Market Annisa Novi Benar.docx

  • Uploaded by: Arie Gustian
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Market Annisa Novi Benar.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,575
  • Pages: 23
4. MARKET a. Promosi Kesehatan Promosi kesehatan merupakan salah satu upaya yang penting dalam penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dalam SKN, baik yang disusun tahun 2009 maupun yang disusun tahun 2010, disebutkan bahwa salah satu subsistemnya

adalah

Subsistem

pemberdayaan

Masyarakat.

Subsistem

Pemberdayaan Masyarakat adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompok, dan masyarakat umum dibidang kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setingi- tingginya (Departemen kesehatan, 2010). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 / Menkes / SK / VII / 2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Departemen kesehatan, 2012). Pengembangan rumah sakit menjadi suatu organisasi yang sehat melalui pemberian penyuluhan kesehatan kepada pasien, karyawan rumah sakit, dan masyarakat, telah menghasilkan reorientasi rumah sakit menjadi rumah sakit promotor kesehatan (health promoting hospital). Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) berusaha mengembangkan pengertian pasien dan keluarganya tentang penyakit yang diderita pasien, mencakup hal-hal yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh pasien dan keluarganya untuk membantu penyembuhan dan mencegah terserang kembali oleh penyakit yang sama. Jadi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien dan keluarganya untuk berperan serta secara positif dalam usaha penyembuhan dan pencegahan penyakit.Karena itu penyuluhan kesehatan haruslah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program pelayanan kesehatan di rumah sakit dan bukan merupakan bagian tambahan yang terlepas (fizran, 2013). Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan dan mencegah masalah-masalah kesehatan, melalui

pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan public.

Hasil Analisa : Rumah sakit TK II Dustira memiliki program internal dilakukan di RS dalam bentuk penyuluhan kesehatan dan promosi RS. Media yang yang digunakan adalah leaflet, booklet, dan poster, serta di luar rumah sakit ( Ekstrnal ) menggunakan media radio, tv dan social media, selain Hasil observasi di ruang Pangrango sudah tersedia beberapa poster di area nurse stasion dan beberapa sudut ruangan contohnya seperti 6 langkah cuci tangan , five momen, 6 sasaran keselamatan pasien, PPI, pasirn safety,HIV, penyakit akibat rokok, TBC, etika batuk, PHBS. Jumlah leaflet yang tersedia di ruang Pangrango kurang, sedangkan salah satu fungsi leaflet adalah untuk memberikan informasi atau keterangan singkat untuk disampaikan kepada pasien maupun keluarga pasien sebagai edukasi. Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat - kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar - gambar yang sederhana. Leaflet merupakan media penyampaian informasi atau pesan melalui lembaran yang dilipat dengan ukuran relatif kecil untuk penyampaian informasi secara lebih mudah dan sederhana (Pujiriyanto, 2005).

b. HAIs (Health-Care Associated Infections) Tabel 2.14. Angka Health-Care Associated Infections (HAIs) Bulan November 2017 - Januari 2018 di Ruang Pangrango Rumah Sakit Dustira TK II No DATA 1 Infeksi Decubitus Jumlah pasien tirah baring Infeki nosocomial 2 Infeksi Phlebitis Jumlah lama hari pemasangan vena perifer Infeki nosocomial 3 Jumlah kasus infeksi aliran darah perifer Jumlah lama hari pemakaian kateter vena Infeki nosocomial 4 Infeksi Pneumonia/HAP Jumlah lama hari rawat Infeki nosocomial

November

Desember

Januari

203 0

213 0

658 0

666 0

222 0 0 678 0

0 0

0 0

658 0

666 0

0 0 0 678 0

5

6

7

Infeksi Luka Operasi Jumlah kasus operasi OB/OBK/OK Infeki nosocomial Infeksi Saluran Kemih Jumlah lama hari pemakaian kateter urine menetap Infeki nosocomial Jumlah kasus ventilator Associated Pneumonia Jumlah lama hari pemakaian ETT Infeki nosocomial Jumlah pasien dirawat Jumlah HAIs/infeksi nosocomial Infeki rate HAIs

