinginkan guna memperlancar proses produksi selanjutnya untuk memenuhi target produksi yang telah ditentukan. Pemboran merupakan salah satu kegiatan yang ada pada pertambangan yang bertujuan untuk beberapa hal seperti pengambilan sample dan pembuatan lubang ledak untuk peledakan, pemboran merupakan suatu kegiatan untuk membuat lubang dengan ukuran-ukuran tertentu terhadap batuan yang akan diberai atau dibongkar untuk dimasukkan bahan peledak dan untuk membuat lubang ledak tersebut dengan menggunakan alat bor yang telah ditentukan. Pemboran merupakan langkah awal untuk membuat lubang peledakan. 1.2 Rumusan Masalah 1) Apa itu pemboran ? 2) Apa saja Metode Pemboran ? 3) Bagaimana Geometri Pemboran ? 4) Apa saja pola Pemboran ?

1.3 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana aktivitas pemboran dilakukan dan aspek-aspek yang berkaitan dengan pemboran yang pada makalah ini di cerminkan pada aktivitas pemboran di PT. Indominco Mandiri

1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perusahaan PT. Indominco Mandiri (PT. IMM) Bontang Kalimantan Timur merupakan suatu badan usaha swasta yang bergerak dalam bidang usaha pertambangan batubara yang memegang PKP2B. Perusahaan ini sebelumnya didirikan pada 11 November 1988 berada di bawah naungan kelompok usaha Salim Group dan di bawah koordinasi PT. Indocoal, mulai bulan Oktober 2001 semua saham yang ada diambil alih oleh BANPU yang berkedudukan atau berpusat di negara Thailand. Luas area eksplorasi yang dimiliki oleh PT. Indominco Mandiri sebesar 100.000 Ha yang sesuai dengan Surat Kuasa Pertambangan (KP) yang diperoleh dari PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) dan Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM), penandatanganan kontrak kerjasama dengan PT. Indominco Mandiri Bontang dilakukan pada tanggal 5 Oktober 1990. Berdasarkan hasil eksplorasi yang dilakukan dari luas area 100.000 hektar tersebut, yang dapat dilakukan eksploitasi hanya seluas 25.121 hektar saja, yang terbagi menjadi dua blok penambangan yaitu, Blok Barat (West Block) seluas 18.100 hektar dan Blok Timur (East Block) dengan luas area 7.021 hektar. Kedua blok sudah memasuki tahapan produksi dan PKP2B-nya berlaku sampai 5 Oktober 2030. Kedua blok tersebut memiliki sumber daya batubara dengan nilai kalori 6.000 - 6.300 kkal/kg di formasi Balikpapan Late Miocene dan Pulau Balang. Sedangkan Blok Timur memiliki nilai kalori yang berkisar antara 6.000 - 6.500 kkal/kg dan kadar sulfur antara 0,1% - 1,65%. Di area tambang PT. Indominco Mandiri, telah dibangun haul road sepanjang 35 kilometer yang menghubungkan tempat produksi batubara hasil penambangan pada front kerja dan juga tempat penimbunan yang berada di port (port stockpile). Perusahaan menggunakan metode penambangan terbuka untuk menggali batubara di semua area konsesi. Gambar berikut memperlihatkan operasi penambangan pada tambang PT. Indominco Mandiri dengan pengoperasian terminal batubara Bontang.

2

2.2 Keadaan Geologi Wilayah penambangan PT Indominco Mandiri termasuk dalam cekungan Kutai. Litologi di wilayah studi ini berupa endapan sediment berumur Miosen dan Pliosen yang mendasari daerah Kalimantan Timur, terlipat menjadi beberapa anticline dan sinkline berarah Utara hingga Timur Laut membentuk Antiklinorium Samarinda. Daerah Bontang terletak di pinggir timur struktur ini.

