Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aritmia.docx

  • Uploaded by: D'rRu Juanry
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aritmia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,009
  • Pages: 40
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap sistem kardiovaskuler yang menuntut asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai tingkat usia. Sistem kardiovaskuler mencakup jantung, sirkulasi atau peredaran darah dan keadaan darah yang merupakan bagian tubuh yang sangat penting karena merupakan pengaturan yang menyalurkan oksigen serta nutrisi ke seluruh tubuh. Bila salah salah satu organ tersebut mengalami gangguan terutama jantung maka akan mengganggu semua sistem tubuh.

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktifitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).

Aritmia dapat dibagi menjadi kelompok aritmia supraventrikuler dan aritmia ventrikuler berdasarkan letak lokasi yaitu apakah di atrial termasuk AV node dan berkas his atau kah di ventrikel mulai dari intra his bundle. Selain itu aritmia juga dibagi menurut denyut jantung yaitu : Bradikardi ataupun Takikardi, dengan nilai normal berkisar antara 60-100 kali/menit. Tergantung dari letak fokus, selain menyebabkan Ventricular Extra Systol (VES), dapat terjadi Supra Ventricular Extra Systol (SVES) atau Supra Ventricular Tachycardy (SVT) didalam fokusnya berasal dari berkas his diatas.

Kejadian pasien yang masuk dan dirawat di ruang Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) Rumah Sakit Fatmawati dalam 4 bulan terakhir adalah 54 kasus dari total 438 pasien. Data tersebut menunjukkan pasien dengan penyakit jantung yang dirawat di ruang ICCU sekitar 12% nya dirawat dengan masalah aritmia. Dari data diatas, cukup banyak pasien yang dirawat di ruang ICCU dengan masalah aritmia. Maka diperlukan peran perawat meliputi promosi, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui “Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Aritmia yang dilakukan di ruang ICCU RSUP Fatmawati”

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Diperolehnya pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Aritmia.

2. Tujuan Khusus a.

Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan aritmia

b.

Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan aritmia.

c.

Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan aritmia.

d.

Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan aritmia.

e.

Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan aritmia.

f.

Mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktik.

g.

Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat dan mencari solusi / alternatif pemecahan masalah.

h.

Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan aritmia.

C. Metode Penulisan Metode penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif dan metode kepustakaan. Dalam metode deskriptif pendekatan yang digunakan adalah studi kasus dimana peserta pelatihan mengelola satu kasus dengan menggunakan proses keperawatan.

D. Sistematika Penulisan Makalah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab yaitu Bab pertama pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab kedua tinjauan teori meliputi konsep dasar aritmia dan konsep dasarvasuhan keperawatan aritmia. Bab ketiga tinjauan kasus meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Bab keempat pembahasan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Bab kelima penutup meliputi kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Aritmia 1. Anatomi Jantung Jantung tersusun atas otot yang bersifat khusus yaitu otot jantung yang bergaris seperti pada otot sadar. Perbedaannya adalah serabutnya bercabang dan mengadakan anastomose (bersambungan satu sama lain, tersusun memanjang seperti pada otot bergaris, berciri merah khas dan tak dapat dikendalikan oleh kemauan). Otot jantung memiliki kemampuan khusus untuk mengadakan kontraksi otomatis dan ritmis tanpa tergantung pada ada tidaknya rangsangan saraf. Cara kerja semacam ini disebut miogenik. Dalam keadaan normal gerakan jantung dikendalikan oleh saraf yang mensyarafinya. Dinding jantung terdiri atas 3 lapisan, yaitu : a. Lapisan Luar atau Perikardium 1) Parietal perikardium : bagian yang tidak menempel dengan jantung, cenderung lebih tebal dan keras, berfungsi fiksasi posisi jantung, mencegah infeksi. 2) Viseral perikardium : bagian yang menempel pada bagian epikardial jantung, lebih tipis dan fleksibel, berfungsi memudahkan jantung untuk bergerak. Diantara lapisan parietal dan viseral terdapat kavum perikardium yang berisi cairan ± 10 ml. Cairan tersebut berfungsi untuk melindungi dari gesekan yang berlebihan saat jantung berdenyut atau berkontraksi dan meminyaki jantung sehingga jantung dapat bergerak bebas. Secara umum perikardium berfungsi untuk membungkus bagian epikardial (dalam) jantung, mempertahankan posisi jantung, memberi pelumasan dan menahan pembesaran berlebihan yang terjadi apabila jantung terisi darah dalam jumlah yang melebihi kapasitas normalnya. b. Lapisan Tengah atau Miokardium Jantung Manusia – Terdiri atas otot jantung. Gunanya adalah kontraksi jantung. Miokardium paling tebal berada pada bagian apeks dan paling tipis di basal.

c. Lapisan Dalam atau Endokardium Berhubungan dengan pembuluh darah termasuk struktur intrakardiak (otototot parilarry dan katup). Jantung terdiri atas 4 ruang : a. Atrium Kanan  Menampung darah yang rendah O2 dari seluruh tubuh.  Darah tersebut mengalir melalui vena kava superior, vena kava inferior. b. Atrium Kiri 

Berfungsi menerima darah yang kaya O2 dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis.



Mengalirkan darah ke ventrikel kiri lalu ke seluruh tubuh melalui aorta.

c. Ventrikel Kanan 

Menerima darah dari atrium kanan.



Memompa darah ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.

d. Ventrikel Kiri 

Menerima darah dari atrium kiri.



Memompa darah ke seluruh tubuh melalui aorta.

Pembatas antar ruang dalam jantung disebut sekat atau septum. Berikut adalah sekat pada jantung :  Septum Interatriorum adalah sekat antar atrium.  Septum Interventrikulorum adalah sekat antar ventrikel.

Atrium dan ventrikel pada masing-masing sisi jantung berhubungan satu sama lain melalui penghubung yang disebut orifisium atrioventricular. Orifisium ini dapat terbuka dan tertutup oleh suatu katup Atrioventrikular (katup AV). Ada dua jenis katup dalam jantung, yaitu : a. Atrioventrikular, katup yang memisahkan atrium dan ventrikel. Katup ini berfungsi memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel pada masa diastol ventrikel dan mencegah aliran balik atau regurgitasi saat sistol ventrikel (kontraksi). Katup atrioventrikular dibagi menjadi 2 yaitu : Katup Mitralis (Bikuspidalis), terdiri atas 2 daun katup yang memisahkan antara atrium kiri dengan ventrikel kiri. Katup Trikuspidalis, terdiri atas 3 daun katup yang memisahkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan.

b. Semilunaris, katup yang memisahkan arteri pulmonalis dan aorta dari ventrikel. Katup ini memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistol ventrikel dan mencegah aliran balik atau regurgitasi waktu diastol ventrikel. Katup semilunaris dibagi menjadi 2 yaitu : Katup Semilunaris Pulmonalis, katup yang memisahkan antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis. Katup Semilunaris Aorta, katup yang memisahkan antara ventrikel kiri dengan aorta.