3

0

1

0

0

4

4

0 0 3

0

0

0

0 0 203 0 0

0 0 215 0 0,0

0 0 204 0 0,0%

Hasil Analisis : Menurut definisi World Health Organization (WHO) (2010), HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien dan tenaga medis di rumah sakit yang terjadi selama proses perawatan ataupun selama bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/MenKes/SK/II/2008 standar angka kejadian HAIs rumah sakit adalah < 1,5%. Angka kejadian health-care associated infections (HAIs) di ruang Pangrango pada bulan November dan Desember tahun 2018 adalah 0 sedangkang bulan Januari 2019 adalah 0. Kejadian HAIs dijadikan sebagai indikator mutu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit, tinggi atau rendahnya angka HAIs secara akurat merupakan bukti konkrit dari kualitas pelayanan kesehatan dan keperawatan di rumah sakit.

c.

Kajian Indikator Mutu di Ruangan Pangrango (BOR, AVLOS, TOI, BTO) Sasaran market layanan kesehatan dan asuhan keperawatan di Ruang Dustira adalah ruang perawatan kelas I dan II penyakit dalam untuk pasien dewasa wanita dan Pria,Infeksi dan Non Infeksi yang berasal dari keluarga TNI, PNS serta masyarakat umum, dengan klasifikasi tipe pembayaran pasien Umum, BPJS Non PBI dan BPJS PBI. Secara Umum RS Dustira memiliki beberapa hal pendukung marketing untuk ruangan 1) BOR (Bed Occupation Ratio) Menurut Depkes RI (2005) Bed occupation Ratio adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya ting kat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit. Nilai parameter BOR yang

ideal adalah antara 60-85 % sedangkan dalam Nursalam (2012) standar nasional BOR adalah antara 75-80%. Rumus : Jumlah hari perawatan RS X 100% Jumlah TT X jumlah hari dalam 1 periode Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan November 2018 Januari 2019 di Ruang Pangrango Rumah Sakit Dustira TK II didapatkan hasil BOR pasien sebagai berikut : Tabel 2.15. Hasil BOR Bulan November 2018- Januari 2019 Ruang Pangrango Rumah Sakit Dustira TK II No

Bulan

Jumlah Hari rawat

BOR (%)

1.

November

658

91,38%

2.

Desember

666

89,51 %

3.

Januari

678

91.12 %

Berdasarkan hasil kajian situasi angka BOR yang sudah dilakukan dan berdasarkan data yang diperoleh, indikator kinerja di ruangan pangrango pada bulan November-Januari 2019 nilai BOR meningkat yaitu >85%. Nilai BOR yang tinggi menunjukan persentase tingginya pemakaian tempat tidur. Berdasarkan hasil rekapitulasi pada tanggal 19 – 21 februari 2019 di Ruang Pangrango RS TK II Dustira didapatkan hasil BOR pasien sebagai berikut :

No

Tanggal

Jumlah Bed

Bed yang terisi

BOR (%)

1.

19 februari 2018

24

22

91,6%

2.

20 februari 2018

24

22

91,6%

3.

21 februari 2018

24

21

87,5%

Rata – rata

90,2%

Berdasarkn hasil yang diperoleh didapatkan nilai BOR di Ruang Pangrango RS Dustira TK II selama 3 hari sebesar 90,2%. Presentase tersebut menggambarkan bahwa nilai BOR melebihi ideal dari nilai 75-85% menurut depkes.

2) AVLOS (Average Length of Stay) AVLOS (Average Length of Stay) menurut depkes RI adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan.Secara umum nilai AVLOS yang ideal menurut Kemenkes adalah 6-9 hari. Menurut Nursalam (2012) standar nasional AVLOS adalah 1 – 10 hari. Rumus : Jumlah lama dirawat Jumlah pasien keluar hidup dan mati Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan November 2019 Januari 2019 di Ruang Pangrango Rumah Sakit Dustira TK II Kota Cimahi didapatkan hasil AVLOS pasien sebagai berikut :

Tabel 2.16. Hasil AVLOS Bulan November 2018 - Januari 2019 Ruang Pangrango Rumah Sakit Dustira TK II No

Bulan

Jumlah Hari rawat

AVLOS (hari)

1.

November

658

3

2.

