BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah penyakit multifaktorial dengan berbagai penyebab disertai manifestasi klinis mayor, dan penyebab utama kecacatan dan kematian di negaranegara berkembang (Saidi, 2010). WHO mendefinisikan stroke sebagai suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejalagejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 2006). Berdasarkan data WHO (2010-b), setiap tahunnya terdapat 15 juta orang di seluruh dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian sebanyak 5 juta orang dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan yang permanen. Penyakit stroke telah menjadi masalah kesehatan yang menjadi penyebab utama kecacatan pada usia dewasa dan merupakan salah satu penyebab terbanyak di dunia (Xu, et al., 2010). Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang banyak ditemukan tidak hanya pada negara-negara maju tapi juga pada negara-negara berkembang. Menurut Janssen, et al., (2010), stroke merupakan penyebab utama kecacatan di negara-negara barat. Di Belanda, stroke menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab DALY’s (Disability Adjusted Life Years = kehilangan bertahun-tahun usia produktif). Berdasarkan data NCHS (National Center of Health Statistics), stroke menduduki urutan ketiga penyebab kematian di Amerika setelah penyakit jantung dan kanker (Heart Disease and Stroke Statistics—2010 Update: A Report from American Heart Association). Dari data National Heart, Lung, and Blood Institute tahun 2008, sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat mengalami stroke setiap tahunnya. Dengan 610.000 orang mendapat serangan stroke untuk pertama kalinya dan 185.000 orang dengan serangan stroke berulang (Heart Disease and Stroke Statistics_2010 Update: A Report From the American Heart Association). Setiap 3 menit didapati seseorang yang meninggal akibat stroke di Amerika Serikat. Stroke menduduki peringkat utama penyebab kecacatan di Inggris (WHO, 2010-a). Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian setelah penyakit jantung koroner dan kanker di negara-negara berkembang. Negara berkembang juga menyumbang 85,5% dari total kematian akibat stroke di seluruh dunia. Dua pertiga penderita stroke terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Terdapat sekitar 13 juta korban stroke baru setiap tahun, di mana sekitar 4,4 juta di antaranya meninggal dalam 12 bulan (WHO, 2006). Di Indonesia, prevalensi stroke
Stroke Hemoragik
1
mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk. Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8 per 1.000 penduduk). Menurut Riskesdas tahun 2007, stroke, bersama-sama dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya, juga merupakan penyakit tidak menular utama penyebab kematian di Indonesia. Stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian utama semua usia di Indonesia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Menurut Davenport dan Dennis (2000), secara garis besar stroke dapat dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Di negara barat, dari seluruh penderita stroke yang terdata, 80% merupakan jenis stroke iskemik sementara sisanya merupakan jenis stroke hemoragik. Adapun faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke adalah faktor yang tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti usia, ras, gender, genetik, dan riwayat Transient Ischemic Attackatau stroke sebelumnya. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi (modifiable risk factors) berupa hipertensi, merokok, penyakit jantung, diabetes, obesitas, penggunaan oral kontrasepsi, alkohol, hiperkolesterolemia (PERDOSSI, 2004). Identifikasi faktor risiko stroke sangat penting untuk mengendalikan kejadian stroke di suatu negara. Oleh karena itu, berdasarkan identifikasi faktor risiko tersebut maka dapat dilakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit stroke, terutama untuk menurunkan angka kejadian stroke
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Penulis mengetahui gambaran umum tentang penyakit Stroke Hemoragik dan penatalaksanaannya. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengertian Stroke Hemoragik; b. Mengetahui sistem organ yang terkait Stroke Hemoragik; c. Mengetahui Pemeriksaan diagnostik pada Stroke Hemoragik; d. Mengetahui diagnosa serta intervensi yang dibutuhkan klien dengan Stroke Hemoragik; e. Melakukan Evaluasi SOAP Keperawatan pada pasien Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik
2
C. Metode Penulisan Metode penulisan untuk mendapatkan data yang diperlukan, penulis menggunakan beberapa metode yaitu autoanamnesa, alloanamnesa, Rekam Medis, dan Studi Pustaka D. Sistematika Penulisan Makalah ini terdiri dari lima bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I
:
Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II
:
Tinjauan teoritis terdiri dari : pengertian, anatomi fisiologis, klasifikasi, etiologi, patofisiologi dan pathway, manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi, pemeriksaan penunjang, discharge planning, 11 pola gordon konsep asuhan keperawatan tujuan kriteria hasil, intervensi dan rasional
BAB III
:
Laporan kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi
BAB IV
:
Pembahasan yang terdiri dari perbandingan jurnal dengan teori dan Praktek lapangan yang ditemukan
BAB V
:
Penutup teridri dari kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka
Stroke Hemoragik
3
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Medik 1. a. Definisi Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2008). Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. (Ria Artiani, 2009). Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.
b. Klasifikasi Menurut Muttaqin (2008: 237), klasifikasi stroke dibedakan menurut patologi dari serangan stroke meliputi: Stroke Hemoragik Merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua yaitu: 1) Perdarahan Intraserebri Pecahnya
pembuluh
darah
(mikroanurisma)
terutama
karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian
Stroke Hemoragik
4
mendadak akibat herniasi otak. Perdarahan interaserebri yang disebabkan hipertensi sering dijumpai didaerah putamen, thalamus, pons dan serebelum. 2) Perdarahan Subarakhnoid Perdarahan ini berasal dari pecahnya anurisma berry atau AVM. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang subarachnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebri yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, afasia dan lainnya).
2. Anatomi dan Fisiologi ANATOMI FISIOLOGI SISTEM SARAF
Jaringan Saraf terdiri dari: 1. Neuron (sel saraf) Merupakan unit anatomis dan fungsional sistem persarafan
Stroke Hemoragik
5
Bagian-bagian dari neuron : a) badan sel (inti sel terdapat didalamnya) b) dendrit : menghantarkan impuls menuju badan sel c) akson : menghantarkan impuls keluar dari badan sel
Klasifikasi neuron berdasarkan bentuk : a. Neuron unipolar Terdapat satu tonjolan yang bercabang dua dekat dengan badan sel, satu cabang menuju perifer dan cabang lain menuju SSP (neuron sensorik saraf spinal) b. Neuron bipolar Mempunyai dua tonjolan, 1 akson dan 1 dendrit c. Neuron multipolar Terdapat beberapa dendrit dan 1 akson yang dapat bercabang-cabang banyak sekali. Sebagian besar organela sel pd neuron terdpt pada sitoplasma badan sel. Fungsi neuron : menghantarkan impuls saraf keseluruh tubuh (somatik dan viseral). Impuls neuron bersifat listrik disepanjang neuron dan bersifat kimia diantara neuron (celah sinap / cleft sinaptik). Zat kimia yang disinteis neuron dan disimpan didalam vesikel ujung akson disebut neurotransmiter yang dapat menyalurkan impuls. Contoh neurotransmiter : asetilcolin, norefineprin, dopamin, serotonin, gamaaminobutirat (GABA) 2. Sel penyokong (Neuroglia pada SSP & sel schwann pada SST) Ada 4 neuroglia : a. Mikroglia : berperan sbg fagosit b. Ependima : berperan dlm produksi CSF
Stroke Hemoragik
6
c. Astrosit : berperan menyediakan nutrisi neuron dan mempertahankan potensial biolelektrik d. Oligodendrosit : menghasilkan mielin pd SSP yg merupakan selubung neuron 3. Mielin a. Komplek protein lemak berwarna putih yang menutupi tonjolan saraf (neuron) b. Menghalangi aliran ion Na & K melintasi membran neural. c. Daerah yang tidak bermielin disebut nodus ranvier d. Transmisi impuls pada saraf bermelin lebih cepat dari pada yang tak bermelin, karena adanya loncatan impuls dari satu nodus kenodus lainnya (konduksi saltatorik). Pembagian sistem saraf secara anatomi : 1. Sistem Sarap Pusat Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (ensephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan
ruas-ruas
tulang
belakang,
otak
juga
dilindungi
3
lapisan
selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis. Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut: a) Durameter; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak sebagai endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan dari tulang kepala. Diantara tulang kepala dengan duramater terdapat rongga epidural. b) Arachnoidea mater; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labahlabah. Di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik. c) Piameter. Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-lipatan permukaan otak. Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu: a) Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea) b) Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
Stroke Hemoragik
7
c) Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf didalam sistem saraf pusat Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih. Otak Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol.