Pembuluh darah yang masuk ke jantung : Arteri Coronaria : pembuluh darah pada dinding jantung yang berfungsi memberi nutrisi pada otot jantung. Arteri koronaria ada 2, yaitu : a. Arteri Koronaria Kanan : memperdarahi atrium kanan, ventrikel kanan, SA Node dan AV Node. b. Arteri Koronaria Kiri : Arteri Koronaria Kiri Desenden Anterior atau Sirkumpleksa : memperdarahi atrial kiri dan ventrikel kiri. Arteri Koronaria Kiri : memperdarahi ventrikel kiri posterior dan tranversal.

Arteri koronaria kanan dan kiri meninggalkan aorta kemudian bercabang menjadi arteri lebih kecil mengitari jantung dan mengantarkan darah kepada semua bagian organ jantung. Darah yang kembali dari jantung dikumpulkan oleh sinus koronaria dan langsung kembali ke atrium kanan.

Cara kerja jantung mengedarkan darah ke seluruh tubuh disebut sirkulasi darah. Sirkulasi darah dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : 

Sistemik / Mayor / Besar adalah sirkulasi darah dari jantung ke seluruh tubuh kembali ke jantung. Berikut adalah skema prosesnya secara singkat : Atrium kiri – katup bikuspidalis – ventrikel kiri – katup semilunaris – aorta – seluruh tubuh (semua jaringan tubuh dan organ).



Pulmonal / Minor / Kecil adalah sirkulasi darah dari jantung ke paru-paru kembali ke jantung. Berikut adalah skema prosesnya secara singkat : Atrium kanan – katup trikuspidalis – ventrikel kanan – katup semilunaris – kanan dan kiri arteri pulmonalis – kapiler paru-paru – vena pulmonalis – atrium kiri.

Jantung memiliki kemampuan membentuk depolarisasi spontan dan potensial aksi sendiri yang disebut Sistem Penghantar Khusus (sel autoritmis). Sifat sistem penghantar khusus :  Otomasi : kemampuan menghasilkan impuls secara spontan.  Ritmis : keteraturan membangkitkan impuls.  Daya penerus : kemampuan menghantarkan impuls.  Peka rangsang : kemampuan berespons terhadap rangsang. Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh selalu didahului oleh aktivitas listrik. Jantung memiliki sistem intrinsik sehingga otot jantung secara otomatis terstimulasi untuk berkontraksi tanpa stimulus eksternal (autoritmesitas). a. Sinoatrial (SA) Node : terletak di dinding belakang atrium kanan, di sebut sebagai pemicu denyut jantung alami (cardiac pacemaker) memberikan automatik denyut jantung. Bentuknya kumparan (spindle-shaped). Kecepatan letupan impuls ini dipengaruhi oleh syaraf simpatis dan parasimpatis (Sistem Syaraf Otonom), sehingga ritmik dari denyutan dapat di percepat atau diperlambat. Depolarisasi 60-100 kali/menit. Depolarisasi terjadi dari sel ke sel dan langsung ke 4 penghubung luar dari SA Node yaitu satu ke atrium kiri dan tiga buah ke AV Node. b. Atrioventrikular (AV) Node : terletak di septum atrium. Impuls listrik diperlambat kecepatannya ketika mencapai AV Node ini sebelum dihantarkan secara keseluruhan ke AV Bundle dan Serabut Purkinje. Depolarisasi 40-60 kali/menit (apabila SA Node tidak berfungsi). c. AV Bundle (of His) : Hubungan antara AV Node dan AV Bundle adalah hanya menghubungkan impuls listrik dari atrium ke ventrikel.

Sekali impuls

menstimulir AV Bundle, impuls ini langsung dihantarkan ke interventrikel

septum dan masuk ke Bundle Branches kiri dan kanan dan akhirnya menstimulir serabut Purkinje untuk secara spontan terjadi kontraksi ventrikel. d. Serabut Purkinje : serabut otot khusus yang dapat menghantarkan impuls listrik lima kali lebih cepat dari serabut otot biasa.

Jantung dipengaruhi saraf autonom yang berasal dari medula oblongata yaitu saraf simpatis dan parasimpatis. a. Simpatis 

Mempersyarafi SA Node dan AV Node serta miokardium atrium dan ventrikel.



Stimulasi saraf simpatik meningkatkan denyut jantung.

b. Parasimpatis 

Mempersyarafi otot atrium, SA Node dan AV Node.



Stimulasi saraf parasimpatik mengurangi denyut jantung.

Siklus jantung adalah kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah. Gerakan jantung berasal dari nodus sinus-atrial, kemudian kedua atrium berkontraksi. Gerakan jantung terdiri dari 2 yaitu kontraksi (sistole) dan pengendoran (diastole). Kontraksi kedua atrium serentak dan pendek disebut sistole atrial dan pengendorannya disebut diastole atrial. Kontraksi dan pengendoran ventrikel disebut sistole dan diastole ventrikuler. Lama kontraksi ventrikel 0,3 detik dan dilatasi ventrikel 0,5 detik. Kontraksi ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Ventrikel kiri adalah terkuat karena harus mendorong darah ke

seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik. Ventrikel kanan memompa darah ke paru-paru dimana tekanannya lebih rendah. Siklus jantung/menit = 60-80x/menit. Otot jantung mendapat istirahat sewaktu diastole ventrikuler.

2. Pengertian Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi selsel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktifitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996). Aritmia adalah irama yang bukan berasal dari nodus SA atau irama yang tidak teratur sekalipun berasal dari nodus SA atau frekuensi kurang dari 60 kali/menit (sinus bradikardi atau lebih dari 100 kali/menit, serta terdapat hambatan impuls supra/intraventrikular (Rizki Aulia, 2009). Macam-Macam Aritmia a.

Sinus takikardi Meningkatnya nodus sinus, gambaran yang penting pada ECG adalah laju gelombang lebuh dari 100 kali/menit, irama teratur dan adagelombang P tegak di sandapan I, II dan aVF.

b.

Sinus bradikardi Penurunan laju depolarisasi atrium. Gambaran yang terpenting pada ECG adalah laju kurang dari 60 kali/menit, irama teratur, gelombang P tegak di sandapan I, II dan aVF.

c.

Komplek atrium prematur Impuls listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus menyebabkan kompleks atrium prematur, timbulnya sebelum denyut sinus berikutnya. Gambaran ECG menunjukan irama tidak teratur, terlihat gelombang P yang berbeda bentuknya dengan gelombang P berikutnya.

d.

Takikardi atrium Suatu periode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks atrium prematur sehingga terjadi re entry pada tingkat nodus AV.

e.

Flutter atrium Kelainan ini terjadi karena re entry pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium ceopat dan teratur, dan gambarannya terlihat terbalik di sandapan II, III dan atau aVF seperti gambaran gigi gergaji.

f.

Fibrilasi atrium Fibrilasi atrium bisa timbul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah re entry multipel. Aktifitas atrium sangat cepat, sindrom sinus sakit.

g.