Desember

666

3

3.

Januari

678

3

Berdasarkan hasil AVLOS yang diperoleh di Ruang Pangrango pada bulan November 2018 - Januari 2019 menurut standar nasional dalam Nursalam (2012) sudah ideal atau sesuai dengan standar. Tetapi menurut Nursalam (2012) standar nasional AVLOS adalah 1 – 10 hari sehingga AVLOS di ruang Pangrango telah sesuai.

Hasil Rekapitulasi Ruang Pangrango dari tanggal 19-21 Februari 2019

No 1

AvLOS Tanggal 19- 21 Februari 2019 Jumlah Pasien Keluar Lama Dirawat 20 65

AvLOS 3 Hari

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa angka AvLOS di Ruang Pangrango adalah 3 hari, hal ini menunjukkan bahwa AvLOS di Ruang Pangrango belum sesuai dengan parameter menurut Depkes RI (2005) yaitu antara 6-9 hari.

3) TOI (Turn Over Internal) TOI (Turn Over Interval) menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur, idealnya menurut kemenkes tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus : (Jumlah tempat tidur X periode) – (hari perawatan) Jumlah pasien keluar hidup + mati Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan November 2018 Januari 2019 di Ruang Pangrango Rumah Sakit Dustira TK II Kota Cimahi didapatkan TOI pasien sebagai berikut : Tabel 2.17. Hasil TOI Bulan November 2018 - Januari 2019 Ruang Pangrango

No

Bulan

Jumlah Hari rawat

TOI (hari)

1.

November

658

0,3

2.

Desember

666

0,3

3.

Januari

678

0,3

Berdasarkan hasil TOI yang diperoleh di Ruang Pangrango pada bulan November 2018 - Januari 2019 menurut standar Depkes RI 2005 kurang ideal karena kurang dari 1-3 hari. Sedangkan dari hasil kajian yang dilakukan selama 3 hari pada tanggal 19-21 Februari 2019 perhitungan TOI yang didapat dari buku registrasi pasien di Ruang Cikuray I adalah sebagai berikut :

Tabel 2.6 Hasil Rekapitulasi Ruang Pangrango dari tanggal 19-21 Februari 2019

No

Tanggal

1. 19-21 Februari2019 TOI

Jumlah hari rawat 65

Jumlah pasien keluar 20 0,3

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa angka TOI Ruang Pangrango adalah 0,3 hari, ini menunjukkan bahwa TOI pasien di Ruang Pangrango belum ideal standar menurut parameter Depkes RI (2005) yaitu antara 1-3 hari.

4) BTO (Bed Turn Over) BTO (bed Turn Over) adalah angka perputaran tempat tidur atau frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu, idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 4050 kali atau dalam satu bulan (Depkes RI, 2005). Rumus : Jumlah pasien keluar (hidup + mati) Jumlah tempat tidur Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan November 2018 Januari 2019 di Ruang Pangrango Rumah Sakit Dustira TK II Kota Cimahi didapatkan BTO pasien sebagai berikut : Tabel 2.18. Hasil BTO Bulan November 2018 - Januari 2019 Ruang Pangrango Rumah Sakit Dustira TK II No

Bulan

Jumlah Hari rawat

BTO (kali)

1.

November

658

8

2.

Desember

666

9

3.

Januari

678

9

Berdasarkan hasil BTO yang diperoleh di Ruang Pangrango pada bulan November 2017 - Januari 2018 menurut Depkes RI belum sesuai standar

Hasil rekapitulasi Ruang Pangrango bulan Februari 2019 No 1

Bulan 19-21 Februari 2019

Jumlah tempat tidur 24

Jumlah Pasien keluar 20

BTO 0,8 kali

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa angka BTO Ruang Cikuray adalah 0,8/>1 kali dalam tiga hari ini menunjukkan bahwa BTO di Ruang Pangrango sesuai standar menurut anjuran Depkes (2010) yaitu 40-50 kali.

d.

