UJIAN AKHIR SEMESTER MANAJEMEN RESIKO
Oleh : BELLA ANGGIE NURJANAH
(20160510008)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA 2017/2018
1. Ya saya setuju dengan statement “ Ketenangan Hidup Setiap Orang Akan Terjamin Dengan Asuransi” karena resiko saat ini sangat melekat dengan setiap individu setiap apa yang dikerjakan maupun lakukan oleh individu memiliki resiko meskipun dengan tingkat yang berbeda-beda. Setiap orang tidak bisa memastikan bagaimana kondisi kesehatannya selama umur hidupnya, setiap pengusaha eksortir maupun pedagang tidak dapat memastikan apakah barangnya akan sampai di tangan pelanggan dalam keadaan baik, setiap perusahaan juga tidak dapat memastikan bahwa tidak akan terjadi apapun dalam proses kegiatannya, dam seiap kegiatan akan memiliki suatu resiko sedangkan resiko sendiri merupakan ketidakpastian yang menyebabkan suatu kerugian serta mengganggu kenyamanan hidup. Untuk menghindari resiko maka resiko tersebut harus dihindari dengan mengalihkan kepada pihak asuransi. Mendaftar asuransi sama dengan melakukan investasi untuk masa depan. Dimana untuk menghadapi resiko yang masih belum pasti kita sudah memiliki tabungan sehingga saat terjadi sesuatu pada diri individu tanpa diduga individu tersebut tidak perlu mencari pinjaman ke pihak lain hanya perlu melakukan klaim pada pihak asuransi maka dana tersebut akan membantu disaat krisis.
2. Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional NO INDIKATOR
KONVENSIONAL
SYARIAH
1
Pengelolaan Resiko
transfer of risk
sharing of risik
2
Pengelolaan Dana
Keuntungan
untuk Keuntungan untuk peserta
perusahaan asuransi
asuransi Akad tabarru atau hibah
3
Sistem Perjanjian
Akad jual beli
4
Kepemilikan Dana
Perusahaan
asuransi Pemilik
sebagai pemilik dana
dana
adalah
peserta asuransi sedangkan perusahaan
sebagai
pemegang
amanah/
pengelola dana 5
6
Pembagian
Keuntungan milik peserta Keuntungan
Keuntungan
asuransi
perusahaan
Zakat
Tidak ada zakat
Wajib zakat
milik
7
Klaim dan Layanan
Satu polis untuk satu orang Satu polis dapat digunakan dan
Layanan
yang untuk satu keluarga
diberikan sesuai dengan premi yang dibayar 8
Pengawasan
Tidak
memiliki
dewan Memiliki dewan pengawas
pengawas 9.
Instrument Investasi
Bebas
Tidak bertentangan dengan hukum islam atau syariat islam, serta mengandung unsur haram
10
Dana Hangus
Terdapat hangus
system
dana Tidak menerapkan sistem dana hangus
Dalam pengelolaan resiko, dalam asuransi konvensional resiko akan dipindahkan atau dibebankan oleh peserta asuransi atau tertanggung, kepada pihak perusahaan asuransi yang bertindak sebagai penangung didalam perjanjian asuransi tersebut. Itu artinya pada asuransi konvensional beban ditanggung oleh perusahaan asuransi itu sendiri. Sedangkan, asuransi syariah resiko akan dibebankan atau dibagi kepada perusahaan asuransi dan para peserta asuransi perusahaan tersebut. Penerapan dari transfer risk apabila seseorang terkena musibah meninggal/sakit kritis/cacat tetap total, resiko yang seharusnya ditanggung oleh keluarga akan ditanggung oleh perusahaan asuransi dengan cara orang tersebut membayar sejumlah besar premi yang telah ditentukan. Dalam pengelolaan dana perusahaan asuransi konvensional, perusahaan asuransi akan memberlakukan premi tertentu pada para peserta yang dibarengi dengan berbagai macam biaya lainnya demi tujuan menghasilkan pendaptan dan keuntungan sebesar-besarnya untuk perusahaan asuransi tersebut. Sedangkan dalam perusahaan asuransi syariah pengelolaan dana dilakukan perusahaan asuransi dengan sifat transparan dan digunakan sebaik-baiknya untuk mendapatkan keuntungan bagi para pemegang polis asuransi tersebut.