Kompleks junctional prematur Prematur kompleks junctional (PJCs) adalah depolarisasi prematur dari AV node atau bagian proksimal dari serabut purkinje sistem. PJCs paling sering terjadi tanpa adanya penyakit jantung struktural tetapi mumgkin terjadi juga dalam pengaturan klinis mirip dengan PAC sekitarnya.

h.

Irama junctional Adalah irama yang muncul dari fokus ektopik yang terletak si daerah junctional, yakni noud AV dan His bundle.

i.

Takikardi ventrikuler Adalah kecepatan detak ventrikel sekurangnya 120 kali/menit. Kondisi ini disebabkan oleh gangguan pada kelistrikan jantung, biasanya terjadi pada kelainan jantung seperti kardiomiopati dan penyakit jantung koroner.

3. Etiologi Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh: a.

Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi).

b.

Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.

c.

Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia lainnya.

d.

Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).

e.

Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung.

f.

Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.

g.

Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis).

h.

Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).

i.

Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung.

j.

Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung).

4. Patogenesis Aritmia merupakan kelainan elektrofisiologi jantung dan terutama kelainan sistem konduksi jantung. Aritmia di definisikan sebagai gangguan pembentukan dan penghantaran impuls. Pada umumnya aritmia dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu gangguan pembentukan impuls dan gangguan penghantaran impuls. Gangguan pembentukan impuls meliputi gangguan pembentukan impuls di sinus, pembentukan sinus di atrium (aritmia atrial), pembentukan impuls di ventrikel (aritmia ventrikel). Sedangkan gangguan penghantaran impuls meliputi blok sinoatrial, blok atrioventrikuler dan blok intraventrikuler. Mekanisme atau patogenesis yang mendasari terjadinya aritmia adalah: a.

Gangguan automaticity (sel miokard di atrium mengeluarkan impuls sebelum impuls normal dari nodus SA). Penyebab terseeing adalah iskemia miokard, keracunan obat dan ketidakseimbangan elektrolit.

b.

Trigered activity (kelainan impuls listrik yang kadang muncul saat repolarisasi, saat sel sedang tenang dan dengan stimulus satu impuls saja sel-sel miokard tersentak beberapa kali).

c.

Re-entry (keadaan dimana impils listrik kembali menstimulasi jaringan yang sudah terdepolarisasi melalui mekanisme sirkuit, blom unidirectional dalam konduksi serta perlambatan konduksi dalam sirkuit). Penyebab tersering adalah hiperkalemia dan iskemia miokard.

5. Patofisiologi Gangguan irama jantung secara elektrofisiologik dapat disebabkan oleh : a. Gangguan pembentukan rangsang Gangguan ini dapat terjadi secara aktif atau pasif. Bila gangguan rangsang terbentuk secara aktif diluar urutan jarak hantaran normal, seringkali menimbulkan gangguan ektopik, dan bila terbentuk secara pasif sering menimbulkan escape rythm (irama pengganti). 1) Irama ektopik timbul karena pembentukan rangsang ektopik secara aktif dan fenomena re-entry. 2) Escape beat (denyut pengganti) ditimbulkan bila rangsang normal tidak atau belum sampai pada waktu tertentu dari irama normal, sehingga bagian jantung yang belum atau tidak mendapat rangsang itu bekerja secara otomatis untuk mengeluarkan rangsangan intrinsik yang memacu jantung berkontraksi. Kontraksi inilah yang dikenal sebagai denyut pengganti (escape beat).

3) Active ectopik firing terjadi pada keadaan dimana terdapat kenaikan kecepatan automasi pembentukan rangsang pada sebagian otot jantung yang melebihi keadaan normal, atau mengatasi irama normal. 4) Re-entry terjadi bila pada sebagian otot jantung terjadi blokade unidirectional (blokade terhadap rangsang dalam arah antegrad), dimana rangsang dari arah lain dapat masuk kemnali secara retrograd melalui bagian yang mengalami blokade bila setelah masa refrakternya dilampaui. Keadaan ini menimbulkan rangsang baru secara dan berulangulang atau tidak teratur (pada beberapa tempat), maka dapat menimbulkan keadaan takikardia ektopik atau fibrilasi.

b. Gangguan penghantaran (konduksi) rangsang. Kelainan irama jantung dapat disebabkan oleh hambatan pada hantaran (konduksi) aliran rangsang yang disebut blokade. Hambatan tersebut mengakibatkan tidak adanya aliran rangsang yang sampai ke bagian miokard yang seharusnya menerima rangsang untuk dimulai kontraksi. Blokade ini dapat terjadi pada tiap bagian sistem hantaran rangsang (conduction system), mulai dari nodus SA atrium, nodus AV, bundle his dan cabang-cabang bundle kanan dan kiri sampai pada perkembangan purkinje dalam miokard. c. Gangguan pembentukan dan penghantaran rangsang Gangguan irama jantung dapat terjadi sebagai akibatgangguan pembentukan rangsang bersama gangguan hantaran rangsang.

6. Manifestasi Klinis a. Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi); nadi mungkin tidak teratur, irama jantung tidak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun, kulit pucat, sianosis, berkeringan, edema, haluaran urine menurun bila curah jantung menurun berat. b. Sinkop, pusing berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil. c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang dengan obat antiangina, gelisah. d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi nafas tambahan (krekels, ronkhi, mengi) mungkin ada menunjukan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena trombolitik pulmonal, hemoptisis. e. Demam, kemerahan kulit (reaksi obat), inflamasi, eritema, edema (trombosis superfisial), kehilangan tonus otot/kekuatan.

7. Pemeriksaan Penunjang a. EKG : menunjukan pada cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan otot jantung. b. Monitor Holter : gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek oat antidisritmia. c. Foto dada : dapat menunjukan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup. d. Scan miokardia : dapat menunjukan area iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa. e. Tes stres latihan : dapat dilakuakan untuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia. f. Elektrolit : peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat menyebabkan disritmia. g. Pemeriksaan obat : dapat menyatakan tosisitas obat jantung, adanya dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin. h. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum dapat menyebabkan meningkatnya disritmia. i. Laju sedimentasi : peningkatan dapat menunjukan proses inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia. j. AGD/nadi oksimetris : hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

8. Penatalaksanaan Medis a. Terapi medis Obat-obat anti aritmia dibagi 4 kelas yaitu : 1) Anti aritmia kelas 1 : sodium channel blocker 

Kelas 1 A Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter. Procainamide untuk ventrikel ekstra sistole , atrial fibrilasi dan aritmia yang menyertai anestesi. Dysopiramide untuk SVT (SupraVentrikel Takikardi) ciri-cirinya: irama teratur, frekuensinya lebih dari 150 kali/menit, gelombang P

tertutup oleh gelombang T, kompleks QRS normal dan tingginya harus sama, akut dan berulang. 

Kelas 1 B Lignicain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardi. Mexiletine untuk aritmia ventrikel dan ventrikel takikardi, ciricirinya irama regular, frekuensi antara 100-250 kali/menit, tidak ada gelombang P, kompleks QRS lbar atau lebih dari normal.