Medication Error Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara efisien dan efektif sesuai standar profesi, standar pelayanan yang dilaksanakan

secara

menyeluruh

sesuai

dengan

kebutuhan

pasien,

memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam pengembangan pelayanan kesehatan atau keperawatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal (Nursalam, 2015). Jenis-jenis insiden keselamatan pasien (Depkes, 2008) : 1) Kejadian Yang Tidak Diharapkan (KTD) Suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. 2) Kejadian Tidak Cedera (KTC) Suatu insiden yang sudah terpapar ke pasien tetapi tidak mengakibatkan cedera. 3) Kejadian Nyaris Cedera (KNC) Kejadian nyaris cedera adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien. Misalnya suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelem obat diberikan kepada pasien.

4) Kejadian Potensial Cedera (KPC) Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera tetpi belum terjadi insiden.Misalnya obat-obatan LASA (Look, Alike, Sound, Alike) disimpan berdekatan. 5) Kejadian Sentinel Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius. Biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti : operasi pada tubuh yang salah. Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi yang dilakukan dengan pihak K3RS (Kesehatan Keselamatan Kerja Rumah Sakit) untuk data KTD, KTC, KNC dan Kejadian sentinel di Ruang Pangrango pada bulan November 2018- Januari 2019 dapat dilihat dari data sebagai berikut : Tabel 2.19. Angka Kejadian KTD, KPC, KNC dan Sentinel di Ruang Pangrango RS Dustira Kejadian No

Bulan

Laporan

Tertusuk

Terjatuh

Tertimp

Keba-

Terpa-

resiko

benda

/terpeles

a/terpuk

karan

par B3

cidera

tajam/jar

et

ul

um

Penya- Kecela Kecela kit

-kaan

kaan

akibat

akibat

akibat

kerja

kerja

kerja

1

November

0

0

0

0

0

0

0

0

0

2

Desember

0

0

0

0

0

0

0

0

0

3

Januari

0

0

0

0

0

0

0

0

0

Berdasarkan data yang diperoleh, didapatkan hasil bahwa angka KTD, KTC, KNC dan Kejadian sentinel di Ruang Pangrango RS Dustira adalah 0 atau tidak ada.

e. Patient safety Keselamatan pasien (pasien safety) RS adalah suatu sistem dimana RS membuat asuhan pasien lebih aman (Depkes, 2008).Meliputi : asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tidak lanjutnya serta implementasi solusi untuk

meminimalkan resiko (Permenkes Indonesia nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2012 tentang keselamatan pasien RS). Menurut Nursalam (2015), keselamatan pasien merupakan suatu variable untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit sehingga sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit. KTD bisa disebabkan oleh berbagai factor antara lain beban kerja perawat yang tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang tepat dan sebagainya (Nursalam, 2015). Tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah: 1) Ketepatan identifikasi pasien Ketepatan identifikasi meliputi nama, tanggal lahir, dan nomor rekam medik pasien. Petugas harus melakukan identifikasi pasien saat : a) Pemberian obat b) Pemberian darah/produk darah c) Pengambilan darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinis d) Sebelum memberikan pengobatan e) Sebelum memberikan tindakan 2) Peningkatan komunikasi yang efektif a) Memakai teknik SBAR b) Memakai teknik TBAK 3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert) Kewaspadaan terhadap obat dengan NORUM/LASA (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip/Look alike sound alike). 4) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi. 5) Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan a) Penggunaan APD b) Membersihkan tangan 6 langkah c) Pengelolaan limbah sampah 6) Pengurangan resiko jatuh Dengan penggunaan gelang khusus atau papan resiko jatuh berwarna kuning (Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011).

Hasil Analisis : Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 19-21 Februari 2019 didapatkan hasil : 1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar) Berdasarkan hasil pengamatan, perawat di Ruang Pangrango sudah menerapkan identifikasi secara tepat dikarenakan saat pemberian obat perawat bertanya identitas pasien. Perawat memberikan informasi tentang obat jika pasien menanyakannya. 2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif) 3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko tinggi) 4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery (mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi) 5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan) Hasil observasi yang dilakukan dipadaptkan hasil bahwa perawat sudah melakukan cuci tangan dengan benar tetapi sayangnya tidak dilaksanakan 5 moment. Perawat tidak melakukan cuci tangan sebelum tindakan dilakukan tetapi ketika tindakan telah dilakukan perawat mencuci tangannya. Dalam penggunakan APD sudah diterapkan dengan baik.perawat menggunakan masker dan handscoon dalam penanganan pasien. 6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena jatuh) (Aprilia, 2011). a. Semua tempat tidur pasien sudah mempunyai bed plang. b. Sudah terdapat format untuk penilaian pasien jatuh di buku status pasien, tetapi tidak dilakukan pemeriksaan ulang resiko jatuh setiap 3 hari atau sewaktu-waktu bila ada perubahan. c. Semua pasien sudah memakai gelang identitas yang sesuai dengan ketentuan dari kebijakan rumah sakit yang terdiri dari nama, no RM, dan tanggal lahir. d. Belum tersedianya penanda resiko jatuh pada bed pasien