Pada perusahaan asuransi konvensional, akad yang digunakan perusahaan cenderung sama dengan perjanjian jual beli dimana kedua pihak sama-sama berharap bisa mengambil untung sebesar-besarnyanya dan mengalami kerugian sekecil-kecilnya. Dalam perusahaan asuransi syariah yang menggunakan akad tabarru dengan konsep saling menolong, sama-sama gak mengharap imbalan dan akad tabarru berlandaskan pada sistem syariah dan dapat dipastikan kehalalanya. Pada perusahaan asuransi konvensional premi yang dibayarkan peserta kepada perusahaan asuransi menjadi milik perusahaan asuransi tersebut. Dimana disini perusahaan asuransi memiliki wewenang penuh terhadap dana yang sudah terkumpul untuk dikelola dan di alokasikan ke mana saja. Sedangkan pada asuransi syariah yakni akad hibah atau tabarru, maka dana yang terkumpul adalah milik bersama dalam arti semua peserta asuransi, dimana pihak perusahaan hanya bertidak sebagai pengelola dana saja. Pengelolaan dana pada perusahaan asuransi konvensional, dimana pengelolaan dana yang terkumpul apabila mendapat keuntungan maka keuntungan tersebut akan menjadi hak milik perusahaan asuransi. Sedangkan pada perusahaan asuransi syariah, keuntungan atau pendapatan yang diperoleh perusahaan selama pengelolaan dana, akan dibagikan kepada peserta asuransi. Pada perusahaan asuransi syariah, mewajibkan para pesertanya untuk membayar atau mengeluarkan zakat. Jumlah besaran wajib zakat yang harus dibayarkan akan disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang didapat oleh perusahaan asuransi tersebut. Pada perusahaan asuransi konvensional kewajiban membayara zakat kepada anggota tidak diberlakukan atau tidak ada. Pada perusahaan asuransi konvensional setiap orang harus memiliki polis nya sendirisendiri, dan pastinya hal ini akan berdampak pada besarnya jumlah premi yang harus dibayarkan. Sedangkan asuaransi syariah, anggota mendapatkan perlindungan biaya rawat inap di RS untuk semua anggota keluarganya. Karena pada asuransi syariah diterapkan sistem penggunaan kartu cashless, yang dapat digunakan untuk membayar semua tagihan yang timbul.Pada asuransi syariah, satu polis asuransi dapat digunakan untuk semua anggota
keluarga, sehingga premi yang dibayarkan atau yang dikenakan oleh asuransi syariah nampak lebih ringan. Pada asuransi syariah, memungkinkan angotanya untuk dapat melakukan double claim, sehingga kita tetap akan mendapatkan klaim yang kita ajukan pada asuransi syariah meskipun kenyataanya kita sudah mendapatkannya melalui asuransi lainya yang kita gunakan. Perusahaan asuransi konvensional tidak memiliki dewan pengawas karena dimana asal muasal dari barang yang dijadikan obyek asuransi tidaklah menjadi hal yang penting atau mendapatkan perhatian yang khusus seperti halnya pada asuransi syariah. Karena pada dasarnya perusahaan asuransi konvensional hanya melihat pada nilai dan premi yang akan merekat tetapkan dalam perjanjian asuransinya. Sedangkan, Pada asuransi syariah, pengawasan dilakukan oleh sebuah lembaga nasional yang di singkat dengan DSN atau Dewan Syariah Nasional dengan ketat. Disetiap lembaga keuangan syariah harus ada DPS atau Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi lembaga tersebut. Pada perusahaan asuransi konvensional, perusahaan asuransi akan melakukan berbagai macam investasi dalam berbagai macam instrumen yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya bagi perusahaan. Hal ini dilakukan tanpa memandang atau mempertimbangkan halal atau haram nya instrumen investasi yang dipilih.Karena pada dasarnya, dana yang dikelola oleh perusahaan asuransi konvesional adalah benar-benar dana milik perusahaan dan bukanlah milik anggota atau peserta pemegan polis asuransi. Pada asuransi syariah, investasi dilakukan pada aspek atau sektor kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan hukum islam atau syariat islam, serta mengandung unsur haram dalam kegiatanya. Sebagai contoh pada Prudential konvensional, saat