Kelas 1 C Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi.

2) Anti aritmia kelas 2 (Beta adrenergik blokade) Atenolol, metoprolol, propanolol. Indikasi untuk aritmia jantung, angina pektoris, dan hipertensi. 3) Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation) Amiodarone, indikasi untuk ventrikel takikardi dan supraventrikel takikardi. 4) Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) Verapamil, indikasi untuk supraventrikuler aritmia. b. Terapi mekanis 

Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan aritmia yang memiliki kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur elektif.



Defubrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.



Defibrillator kardioverter implantable : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode ventrikel takikardi yang mengancam jiwa atau pada pasien yang mengalami resiko ventrikel fibrilasi.



Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Aritmia 1. Pengkajian Pengkajian primer : a. Airway 

Apakah ada peningkatan sekret?



Apakah suara nafas krekels?

b. Breathing 

Adakah disstres pernafasan?



Adakah hipoksemia berat?



Adakah reaksi otot interkosta,dispnea, sesak nafas?



Apakah ada bunyi wheezing?

c. Circulation 

Bagaimanakah perubahan pada tingkat kesadaran?



Apakah ada takikardi/bradikardi?



Apakah ada takipnoe?



Apakah haluaran urine menurun?



Apakah terjadi penurunan TD?



Bagaimanakah capilary refill?



Apakah ada sianosis?

Pengkajian sekunder : a. Riwayat penyakit 

Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi.



Riwayat penyakit sebelumnya seperti disritmia, kardiomiopati, gagal jantung kongestif, penyakit katup jantung, hipertensi.



Penggunaan obat digitalis, quinidine dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi.



Kondisi psikososial.

b. Pengkajian fisik 1) Aktifitas : kelemahan umum 2) Sirkulasi : perubahan TD (hipertensi atau hipotensi), nadi mungkin tidak teratur, defisit nadi, bunyi irama jantung tidak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun, warna kulit dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat,edema, haluaran urine menurunbila curah jantung menurun berat. 3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak, marah, gelisah, menangis. 4) Makana/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, perubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit. 5) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.

6) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat anti angina, gelisah. 7) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi nafas tambahan (krekels, ronkhi, mengi) mungkin adamenunjukan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal, hemoptisis. 8) Keamanan : demam, kemerahan kulit (reaksi obat), inflamasi, eritema, edema (trombosis puperfisial), kehilangan tonus otot/kekuatan.

2. Diagnosa keperawatan a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, perubahan structural. b. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan. c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan :ketidak seimbangan antar suplai okigen. Kelemahan umum, tirah baring lama/immobilisasi. d. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. e. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan. f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman atau kesalahan pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi. g. Kecemasan berhubungan dengan faktor keturunan, krisis situasional, stres, perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi.

3. Rencana Keperawatan a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia. Kriteria hasil : 

Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urine adekuat, nadi teraba sama, status mental biasa.



Menunjukan penurunn frekuensi/tidak adanya aritmia.



Berpartisipasi dalam aktifitas yang menurunkan kerja miokardia.

Intervensi : 1) Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo dan simetris. 2) Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi. 3) Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan. 4) Tentukan tipe aritmia dan catat irama : takikardi, bradikardi, disritmia atrial, disritmia ventrikel, blok jantung. 5) Berikan lingkubgan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktifitas selama fase akut. 6) Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misalnya relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi. 7) Selidiki laporan nyeri, kaji skala nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor penghilang/pemberat,. Catat petunjuk nyeri nonverbal contoh wajah mengkerut, menangis, peningkatan TD/nadi. 8) Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi. Kolaborasi : 9) Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit. 10) Beriakan oksigen tambahn sesuai indikasi. 11) Berikan obat sesuai indikasi, contoh kalium, anti aritmia. 12) Siapkan untuk bantu kardioversi elektif. 13) Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung. 14) Pertahankan masukan intravena. 15) Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif. 16) Siapkan untuk pemasangan otomatikkardioverter atau defibrilator.

b. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan. Kriteria hasil : 

Laporan mulai berkurangnya nyeri



Tampak nyaman dan bebas nyeri

Intervensi 1) Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat dan penurun nyeri, perhatikan petunjuk nonverbal ketidaknyamanan. 2) Kaji skala nyeri

3) Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman. 4) Ajarkan tekhnik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri. 5) Berikan aktivitas hiburan yang tepat untuk mengarahkan perhatian 6) Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan analgetik sesuai indikasi.

c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. Kriteria hasil : 

Volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan pengeluaran.



Bunyi nafas bersih/jelas.



Tanda vital dalam rentang yang dapat diterima.



Berat badan stabil dan tidak ada edema.

Intervensi 1) Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi. 2) Pantau/hitung keseimbangan pemaukan dan pengeluaran selama 24 jam 3) Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut. 4) Pantau TD dan CVP (bila ada) 5) Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi) 6) Konsul dengan ahli diet.

d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan. Kriteria hasil : 

Berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan TD, nadi dan RR.



Mampu melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri.



Keseimbangan aktifitas dan istirahat.

Intervensi 1) Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktifitas. 2) Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan, 3) Monitor respon kardiovaskular terhadap aktifitas (takikardi, aritmia, sesak nafas, diaporsis, pucat, perubahan hemodinamik)

4) Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien. 5) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan. 6) Bantu untuk memilih aktifitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial. 7) Monitor respon fisik, emosi,sosial dan spiritual.

e. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan. Kriteria hasil: 

Kerusakan integritas kulit tidak terjadi.



Klien dapat mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.

Intervensi: 1.

Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus.

f.

2.

Pijat area kemerahan atau yang memutih

3.

Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi.

4.

Bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.

5.

Berikan perawatan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan

berhubungan

dengan kurang

pemahaman

atau

kesalahan

pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi. Kriteria hasil : 

Klien mampu menjelaskan tentang proses penyakit, perawatan penyakit, dan regimen serta jadwal terapinya



Klien mampu menjelaskan terapi latihan yang telah diajarkan.



Klien bertanya kepada penyedia layanan kesehatan.

Intervensi 1) Melakukan edukasi kepada klien mengenai proses penyakit, perawatan penyakit, dan regimen serta jadwal terapinya. 2) Memberikan informasi yang tepat dan akurat sesuai dengan kebutuhan klien.

3) Menginstruksikan kepada klien untuk bertanya kepada layanan kesehatan manapun tentang segala hal yang berhubungan dengan kesehatannya.

g.

Kecemasan berhubungan dengan faktor keturunan, krisis situasional, stres, perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi. Kriteria hasil : 

Mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.



Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan tekhnik untuk mengontrol cemas.



Tanda-tanda vital dalam batas normal.



Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktifitas menunjukan berkurangnya kecemasan.

Intervensi 1) Gunakan pendekatan yang menenangkan. 2) Identifikasi tingkat kecemasan. 3) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur, 4) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut. 5) Libatkan keluarga untuk mendampingi pasien. 6) Intruksikan kepada pasien untuk menggunakan tekhnik relaksasi. 7) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi 8) Kolaborasi pemberian obat anti cemas.