Otak besar (serebrum) Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada
Stroke Hemoragik
8
bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Disekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berpikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
Otak tengah (mesensefalon) Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjarkelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran. Otak kecil (serebelum) Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Sumsum sambung (medulla oblongata) Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip. Jembatan varol (pons varoli) Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang. Berdasarkan letaknya, otak dapat dibagi menjadi lima yaitu: a) Telensefalon (end brain) Stroke Hemoragik
9
Telensefalon(end brain) terdiri dari: Hemisfer serebri, kortek serebri, sistem limbik (Bangsal ganglia, hipokampus, Amigdala). b) Diensefalon (inter brain) Diensefalon (inter brain) terdiri dari: Epitalamus, Talamus, Subtalamus, Hipotalamus c) Mesensefalon (mid brain) Mesensefalon (mid brain) terdiri dari: Kolikulus superior Kolikulus inferior Substansia nigra d) Metensefalon (after brain) Metensefalon (after brain) terdiri dari: Pons Serebelum Mielensefalon Medula oblongata e) Mielensefalon (marrow brain) Sumsum tulang belakang (medula spinalis) Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor. Suplai darah otak Otak mendapat suplai darah dari 2 arteri besar, yaitu : 1. Arteri karotis interna 2. Arteri vertebro basiler
Stroke Hemoragik
10
2. Sistem Saraf Tepi Sistem saraf tepi adalah sistem saraf di luar sistem saraf pusat, untuk menjalankan otot dan organ tubuh. Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf tepi tidak dilindungi tulang, membiarkannya rentan terhadap racun dan luka mekanis. Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat.
Gambar Saraf tepi dan aktivitas-aktivitas yang dikendalikannya 1) Sistem Saraf Sadar Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.
Stroke Hemoragik
11
Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari: 1. Saraf Olfaktorius (Penciuman) Saraf Olfaktorius adalah jenis saraf sensorik yang memberikan kontribusi dalam indera penciuman pada manusia. Saraf Olfaktorius pada dasarnya menyediakan sel-sel khusus yang disebut sebagai epitel penciuman. epitel penciuman membawa informasi dari epitel hidung ke pusat penciuman di otak. 2. Saraf Optikus (Penglihatan) Saraf Opticus adalah jenis saraf sensorik yang mengubah informasi tentang penglihatan ke otak. Untuk lebih spesifik Saraf Opticus memasok informasi kepada retina dalam bentuk sel-sel ganglion. 3. Saraf Okulomotorius Saraf Oculomoter adalah bentuk saraf motorik yang memasok informasi ke pusat-pusat yang berbeda di sepanjang otak tengah. Fungsinya meliputi mengangkat kelopak mata superior, bola mata berputar superior, kontruksi pupil saat terkena paparan cahaya dan mengoperasikan beberapa otot mata. 4. Saraf Troklear Saraf motorik ini juga memasok informasi ke otak tengah dan melakukan fungsi penanganan otot mata serta memutar bola mata. 5. Saraf Trigeminus Saraf Trigeminus adalah jenis terbesar dari saraf kranial dan melakukan banyak fungsi sensorik yang berhubungan dengan hidung, mata, lidah dan gigi. Pada dasarnya dibagi lagi dalam tiga cabang yang saraf mata, saraf rahang atas dan saraf rahang bawah. Ini adalah jenis saraf campuran yang melakukan fungsi sensorik dan motorik di otak. 6. Saraf Abdusen Saraf Abdusen merupakan jenis saraf motorik yang memasok imformasi ke pons dan melakukan fungsi pergerakan mata kearah samping. 7. Saraf Fasial (Wajah) Saraf motorik ini bertanggung jawab untuk berbagai jenis ekspresi wajah. Saraf Fasial juga melakukan beberapa fungsi saraf sensorik dengan memberikan informasi tentang sentuhan pada wajah dan indera lidah dalam mulut. Saraf Fasial terletak di sepanjang batang otak.
Stroke Hemoragik
12
8. Saraf Audiotorius Saraf motorik ini pada dasarnya berfungsi dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan menyeimbangkan kepala dan indera suara atau pendengaran. Saraf Audiotorius membawa vestibular serta informasi koklea ke otak dan terletak di dekat telinga bagian dalam. 9. Saraf Glasofarangius Saraf Glasofarangius adalah saraf sensorik yang membawa informasi sensorik dari faring (bagian awal tenggorokan) dan beberapa bagian dari lidah serta langit-langit mulut. Informasi yang dikirim adalah tentang suhu, tekanan dan fakta terkait lainnya. Saraf Glasofarangius juga mencakup beberapa bagian dari kelenjar selera dan kelenjar ludah. Saraf Glasofarangius juga membawa beberapa fungsi motorik seperti membantu dalam menelan makanan. 10. Saraf Vagus Saraf Vagus merupakan jenis saraf campuran yang melakukan fungsi motorik dan sensorik. Saraf Vagus pada dasarnya berkaitan dengan bagian faring, laring, esofagus, trakea, bronkus, beberapa bagian dari jantung dan langit-langit mulut. Ia bekerja dengan konstriksi otot-otot daerah atas. Pada bagian sensorik, memberikan kontribusi dalam kemampuan mencicipi makanan pada manusia. 11. Saraf Assesorius Saraf Assesorius merupakan saraf motorik yang memasok informasi tentang sumsum tulang belakang, trapezius dan otot sekitarnya. Saraf Assesorius juga memberikan gerakan otot bahu dan pergerakan leher. 12. Saraf Hipoglosus Saraf Hipoglosus adalah saraf motorik yang berhubungan dengan otot-otot lidah.
Tanda-tanda Peningkatan Tekanan Intra Kranial : a. Hipertensi b. Bradikardi c. Papil Edema d. Muntah Proyektil e. Nyeri Kepala
Stroke Hemoragik
13
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting. Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor. Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut : a) Pleksus
cervicalis merupakan
gabungan
urat
saraf
leher
yang
mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma. b) Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan. c) Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.
2) Saraf Otonom Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion. Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu. Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.
Stroke Hemoragik
14
Parasimpatik a. mengecilkan pupil b. menstimulasi aliran ludah c. memperlambat denyut jantung d. membesarkan bronkus e. menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan f. mengerutkan kantung kemih
Simpatik a. memperbesar pupil b. menghambat aliran ludah c. mempercepat denyut jantung d. mengecilkan bronkus e. menghambat sekresi kelenjar pencernaan f. menghambat kontraksi kandung kemih
Mekanisme Penghantaran Impuls Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf (neuron) dan sel-sel penyokong (neuroglia dan Sel Schwann). Kedua sel tersebut demikian erat berikatan dan terintegrasi satu sama lain sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.