Secara garis besar terdapat lima kelompok batuan. Salah satu dari lima kelompok batuan tersebut adalah formasi Kampung Baru yang berumur Miosen Tengah sampai Pliosen. Kelompok ini dibedakan atas Formasi Tanjungbaru dan Formasi Sepinggan. Dari lima kelompok batuan tersebut hanya kelompok Kampung Baru yang mempunyai peran penting bagi pembentukan akuifer tertekan pada daerah satuan bermorfologi

dataran. Hal ini disebabkan

oleh sifat batuan penyusunnya yang lurus air, dan karena penyebarannya mendominasi bagian timur daerah penyelidikan. Kelompok Kampung Baru ini sangat mendukung terbentuknya akuifer tertekan. 2.3 Pengeboran

3

Pengeboran merupakan salah satu kegiatan yang ada pada pertambangan yang bertujuan untuk beberapa hal seperti pengambilan sample dan pembuatan lubang ledak untuk peledakan, pemboran merupakan suatu kegiatan untuk membuat lubang dengan ukuran-ukuran tertentu terhadap batuan yang akan diberai atau dibongkar untuk dimasukkan bahan peledak dan untuk membuat lubang ledak tersebut dengan menggunakan alat bor yang telah ditentukan. Pemboran merupakan langkah awal untuk membuat lubang peledakan. Prinsip dasar pemboran adalah untuk mendapatkan lubang ledak yang baik yang mana pada saat pelaksanaan harus melalui proses yang cepat dan tepat agar mendapatkan kualitas lubang bor yang baik, sesuai dengan yang telah direncanakan, sehingga menghasilkan hasil yang optimal. Untuk mendapatkan fragmentasi-fragmentasi hasil peledakan sesuai dengan yang diinginkan, maka ada beberapa faktor yang harus diperhatikan seperti dibawah ini: 1. Kondisi lapangan 2. Jenis batuan yang akan di bor 3. Kesesuaian penggunaan alat bor 4. Fragmentasi yang diinginkan.

2.4 Kegiatan Drilling di lapangan Kegiatan drilling untuk membongkar lapisan overburden di pit 3 BS Area 2 East Block yaitu dengan membuat pola pemboran zig-zag dengan arah pemboran tegak lurus. Pola tegak lurus ini digunakan karna ledakan yang dihasilkan akan tersalurkan secara optimal, sehingga fragmentasi batuan hasil peledakannya akan lebih seragam dan baik. Dalam pelaksanaan pemboran ini alat bor yang digunakan adalah Terex Reedrill SKF-11 yang memiliki diameter bor 152 - 270 mm yang mana alat ini dilengkapi dengan kompresor dengan kapasitas udara sebesar 29,7 - 48,1 m3/menit dan alat ini juga memiliki mesin dengan tenaga 475 - 540 hp. Serta jarak burden, spacing dan kedalaman rata-rata yang digunakan adalah 7,8 meter, 8,7 meter dan 8 meter dan diameter lubang 7.875 inch.

4

Gambar 5.1 Alat bor TEREX Reedrill SKF-11

2.5 Persiapan dan Pelaksanaan Drilling 1) Menentukan lokasi untuk drilling dan blasting. 2) Persiapan lokasi sebelum dilakukan pengeboran. 3) Pemasangan titik bor oleh pihak pengeboran dengan pita putih dan yang diikatkan pada batu kecil.

Gambar 5.2 Tanda titik pengeboran 4) Memasukkan alat bor ke lokasi pengeboran. 5) Memposisikan alat bor sesuai dengan titik bor yang telah ditandai dengan menggunakan unting-unting pada unit sesuai dengan titik bor yang telah ditandai. 6) Lalu menaikkan batang bor. 5

7) Sebelum melakukan pengeboran, operator memastikan terlebih dahulu bahwa posisi unit sudah selevel atau sudah lurus untuk dilakukannya pengeboran. 8) Baru selanjutnya dilakukan pengeboran.