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Riwayat Kesehatan 1. Identitas Klien Nama

: Ny S

Tempat tanggal lahir

: Jakarta, 06 Maret 1968

Jenis Kelamin

: Perempuan

Usia

: 50 tahun

Agama

: Islam

Suku

: Betawi

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: IRT

Status perkawinan

: Janda

Ruang/Bed

: ICCU / 10

Alamat

: Bojong Sari Sawangan Depok

Diagnosa Medis

: Aritmia, CAD (Coronary Artery Disease), HHD (Hipertensi Heart Disease),VES (Ventrikel Ekstra Sitole)

Tanggal Masuk RS

: 22 Oktober 2018, Pukul : 15.30

Tanggal Pengkajian

: 29 Oktober 2018, Pukul : 10.00

2. Keluhan Utama Klien mengatakan dada sering terasa berdebar sejak 3 hari yang lalu hilang timbul. 3. Keluhan Penyerta Klien mengatakan cepat lelah, kepala sering pusing, nyeri di bagian ulu hati 4. Alasan Masuk Rumah sakit Klien Mengatakan saat kontrol di poli jantung dada terasa berdebar debar, cepat lelah kemudian dilakukan pemeriksaan EKG di poli jantung dan klien dianjurkan untuk dirawat 5. Riwayat Kesehatan Sekarang Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 29 Oktober 2018 pukul 10.00 WIB. klien mengatakan selama dirumah cepat lelah saat melakukan aktivitas dan dada terasa berdebar-debar dan hilang saat klien istirahat. Pada saat pengkajian kesadaran klien composmentis nilai GCS 15 dengan nilai E4, M6, V5.

6. Riwayat Kesehatan Dahulu Klien mengatakan memiliki riwayat Jantung tahun 2011 dan rutin kontrol ke poli jantung RSUP Fatmawati. Riwayat PCI akhir Juli 2018 7. Riwayat Kesehatan Keluarga Klien mengatakan orang tua klien (ibu) mempunyai riwayat sakit jantung dan kolesterol

B. Pengkajian Keperawatan 1. Pengkajian 11 Pola Gordon a. Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan Sebelum sakit

: Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit jantung sejak

2011

Saat Sakit

: Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien periksa kondisinya ke RSUP Fatmawati poli jantung dan klien minum obat rutin CPG 1 x 75 mg, Atorvastatin 1 x 20 mg,

Aspilet 1 x 80 mg, Trizedon MR 2 x 35 mg. klien makan 3 kali sehari dan klien minum susu Nutrient Optimum. b. Pola Nutrisi dan metabolic Sebelum sakit

: Klien mengatakan tidak ada gangguan menelan, makan 3 kali sehari, tidak mual dan muntah saat makan

Saat Sakit

: Klien mengatakan makan habis 1 porsi, minum 3-4 gelas

sehari. klien makan buah-buahan, BB : 55 kg, TB 145 cm c. Pola Eliminasi Sebelum sakit

: Klien mengatakan bab 1 kali sehari tidak ada masalah saat bab, bak lancar tidak ada masalah saat bak.

Saat sakit

: Klien mengatakan sudah 2 hari tidak bab. Terpasang Kateter tanggal 29 oktober 2018, warna urin kuning jernih,

d. Pola Aktivitas dan Latihan Sebelum sakit

: Klien mengatakan bisa melakukan aktivatas sehari-hari seperti membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan memasak

tetapi klien membatasi aktivitasnya karena cepat lelah. Saat Sakit

: Klien mengatakan istirahat ditempat tidur, aktivitas dan latihan

klien dibantu seperti makan, minum, mandi, berpakaian, bab, bak

e. Pola Tidur dan Istirahat Sebelum sakit

: Klien mengatakan tidak ada masalah saat tidur dan jarang tidur siang

Saat sakit

: Klien mengatakan dapat tidur sebentar kadang terbangun karna sakit kepala dan pusing

f. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama Sebelum sakit

: Klien mengatakan selalu berkumpul dengan anak-anaknya, tidak ada gangguan komunikasi

Saat Sakit

: Klien mengatakan berkomunikasi dibatasi dengan anak-anaknya karena tidak boleh ditunggu

g. Pola Persepsi dan Konsep Diri Sebelum sakit

: Klien mengatakan dirinya periang.

Saat sakit

: Klien mengatakan sedih karena harus dirawat dan tidak bisa berkumpul bersama keluarganya.

h. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif Sebelum sakit

: Klien mengatakan tidak ada gangguan penglihatan,

pendengaran, Penciuman, peraba, dan perasa dan klien masih dapat mengingat Peristiwa yang lama terjadi atau baru terjadi. Saat sakit

: Klien tidak ada gangguan panca indra dan klien dapat

mengingat Peristiwa yang lama terjadi atau baru terjadi. i. Pola Reproduksi Seksualitas Sebelum sakit

: Klien mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi

Saat Sakit

: Klien mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi

j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress Sebelum sakit

: Klien mengatakan dapat mengambil keputusan sendiri dalam menyelesaikan masalah

Saat Sakit

: Klien mengatakan dirinya dan anaknya yang mengambil Keputusan saat dirinya dirawat di rumah sakit

k. Pola Sistem Nilai dan Kepercayaan Sebelum sakit

: Klien mengatakan sering menjalankan sholat bersama anak-anaknya

Saat sakit

: Klien mengatakan tidak dapat menjalankan sholat sendiri maupun bersama keluarga

2. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : klien tampak sakit sedang, akral hangat nadi teraba, capillary refill < 3 detik terpasang infus NaCl 0,9% 20,8 tpm makro, warna kulit sawo matang, Kesadaran : Composmentis GCS15 , E4 V5 M6 TTV : TD

: 130/80 mmHg

HR

: 64 kali/menit

RR

: 20 kali/menit

SpO2

: 98 %

Suhu

: 360 C

Head to toe : 1. Kepala Inspeksi

: bentuk kepala simetris, bulat, tidak ada lesi / bekas luka, kulit kepala bersih, rambut hitam

Palpasi

: tidak ada benjolan

2. Mata Inspeksi

: antara mata kanan dan kiri simetris, tidak cekung, tidak strabismus konjungtiva ananemis, pupil isokor, reflex cahaya +/+

Palpasi

: udema palpebra (-)

3. Hidung Inspeksi

: antara lubang hidung kanan dan kiri simetris, lubang hidung bersih, cuping hidung (-)

4. Mulut Inspeksi

: antara sisi kanan dan kiri simestris, membran mukosa lembab

5. Telinga Inspeksi

: antara telinga kanan dan kiri simestris, lengkap, tidak ada cairan yang keluar dari lubang telinga

6. Leher Inspeksi

: letak trakea ditengah, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid

7. Dada Jantung Inspeksi

: bentuk dada simetris

Palpasi

: Taktil Fremitus Normal (getaran terasa)

Perkusi

: bunyi pekak jantung dalam batas normal

Auskultasi

: BJ 1 Penutupan katup mitral dan trikuspidalis : LUB BJ 2 penutupan katup aorta dan pulmonal : DUB

Paru-paru Inspeksi

: bentuk dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, tidak ada retraksi dada

Auskultasi

: vesikuler terdengar disemua lapang paru

Palpasi

: tidak teraba benjolan dilapang paru

Perkusi

: Sonor

8. Abdomen Inspeksi

: antara kuadran kanan, kiri, atas dan bawah simetris, tidak ada cairan yang keluar dari umbilikus

9.