f. Manajemen Pelayanan Keperawatan 1) Tingkat Kepuasan Perawat Secara konsep kepuasaan kerja memiliki hubungan dengan tingkat kinerja pekerja dengan terciptanya kepuasaan kerja yang merupakan sikap positif yang dilakukan individual terhadap pekerjaan mereka, maka akan tercapainya kinerja individual tersebut (Wibowo, 2007). Dalam melaksanakan asuhan keperawatan berbagai macam factor mempengaruhi kinerja seorang perawat, pada dasarnya tingkat kinerja perawat dipengharuhi oleh factor dari dalam perawat itu sendiri dan factor luar dari perawat. Factor dari dalam diri perawat antara lain pengetahuan dan keterampilan, kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya, motivasi kerja, dan kepuasaan kerja. Sedangkan factor dari luar diri perawat yaitu beban kerja dan gaya kepempinan dalam orgainsasi yang sangat berperan dalam mempengahruhi kinerja perawat. (Nursalam, 2007). Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada 18 orang perawat yang dilakukan pada tanggal 19-21 Februari 2019 tentang penilaian kepuasan kerja perawat pelaksana didapatkan data berikut : Tidak puas

20,25%

Puas

59,46%

Sangat Puas

20,26%

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel tersebut, disimpulkan bahwa dari total responden yang berjumlah 18 perawat diperoleh 20,26% sangat puas, kemudian 59,46% mengatakan puas dan 20,25 % mengatakan tidak puas terhadap kerja perawat di ruang Pangrango RS TK II Dustira. Ketidak puasannya diantaranya : a) Sanksi yang diterapkan rumah sakit tidak merugikan karyawan b) Atasan membantu dalam permasalahan yang enyangkut pekerjaan c) Pekerjaan yang saya lakukan tidak sesuai dengan job descripsion d) Saya tidak mendapatkan pengakuan selayaknya pretasi kerja saya

Tabel 2.20. Manajemen Pelayanan Keperawatan di Ruang Pangrango RS Dustira TK II

No

Pertanyaan

Jawaban

Jawaban

Baik

Kurang

Responden

Responden

18

0

18

18

0

17

18

Jumlah

Hasil

Persentase

Responden Responden

Baik

Kurang

100%

100%

0%

18

100%

100%

0%

1

18

100%

94%

6%

0

18

100%

100%

0%

A. Fungsi Perencanaan 1

Dalam melaksanakan tugas, saya sesuaikan dengan visi dan misi Rumah Sakit dan ruangan

2

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan saya berpedoman pada standar asuhan keperawatan (SAK)

3

Dalam melaksanakan prosedur keperawatan saya berpedoman pada standar operasional prosedur (SOP)

4

Dalam bekerja saya berdasarkan

aperaturan yang ada di rumah sakit 5

Saya berusaha konsisten dalam bekerja dengan mengikuti standar

18

0

18

100%

100%

0%

17

1

18

100%

94%

6%

18

0

18

100%

100%

0%

17

1

18

100%

94%

6%

14

4

18

100%

78%

22%

kinerja di rumah sakit B. Pengorganisasian 1

Sistem pemberian asuhan keperawatan yang digunakan di ruangan ini dengan MPKP

2

Saya memahami struktur organisasi yang ada di ruangan

3

Dalam bekerja saya melakukan tugas sesuai dengan uraian tugas yang ditentukan oleh ruangan