Stroke Hemoragik
15
Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis. Sistem saraf tepi terdiri dari neuron aferen dan eferen sistem saraf somatis dan neuron sistem saraf autonom (viseral). Otak dibagi menjadi telensefalon, diensefalon, mesensefalon, metensefalon, dan mielensefalon. Medula spinalis merupakan suatu struktur lanjutan tunggal yang memanjang dari medula oblongata melalui foramen magnum dan terus ke bawah melalui kolumna vertebralis sampai setinggi vertebra lumbal 1-2. Secara anatomis sistem saraf tepi dibagi menjadi 31 pasang saraf spinal dan 12 pasang saraf kranial. Suplai darah pada sistem saraf pusat dijamin oleh dua pasang arteria yaitu arteria vertebralis dan arteria karotis interna, yang cabang-cabangnya akan beranastomose membentuk sirkulus arteriosus serebri Wilisi. Aliran venanya melalui sinus dura matris dan kembali ke sirkulasi umum melalui vena jugularis interna. (Wilson. 2005, Budianto. 2005) Membran plasma dan selubung sel membentuk membran semipermeabel yang memungkinkan difusi ion-ion tertentu melalui membran ini, tetapi menghambat ion lainnya. Dalam keadaan istirahat (keadaan tidak terstimulasi), ion-ion K+ berdifusi dari sitoplasma menuju cairan jaringan melalui membran plasma. Permeabilitas membran terhadap ion K+ jauh lebih besar daripada permeabilitas terhadap Na+ sehingga aliran keluar (efluks) pasif ion K+ jauh lebih besar daripada aliran masuk (influks) Na+. Keadaan ini memngakibatkan perbedaan potensial tetap sekitar -80mV yang dapat diukur di sepanjang membran plasma karena bagian dalam membran lebih negatif daripada bagian luar. Potensial ini dikenal sebagai potensial istirahat (resting potential). (Snell. 2007). Bila sel saraf dirangsang oleh listrik, mekanik, atau zat kimia, terjadi perubahan yang cepat pada permeabilitas membran terhadap ion Na+ dan ion Na+ berdifusi melalui membran plasma dari jaringan ke sitoplasma. Keadaan tersebut menyebabkan membran mengalami depolarisasi. Influks cepat ion Na+ yang diikuti oleh perubahan polaritas disebut potensial aksi, besarnya sekitar ± 40mV. Potensial aksi ini sangat singkat karena hanya berlangsung selama sekitar 5msec. Peningkatan permeabilitas membran terhadap ion Na+ segera menghilang dan diikuti oleh peningkatan permeabilitas terhadap ion K+ sehingga ion K+ mulai mengalir dari sitoplasma sel dan mengmbalikan potensial area sel setempat ke potensial istirahat. Potensial aksi akan menyebar dan dihantarkan sebagai impuls saraf. Begitu impuls menyebar di daerah plasma
Stroke Hemoragik
16
membran tertentu potensial aksi lain tidak dapat segera dibangkitkan. Durasi keadaan yang tidak dapat dirangsang ini disebut periode refrakter. Stimulus inhibisi diperkirakan menimbulkan efek dengan menyebabkan influks ion Clmelalui
membran
plasma
ke
dalam
neuron
sehingga
menimbulkan
hiperpolarisasi dan mengurangi eksitasi sel. (Snell. 2007)
3. Etiologi Etiologi stroke menurut Muttaqin (2008: 235) adalah: a. Trombosis Serebri Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti disekitarnya. Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak: 1) Aterosklerosis Adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. 2) Hiperkoagualasi pada polisitemia Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebri. 3) Arteritis (radang pada arteri) b. Emboli Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. c. Hemoragik Perdarahan intrakranial atau intraserebri meliputi perdarahan di dalam ruang subarachnoid atau di dalam jaringan otak sendiri.
Stroke Hemoragik
17
Penyebab perdarahan otak yang paling umum terjadi: a) Aneurisma berry, biasanya defek congenital. b) Aneurisma fusiformis dari aterosklerosis. c) Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis. d) Malformasi erteriovena, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena. e) Ruptur arteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
d. Hipoksia Lokal Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia lokal adalah: 1) Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan subarachnoid, 2) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren. e. Hipoksia Umum Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah: 1) Hipertensi yang parah, 2) Henti jantung paru, 3) Curah jantung turun akibat anemia.
Menurut Smeltzer (2001: 2131), stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian: a) Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher) b) Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain) c) Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak) d) Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak)
Menurut Battica (2008: 58), faktor risiko pada klien dengan stroke hemoragik antara lain: a. Hipertensi atau tekanan darah tinggi. b. Hipotensi atau tekanan darah rendah. c. Obesitas atau kegemukan. d. Kolesterol darah tinggi. e. Riwayat penyakit jantung.
Stroke Hemoragik
18
f. Riwayat penyakit diabetes mellitus. g. Merokok h. Stres.
4. Patofisiologi Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja didalam arteri yang membentuk sirkulus wilisi arteri karotis interna dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15-20 menit maka akan terjadi infark atau kematian jaringan, akan tetapi dalam hal ini tidak semua oklusi di suatu arteri menyebabkan infark didaerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai didaerah tersebut dapat juga karena keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri seperti aterosklerosis dan thrombosis atau robeknya dinding pembuluh darah dan terjadi peradangan berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah misalnya syok atau hiperviskositas darah, gangguan aliran darah akibat bekuan atau infeksi pembuluh ekstrakranium dan rupture vascular dalam jaringan otak (Sylvia A Price dan Wilson, 2006). Infark serebri adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan dan spasme vascular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering kali merupakan faktor penting untuk otak, thrombus dapat berasal dari plak arterosklerosis, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah dan terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan: 1) Iskemia jaringan otak pada area yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan, 2) Edema dan kongesti di sekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari area infark ini sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan.
Stroke Hemoragik
19
Karena trombosis biasanya tidak fatal, bila tidak terjadi perdarahan massif. Oklusi pada pembuluh darah serebri oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi infeksi sepsis akan meluas pada dinding pembuluh darah, maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan perdarahan serebri, jika aneurisma pecah atau rupture. Perdarahan pada otak lebih disebakan oleh rupture arterosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebri yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit serebrovaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falks serebri atau lewat foramen magnum. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan kebatang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, thalamus, dan pons (Muttaqin. 2008:241-242). Menurut Price (2005: 964), pada dasarnya stroke intra serebral terjadi akibat berkurangnya suplai peredaran darah ke otak. Suplai darah tidak dapat disampaikan ke daerah tersebut karena arteri yang bersangkutan tersumbat atau padat, sehingga aliran darah ke otak berkurang sampai 20 – 70 ml/100 gr. Jaringan akan akan terjadi iskemia untuk jangka waktu yang lama dan otak hanya mendapat suplai darah kurang dari 16 ml/100 gr jaringan otak/menit, maka terjadi serangkaian perubahan biokimia sel dan daerah yang mengalami kerusakan ini disebut infark.
Stroke Hemoragik
20
5. Tanda dan Gejala/ Manifestasi Klinis Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem 10th Revisison, stroke hemoragik dibagi atas: a. Perdarahan Intraserebral (PIS) Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodormal yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan seringkali siang hari, saat beraktivitas, atau emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah sering terdapat pada permulaan serangan. Hemiparesis/hemiplegic biasa terjadi sejak permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara ½ sampai dengan 2 jam, dan 12% teerjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari). b. Perdarahan Subarachnoid (PSA) Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodormal berupa nyeri kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada gejala/tanda rangsangan meningeal. Edema papil dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid karena pecahnya anuerisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis interna.
Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa: a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (ganngguan hemisensorik) c. Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma) d. Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan) e. Disatria (bicara pelo atau cadel) f. Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopia g. Ataksia (trunkal atau anggota badan) h. Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala
Menurut Smeltzer (2001:2136), dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
Stroke Hemoragik
21
a. Stroke hemisfer kiri 1) Paralisis pada tubuh kanan 2) Defek lapang pandang kanan 3) Afasia (eksprsif, reseptif atau global) 4) Perubahan kemampuan intelektual 5) Perilaku lambat dan kewaspadaan b. Stroke hemifer kanan 1) Paralisis pada sisi kiri tubuh 2) Defek lapang penglihatan kiri 3) Defisist perawatan-khusus 4) Peningkatan distraktibilitas 5) Perilaku impulsive 6) Kurang kesadaran terhadap defisit
6. Pemeriksaan Penunjang Menurut Doenges, pemeriksaan penunjang pada stroke, meliputi: a. Angiografi serebral : membantu menemukan penyebab stroke secara spesifik, seperti perdarahan atau obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau ruptur. b. CT Scan Kepala : memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan infark. c. Lumbal punksi : menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis, emboli serebral, dan TIA. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intrakranial. Kadar protein meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi. d. MRI (Magnetic Resonance Imagging): menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, malformasi arterivena (MAW). e. Ultrasono Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri karotis [aliran darah atau muncul plak], arteriosklerotik). f. EEG (Elektroensefalogram): mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerahlesi yang spesifik. g. Sinar X tengkorak; menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari massa yang meluas; kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan subarakhnoid.
Stroke Hemoragik
22
h. Diffusion-weighted imaging (DWI): memperlihatkan daerah-daerah yang mengalami infark sebagai daerah putih terang. i. Perfusion-weight imaging (PWI): pemindaian sekuansial selama 30 detik setelah penyuntikan gadolinium. Daerah-daerah otak yang kurang mendapatkan perfusi akan lambat memperlihatkan pemunculan zat warna kontras yang disuntikan tersebut, dan aliran darah yang lambat tampak putih. Pemidahan serial dapat mengungkapkan tiga tipe pola yang berlainan: reperfusi dini, reperfusi lambat dan defisit perfusi persisten. j. Pemeriksaan laboratorium srandar mencakup urinalisis, HDL, laju endap darah (LED), panel metabolik dasar (natrium, kalium, klorida, bikarbonat, glukosa, dan serologi untuk sifilis. Pada klien yang dicurigai mengalami stroke iskemik , panel laboratorium mengevaluasi keadaan hiperkoagulasi termasuk perawatan dasar. Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah protombin dengan rasio normalisasi internasional (INR), waktu tromboplastin parsial; dan hitung trombosit. Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan adalah antibody antikardiolipin, protein C dan S, antitrombin III, plasminogen, faktor V Leiden, dan resistensi protein C aktif (Price.2005:1122-1123).
7. Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan Medis Stroke Hemoragik : a) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat posisi miring apabila muntah dan boleh mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamik stabil. b) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat bila perlu diberikan oksigen sesuai kebutuhan c) Tanda – tanda vital diusahakan stabil d) Bed rest e) Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia f) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit g) Kandung kemih yang penuh dikosongkan bila perlu katerisasi h) Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hndari penggunaan glukosa murni / cairan hipotonik i) Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction yang berlebih yang dapat meningkatkan tekanan intracranial j) Nutrisi peroral hanya diberikan jika fungsi menelan baik, apabila kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
Stroke Hemoragik
23
k) Pemberian obat neuroprotektor, antikoagulan, thrombosis intravena, diuretic, antihipertensi.
8. Komplikasi Menurut Muttaqin (2008: 253), setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokan: a. Dalam hal imobilisasi: infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi dan tromboflebitis b. Dalam hal paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh c. Dalam hal kerusakan otak, epilepsi dan sakit kepala d. Hidrosefalus Menurut Smeltzer dan Bare (2002), komplikasi stroke meliputi: a. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memeberi oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hemotokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigen jaringan. b. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin penurunan vesikositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau hipotensi ektrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cidera. c. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.
9. Discharge Planning a. Memastikan keamanan bagi pasien setelah pulang b. Memilih perawatan, bantuan, atau peralatan khusus yang dibutuhkan c. Merancang untuk pelayanan rehabilitasi lanjut atau tindakan lainnya di rumah (kujungan rumah oleh tim kesehatan) d. Penunjukan health care provider yang akan memonitor status kesehatan pasien
Stroke Hemoragik
24
e. Menentukan pemberi bantuan yang akan bekerja sebagai partner dengan pasien untuk memberikan perawatan dan bantuan harian dirumah dan mengajarkan tindakan yang dibutukan
B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian 11 Pola Gordon 1) Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alcohol, DM dan kurang menjaga kesehatan. 2) Pola Nutrisi dan metabolic Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut. 3) Pola Eliminasi Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi masalah pada saraf vagus yang mengakibatkan konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. 4) Pola Aktivitas dan Latihan Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah, 5) Pola Tidur dan Istirahat Biasanya pasien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot. 6) Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. 7) Pola Persepsi dan Konsep Diri Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif. 8) Pola Persepsi Sensori dan Kognitif Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/ sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.
Stroke Hemoragik
25
9) Pola Reproduksi dan Seksualitas Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamine ini diakibatkan saraf assesorius yang mengalami gangguan. 10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi. 11) Pola Sistem Nilai dan Kepercayaan Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. 2. Diagnosa Keperawatan, Tujuan dan Kriteria Hasil, Intervensi dan Rasional 1) Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran darah ke otak. Tujuan
: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
Kriteria hasil a. Klien tidak gelisah b. Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang c. GCS = E4V5M6 d. Pupil Isokor, reflex cahaya (+) e. TTV : TD : 120-110/80-70 mmHg, HR : 60 – 100 x/menit RR : 16 – 20 x/menit, SpO2 : 96 – 100 % Suhu : 36,5 – 37,5oC Intervensi Mandiri a. Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS. Rasionalnya : Refleks membuka mata dapat menentukan pemulihan tingkat kesadaran, respon motorik dapat menentukan kemampuan berespon terhadap stimulus eksternal dan indikasi keadaan kesadaran yang baik, reaksi pupil digerakan oleh saraf kranial oculus motorius dan untuk menentukan refleks batang otak, pergerakan mata membantu menentukan area cidera dan tanda awal peningkatan tekanan intracranial adalah terganggunya abduksi mata.
Stroke Hemoragik
26
b. Monitor tanda-tanda vital tiap 30 menit. Rasionalnya : Adanya Peningkatan sistolik dan penurunan diastolik serta penurunan tingkat kesadaran dan tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial dan pernapasan yang irreguler merupakan indikasi terhadap adanya peningkatan metabolisme sebagai reaksi terhadap infeksi. c. Pertahankan posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan. Rasionalnya : Perubahan posisi kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak, yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial. d. Hindari batuk yang berlebihan, muntah, mengedan, pertahankan pengukuran urin dan hindari konstipasi yang berkepanjangan. Rasionalnya : Konstipasi dan batuk berkepanjangan dapat mencetuskan respon otomatik peningkatan intrakranial. e. Observasi kejang dan lindungi klien dari cedera akibat kejang. Rasionalnya : Kejang terjadi akibat iritasi otak, hipoksia, dan kejang dapat meningkatkan tekanan intrakrania. f. Berikan oksigen sesuai dengan kondisi klien Rasionalnya : Klien stroke hemoragik mengalami perdarahan diotak dan menyebabkan otak kekurangan oksigen maka perlu diberikan oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigen dijaringan otak. Kolaborasi a. Berikan obat-obatan misalnya steroid (dexamethason) yang diindikasikan dengan tepat dan benar. Rasionalnya : Obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar dapat menurunkan tekanan intrakranial secara biologi / kimia seperti osmotik diuritik untuk menarik air dari sel-sel otak sehingga dapat menurunkan udem otak, steroid (dexametason) untuk menurunkan inflamasi, menurunkan edema jaringan. Obat anti kejang untuk menurunkan kejang, analgetik untuk menurunkan rasa nyeri efek negatif dari peningkatan tekanan intrakranial. Antipiretik untuk menurunkan panas yang dapat meningkatkan pemakaian oksigen otak.