Gambar 5.3 Proses pengeboran oleh alat bor TEREX REEDRILL SKF-11 Kegiatan Setelah Pemboran 1) Alat bor yang sudah selesai melakukan pengeboran dikeluarkan dari lokasi. 2) Pengecekan terhadap lubang bor apakah lubang tersebut kering atau berair. 3) Pengukuran terhadap lubang bor secara manual menggunakan meter roll. 4) Pengecekan elevasi dari lubang bor dengan menggunakan Total Station untuk memastikan bahwa elevasi lubang bor telah sesuai dengan yang telah direncanakan. Lalu kegiatan selanjutnya diserahkan kepada divisi peledakan.

6

Gambar 5.4 Proses pengecekan elevasi lubang ledak 2.6 Metode Pengeboran 2.6.1 Open Hole Drilling open hole merupakan pengeboran yang dilakukan untuk mendapatkan data-data dibawah permukaan tanah sehingga menjadi data geologi. Pengeboran ini menghasilkan lubang terbuka dengan kedalaman sesuai dengan target kedalaman yang diinginkan Selama proses pengeboran berlangsung, diperoleh data cutting yang merupakan material hasil gerusan mata bor (bit) yang mengalir keluar ke permukaan bersama fluid. Cutting tersebut diambil setiap interval 1,5 meter yang menjadi representasi jenis litologi yang sedang dibor pada kedalam interval tersebut. 2.6.2 Coring Drilling coring merupakan pengeboran yang dilakukan untuk mengambil contoh sampel (coring) pada lapisan litologi dibawah permukaan sebagai data geologi. Coring di lakukan pada interval kedalaman tertentu berdasarkan dari interpretasi data logging geofisika atau data cutting yang diperoleh melalui drilling open hole sebelumnya. Drilling coring dapat juga dilakukan dengan metode Touch Coring ( single hole) artinya pengeboran coring yang tidak didahului drilling open hole. Touch Coring dilakukan diawali dengan drilling open hole kemudian ketika menemukan cutting batubara telah muncul kemudian langsung dilakukan coring atau dengan menggunakan data model/korelasi titik di sekitarnya, kemudian diprediksi bahwa batubara berada di kedalaman tertentusehingga ketika sudah mendekati perkiraan posisi roof batubara selanjutnya langsung dilakukan coring.

7

2.7 Geometri Pemboran Adapun untuk geometri pemboran meliputi beberapa hal seperti diameter lubang tembak, kedalaman lubang tembak, pola pemboran yang digunakan dan juga tinggi jenjang yang akan di bor. Berikut berdasarkan pengamatan dilapangan yaitu Pada geometri peledakan di lapangan selama 4 kali pengujian, untuk depth, burden, dan spacing yang diterapkan adalah 8 meter, 7,8 meter dan 8,7 meter. Penggunaan geometri ini didasarkan pada kondisi material yaitu jenis clay stone, fragmentasi yang diinginkan dan bahan peledak yang digunakan a)

Diameter lubang tembak Untuk diameter lubang tembak harus disesuaikan, apabila lubang tembak terlalu kecil

maka energi yang dihasilkan tidak cukup besar untuk memberai batuan yang ada, namun apabila lubang tembak itu terlalu besar tidak akan baik juga, karena akan menghasilkan fragmentasifragmentasi dari hasil peledakan yang tidak baik atau tidak sesuai dengan yang diinginkan sehingga akan menghambat proses produksi ke tahapan selanjutnya. Dan untuk ukuran diameter lubang ledak yang akan dipilih bergantung pada : 1. Volume massa batuan yang akan dibongkar 2. Tinggi jenjang dan konfigurasi sisian 3. Tinggi fragmentsi yang diingingkan 4. Alat muat yang digunakan

Gambar lubang bor

8

b)

Kedalaman lubang tembak Untuk kedalaman lubang tembak biasanya disesuaikan dengan tinggi jenjang yang

diterapka., dan apabila ingin mendapatkan lantai jenjang yang rata setelah peledakan, maka harus disesuaikan dengan jenjang, kedalaman lubang bor harus lebih dalam dari pada tinggi jenjang, ini dinamakan bagian subdrill pada lubang bor. c)