4

Jumlah tenaga keperawatan yang ada diruangan telah sesuai dengan beban kerja perawat

5

Pengaturan shift yang ada dalam ruangan saya berdasarkan dari tingkat

14

4

18

100%

78%

22%

18

0

18

100%

100%

0%

18

0

18

100%

100%

0%

18

0

18

100%

100%

0%

ketergantungan pasien

C. Pengarahan 1

Didalam bekerja saya tenang karena setiap saat ada kegiatan supervisi untuk menunjukan yang baik kepada kami

2

Saya tahu betul pekerjaan saya karena setiap dinas ada program operan antar shift yang jelas

3

Saya tahu betul pekerjaan saya sebagai perawat pelaksana karena sebelum dinas ada pre conference dari kepala tim untuk menjelaskan pekerjaan yang akan kita lakukan

4

Saya mengetahui pekerjaan dengan baik karena setiap hari ada program post conference

17

1

18

100%

94%

6%

18

0

18

100%

100%

0%

14

4

18

100%

78%

22%

14

4

18

100%

78%

22%

dari kepala tim untuk menjelaskan evaluasi pekerjaan kita lakukan 5

Saya senang karena ada kegiatan ronde keperawatan diruang untuk menyelesaikan kasus kompleks diruangan

D. Pengendalian 1

Tiap bulan diruangan saya dilakukan evaluasi terhadap kinerja perawat diruangan masing-masing yang dilakukan oleh ketua tim dan perawat pelaksana

2

Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara menghitung BOR

3

Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit

17

1

18

100%

94%

6%

15

3

18

100%

84%

16%

18

0

18

100%

100%

0%

17

1

18

100%

94%

6%

95%

5%

mutu dengan cara menghitung ALOS 4

Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara menghitung TOI

5

Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara menghitung kejadian infeksi nosocomial

6

Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara menghitung kejadian jatuh Rata – rata

1. Fungsi perencanaan Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada pernyataan fungsi perencanaan 94% yang menjawab hasilnya baik. 2. Pada pengorganisasian 100% yang menjawab baik dengan bentuk pernyataan ‘‘Saya memahami struktur organisasi yang ada di ruangan’’ dan 94% pada pernyataan ‘‘Dalam bekerja saya melakukan tugas sesuai dengan uraian tugas yang ditentukan oleh ruangan’’ dan 94% pada pernyataan ‘‘Sistem pemberian asuhan keperawatan yang digunakan di ruangan

ini dengan MPKP’’ dan 78% ‘‘Jumlah tenaga keperawatan yang ada diruangan telah sesuai dengan beban kerja perawat’’ 78% pada pernyataan ‘‘Pengaturan shift yang ada dalam ruangan saya berdasarkan dari tingkat ketergantungan pasien’’.Pada pernyataan pengarahan 100% pada pernyataan ‘‘. Dari rata-rata keseluruhan bahwa nilai pengorganisasian yang menjawab baik yaitu 88,8%. 3. Pengarahan 100% pada pernyataan “Saya tahu betul pekerjaan saya karena setiap dinas ada program operan antar shift yang jelas”. 100% pada pernyataan “Saya senang karena ada kegiatan ronde keperawatan diruang untuk menyelesaikan kasus kompleks diruangan”. 93% pada pernyataan “Saya mengetahui pekerjaan dengan baik karena setiap hari ada program post conference dari kepala tim untuk menjelaskan evaluasi pekerjaan kita lakukan”. 100% pada pernyataan “Saya tahu betul pekerjaan saya sebagai perawat pelaksana karena sebelum dinas ada pre conference dari kepala tim untuk menjelaskan pekerjaan yang akan kita lakukan”. 100% pada pernyataan “Didalam bekerja saya tenang karena setiap saat ada kegiatan supervisi untuk menunjukan yang baik kepada kami”. Dapat di simpulkan bahwa yang menjawab baik dari keseluruhan responden yaitu 94% 4. Pengendalian 78% pada pernyataan “Tiap bulan diruangan saya dilakukan evaluasi terhadap kinerja perawat diruangan masing-masing yang dilakukan oleh ketua tim dan perawat pelaksana” dan “Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara menghitung kejadian infeksi nosocomial”. 93% pada pernyataan “Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara menghitung ALOS”. 78% pada pernyataan “Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara menghitung BOR” . 85% pada pertanyan“Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara menghitung TOI”. 93% pada pernyataan “Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara menghitung kejadian jatuh”. Dapat di simpulkan bahwa yang menjawab baik dari keseluruhan responden yaitu 88%. 2) Tingkat Kepuasan Pasien Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat. Pelaksanaan evaluasi menggunakan kuesioner yang berisi soal berbentuk pertanyaan tertutup. Adapun indikator kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan dinilai berdasarkan kuesioner berjumlah 25 pertanyaan tertutup, masing – masing pertanyaan diberi nilai berdasarkan jawaban, kemudian nilai tiap unsur dijumlahkan lalu