Stroke Hemoragik
27
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan nuerosmuskular Tujuan
: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan mobilisasi pasien mengalami peningkatan
Kriteria hasil a. Mempertahankan posisi optimal b. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh c. Mempertahankan perilaku yang memungkinkan adanya aktivitas Intervensi a. Kaji fungsi motorik dan sensorik dengan mengobservasi setiap ekstermitas secara terpisah terhadap kekuatan dan gerakan normal, respons terhadap rangsang. Rasionalnya : Lobus frontal dan parietal berisi saraf-saraf yang mengatur fungsi motorik dan sensorik dan dapat dipengaruhi oleh iskemia atau meningkatkan tekanan. b. Ubah posisi klien setiap 2 jam. Rasionalnya : Klien yang tidak merubah posisi dapat menyebabkan terjadinya luka tekan akibat tidur terlalu lama pada satu sisi sehingga jaringan yang tertekan akan kekurangan nutrisi yang dibawa darah melalui oksigen. c. Lakukan latihan secara teratur dan letakkan telapak kaki klien dilantai saat duduk dikursi atau papan penyangga saat tidur ditempat tidur. Rasionalnya : Latihan secara teratur pada kaki dan tangan klien dapat mengatasi terjadinya deformitas dan komplikasi seperti footdrop. d. Topang kaki saat mengubah posisi dengan meletakkan bantal di satu sisi saat membalik klien. Rasionalnya : Posisi yang salah dapat menyebabkan terjadinya dislokasi panggul jika meletakkan kaki terkulai dan jatuh serta mencegah fleksi. e. Pada saat klien ditempat tidur letakkan bantal di ketiak diantara lengan atas dan dinding dada untuk mencegah abduksi bahu dan letakkan lengan posisi berhubungan dengan abduksi sekitar 180. Rasionalnya : Posisi ini dapat membidangi bahu dalam berputar dan mencegah edema dan akibat fibrosis. f. Lakukan latihan di tempat tidur. Rasionalnya : Klien dengan gangguan mobilitas fisik dibantu latihan ditempat tidur dapat mencegah terjadinya kaku sendi dan klien dapat
belajar
menggunakan kakinya yang mengalami kelemahan anggota gerak tubuh.
Stroke Hemoragik
28
g. Lakukan latihan ROM 4 x sehari setelah 24 jam serangan stroke jika sudah mendapatkan terapi. Rasionalnya : Klien dengan stroke hemoragik terjadi kelemahan pada salah satu bagian anggota gerak tubuh karna terjadi kerusakan otak dan kontrol gerak tubuh terganggu maka perlu latihan ROM diberikan untuk melatih gerak klien mencegah kaku sendi pada klien. h. Bantu klien duduk atau turun dari tempat tidur. Rasionalnya : Klien hemiplegia dapat mengalami ketidakseimbangan pada saat duduk atau turun dari tempat tidur sehingga perlu dibantu untuk keselamatan dan keamanan.
3) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori Tujuan
: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan meningkatnya persepsi sensori secara optimal
Kriteria hasil a. Pasien dapat mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi persepsi b. Pasien mengakui perubahan dalam kemampuan untuk meraba dan merasa c. Pasien dapat menunjukkan perilaku untuk mengkompensasi terhadap perubahan sensori Intervensi 1. Kaji kesadaran sensori Rasional : Penurunan kesadaran terhadap sensorik dan perasaan kinetic berpengaruh terhadap keseimbangan dan sesuai gerakan yang menggangu ambulasi. 2. Berikan stimulasi terhadap sentuhan Rasional : Klien stroke hemoragik mengalami gangguan pada 12 saraf kranial rangsangan stimulasi diberikan untuk melatih respon klien terhadap stimulasi yang diberikan. 3. Lindungi klien dari suhu berlebihan Rasional : Klien stroke hemoragik yang mengalami gangguan pada 12 saraf kranial mengalami gangguan terhadap rangsangan stimulasi, suhu berlebihan di sekitar lingkungan klien menyebabkan klien tidak nyaman dan kemungkinan dapat terjadi trauma pada klien
Stroke Hemoragik
29
4. Hilangkan kebisingan atau stimulasi eksternal yang berlebihan Rasional : Klien yang mengalami ganguan persepsi sensori terjadi penurunan terhadap rangsangan stimulasi, lingkungan klien yang bising dan berisik dapat meningkatkan rasa kecemasan dan respon emosi yang berlebihan pada klien. 5. Lakukan validasi terhadap persepsi klien Rasional : Klien dengan stroke hemoragik mengalami gangguan persepsi sensori dan ketidakkonsistenan dari persepsi dan integrasi stimulus. 6. Bantu ADL klien Rasional : Klien dengan gangguan penglihatan lapang pandang tidak maksimal mengalami kesulitan dalam menginteprestasikan keadaan sekitar 7. Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan klien Rasional : Dengan penglihatan yang akan terganggu klien akan kesulitan menjangkau barang yang dibutuhkan 8. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotic Rasional : Peradangan yang disebabkan virus atau bakteri akan sensitif terahadap antibiotik
Stroke Hemoragik
30
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Riwayat Kesehatan 1. Identitas Klien Nama
: Ny NS
Tempat tanggal lahir
: Kendawangan, 29 April 1983
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 33 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Melayu
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Status perkawinan
: Menikah
Ruang/Bed
: ICU / 04
Alamat
: Desa Kedondong, Kendawangan
Diagnosa Medis : Stroke Hemoragik + Hipertensi Emergency Tanggal Masuk RS
: 17 April 2017, Pukul : 21.30
Tanggal Pengkajian
: 19 April 2017, Pukul : 08.00
2. Keluhan Utama Klien mengatakan sakit kepala 3. Keluhan Penyerta Klien mengatakan tangan sakit 4. Alasan Masuk Rumah sakit Klien Mengatakan saat dirumah klien mengeluh sakit kepala dan badan terasa lemas setelah beraktivitas dan badan terasa pegal-pegal. 5. Riwayat Kesehatan Sekarang Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 19 April 2017 pukul 08.30 WIB. klien 2 hari sebelumnya klien mengeluh sakit kepala dan pusing, dirumah klien minum obat hipertensi. Klien mengalami penurunan kesadaran dan oleh keluarga klien dibawa ke rumah sakit. Klien masuk UGD Senin 17 April 2017 Pukul 21.30, klien dipasang infus RL 20 tpm di metacarpal dextra dan klien mendapat injeksi Ranitidine 25 mg, Ondancentron 4 mg, Citicoline 500 mg, dan terapi oral captrofil
Stroke Hemoragik
31
25 mg. Pukul 23.15 WIB klien masuk ke ruang ICU. Pada saat pengkajian kesadaran klien composmentis nilai GCS 14 dengan nilai E3, M6, V1. 6. Riwayat Kesehatan Dahulu Klien mengatakan memiliki riwayat Hipertensi ± 2 tahun yang lalu 7. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti klien
B. Pengkajian Keperawatan 1. Pengkajian 11 Pola Gordon a. Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan Sebelum sakit
: Klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi sejak ± 2 tahun yang lalu.
