Bab I Kajian Situasi Manajemen Keperawatan.docx

  • Uploaded by: Arie Gustian
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I Kajian Situasi Manajemen Keperawatan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,797
  • Pages: 10
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Di suatu negara rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan kepada pasien sesuai kebutuhan pasien itu sendiri yang diberikan oleh tim kesehatan. Pelayanan medik dan perawatan merupakan sub sistem dari sistem pelayanan yang ada di rumah sakit. Bentuk pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien, sehingga lebih bersifat individual (WHO, 2010). Di Indonesia sendiri fasilias rujukan utama bagi masyarakat Indonesia adalah rumah sakit. Oleh karena itu sebagai pusat rujukan utama, rumah sakit sendiri harus dituntut mampu untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif. Peran perawat profesional dalam sistem kesehatan nasional adalah berupaya dalam mewujudkan sistem kesehatan yang baik, sehingga penyelenggaraan pelayanan kesehatan (health service) sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health needs and demands) masyarakat. Perawat merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, dikarenakan pelayanan yang diberikan oleh perawat berlangsung secara terusmenerus dan berkesinambungan dan diberikan selama 24 jam penuh. Oleh karena itu, baik buruknya citra suatu institusi pelayanan kesehatan dalam hal ini ditentukan oleh kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan oleh tim perawat (Nursalam, 2014). Melihat pentingnya peranan perawat dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit, untuk itu tim keperawatan di sebuah rumah sakit harus mempunyai komponen manajemen dalam mengatur suatu tim keperawatan

untuk

menjalankan

asuhan

keperawatan

secara

berkesinambungan sesuai dengan peran perawat profesional. Manajemen

merupakan suatu proses yang dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain, sedangkan manajemen keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan fungsi-fungsi keperawatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan Huston, 2010). Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di sebuah rumah sakit. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman atau konsep dan aplikasi didalam tim keperawatan oleh tenaga perawat itu sendiri. Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan dituntut untuk mampu dalam manajerial yang tangguh, hanya semata demi kepuasan

pasien

dalam

menerima

pelayanan

asuhan

keperawatan.

Kemampuan manajerial dapat diperdalam dengan berbagai cara tentunya, salah satunya yaitu dengan melewati pembelajaran melalui bangku kuliah tidak hanya ringan pendalaman teori tetapi juga ditingkatkan keterampilan manajerial melalui pembelajaran dilahan praktik. Rumah Sakit Tingkat II Dustira Cimahi merupakan rumah sakit kebanggaan prajurit di wilayah Kodam III/Siliwangi yang dibangun pada tahun 1887 dimasa penjajahan Hindia-Belanda untuk keperluan militer HindiaBelanda yang bertugas didaerah Cimahi dan sekitarnya. Pada tahun 1949 setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda rumah sakit militer diserahkan oleh militer Belanda kepada TNI dan namanya diganti menjadi rumah sakit Territorium III. Namun, pada tanggal 19 Mei 1956 pada saat perayaan ulang tahun Territorium III/Siliwangi yang ke-10, nama rumah sakit ini diubah menjadi Rumah Sakit Dustira (Profil Rumah Sakit Dustira). Ruang rawat inap Pangrango merupakan ruang perawatan kelas I dan kelas II di rumah sakit Dustira dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya kepada satuan-satuan dan personel TNI AD, PNS dan keluarganya dan masyarakat umum dan peserta BPJS. Ruang Pangrango memiliki kapasitas 24 kamar dengan 1 tempat tidur pada setiap kamarnya. Fasilitas ruang perawatan setahap demi setahap ditingkatkan sejalan dengan visi dan misi Rumah Sakit Dustira.

Dalam rangka meningkatkan keterampilan manajerial itu sendiri, upaya awal yang dilakukan yaitu dengan mendapatkan materi seputar manajemen keperawatan dikampus dan tahap kedua yaitu melakukan praktik langsung dilapangan, untuk itu kami sebagai mahasiswa-mahasiswi STIKes Dharma Husada Bandung Profesi Ners akan melakukan praktik lapangan dalam stase manajemen di Rumah Sakit Dustira Cimahi khususnya di ruang rawat inap Pangrango (ruang perawatan kelas I dan II) sebagai tahap lanjutan untuk mengaplikasikan langsung dilapangan dengan arahan dari pembimbing lapangan dan pembimbing akademik. Berdasarkan uraian diatas, maka kami akan mengkaji manajemen unit dan manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat inap Pangrango (ruang perawatan kelas I dan kelas II) di Rumah Sakit Tingkat II Dustira Cimahi. B. Tujuan Praktik 1. Tujuan Umum Setelah melaksanakan praktik stase manajemen keperawatan, mahasiswa diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan dengan

