Ayatullah Imam Khomaini Bagikan 06 Juni 2009 jam 12:00 Diunggah melalui Facebook Seluler Menjelang pemilihan presiden ini, terbesit ingatan saya pada tokoh Revolusi Islam Iran, Ayatullah Imam Khomaini. Ingatan saya pada tokoh ini sesungguhnya terbawa oleh jargon yang diusung oleh semua calon Presiden dan Wakil Presiden, yaitu akan mengembangkan ekonomi kerakyatan. Imam Khomaini seorang tokoh yang didukung dan sangat dicintai oleh rakyat Iran ketika itu, akan membangun kehidupan rakyat dari berbagai aspeknya. Saya pernah berkunjung ke Iran beberapa tahun lalu, dan kebetulan sempat singgah di rumah Ayatullah yang kini dijadikan semacam museum. Rupanya dilihat dari rumahnya saja, pemimpin Islam ini memang benar-benar aneh. Tidak sebagaimana pemimpin negara pada umumnya, rumah Khomaini ini terletak jauh masuk di dalam gang kecil. Siapa saja yang akan berkunjung ke rumah Khomaini, harus turun dari mobil, dan kemudian harus jalan kaki kira-kira 200 meter, memasuki lorong yang tidak begitu lebar baru kemudian nyampai di rumahnya. Jalan masuk itu benar-benar kecil yang hanya bisa dilewati dengan jalan kaki saja.Memang Khomaini juga mempunyai rumah selain itu, yang mudah dijangkau, tetapi bukan miliknya sendiri, melainkan berstatus sewa. Sekalipun rumah sewaan yang satu ini, tidak terlalu sulit dijangkau, ----karena agak di pinggir jalan besar, keadaannya juga tidak teralu baik dan juga tidak terlalu luas. Khomaini, menurut cerita yang saya dapatkan ketika berkunjung ke sana, lebih menyukai bertempat tinggal di rumah yang masuk gangitu. Rumah tersebut memang luas, sekalipun keadaannya sangat sederhana. Tembok bangunan tersebut sangat sederhana. Tampak terbuat dari tembok yang tidak terlalu halus, di sana-sini batu batanya kelihatan.
Begitu pula perabot rumah tangga yang masih tersisa, tampak bukan menggambarkan bahwa pemiliknya sebagai seorang presiden. Di rumah itu terdapat beberapa meja dan kursi tua. Di bagian ujung rumah itu, terdapat kamar pribadi Ayatullah Khomaini. Antara kamar pribadi dan ruangan yang cukup luas, yang biasanya digunakan untuk menerima tamu-tamu penting kepresidenan, dipisahkan oleh ruangan yang juga sangat sederhana. Saya kira siapapun yang datang melihat rumah ini akan kaget dan terharu, sebab sedemikian sederhana rumah seorang tokoh revolusi dan selanjutnya menjadi presiden ketika itu. Memang banyak hal menarik tentang kesederhanaan Ayatullah Khomaini ini, terutama terkait dengan kesederhanaannya. Misalnya tentang rumah pribadinya itu. Diceritakan bahwa rumah sederhana tersebut, ternyata juga bukan diperoleh dari hasil usahanya sendiri, melainkan hasil warisan dari orang tuanya. Khomaini, sebagai seorang tokoh Islam yang sangat berpengaruh di negeri itu, tidak pernah berpikir tentang harta kekayaan. Ada cerita bahwa sepeninggalnya, selain rumah, harta yang layak dijual atau diwariskan hanyalah berupa beberapa lembar karpet. Masih terkait dengan rumah Khomaini, ada cerita menarik lainnya. Ada seorang pengusaha besar, tatkala melihat rumah pimpinan negara yang sedemikian sederhana itu, tergerak hatinya segera membuatkan istana buat pemimpin Iran ini. Setelah usulan itu diajukan, ternyata Imam Khomaini tidak segera menerimanya. Pengusaha besar