Asuhan Keperawatan Post Sc.docx

  • Uploaded by: Arie Gustian
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asuhan Keperawatan Post Sc.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,583
  • Pages: 11
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A, 41 TAHUN, P3A0 HARI KE-2, DENGAN SECTIO CAESARIA INDIKASI LETAK SUNGSANG DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT SARININGSIH BANDUNG

Laporan Pendahuluan

Arie Gustian 4006180044

Pembimbing Klinik

Pembimbing Institusi

Tgl Responsi:

Tgl Responsi:

(

)

(

)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG 2018

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM SECTIO CAESARIA

A. Definisi Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009). Sectio sesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik ini digunakan jika

kondisi

ibu menimbulkan

distres

pada janin

atau jika

telah terjadi distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu. Sectio sesarea dapat merupakan prosedurelektif atau darurat .Untuk sectio caesarea biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural.Apabila dipilih anestesi umum, maka persiapan dan pemasangan duk dilakukan sebelum induksi untuk mengurangi efek depresif obat anestesi pada bayi (Taufan, 2011). Sectio Caesaria adalah tindakan untuk melahirkan bayi melalui pembedahan abdomen dan dinding uterus (Nugroho, 2011). Kesimpulan dari ketiga pengertian diatas yaitu, Sectio caesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi dinding abdomen. Teknik ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu.

B. Etiologi a. Indikasi Ibu 1) Panggul sempit absolute 2) Placenta previa 3) Ruptura uteri mengancam 4) Partus Lama

5) Partus Tak Maju 6) Pre eklampsia, dan Hipertensi b. Indikasi Janin 1) Kelainan Letak a) Letak lintang Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan/cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain, kecuali posisi bayi tidak bisa diperbaiki, maka diindikasikan untuk dilakukan prosedur sectio caesaria. b) Letak belakang Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga. c) Gawat janin d) Bayi besa

Pathways Panggul sempit

Sectio caesaria

Post Anesthesi

Luka Post Operasi

Penurunan medula oblongata

Penurunan kerja pons

Jaringan terputus

Jaringan terbuka

Penurunan refleks batuk

Penurunan kerja otot eliminasi

Merangsang area sensorik

Proteksi kurang

Akumulasi sekret

Penurunan peristaltik usus

Post partum nifas

Invasi bakteri Gangguan rasa nyaman Resiko Infeksi Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Kurang O2 Kelemahan Defisit perawatan diri

Psikologi

Merangsang pertumbuhan kelenjar susu dan pertumbuhan

Involusi

Hemoglobin ↓

Penurunan sensitivitas dan sensasi kandung kemih Gangguan eliminasi urin

Kontraksi uterus

Pengeluaran lochea

Edema dan memar di uretra

Nyeri

Konstipasi

Penurunan progesteron & estrogen

Adekuat

Distensi kandung kemih

Tidak adekuat Perdarahan

Kekurangan vol. cairan & elektrolit

Resiko syok hipovolemik

Peningkatan hormon prolaktin

Penambahan anggota baru

Masa krisis Perubahan pola peran

Tuntutan anggota baru Bayi menangis Gangguan pola tidur

Merangsang laktasi oksitosin

Ejeksi ASI Efektif

Tidak efektif

Nutrisi bayi terpenuhi

Kurang informasi tentang perawatan payudara

Bengkak Bayi kurang mebndapat ASI

Defisiensi pengetahuan

Ketidakefektifan pemberian ASI

C. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin 2. Pemantauan EKG 3. JDL dengan diferensial 4. Elektrolit 5. Hemoglobin/Hematokrit 6. Golongan darah 7. Urinalisis 8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi 9. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi. 10. Ultrasound sesuai pesanan D. Penatalaksanaan Medis 1. Pemberian cairan Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan. 2.

Diet Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 8 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.

3.

Mobilisasi Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah operasi b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar c. Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.

d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler) e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi.pasien bisa dipulangkan 4. Kateterisasi Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita. 5. Pemberian obat-obatan a. Antibiotik Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan 1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam 2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol 3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu 4) Obat-obatan lain Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C. 6.

Perawatan luka Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus dibuka dan diganti.

7.

Perawatan rutin Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan.

E. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea) b. Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi, kelemahan, penurunan sirkulasi c. Kerusakan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas operasi.