Auskultasi

: bising usus 12 kali/ menit

Palpasi

: tidak teraba skibala pada 4 kuadran

Perkusi

: timpani

Genetalia dan anus Inspeksi

: tampak bersih

10. Ekstremitas Inspeksi

: antara kedua kaki dan tangan simetris, jari lengkap, tidak ada deformitas, akral hangat, tidak sianosis, tidak ada clubbing finger

Palpasi

: tugor kulit elastis, capillary refill ≤ 3 detik,

Kekuatan otot :

5

5

5

5

3. Pemeriksaan Penunjang Hasil Laboratorium tanggal 28 Oktober 2018 Jenis Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Hemoglobin

10,4 g/dl

12,0 – 14,0

Leukosit

5.100 /UI

4.000 – 12.000

Eritrosit

3,13 /UI

4,0 – 5,0

Hematokrit

33 %

37 – 43

Trombosit

147.000 /UI

150.000 450.000

Ureum

21 mg/dl

10 – 50

Creatinin

1,2 mg/dl

0,5 – 1,0

GDS

106 mg/dl

< 140

3.293 /UI

<140 /UI

CK CKMB

134 /UI

7 – 25 /UI

Troponin T

< 0,01

0,02 mg/dl

Kalium

4,07 mmol/l

3,10 – 5,10

Natrium

137 mmol/l

135 - 147

Clorida

98 mmol/l

95 - 108

Ca ion

1,13 mmol/l

1 – 1,15

Hasil Laboratorium tanggal 28 Oktober 2018 Hasil

Nilai Normal

SGOT

81 U/l

< 31

SGPT

60 U/l

<31

Jenis Pemeriksaan

Hasil EKG Synus Aritmia Hasil Thorax Foto Kesan : Kardiomegali Konsolidasi inhomogen di parakardial kanan, DD/ Pneumonia, massa

Hasil ECHO Kesimpulan : LVH konsentrik dengan tampak pericardial effusion tebal 0,9-1,8 cm tu posterior wall LV kontraktilitas global baik LV fgs diatolik terganggu (OS dan AF) Mild RWMA saat resting Mitral Regurgitation mild – moderate, Aorta Regurgitation mild 4. Therapi Jenis Therapi

Jalur

Infus NaC; 0,9 % 20,8 tpm Ceftriaxone 1 x 2 gr

Iv bolus

CPG 1 x 75 mg

Oral

Atorvastatin 1 x 20 mg

Oral

Aspilet 1 x 80 mg Trizedon MR 2 x 35 mg Laxadine 1 x 1 sendok the Nitrocap 2 x 5 mg Azytromicyn 1 x 1 tab

Oral

C. Analisa Data No 1.

Data Data Subjektif :  Klien mengatakan pusing,

Problem

Etiologi

Penurunan Curah

Gangguan

Jantung

konduksi elektrikal

kepala sakit  Klien mengatakan dada terasa berdebar  Data Objektif :  TD : 130/80 mmHg  Hasil EKG Synus Aritmia  Klien memiliki riwayat jantung 2.

Data Subjektif :

Intoleransi

Peningkatan

 Klien mengatakan mudah lelah

Aktivitas

Kebutuhan metabolisme

saat aktivitas  Klien mengatakan kadang merasa sesak saat merubah posisi tidur Data Objektif 

Heart rate 64 x/menit dan RR 38 x/menit saat ubah posisi tidur



Klien tampak sesak saat aktifitas di tempat tidur



Klien tampak menggunakan oksigen ketika sesak



Hasil Echocardiography Mitral Regurgitation mild moderate, Aorta Regurgitation

3.

Data Subjektif :  klien mengatakan minta didoakan agar operasi lancar Data Objektif :  Klien tampak takut

Cemas

Prosedur yang menyakitkan

Data Subjektif :

Risiko Perdarahan

Efek samping

 Klien mengatakan mendapat

terapi

suntikan pengencer darah di

(pembedahan,

bagian perut.

Pemberian Obat)

Data Objektif :  Pemberian lovenox 0,6 mg  Terdapat balutan luka Post Operasi CABG

D. Diagnosa Keperawatan a. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal yang ditandai dengan klien mengatakan pusing, kepala sakit, dada terasa berdebar-debar TD : 130 / 80 mmHg, , Klien memiliki riwayat sakit jantung b. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan yang ditandai dengan klien mengatakan mudah lelah saat aktivitas, merasa sesak saat merubah posisi tidur, HR dan RR meningkat saat merubah posisi tidur,klien tampak sesak saat aktivitas di tempat tidur, klien tampak menggunakan oksigen saat merasa sesak c. Cemas berhubungan dengan prosedur yang menyakitkan yang ditandai dengan klien minta didoakan agar tindakan pemasangan ring berjalan lancar, klien tampak takut d. Ririko Perdarahan berhubungan dengan efek samping therapy E. Intervensi Keperawatan No Tgl 29/10/ 2018

Dx 1

Diagnosa

Tujuan dan kriteria hasil :

Intervensi

Penurunan Curah

Penurunan Curah Jantung

1. Monitor TTV

Jantung berhubungan

dapat

2. Monitor nadi perifer

dengan gangguan

dilakukan

konduksi elektrikal

keperawatan selama 3x24

yang ditandai dengan

jam dengan kriteria hasil :

: Klien mengatakan pusing, kepala sakit, dada terasa berdebardebar. Klien memiliki riwayat sakit jantung