Saat Sakit
: Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien periksa kondisinya ke puskesmas dan klien minum obat penurun tekanan darah, klien tidak menjaga pola makannya kadang klien makan sekali sehari dan kadang dua kali sehari dan klien tidak pernah melakukan diit.
b. Pola Nutrisi dan metabolic Sebelum sakit
: Klien mengatakan tidak ada gangguan menelan, makan 3 kali sehari, tidak mual dan muntah saat makan
Saat Sakit
: Klien mengatakan makan habis ½ porsi, minum sedikit. klien tidak makan buah-buahan, BB : 70 kg
c. Pola Eliminasi Sebelum sakit
: Klien mengatakan bab 1 kali sehari tidak ada masalah saat bab, bak lancar tidak ada masalah saat bak.
Saat sakit
: Klien mengatakan sudah 2 hari tidak bab. Terpasang kateter, warna urin kuning jernih, aliran lancar.
d. Pola Aktivitas dan Latihan Sebelum sakit
: Klien mengatakan bisa melakukan aktivatas sehari-hari seperti membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan memasak
Saat Sakit
: Klien mengatakan istirahat ditempat tidur, aktivitas dan latihan klien dibantu seperti makan, minum, mandi, berpakaian, bab, bak
Stroke Hemoragik
32
e. Pola Tidur dan Istirahat Sebelum sakit
: Klien mengatakan tidak ada masalah saat tidur dan jarang tidur siang
Saat sakit
: Klien mengatakan dapat tidur sebentar kadang terbangun karna sakit kepala dan pusing
f. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama Sebelum sakit
: Klien mengatakan selalu berkumpul dengan suami dan anak-anaknya, tidak ada gangguan komunikasi
Saat Sakit
: Klien mengatakan tidak dapat berbicara banyak dengan suami dan anak-anaknya
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri Sebelum sakit
: Klien mengatakan dirinya periang dan sibuk bekerja
Saat sakit
: Klien mengatakan sedih dirinya tidak bisa bekerja dan berkumpul bersama keluarganya. Klien kadang beteriak dan mudah marah.
h. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif Sebelum sakit
: Klien mengatakan tidak ada gangguan penglihatan.
Saat sakit
: Klien mengatakan mata sebelah kanan tidak bisa melihat, pandangan terganggu.
i. Pola Reproduksi Seksualitas Sebelum sakit
: Klien mengatakan masih menggunakan KB suntik
Saat Sakit
: Klien mengatakan menggunakan KB suntik kurang lebih 3 tahun
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress Sebelum sakit
: Klien mengatakan dapat mengambil keputusan sendiri dalam menyelesaikan masalah
Saat Sakit
: Klien mengatakan suami yang mengambil keputusan saat dirinya dirawat di rumah sakit
k. Pola Sistem Nilai dan Kepercayaan Sebelum sakit
: Klien mengatakan sering menjalankan sholat bersama suami dan anak-anaknya
Saat sakit
: Klien mengatakan tidak dapat menjalankan sholat sendiri maupun bersama keluarga
Stroke Hemoragik
33
2. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : klien tampak sakit sedang, terpasang infus RL 20 tpm, klien tampak gelisah, warna kulit sawo matang Kesadaran : Composmentis GCS14 , E3 V5 M6
TTV : TD
: 186/121 mmHg
HR
: 68 kali/menit
RR
: 18 kali/menit
SpO2
: 98 %
Suhu
: 37,70 C
Head to toe : 1. Kepala Inspeksi
: bentuk kepala simetris, bulat, tidak ada lesi / bekas luka, kulit kepala bersih, rambut hitam
Palpasi
: tidak ada benjolan
2. Mata Inspeksi
: antara mata kanan dan kiri simetris, tidak cekung, tidak strabismus konjungtiva anaemis, pupil isokor, reflex cahaya +/+
Palpasi
: udema palpebra (-)
3. Hidung Inspeksi
: antara lubang hidung kanan dan kiri simetris, lubang hidung bersih, cuping hidung (-)
4. Mulut Inspeksi
: antara sisi kanan dan kiri simestris, membran mukosa lembab
5. Telinga Inspeksi
: antara telinga kanan dan kiri simestris, lengkap, tidak ada cairan yang keluar dari lubang telinga
6. Leher Inspeksi
: letak trakea ditengah, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid
7. Dada Jantung Inspeksi
Stroke Hemoragik
: Tidak terkaji klien menolak
34
Palpasi
: Tidak terkaji klien menolak
Perkusi
: Tidak terkaji klien menolak
Auskultasi
: Tidak terkaji klien menolak
Paru-paru Inspeksi
: bentuk dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, tidak ada retraksi dada
Palpasi
: tidak terkaji klien menolak
Perkusi
: tidak terkaji klien menolak
Auskultasi
: tidak terdengar suara nafas tambahan
8. Abdomen Inspeksi
: antara kuadran kanan, kiri, atas dan bawah simetris, tidak ada cairan yang keluar dari umbilikus
9.
Auskultasi
: bising usus 8 kali/ menit
Palpasi
: tidak teraba skibala pada 4 kuadran
Perkusi
: timpani
Genetalia dan anus Inspeksi
: tidak terkaji klien menolak
10. Ekstremitas Inspeksi
: antara kedua kaki dan tangan simetris, jari lengkap, tidak ada deformitas, akral hangat, tidak sianosis, tidak ada clubbing finger
Palpasi
: tugor kulit elastis, capillary refill ≤ 3 detik,
Kekuatan otot :
4
5
4
5
Pemeriksaan 12 Saraf Kranial 1. Nerve Olfaktorius Klien dapat mengenali bau sabun, minyak telon 2. Nerve Optikus Klien dapat membuka mata sebelah kiri, lapang pandang terganggu mata sebelah kanan tidak dapat membuka 3. Nerve Oculomotorius, Trochlearis, Abdusen Pupil sebelah kanan bereaksi saat tekena cahaya, tidak terkaji, respon mata kanan baik
Stroke Hemoragik
35
4. Nerve Trigeminus Pada mata sebelah kiri klien dapat merasakan goresan kapas dikelopak mata, mata sebelah kanan klien tidak merasakan sentuhan kapas, sentuhan masih dirasakan klien pada mata kiri, mata kanan tidak ada respon dari sentuhan. 5. Nerve Facialis Klien dapat mengerutkan dahi, tersenyum sedikit susah 6. Nerve Vestibulo Cochlearis Klien masih mendengar gesekan jari ditelinga kanan dan kiri. 7. Nerve Glasofaringeal, Vagus Klien susah menjulurkan lidah 8. Nerve Assesoris Klien susah untuk menoleh dan mengangkat bahu kiri dan kanan 9. Nerve Hypoglosus Klien susah untuk menjulurkan lidah dan menggerakkan ke kiri dan kanan
3. Pemeriksaan Penunjang Hasil Laboratorium tanggal 17 April 2017 Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Hemoglobin
12,9 g/dl
12,0 – 14,0
Leukosit
11.300 /UI
4.000 – 12.000
Eritrosit
4,24 /UI
4,0 – 5,0
Hematokrit
40,2 %
37 – 43
Trombosit
240.000 /UI
150.000 450.000
MCV
94,8 fl
82 – 97
MCH
30,4 pg
26,5 – 33,5
MCHC
32,1 g/dl
31,5 – 37,0
RDW
13,3 %
11,5 – 14,5
PDW
11,5 fl
15,0 – 17,0
Urea
14,8 mg/dl
10 – 50
Creatinin
1,1 mg/dl
0,5 – 1,0
GDS
83,0 mg/dl
< 140
Stroke Hemoragik
36
Hasil Laboratorium tanggal 18 April 2017 Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