melakukan investasi, dana peserta akan ditempatkan pada instrumen keuangan & saham yang tidak bertentangan dengan undang-undang. Instrumen keuangan tersebut misalnya deposito syariah, surat utang, obligasi, dll yang bisa memberikan bunga menarik atau biasa kita sebut dengan riba. Sedangkan saham yang dimaksud yaitu saham-saham perusahaan yang tergabung dalam Index Harga Saham Gabungan (IHSG) atau kumpulan saham-saham unggulan di Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stocks Exchange) dan di bursa efek yang lain. Pada Prudential syariah, dana akan diinvestasikan pada instrumen keuangan berbasis syariah (misalnya deposito syariah, sukuk,
dll) dan saham-saham utama yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) sesuai ketentuan undang-undang & tidak bertentangan dengan kaidah syariat (bebas riba, judi, spekulasi, dll). Pada perusahaan asuransi konvensional kita pernah mendengar istilah dana hangus, yang mana hal ini terjadi apabila sang pemegang polis tidak meninggal dunia hingga masa pertanggungan berakhir. Pada asuransi syariah tidak terdapat dana hangus karena dalam asuransi syariah dana yang sudah terkumpul tetap bisa diambil, meskipun ada sedikit atau sebagian kecil dana yang ada untuk di ikhlaskan sebagai dana hibah atau tabarru. Pada asuransi konvensional ada dana hilang atau dana hangus. Misalnya pada produk dwiguna, apabila pemegang polis berhenti atau tidak mampu meneruskan pembayaran premi, terutama pada tahun-tahun
awal
perjanjian,
premi
yang
sudah
disetorkan
seluruhnya menjadi
hangus dan dana tersebut seluruhnya menjadi pendapatan perusahaan asuransi. Hal ini tentu saja sangat merugikan bagi pesertaasuransi konvensional. Sedangkan Dalam asuransi syariah, untuk produk yang serupa dengan dwiguna tidak terjadi dana hangus seperti yang terjadi pada asuransi konvensional, karena dari setiap premi yang dibayar, peserta asuransi langsung mengetahui alokasi dananya. Sebagian tetap menjadi milik peserta dalam bentuk dana investasi, sebagian menjadi milik peserta secara kolektif dalam bentuk dana tabarru’, dan sebagian menjadi milik perusahaan sebagai biaya pegelolaan. Setiap saat peserta asuransi dapat mengetahui jumlah dana investasi yang dikelola perusahaan dan dana tersebut akan dikembalikan beserta hasil investasinya kepada peserta asuransi jika suatu saat memutuskan untuk berhenti. 3. Perusahaan asuransi asing lebih sukses daripada asuransi local karena Dari segi permodalan asuransi asing memiliki modal yang kuat kuat. Belum lagi pengalaman karena asuransi asing meimiliki pengalaman yang cukup lama daripada perusahaan asuransi local yang baru saja muncul dan rata-rata perusahaan auransi asing sudah berdiri puluhan tahun alhasil punya sistem lebih kuat ketika masuk Indonesia. Tidak kalah penting adalah pemberian layanan dimana asing lebih baik dibandingkan local banyak sekali layanan yang ditawarkan oleh perusahaan asing yang lebih menguntungkan daripada layanan local bahkan banyak layanan dari asuransi local mengadopsi dari layanan yang diberikan oleh asuransi asing. Selain itu, branding atau pengiklanan perusahaan asing lebih menarik sehingga citra yang ditampilkan juga baik dimata masyarakat. Dan juga perusahaan local ada beberapa yang telah dinyatakan
bangkrut dan hal tersebut akan sangat merugikan customer sehingga banyak yang lebih memilih perusahaan asuransi asing dibanding asuransi local karena asuransi asing memiliki kondisi keuangan yang sehat. Sebagai salah satu contohnya asuransi asing Prudential sudah berdiri sejak tahun 1948 yang mana perusahaannya sudah tersebar di 12 negara di Asia dan di Indonesia sudah tersebar cabang Prudential yang mana saat ini nasabah Prudential di Indonesia sudah mencapai 2,3 juta melalui lebih dari 277.000 tenaga pemasar berlisensi di 408 Kantor Pemasaran Mandiri (KPM) di seluruh Indonesia. Sedangkan, perusahaan lokal seperti Sinar Mas baru muncul pada tahun 1985 dan perusahaannya hanya tersebar di Indonesia.