 Klien

teratasi

setelah tindakan

tidak

merasa

berdebar-debar  Klien tidak pusing dan sakit kepala

3. Monitor adanya oedema 4. Anjurkan klien untuk istirahat dengan posisi semi fowler 5. Kaji tingkat aktivitas klien 6. Berikan lingkungan yang nyaman, batasi pengunjung 7. Kolaborasi laboratorium

pemeriksaan

 TTV

8. Kolaborasi obat anti hipertensi,

 TD : 120-110/80-70 mmHg, HR : 60 – 100 x/menit,

anti

diuretic,

vasopressor,

inotropic

RR : 16-20 x/menit

2

Intoleransi

Aktivitas Intoleransi Aktivitas dapat

1. Monitor TTV

berhubungan dengan teratasi setelah dilakukan

2. Kaji irama jantung

ketidakseimbangan

3. Bantu ADL

tindakan

keperawatan

suplai oksigen dengan selama 3x24 jam dengan kebutuhan

yang kriteria hasil :

ditandai dengan klien

mengatakan

mudah

lelah

aktivitas,

saat merasa

sesak saat merubah posisi tidur, HR dan RR meningkat saat merubah

posisi

tidur,klien

sesuai toleransi

- klien tidak merasa lelah saat aktivitas - HR dan RR klien stabil saat melakukan aktivitas di tempat tidur - Klien

tidak

4. Anjurkan melakukan aktivitas

memakai

oksigen

5. Anjurkan

untuk

menghindari

falsafah maneuver 6. Kaji

kesiapan

pasien

untuk

meningkatkan aktivitas 7. Berikan dan jelaskan pentingnya istirahat, batasi aktivitas pada nyeri/hemodinamik belum stabil

tampak

sesak saat aktivitas di tempat

tidur,

klien

tampak menggunakan oksigen saat merasa sesak

3

Cemas

berhubungan

Cemas dapat teratasi setelah

1. Kaji tingkat kecemasan klien

dengan prosedur yang

dilakukan

2. Bicara dengan tenang dan

menyakitkan

keperawatan selama 1 x 24

yang

tindakan

perlahan

ditandai dengan klien

jam dengan kriteria hasil :

minta didoakan agar

- Klien tenang

setiap tindakan / prosedur

tindakan pemasangan

- Klien tidak takut

yang akan dilakukan

ring berjalan lancar,

3. Jelaskan tujuan, efek samping,

4. Libatkan keluarga dalam

klien tampak takut

perawatan pasien 5. Berikan kesempatan klien untuk mengekspresikan perasaan rasa cemasnya 6. Orientasikan pasien dengan lingkungan, perawat dokter dan lainnya 7. Berikan teknik mengatasi kecemasan atau teknik relaksasi 8. Kolaborasi dalam pemberian obat sedatif

4

Risiko

perdarahan

Risiko

perdarahan

berhubungan dengan

terjadi

setelah

efek samping therapy

tindakan

tidak

dilakukan

keperawatan

selama 3 x 24 jam dengan kriteria hasil : - Tidak terdapat bleeding - TTV dalam batas normal

1. Monitor TTV 2. Melindungi klien dari trauma yang dapat menyebabkan perdarahan 3. Memonitor klien secara ketat untuk perdarahan 4. Catat tingkat hemoglobin / hematokrit sebelum dan sesudah kehilangan darah 5. Memantau koagulasi 6. Menjaga istirahat selama perdarahan aktif 7. Menghindari suntikan (IV, IM / SC) 8. Hindari mengangkat benda yang berat 9. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy

F. Implementasi dan Evaluasi N Waktu

o

Nama dan TTD

Implementasi dan Respon

D x

30/10/2 018 08.00

1

Melakukan pemeriksaan TTV R/ O : TD : 127/76 mmHg, HR : 58 x/menit, RR : 19 x/menit, SpO2 : 99 %, Suhu : 36oC

08.10

2

Membantu klien mengganti tenun R/S : Klien mengatakan merasa lebih nyaman karena sprei nya sudah diganti, namun masih terasa sesak saat miring. R/O : Laken klien sudah diganti dan rapi. Heart Rate naik 80 x/menit dan RR 28 x/menit.

08.30

3 Memberi posisi tidur semifowler R/S : Klien mengatakan posisi tidurnya nyaman. R/O : klien tampak mersasa nyaman. Heart Rate 56 x/menit dan RR 20 x/menit.

09.30

Memberi klien snack pagi R/S : Klien mengatakan tidak merasa mual R/O : Snack habis 1 porsi dan tidak ada muntah

10.00

1

Memberikan terapi Ceftriaxone 2 gr drip dalam Nacl 0,9% 100cc R/S : Klien mengatakan tidak sakit saat obat masuk

11.00

2

R/O : Obat masuk dan tetesan infus lancar

2

Memasang

Dower

Catheter

untuk

persiapan

tindakan

catheterisasi standby PCI R/S : Klien mengatakan terasa sakit saat dipasang dan tidak nyaman. R/O : Dower Catheter terpasang no 16 dan urine berwarna kuning jernih.

12.00

2

Memberi klien makan siang R/S : klien mengatakan tidak mual R/O : Makan siang habis 1 porsi dan tidak ada mual dan muntah.

13.00

2

Mengubah posisi klien R/S : klien mengatakan posisi miring lebih nyaman R/O : klien miring ke kanan, punggung klien dialas dengan guling, sela-sela kaki diberi bantal

Waktu 31/10/

No Dx 1

2018

Nama dan TTD

Evaluasi SOAP S : klien mengatakn dada masih terasa berdebardebar dan badan masih lemah O : Keadaan umum klien tampak sakit sedang, kesadaran : CM, terpasang infus NaCl 0,9 % 500 ml per 24 jam, terpasang kateter, BAB (-) BAK (+) UT : 1800 cc TD : 115/73 mmHg, HR : 58 x/menit, RR : 21 x/menit, SpO2 : 99 %, Suhu : 36,4oC A : Penurunan Curah jantung belum teratasi P : Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 dilanjutkan

2

S : Klien mengatakan masih sesak saat merubah posisi O : klien tampak sakit sedang , kesadaran composmentis,

akral

hangat,

nadi

teraba,

terpasang infus NaCl 0,9 % per 24 jam, terpasang kateter, BAB (-) BAK (+) UT : 1800 cc TD : 115/73 mmHg, HR : 58 x/menit, RR : 21 x/menit, SpO2 : 99 %, Suhu : 364oC, ADL masih dibantu A : Intoleransi Aktivitas belum teratasi P : Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 dilanjutkan

3

S : klien mengatakan tidak merasa cemas dan takut lagi O : klien tampak sakit sedang, kesadaran composmentis, akral hangat,

klien tampak

tenang, tidak gelisah A : Cemas teratasi P : Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 dihentikan

4

S

:

O : klien tampak sakit sedang, kesadaran composmentis, akral hangat,

terpasang infus

NaCL 0,9 % per 24 jam, tidak ada tanda-tanda perdarahan. A : Perdarahan tidak terjadi P : Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6,

7, 8 dan 9

dilanjutkan

G. Implementasi dan Evaluasi

Waktu

No

Implementasi dan Respon

Dx

31/10/ 2018 08.00

1

Melakukan pemeriksaan TTV R/ O : TD : 117/71 mmHg, HR : 52 x/menit, RR : 16 x/menit, SpO2 : 99 %, Suhu : 36oC

08.10

mengganti tenun klien R/S : Klien mengatakan merasa lebih nyaman karena sprei nya sudah diganti, namun masih terasa sesak saat miring. R/O :

Laken klien sudah diganti dan rapi. Heart Rate 79

x/menit dan RR 28 x/menit.

Nama dan TTD

08.30

3

Memberi posisi tidur semifowler R/S : Klien mengatakan posisi tidurnya nyaman. R/O : klien tampak mersasa nyaman. Heart Rate 76 x/menit dan RR 18 x/menit.