Kemiringan lubang tembak (arah pemboran) Arah pemboran yang diketahui ada dua, yaitu arah pemboran tegak dan arah pemboran

miring. Lubang bor yang dibuat tegak, maka pada bagian lantai jenjang akan menerima gelombang tekan yang besar, sehingga menimbulkan tonjolan pada lantai jenjang, hal ini dikarenakan gelombang tekan sebagian akan dipantulkan pada bidang bebas dan sebagian lagi akan diteruskan pada bagian bawah lantai jenjang. Sedangkan untuk lubang bor miring akan membentuk bidang bebas yang lebih luas, sehingga akan mempermudah proses pecahnya batuan karena gelombang tekan yang dipantulkan lebih besar dan gelombang tekan yang diteruskan pada lantai jenjang lebih kecil. Untuk arah kemiringan lubang tembak dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar Arah pengeboran lubang ledak

2.8 Pola Pengoboran Berdasarkan letak-letak lubang bor, maka pola pengeboran terbagi menjadi beberapa jenis, seperti dibawah ini : 1) Pola pemboran segi empat (square pattern) adalah sebuah pola dimana jarak antara spacing dan burden memiliki ukuran yang sama.

9

Gambar pola pengeboran segi empat

2.) Pola pemboran persegi panjang (rectangular pattern), pola pemboran dimana jarak antara spacing antar satu baris lebih besar dari pada jarak burden nya.

Gambar pola pengeboran persegi panjang

3.) Pola zig-zag (staggered pattern) yaitu antara lubang bor-nya dibuat zig-zag dengan jarak antara spacing dan burdennya sama, dan berasal dari pola bujur sangkar maupun persegi.

10

Gambar pola pemboran zig zag

Berikut sketsa pola pengeboran pada tambang terbuka atau surface mining :

Gambar pola pengeboran pada permukaan

2.9 Produktivitas Pemboran Keceaptan pemboran adalah kecepatan rata-rata dari pemboran yang dilakukan, termasuk hambatan-hambatan pada saat pemboran. Untuk menentukan waktu pemboran kita juga harus mengetahui waktu edar pemboran yaitu adalah waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu lubang bor. Dapat diketahui untuk menghitung waktu edar dari pemboran maka dikerjakan dengan menambahkan waktu dari setiap tahapan bagian yang berjalan dalam pembuatan lubang bor, yaitu: Ct= WPindah + WP + WB + WT +WL +WH Dimana : 11

Ct

= Waktu untuk satu kali aktivitas pemboran dengan kedalaman tertentu (menit)

W pin

= Waktu pindah (menit)

WP

= Waktu pointing (menit)

WB

= Waktu bor (menit)

WL

= Waktu melepas batang bor (menit)

WT

= Waktu menambah batang bor (menit)

WH

= Waktu hambatan (menit)

Kecepatan pemboran untuk berbagai kedalaman lubang tembak dapat dihitung dengan persamaan (supervisory teknik peledakan) sebagai berikut: 60

VM = H x 𝐢𝑑 Dimana : VM

= Kecepatan pemboran (meter/menit)

H

= Kedalaman lubang ledak

Ct

= Waktu edar

2.10 Efisiensi Kerja Alat Bor Efisiensi kerja pada alat bor memiliki pengertian bahwa perbandingan waktu kerja efektif dengan waktu kerja yang tersedia yang dinyatakan dalam satuan persen, apabila efisiensi nya semakin besar maka kerja alat bor semakin tinggi pula kemampuan alat bor itu untuk memproduksi. Untuk tambang terbuka pemilihan alat bor yang akan digunakan harus memperhatikan beberapa aspek agar nantinya pada saat proses produksi menghasilkan hasil yang optimal, berikut beberapa aspek yang harus diperhatikan : a) Tinggi Jenjang Tinggi jenjang maksimum juga dilihat dari peralatan bor yang tersedia, untuk tinggi batang bor (drill steel) dan juga alat bor (rock drill). dapat terjadi apabila jenjang yang tinggi adalah