SGOT
62,2 U/l
< 31
SGPT
66,1 U/l
<31
Hasil EKG -
Normal Synus Ritme; Left Ventricular Hypertrophy
4. Therapi Jenis Therapi
Jalur
Waktu Pemberian
Indikasi
Infus RL 20 tpm Drip Catapres 150 mcg/ml
Syringe
Tiap 4 jam
Krisis hipertensi
D5% 50 CC
Pump
Ranitidine 2 x 25 mg
Iv Bolus
10.00,22.00
Tukak Lambung
Citicoline 2 x 500 mg
Iv Bolus
10.00,22.00
Vitamin syaraf
Ondancentron 3 x 4 mg
Iv Bolus
10.00,18,00,02.00
Mual dan Muntah
Novaldo 3 x 1 gr
Iv Bolus
08.00,16.00,24.00
Analgetik
Asam Tranexamat 3x500mg
Iv Bolus
08.00,16.00,24.00
Anti fibrinolitik
Neurosanbe 2 x 1 tab
Oral
08.00,20.00
Gangguan saraf
Captopril 4 x 25 mg
Oral
08.00,14.00,20.00,
Amlodipine 1 x 10 mg
Stroke Hemoragik
Oral
otak
02.00
Hipertensi
18.00
antihipertensi
37
C. Analisa Data No 1.
Data
Problem
Etiologi
Data Subjektif :
Ketidakefektifan
Gangguan aliran
a. Klien mengatakan pusing,
Perfusi Jaringan
darah ke otak
kepala sakit
Serebral
Data Objektif : b. TD : 186/121 mmHg c. Suhu : 37,7o C d. Klien memiliki riwayat hipertensi 2.
Data Subjektif : -
Hambatan
Gangguan
Mobilitas Fisik
Neuromuskuler,
Data Objektif :
penurunan
Klien ADL dibantu
kekuatan otot
Klien bedrest Klien terpasang kateter Kekuatan otot
3.
4 4
5 5
Data Subjektif : Klien mengatakan mata sebelah
Gangguan
Penekanan pada
Persepsi sensori
saraf sensori
kanan tidak bisa membuka lapang pandang terganggu dan penglihatan menyempit Data Objektif : Klien susah menjulurkan lidah Klien susah mengangkat bahu kiri dan kanan Klien sedikit susah merasakan sentuhan di kelopak mata kanan
Stroke Hemoragik
38
D. Diagnosa Keperawatan a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan aliran darah yang ditandai dengan klien mengatakan pusing, kepala sakit, TD : 186/121 mmHg, Suhu : 37,7o C, Klien memiliki riwayat hipertensi b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan klien adl dibantu, pasien bedrest, terpasang kateter, kekuatan otot ektremitas bagian kanan 4 ektremitas bagian kiri 5 c. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penekanan saraf sensori yang ditandai dengan klien mengatakan mata sebelah kanan tidak bias membuka lapang pandang terganggu dan penglihatan menyempit, klien susah menjulurkan lidah, klien susah mengangkat bahu kiri dan kanan, klien sedikit susah merasakan sentuhan di kelopak mata sebelah kanan. E. Intervensi Keperawatan Tujuan No
Tgl
Dx
Diagnosa
dan kriteria
Intervensi
Rasional
hasil : 19/4/ 17
1
Ketidakefektifan
Ketidak
perfusi jaringan
efektifan
penurunan diastolik serta
serebral
perfusi
penurunan tingkat kesadaran
berhubungan
jaringan
dan tanda-tanda peningkatan
dengan gangguan
serebral
tekanan
aliran darah yang
dapat
adanya
ditandai dengan :
teratasi
irreguler
Klien
setelah
indikasi terhadap adanya
mengatakan
dilakukan
peningkatan
pusing, kepala
tindakan
sebagai
sakit, TD :
keperawat
infeksi.
186/121 mmHg,
an selama
Suhu : 37,7o C,
3x24 jam 2. Monitor dan
Klien memiliki
dengan
catat status
menentukan
riwayat hipertensi kriteria
neurologis
tingkat kesadaran, respon
dengan
motorik dapat menentukan
hasil :
Stroke Hemoragik
1. Monitor TTV 1. Peningkatan
2. Refleks
sistolik
intracranial pernapasan
dan
dan yang
merupakan
metabolisme
reaksi
terhadap
membuka
mata
pemulihan
39
-
- Klien
menggunakan
kemampuan
tidak
metode GCS.
terhadap stimulus eksternal
gelisah
dan
Tidak ada
kesadaran yang baik, reaksi
keluhan
pupil digerakan oleh saraf
nyeri
kranial
mual dan
untuk menentukan refleks
kejang
batang otak, pergerakan bola
- GCS
mata
indikasi
keadaan
oculus
motorius
dapat
membantu
nilai
menentukan area cedera dan
total 15
tanda
- Pupil isokor
3. Pertahankan posisi kepala
awal
peningkatan
tekanan intracranial. 3. Perubahan
kepala
pada
- TTV
yang sejajar
satu
sisi
dapat
- TD : 120-
dan tidak
menimbulkan
penekanan
menekan.
pada vena jugularis dan
110/80-70
menghambat aliran darah
mmHg,
otak,
HR :
x/menit, RR : 1620 x/ mrnit
sehingga
meningkatkan
60 – 100
dapat tekanan
intrakranial. 4. Hindari
batuk
yang
4. Batuk,
mengedan,
berlebihan,
konstipasi
yang
muntah, R mengedan, R pertahankan : pengukuran 1 urin dan hindari 6 konstipasi – yang berkepan 2 jangan. 0
berkepanjangan
dapat
x 5. Observasi / kejang dan m lindungi klien e
Stroke Hemoragik
berespon
mencetuskan otomatik
respon penngkatan
intrakranial.
5. Terjadinya
kejang
merupakan akibat iritasi
40
dari n
cidera
otak, hipoksia, dan kejang
akibat i kejang
dapat
meningkatkan
t
tekanan intrakranial.
6. Berikan , oksigen S sesuai dengan p kondisi
mengalami
pasien O
diotak dan menyebabkan
2
otak kekurangan oksigen
:
maka
9
oksigen untuk memenuhi
6
kebutuhan
7. Berikan – obatan 1
Stroke Hemoragik
6. Klien stroke hemoragik
obatyang
perdarahan
perlu
diberikan
oksigen
dijaringan otak. 7. menurunkan
tekanan
diindikasikan 0
intrakranial secara biologi /
dengan 0
kimia
tepat
seperti
osmotik
dan % benar.
diuritik dapat menarik air
S
dari sel-sel otak sehingga
u
dapat menurunkan udem
h
otak,
u
(dexametason)
:
menurunkan
3
inflamasi,
6
edema jaringan. Obat anti
,
kejang dapat menurunkan
5
kejang,
–
menurunkan
3
efek
7
peningkatan
tekanan
,
intrakranial.