09.30

Memberi klien snack pagi R/S : Klien mengatakan tidak merasa mual R/O : Snack habis 1 porsi dan tidak ada muntah

10.00

1

Memberikan terapi Ceftriaxone 2 gr drip dalam Nacl 0,9% 100cc R/S : Klien mengatakan tidak sakit saat obat masuk R/O : Obat masuk dan tetesan infus lancar

12.00

2

Membantu klien makan siang R/S : klien mengatakan tidak mual R/O : Makan siang habis 1 porsi dan tidak ada mual dan muntah.

13.00

Mengubah posisi klien 2

R/S : klien mengatakan posisi miring lebih nyaman R/O : klien miring ke kanan, punggung klien dialas dengan guling, sela-sela kaki diberi bantal

Waktu 1/11/ 2018

No

Evaluasi SOAP

Dx 1

S : klien mengatakn dada masih terasa berdebardebar dan badan masih lemah O : Keadaan umum klien tampak sakit sedang, kesadaran : CM, terpasang infus NaCl 0,9 % 500 ml per 24 jam, terpasang kateter, BAB (-) BAK (+) UT : 1800 cc TD : 115/73 mmHg, HR : 52 x/menit, RR : 21 x/menit, SpO2 : 99 %, Suhu : 36,4oC

Nama dan TTD

A : Penurunan Curah jantung belum teratasi P : Manajemen regulasi hemodinamik

2

S : Klien mengatakan masih sesak saat merubah posisi O : klien tampak sakit sedang , kesadaran composmentis,

akral

hangat,

nadi

teraba,

terpasang infus NaCl 0,9 % per 24 jam, terpasang kateter, BAB (-) BAK (+) UT : 1800 cc TD : 115/73 mmHg, HR : 52 x/menit, RR : 21 x/menit, SpO2 : 99 %, Suhu : 36,4oC, ADL masih dibantu. A : Intoleransi Aktivitas belum teratasi P : Manajemen pengelolaan energi. 3 S : klien mengatakan tidak merasa cemas dan takut lagi O : klien tampak sakit sedang, kesadaran composmentis, akral hangat,

klien tampak

tenang, tidak gelisah A : Cemas teratasi P : Manajemen Cemas

S

: klien mengatakan mendapatkan suntikan

pengencer darah di area perut. O : klien tampak sakit sedang, kesadaran composmentis, akral hangat,

terpasang infus

NaCL 0,9 % per 24 jam, tidak ada tanda-tanda perdarahan. A : Perdarahan tidak terjadi P : Manajemen pencegahan perdarahan

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang asuhan keperawatan pada klien ny S dengan aritmia di ruang ICCU Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Berikut ini diuraikan beberapa hal mengenai asuhan keperawatan yang diberikan membandingkan antara teori dan praktik. Baik yang merupakan kesenjangan maupun kesesuaian antara landasan teori dengan kasus yang mencakup semuatahapan proses keperawatan, meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan A. Pengkajian Keperawatan Data data yang didapatkan di dapatkan dari hasil pengkajian mengenai penyebab aritmia yaitu dari hasil tindakan kateterisasi jantung yaitu terdapat stenosis 30% dengan bridging muscle di LAD dan stenosis 60% ostial di PDA, hal ini menunjukkan bahawa etiologi dari klien ny S sesuai dengan teori yaitu gangguan sirkulasi koroner yang disebabkan spasme arteri koroner. Tanda dan gejala yang didapatkan di dalam praktik juga sesuai dengan yang ada di teori seperti klien sering merasa pusing, mudah lelah dan sesak saat aktifitas sedang, heart rate tidak teratur terkadang bradikardi. Dari pemeriksaan EKG di dapatkan hasil yang berbeda beda setiap harinya namun masih termasuk dalam macam-macam aritmia. B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang terdapat dalam teori hampir semua ada dan ditemukan pada klien. Semua diagnosa keperawatan yang muncul didapatkan dari hasil pengkajian dan data data sekunder. Adapun tanda pendukung yang menunjang dalam menegakkan standar keperawatan adalah adanya buku rekam medis yang lengkap, adanya informasi dari teman sejawat dan kooperatifnya klien sehingga memudahkan penulis dalam mengumpulkan data-data pengkajian. C. Perencanaan Keperawatan Perencanaan yang dibuat oleh penulis dalam melakukan asuhan keperawatan pada praktik sudah sesuai dengan yang terdapat pada teori. Faktor yang memudahkan penulis dalam menyusun intervensi keperawatan adalah komputerisasi dalam dokumentasi keperawatan di ruangan sehingga membantu penulis dalam menentukan intervensi.

D. Pelaksanaan Keperawatan Dalam setiap implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun dan juga disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan klien pada saat itu. Pada dasarnya penulis telah melaksanakan seluruh intervensi yang telah disusun.

E. Evaluasi Faktor yang membantu penulis dalam melakukan evaluasi adalah adanya data yang sesuai dengan standar hasil setelah pelaksanaan intervensi serta adanya manajemen primary nursing sehingga perkembangan yang terjadi pada klien dapat di dokumentasikan dengan baik setiap shift.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan ulasan kasus diatas, dapat disimpulkan : 1. Klien Ny. S benar dengan diagnosa aritmia. 2. Tindakan Kateterisasi Jantung adalah tepat untuk kasus Ny. S. 3. Masalah keperawatan yang diambil yaitu penurunan curah jantung, intoleransi aktivitas, cemas dan resiko perdarahan. 4. Faktor penyebab aritmia pada Ny. S adalah gangguan sirkulasi koroner yang disebabkan oleh stenosis di LAD dan PAD.

B. Saran 1. Untuk pasien dan keluarga 

Klien diberi support agar dapat menerima keadaan penyakitnya dan mempercepat kesembuhannya.



Memberi perawatan dan perhatian kepada klien dalam proses perawatan.



Diharapkan kepada keluarga kiranya dapat merawat klien apabila dilakukan perawatan di rumah.

2. Untuk perawat 

Melakukan edukasi tentang perawatan di rumah terutama tentang obat dan perubahan gaya hidup agar klien patuh minum obat dan memperkecil resiko masuk kembali ke rumah sakit karena penyakit yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Hudak, C.M, Gallo B.M. (1997). Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC. Price, Sylvia Anderson. (1994). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed.4.Jakarta : EGC. Santoso, Karo. (1996). Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed.8. Jakarta : EGC. Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC. Hanafi B, Tirtohadi. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Ed.3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Aulia R. (2009). Jurnal Gagal Jantung Akut. Jakarta : FKUI.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN ARITMIA DI RUANG ICCU RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

Disusun oleh : Ns, D. Herru Juanri, S.Kep Rakhmat Khaniffudin. R, Amd.Kep Sarifah Naziah, Amd.Kep Dona Seselia, SST Dahlia, Amd.Kep Epha Kristine Natalia. P, Amd.Kep

PELATIHAN KEPERAWATAN INTENSIF KOMPREHENSIF 2018

Related Documents


More Documents from "NURUL ROMADHON"