menggunakan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan

Profesional (SP2KP), secara bertanggungjawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan yang profesional serta langkah-langkah manajemen keperawatan. 2. Tujuan Khusus Setelah menyelesaikan praktik stase manajemen keperawatan, diharapkan mahasiswa mampu: a. Melaksanakan implementasi dari hasil kajian situasi di ruang rawat inap Pangrango. b. Melaksanakan analisis dari hasil kajian situasi dan identifikasi masalah manajemen keperawatan. c. Mampu melaksanakan peran dan fungsi sebagai kepala ruangan, ketua tim/perawat primer, dan perawat pelaksana di ruang rawat inap Pangrango. d. Mampu membuat fungsi perencanaan (Planning): 1) Mampu membentuk rumusan filosofi, visi dan misi ruangan 2) Mampu melaksanakan kajian kebutuhan tenaga keperawatan

3) Mampu melaksanakan analisis kebutuhan sarana dan prasarana keperawatan di ruang rawat inap Pangrango e. Mampu melaksanakan fungsi pengorganisasian (Organizing): 1) Mampu menerapkan sistem penugasan yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi ruangan dengan fokus pada metode penugasan tim atau modifikasi tim primer 2) Membuat struktur organisasi di ruangan berdasarkan metode di ruangan 3) Membuat jadwal dinas untuk perawat di ruangan f. Mampu melaksanakan fungsi pengarahan (Actuating): 1) Mampu melakukan supervisi 2) Mampu menerapkan komunikasi efektif antara lain: a) Operan/Timbang Terima b) Pre dan post conference c) Ronde Keperawatan d) Discharge Planning e) Dokumentasi Keperawatan g. Mampu melaksanakan fungsi pengendalian (Controling) dalam audit hasil di ruangan, antara lain: 1) Mampu memperhitungkan BOR (Bed Occupancy Rate), yaitu pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu 2) Mampu menghitung LOS (Length of Stay), yaitu rata-rata lama rawat seorang pasien. 3) Mampu menghitung TOI (Turn Over Interval), yaitu rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya 4) Mampu menghitung kejadian infeksi nosokomial 5) Mampu menghitung kejadian cedera/pasien jatuh 6) Mampu melakukan audit dokumentasi asuhan keperawatan 7) Mampu menganalisis kepuasan pasien dan keluarga h. Evaluasi (Evaluation): 1) Mampu melaksanakan evaluasi pada penerapan standar asuhan keperawatan 2) Mampu melaksanakan evaluasi kepuasan pasien dan perawat i. Mampu melaksanakan pengorganisasian kelompok untuk mengadakan seminar sesuai dengan undangan terbuka dengan topik seminar berkaitan dengan manajemen pengelolaan ruang rawat inap. C. Manfaat 1. Bagi Rumah Sakit TAMBAHKAN MANFAAT BAGI RUMAH SAKIT 2. Bagi Perawat Ruangan

a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal b. Terbinanya hubungan antara perawat dan perawat, perawat dengan tim kesehatan lainnya, dan perawat dengan pasien serta keluarga pasien c. Menumbuhkan dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat. 3. Bagi Pasien Dengan

adanya

program

Sistem

Pemberian

Pelayanan

Keperawatan Profesional (SP2KP) dirumah sakit diharapkan pasien merasakan pelayanan yang optimal, serta mendapat kenyamanan dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai kepuasan pasien yang optimal.

4. Bagi Mahasiswa a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat inap sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model SP2KP yang diaplikasikan di ruang rawat inap Pangrango Rumah Sakit Tingkat II Dustira Cimahi. c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penerapan model SP2KP di ruang rawat inap Pangrango Rumah Sakit Tingkat II Dustira Cimahi. d. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan menyusun rencana untuk mengatasi masalah yang sudah teridentifikasi di ruang rawat inap Pangrango Rumah Sakit Tingkat II Dustira Cimahi. e. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model asuhan keperawatan profesional di ruang rawat inap Pangrango Rumah Sakit Tingkat II Dustira Cimahi. 5. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruang rawat inap dengan pelaksanaan model Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional.