tersebut, oleh pemimpin Iran ini terlebih dahulu disuruh menginventarisasi seluruh rakyat Iran yang masih belum memiliki rumah sendiri, yaitu bagi mereka yang masih tinggal di kolong jembatan, pinggir jalan, numpang keluarga atau mereka yang masih bertempat tinggal di gubug-gubug sederhana yang tidak layak dihuni.Setelah seluruh orang miskin yang tidak memiliki rumah itu, berhasil diinventarisasi semua, selanjutnya diperintahkan oleh Khomaini untuk membuatkan rumah yang layak huni. Setelah para tunawisma tersebut tidak ada
satupun yang belum punya rumah, maka Khomaini baru mengijinkannya dibuatkan istana. Namun betapa banyak orang di negeri itu yang belum memiliki rumah, sehingga tidak akanmungkin perintah itu terpenuhi. Sehingga akibatnya tidak akan mungkin pengusaha tersebut membuatkan istana, karena syarat itu terlampau berat. Ayatullah Khomaini justru akan merasa gembira manakala mendengar berita bahwa rakyatnya sudah tidak ada yang tunawisma. Ia tidakingin memiliki istana, sementara seharihari melihat rakyatnya menderita. Cerita yang menarik lainnya, yang saya dapat dari sana, adalah tentang kesenangannya membaca buku. Buku-buku Khomaini menurut kisahnya, cukup banyak. Tetapi beberapa waktu sebelum ia wafat sudah dihibahkan ke sebuah perpustakaan. Terkait dengan itu ada cerita menarik.Sebelum beliau wafat, pernah berkeinginan membaca sebuah buku yang terlanjur dihibahkan itu. Maka, diutuslah stafnya untuk meminjamkan buku dimaksud ke perpustakaan tersebut. Namun apa yang terjadi, ternyata perpustakaan memberlakukan peraturan bahwa buku dengan status hibah dari seseorang yang jumlahnya terbatas, tidak boleh dibawa keluar. Hal tersebut dilaporkan kepada Ayatullah.Mendengar ketentuan itu pemimpin Islam ini segera memerintahkan agar petaturan tersebut terus ditegakkan kepada siapapun, termasuk kepada dirinya. Sehingga Khomaini membatalkan keinginannya membaca buku yang dimaksudkan itu. Dari cerita-cerita itu, saya membayangkan bahwa tokoh ini menjadi sangat tepat jika disebut telah berjuangan sepenuhnya untuk rakyat, ----tidak terkecuali di bidang ekonomi, yang barangkali pada akhir-akhir ini diramaikan dengan sebutan ekonomi kerakyatan itu. Demikian sederhana dan bersemangat pemimpin Islam Iran tersebut dalam membangun kehidupan rakyat. Ia dikenal selalu diletakkan kepentingan rakyat jauh di atas dari kepentingannya sendiri. Namun, kecuali rumahnya, setelah beliau wafat kesederhanaan tersebuttidak tampak. Makam Imam Khomaini tampak sangat istimewa. Siapapun yang bepergian dari arah Teheran ke Qom, di sebelah kiri, tidak jauh dari jalan besar itu akan melihat bangunan yang sangat besar,
menyerupai masjid dengan berbagai macam kubah, tampak besar, indah dan gagah. Bangunan itu tidak lain adalah makam Ayatullah Imam Khomaini.Melihat kesederhanaan hidup tokoh Islam yang pernah menggemparkan dunia itu, saya tidak tahu, apa kiranya yang akan terjadi, jika Imam Khomaini sendiri tahu tentang kemegahan makamnya itu, apakah ia akan menyetujuinya. Pertanyaan itu kiranya tidak ada yangtahu jawabnya, kecuali rakyat Iran sendiri pada saat ini. Tetapi mungkin itulah salah satu cara rakyat Iran menghormati pemimpinnya yang tidak akan ditemui lagi untuk selamalamanya. Wallahu a’lam.