dibagi denganresponden (14 orang) lalu dikalikan dengan nilai penimbang (0,04). Dengan kriteria mutu pelayanan dan kinerja unit pelayanan yaitu “sangat baik”, “baik”, “Kurang Baik”, “Tidak baik”. Tabel 2.5Kriteria Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan Nilai Persepsi 1 2 3 4

Nilai Interval IKM 1,00 – 1,75 1,76 – 2,50 2,51 – 3,25 3,26 – 4,00

𝐼𝐾𝑀 =

No

1

Nilai interval konversi IKM 25 – 43,75 43,76 – 62,50 62,51 – 81,25 81,26 – 100,00

Kinerja Unit Pelayanan Tidak baik Kurang baik Baik Sangat baik

Mutu Pelayanan D C B A

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑠𝑢𝑟 𝑥 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑛𝑠𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖

Unsur Pelayanan

Nilai unsur pelayan

Nilai rata-rata tertimbang

Perawat mampu menangani masalah perawatan dengan profesional

3.07

0.12

Perawar memberikan informasi tentang fasilitas yang tersedia serta memberitahu tentang tata tertib yang berlaku

2.85

0.11

Perawat memberitahu dengan jelas tentang hal

3

0.12

3.14

0.12

3.07

0.12

2.92

0.11

2.78

0.11

3

0.12

3

0.12

2 3 yang harus dipatuhi dalam perawatan

Perawat memberitahu dengan jelas tentang hal 4 yang harus dilarang dalam perawatan

Ketepatan waktu perawat tiba diruangan saat 5 pasien membutuhkan

Perawat memberi perhatian terhadap keluhan 6 yang pasien rasakan

Perawat dapat menjawab pertanyaan tentang 7 tindakan yang diberikan kepada pasien

Perawat jujur dalam memberikan informasi 8 tentang pasien 9

10

11 12

Perawat memberikan salam dan senyum saat bertemu dengan pasien Perawat teliti dan terampil dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhdap pasien Perawat memberi informasi tentang administrasi yang berlaku pada pasien rawat inap Perawat selalu menjaga kebersihan dan kerapihan ruangan pasien

3 3.14 3.14

0.12

0.12 0.12

13 14 15 16 17

18

19 20 21 22

23 24 25

Perawat menjaga kebersihan dan kesiapan alat kesehatan yang akan digunakan Perawat menjaga kebersihan dan kelengkapan fasilitas kamar mandi dan toilet Perawat selalu menjaga kerapian dan penampilannya Perawat memberikan informasi akan segala tindakan yang akan dilakukan Perawat mudah ditemui dan dihubungi bila pasien membutuhkan Perawat sering mengok dan memeriksa keadaa pasien seperti mengecheck TTV dan pantau cairan infus Perlayanan yang diberikan perawat tidak memandang pangkat/status tapi berdasarkan kondisi pasien Perawar perhatian dan memberikan dukungan moril terhadap kesehatan pasien Perawat bersedia menawarkan bantuan kepada pasien saat kesulitan tanpa diminta Perawat segera menangani pasien ketika pasien sampai di ruang rawat inap Perawat menyediakan waktu khusu untuk pasien berjalan, BAB, BAK, ganti posisi tidur dll Perawat membantu pasien untuk memperoleh obat Perawat membantu pasien untuk pelaksanaan foto dan laboratorium di RS ini Total Hasil Nilai Indeks x Nilai dasar