misalnya

Salah satu kerugian yang

akan kehilangan tenaga pada sambungan 12

batang bor dan deviasi dalam pemboran akan menyimpang dari yang telah direncanakan sebelumnya. b) Kondisi Lapangan Kondisi lapangan sangat mempengaruhi pemilihan alat bor yang digunakan. Apabila kondsi lapangan memiliki permukaan yang rata dapat track, dan apabila memiliki

menggunakan alat bor yang memiliki

permukaan yang tidak merata atau berbatu dapat memakai wheel.

c) Jenis Batuan Pemilihan bit pada pemboran bergantung juga pada jenis batuannya, karna kekerasan dari batuan itu merupakan salah satu faktor keausan jika pemilihan mata bor (bit) yang tidak sesuai dengan jenis batuan yang akan di bor dan juga batang bor nya (drill steel). d) Diameter Lubang Ledak Diameter lubang ledak menentukan seberapa besar faktor produksi yang Apabila diameter lubang ledak besar maka juga akan tinggi pula. Faktor lain adalah fragmentasi titik bor yang tidak sesuai produksi

dilakukan.

memberikan produksi yang lebih

dari hasil peledakan tersebut, apabila penentuan

juga akan menghasilkan boulder yang akan menghambat proses

dan juga mengeluarkan cost lebih dari yang telah diperhitungkan.

Efisiensi terhadap pemboran dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini : E=

π‘Šπ‘ π‘Šπ‘‘

x 100%

Dimana : E

= Efisiensi pemboran (%)

π‘Šπ‘

= Waktu produktif (menit)

π‘Šπ‘‘

= Waktu menambah batang bor (menit)

13

BAB III KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan 1. Pengeboran merupakan salah satu kegiatan yang ada pada pertambangan yang bertujuan

untuk beberapa hal seperti pengambilan sample dan pembuatan lubang ledak untuk peledakan, pemboran merupakan suatu kegiatan untuk membuat lubang dengan ukuranukuran tertentu terhadap batuan yang akan diberai atau dibongkar untuk dimasukkan bahan peledak dan untuk membuat lubang ledak tersebut dengan menggunakan alat bor yang telah ditentukan. 2. Geometri pemboran yang biasa diterapkan di front penambangan pit 3BS Area 2 East Block 7

menggunakan diameter lubang bor 78 inch, kedalaman rata rata 8 meter, dengan pola pemborannya zig-zag serta arah pemborannya tegak lurus. 3. geometri peledakan rata-rata yang diterapkan di pit 3BS Area 2 East Block mempunyai burden rata-rata 8 meter, spacing 9 meter, stemming 4 meter, dan panjang isian kolom bahan peledak 4 meter.

3.2 Saran

Adapun saran penulis untuk kedepannya adalah dapat membuat pembaca dan penulis lebih jauh tentang pengeboran dan peledakan di PT Indiminco Mandiri dari sumber-sumber yang terpacaya dan masukan bagi pembaca sangat diharapkan.

14

DAFTAR PUSTAKA https://ryangineers.wordpress.com/2014/01/06/proses-pemboran-drilling/ https://pojanwibawa.wordpress.com/2013/10/12/pola-pemboran/ Koesnaryo. S., 2001, "Pemboran untuk Penyediaan Lubang Ledak", Jurusan Teknik Pertambangan UPN "Veteran", Yogyakarta.

15

Related Documents

Bab 1 Pengeboran
October 2019 18
Teknik Pengeboran Ii.docx
December 2019 3
Bab 1
June 2020 41
Bab 1
May 2020 48
Bab 1
October 2019 61
Bab 1
November 2019 61

More Documents from ""

Rmk Audit 7.docx
November 2019 20
25044_kriging
October 2019 26
Rmk Audit 8.docx
November 2019 20
Bab 3 Ekplorasi.docx
November 2019 27
Bab 1 Pengeboran
October 2019 18