F. Intervensi Keperawatan No Diagnosa Keperawatan 1

Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)

Tujuan

Intervensi Keperawatan

Tujuan : Setelah diberikan 1. Observasi secara asuhan keperawatan selama 3 x komprehensif tentang nyeri 24 jam diharapkan nyeri klien meliputi lokasi, berkurang / terkontrol. Kriteria karakteristik, durasi, hasil : frekuensi, kualitas, 1. Mengungkapkan nyeri dan intensitas nyeri dan faktor tegang di perutnya berkurang presipitasi. 2. Skala nyeri 0-1 ( dari 0 – 10 ) 2. Observasi respon nonverbal 3. TTV dalam batas normal ; dari ketidaknyamanan Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 (misalnya wajah meringis) mmHg, RR :18-20x/menit, terutama ketidakmampuan Nadi : 80-100 x/menit untuk berkomunikasi secara 4. Wajah tidak tampak meringis efektif. 5. Klien tampak rileks, dapat 3. Ajarkan menggunakan berisitirahat, dan beraktivitas teknik nonanalgetik sesuai kemampuan (relaksasi, latihan napas dalam,, sentuhan terapeutik, distraksi.) 4. Kontrol faktor - faktor lingkungan yang yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (ruangan, suhu, cahaya, dan suara) 5. Kolaborasi untuk penggunaan kontrol analgetik, jika perlu.

Rasional 1. Mengetahui kondisi luka pasien sehingga memudahkan dalam melakukan asuhan keperawatan 2. Mengetahui skala nyeri pasien terhadap luka post op SC 3. Tehnik nonanalgetik dapat mengurangi nyeri dengan cara melakukan relaksasi nafas dalam dan tehnik distraksi 4. Lingkungan pasien berpengaruh terhadap nyeri yang dirasakan pasien 5. Analgetik dapat memblok pusat nyeri

2

Intoleransi tindakan kelemahan, sirkulasi

aktivitas b/d Tujuan : Kllien dapat melakukan 1. Pantau tingkat kemampuan anestesi, aktivitas tanpa adanya pasien untuk beraktivitas penurunan komplikasi. Kriteria Hasil : klien 2. Bantu klien untuk mampu melakukan aktivitasnya memenuhi kebutuhan secara mandiri aktivitas sehari-hari. Intervensi : 3. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /kondisi klien 4. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas

3

Kerusakan Integritas Kulit Tujuan : setelah dilakukan 1. b.d tindakan pembedahan tindakan 3 x 24 jam diharapkan integritas kulit dan proteksi 2. jaringan membaik Kriteria Hasil : Tidak terjadi 3. kerusakan integritas kulit

1. Mengetahui sejauhmana penurunan kemampuan pasien untuk beraktivitas 2. Membantu memenuhi kebutuhan dasar pasien 3. Melakukan tindakam sesuai dengan kemampuan pasien dapat membantu memenuhi kebutuhan dasar pasien secara bertahap 4. Mengetahui sejauhmana perkembangan pasien dalam melakukan aktivitas

Berikan perhatian dan 1. Menjaga kondisi luka perawatan pada kulit tetap bersih dan Lakukan latihan gerak mempercepat proses secara pasif penyembuhan luka 2. Latihan gerak pasif dapat Jaga kelembaban kulit membantu menghindari terjadinya atrofi otot karena kelemahan otot pasca anastesi operasi SC 3. Kelembaban kulit juga dapat mempercepat tumbuhnya jaringan kulit yang baru sehingga dapat mempercepat proses

penyembuhan luka 4

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas operasi.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien tidak mengalami infeksi Kriteria hasil : 1. Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesea) 2. Suhu dan nadi dalam batas normal ( suhu = 36,5 -37,50 C, frekuensi nadi = 60 -100x/ menit)

1. Observasi adanya tanda 1. Mengetahui apakah ada infeksi (kalor, rubor, dolor, tanda-tanda infeksi pada tumor, fungsio laesa) luka post op 2. Lakukan perawatan luka 2. Mempertahankan dengan teknik aseptik kebersihan luka, 3. Anjurkan klien dan keluarga menghindari terjadinya untuk mencuci tangan infeksi dan membantu sebelum / sesudah mempercepat proses menyentuh luka penyembuhan luka 4. Kolaborasi penggunaan 3. Mencuci tangan dengan antibiotik sesuai indikasi baik dan benar sebelum kontak dengan luka pasien dapat membantu mengurangi resiko terjadinya infeksi 4. Antibiotik biasa digunakan untuk mengurangi atau mencegah infeksi dengan cara membunuh mikrorganismemikrorganisme penyebab infeksi seperti bakteri

DAFTAR PUSTAKA

NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA. Yogyakarta: Mediaction. Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika. Nurarif Amin H & Hardi Kusuma, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC, Jilid 3. penerbit Mediaction, Yogyakarta Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Related Documents


More Documents from ""