3.28 2.85 3.21 2.85 3.28 3.21

3 2.85 2.85 3 2.5 3.35 3.14

0.13 0.11 0.12 0.11 0.13 0.13

0.12 0.11 0.11 0.12 0.1 0.12 0.13

75.57 75.57’

Berdasarkan hasil kuisioner kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan di Rumah Sakit Dustira TK II yang dilakukan terhadap 14 pasien pada taggal 19-21 Februari 2019 didapatkan nilai indeks kepuasan pasien sebesar 75,57 % yang berarti kinerja unit pelayanan dalam katagori baik dengan nilai muti pelayanan “B”. Sehingga semakin baik kinerja mutu pelayanannya maka tingkat kepuaasannya semakin tinggi

3) Keamanan dan Kenyamanan Keselamatan pasien (pasien safety) RS adalah suatu sistem dimana RS membuat asuhan pasien lebih aman (Depkes, 2008). Meliputi: asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tidak lanjutnya serta implementasi solusi untuk

meminimalkan resiko (Permenkes Indonesia nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2012 tentang keselamatan pasien RS). Penunggu pasien di ruang Pangrango maksimal 2 orang dan para penunggu pasien sudah mematuhi peraturan tersebut. Adapun untuk penunggu pasien sudah memiliki ID Card penunggu pasien dengan alur pasien masuk ke IGD/poli → Satpam → pasien

menunjukkan surat rawat inap→ satpam meminta KTP kelurga/pasien →

Keluarga diberikan ID Card penunggu pasien. Kunjungan pasien diruangan sudah sesuai dengan jam besuk yang sudah ditentukan yaitu dari 10.00-12.00 dan dari jam 16.00-19.00 WIB, tetapi banyaknya jumlah pengunjung melebihi batas bahkan ada yang membawa anak dibawah 12 tahun. Kemudian untuk pemasangan gelang identitas sudah sesuai dengan prosedur yaitu terdapat nama, no RM dan Tempat tanggal lahir. Untuk pasien laki-laki berwarna biru dan untuk perempuan berwarna merah muda.

M5 (MARKET) Kekuatan (S) 1. RS Dustira TK II memiliki 2 program promosi

kesehatan

(internal

0.1

4

0.4

dan

(2.3–0 )

eksternal)

= 1,2

2. Rumah Sakit Dustira TK II

sudah

terakreditasi dari komite akreditasi

0.2

2

0.4

0.1

3

0.3

0.1

2

0.2

0.2

2

0.4

rumah sakit (KARS) paripurna. 3. Angka

kejadian

HAIs/infeksi

nosokomial pada bulan November dan desember 2018- tahun 2018 adalah 0 4. Angka BTO di Ruang Pangrango pada 3 bulan terakhir adalah . 5. Angka KTD, KPC, KNC dan kejadian sentinel di Ruang Pangrango pada bulan November – Januari 2019 adalah 0

S–W

6. Tingkat

kepuasan

kerja

perawat

0,2

3

0,6

0,1

4

0,4

pelaksana di Ruang Pangrango dalam kategori “Puas: dengan persentase 59,46 % dan sangat puas yaitu 20,26%. 7. BOR di Ruang Pangrango selama 3 Bulan terakhir rata-rata > 85%.

TOTAL

1

2.3

TOTAL

1

2

Kelemahan (W)

Peluang (O) 1. Adanya kerjasama RS Dustira

0,5

4

2,8

Tingkat II dengan Institusi

(3,3-0)

Pendidikan berbasis kesehatan baik

= 3,3

dari dalam maupun luar Kota Bandung, serta luar provinsi jawa barat seperti keperawatan dan fisioterapi. 2. RS Dustira merupakan rumah sakit

0.2

3

0,6

0,3

3

0,9

milik TNI Angkata darat 3. Tingkat kepuasan pasien di ruang Panrango dalam kategori “baik”

O–T

dengan persentase 75,54%

TOTAL

1

3,3

TOTAL

1

3

Ancaman (T)

Related Documents

Novi
November 2019 59
Almira Novi
July 2020 32
004-annisa
May 2020 16
Novi Pravilnik
April 2020 37
Novi Vek_renesansa
June 2020 25

More Documents from ""