BAB II KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG PANGRANGO A. Kajian Situasi Rumah Sakit Tingkat II Dustira Cimahi 1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Tingkat II Dustira Cimahi Rumah Sakit Tingkat II Dustira merupakan rumah sakit kebanggaan prajurit di wilayah Kodam III/Siliwangi yang dibangun pada pada tahun 1887 di masa penjajahan Hindia-Belanda sebagai rumah sakit Militer (Militare Hospital) dengan luas tanah 14 hektar untuk keperluan militer Hindia-Belanda yang bertugas di daerah cimahi dan sekitarnya. Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), rumah sakit ini dipergunakan sebagai tempat perawatan tawanan tentara Belanda dan perawatan tentara Jepang dan pada tahun 1945-1947 dikuasai kembali oleh NICA. Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda pada tahun 1949, Militare hospital diserahkan oleh militer Belanda kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang diwakili oleh Letkol Dokter Kornel Singawinata dan sejak saat itu namanya diganti namanya menjadi Rumah Sakit Territorium III dengan Letkol Dokter Kornel Singawinata sebagai kepala rumah sakit yang pertama. Tetapi pada tanggal 19 Mei 1956 pada saat perayaan hari ulang tahun Territorium

III/Siliwangi

yang

ke-10,

Panglima Territorium

III/Siliwangi, Kolonel Kawilarang, menetapkan nama rumah sakit ini dengan nama Rumah Sakit Dustira. Pada perkembangan selanjutnya Rumah Sakit Dustira, bukan saja menerima pasien dari kalangan militer tetapi juga masyarakat umum. Saat ini Rumah Sakit Dustira mampu mengupayakan pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif yang terpadu dengan pelaksanaan kegiatan kesehatan promotif dan preventif sehingga menjadi rumah sakit rujukan tertinggi. TAMBAHKAN SEJARAH URUTAN AKREDITAS RUMAH SAKIT LIHAT DISINI ↓ http://rsdustira.com/profil.html

2. Falsafah, Motto, Visi, Misi dan Tujuan a. Falsafah “Visi tanpa aksi hanya mimpi, aksi tanpa visi buang waktu, visi dengan aksi bangun perubahan”. b. Motto TeRPESoNA: Tertib, Ramah, Professional, Empati, Solid, Nyaman dan Aman. c. Visi - Memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan paripurna - Memberikan dukungan kesehatan yang handal - Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan yang bermutu dalam rangka pelaksanaan Rumah Sakit Pendidikan d. Misi 1) Menjadikan rumah sakit kebanggan prajurit, PNS dan keluarganya serta masyarakat umum di wilayah Kodam III/Siliwangi yang bermutu dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian. 3. Kedudukan, Tugas dan Fungsi a. Kedudukan TAMBAHKAN KEDUDUKAN RS b. Fungsi TAMBAHKAN FUNGSI RS c. Tugas - Memberikan pelayanan kesehatan yang prima khususnya kepada satuan-satuan dan personel TNI AD, PNS dan Keluarganya, umumnya kepada anggota TNI lainnya serta masyarakat umum dan -

peserta BPJS Menjadi rumah sakit rujukan tertinggi dari rumah sakit dibawahnya

4. Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan a. Instalasi Gawat Darurat (IGD) 1) Instalasi Gawat Darurat dengan dokter jaga dan tenaga paramedik professional serta didukung oleh dokter spesialis 2) Ambulan sesuai standar akreditasi 3) Radiologi 4) Laboratorium 5) Bank Darah 6) Farmasi/Apotek b. Instalasi Rawat Jalan 1) Poli Anak

2) Poli Tumbuh Kembang 3) Poli Penyakit Dalam 4) Poli Bedah: - Bedah Umum - Bedah Urologi - Bedah Orthopedi - Bedah Syaraf - Bedah Plastik 5) Poli Obstetric dan Gynaecology 6) Poli Penyakit Jantung 7) Poli Penyakit Gigi dan mulut 8) Poli Penyakit Mata 9) Poli Jiwa 10) Poli Penyakit Syaraf 11) Poli Penyakit THT 12) Poli Penyakit Kulit dan Kelamin 13) Poli VCT c. Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dustira memiliki Unit Perawatan Intensif dan 20 ruang perawatandengan kapasitas 536 tempat tidur 1) R.1 Guntur 2) R.2 Galunggung 3) R.3 Ciremai 4) R.4 Salak 5) R.5/6 Burangrang 6) R.Perina Kencana 7) R.7 Pangrango 8) R.9 Patuha 9) R.10 Malabar 10) R.11 Talaga bodas 11) R.12 Halimun 12) R.13 Cakrabuana 13) R.14 Haruman 14) Cikuray ( Dok Mil ) 15) ICU / ICCU 16) HCU 17) PICU 18) NICU 19) Paviliun Siliwangi 20) Paviliun Pelangi : - Pav.Anggrek - Pav.Bugenvil - Pav.Dahlia - Pav.Flamboyan - Pav.Mawar - Pav.Melati

- Pav.Teratai d. Penunjang Perawatan 1) Poli Gizi 2) Instalasi Rehabilitasi Medik 3) Fisioterapi 4) Laboratorium 5) Klinik Akupuntur dan Nyeri 6) Hemodialisa 7) Radiologi (USG, CT-Scan, Rontgen) 8) Endoskopi dan Colonoscopi

Related Documents


More Documents from "rofi azman"