Antipiretik
5
dapat menurunkan panas
o
yang dapat meningkatkan
C
pemakaian oksigen otak.
steroid dapat
menurunkan
analgetik rasa
dapat nyeri
negatif
dari
41
2
Hambatan mobilitas
Hambatan fisik moblitas
berhubungan
fungsi
motorik
dan
1. Lobus frontal dan parietal berisi
saraf-saraf
yang
sensorik
mengatur fungsi motorik
dengan gangguan teratasi
dengan
dan sensorik yang dapat
neuromuskuler,
setelah
mengobservasi
dipengaruhi oleh iskemia
penurunan
dilakukan
setiap
atau
ekstermitas
tekanan.
kekuatan yang
fisik dapat
1. Kaji
otot tindakan ditandai keperawat
secara terpisah
dengan klien adl an selama
terhadap
dibantu,
kekuatan
klien 3x24 jam
bedrest, terpasang dengan
gerakan
kateter, kekuatan kriteria
normal,
otot
respons
ektremitas hasil :
bagian kanan 4
- memper
ektremitas bagian
tahankan
kiri 5
posisi optimal - memper tahankan
meningkatkan
dan
terhadap rangsang.
2. Ubah
posisi
2. posisi klien yang slah dan
klien setiap 2
tidak
ideal
jam sekali
menyebabkan
dapat terjadinya
dan
luka tekan akibat tidur
mening
terlalu lama pada satu sisi
katakn
sehingga
fungsi
tertekan akan kekurangan
bagian
nutrisi yang dibawa darah
tubuh
melalui oksigen.
jaringan
yang
- Memper tahankan 3. Lakukan
3. Latihan
ROM
secara
adanya
latihan
ROM
teratur dapat mencegah
perilaku
secara
teratur
deformitas dan komplikasi
yang
dan
memung
telapak
kinkan
klien
dilantai
adanya
saat
duduk
aktivitas
dikursi
letakkan
seperti footdrop.
kaki
atau
papan
Stroke Hemoragik
42
penyangga saat tidur ditempat tidur.
4. Topang
kaki
4. Kaki
yang
saat mengubah
kelemahan
posisi
menyebabkan
dengan
mengalami dapat terjadinya
meletakkan
dislokasi
bantal di satu
meletakkan kaki terkulai
sisi
dan jatuh serta mencegah
saat
membalik
panggul
jika
fleksi.
klien.
5. Lakukan
5. Dengan latihan rentang
latihan rentang
gerak pada klien dengan
gerak di tempat
hemiplegia
tidur.
membantu klien belajar
dapat
menggunakan yang
kakinya mengalami
kelumpuhan. 6. Lakukan
6. Klien
stroke
latihan ROM 4
hemoragik
x sehari setelah
kelemahan pada salah satu
24
bagian
anggota
gerak
serangan stroke
tubuh
latihan
ROM
jika
diberikan untuk melatih
jam
sudah
terjadi
mendapatkan
gerak klien mencegah kaku
terapi.
sendi pada klien.
7. Bantu
klien
duduk
atau
mengalami
turun
dari
ketidakseimbangan
tempat tidur.
Stroke Hemoragik
dengan
7. Klien
sehingga
hemiplegia
perlu
dibantu
43
untuk
keselamatan
dan
keamanan. 3
Gangguan
Gangguan 1. Kaji tingkat
persepsi
sensori Persepsi
berhubungan
sensori
dengan
dapat
penekanan
saraf teratasi
sensori
yang setelah
ditandai
dengan tindakan
1. Penurunan kesadaran
kesadaran
terhadap sensorik dan
sensori
perasaan kinetik berpengaruh terhadap keseimbangan.
2. Berikan
2. melatih kembali jaras
klien mengatakan keperawat
stimulasi
sensori untuk mengintegrasi
mata
sebelah an selama
terhadap
kan persepsi dan interpretasi
kanan tidak bisa 3x 24 jam
sentuhan
diri
membuka, lapang dengan pandang
kriteria
terganggu
dan hasil :
penglihatan
- klien
3. Lindungi klien
3. Menjaga keamanan pasien
dari suhu
dan mencegah terjadinya
berlebihan
trauma pada klien
menyempit, klien
dapat
susah
memper
menjulurkan
tahankan
kebisingan
hemoragik memiliki
lidah, klien susah
fungsi
atau stimulasi
tingkat kecemasan dan
mengangkat bahu
persepsi
eksternal yang
respon emosi yang
berlebihan
berlebihan.
kiri dan kanan, - klien klien
sedikit
4. Hilangkan
4. klien dengan stroke
meng-
susah merasakan
akui
sentuhan
di
perubah-
validasi terhadap
hemoragik sering mengalami
mata
an untuk
persepsi klien
gangguan persepsi sensori
kelopak
sebelah kanan.
5. Lakukan
melihat
5. Klien dengan stroke
dan ketidakkonsistenan
- klien
dari persepsi dan integrasi
dapat
stimulus.
menun jukkan perilaku
Stroke Hemoragik
6. Bantu ADL klien
6. Klien dengan gangguan penglihatan lapang pandang
untuk
tidak maksimal mengalami
meng
kesulitan dalam
kompen
menginteprestasikan keadaan
44
sasi
sekitar
terhadap perubah 7. Dekatkan
7. Dengan penglihatan yang
an
barang-barang
terganggu klien akan
sensori
yang
kesulitan untuk menjangkau
dibutuhkan
barang yang dibutuhkan
klien
8. Kolaborasi
8. Peradangan yang disebabkan ba
dengan dokter
bakteri atau virus akan
pemberian
sensitif pada obat antibiotik
antibiotik
F. Implementasi dan Evaluasi Waktu
No
Implementasi dan Respon
Dx
Nama dan TTD
19/4/17 08.45
3
Memberikan stimuli terhadap sentuhan
Herru
R/S : klien mengatakan masih dapat merasakan sentuhan yang diberikan
09.00
1,2
Melakukan pemeriksaan TTV
Herru
R/ O : TD : 182/110 mmHg, HR : 65 x/menit, RR : 21 x/menit, SpO2 : 97 %, Suhu : 37,7oC
09.10
1,2
Menyuntikkan Ranitidine 25 mg, Citicoline 500
Herru
mg, Ondancentron 4 mg melalui iv bolus R/O : obat masuk lancar sesuai dosis, tetesan infus lancar 09.30
2
Melatih rentang gerak klien
Herru
R/S : klien mengatakan berat menggerakkan tangan kanan R/O : klien dapat mengikuti latihan gerak
Stroke Hemoragik
45
10.00
1
Memberikan posisi head up
Herru
R/S : klien mengatakan posisi baringnya sudah nyaman
10.30
2
Mengubah posisi klien
Herru
R/S : klien mengatakan posisi miring lebih nyaman R/O : klien miring ke kanan, punggung klien dialas dengan guling, sela-sela kaki diberi bantal
Waktu 19/4/17
No
Evaluasi SOAP
Dx 1
S:-
Nama dan TTD Herru
O : Keadaan umum klien tampak sakit sedang, kesadaran : CM, terpasang infus Rl 20 tpm, terpasang kateter, BAB (-) BAK (+) UT : 1730 cc TD : 169/105 mmHg, HR : 72 x/menit, RR : 21 x/menit, SpO2 : 97 %, Suhu : 37,1oC A : Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral teratasi sebagian P : Intervensi 1, 2, 4, 5 dan 7 dilanjutkan Intervensi 3 dan 6 dihentikan 2
S:-
Herru
O : klien tampak tidur, kesadaran composmentis, akral hangat, nadi teraba, terpasang infus Rl 20 tpm, terpasang kateter, BAB (-) BAK (+) UT : 1730 cc TD : 169/105 mmHg, HR : 72 x/menit, RR : 21 x/menit, SpO2 : 97 %, Suhu : 37,1oC kekuatan otot sebelah kiri 4 sebalah kanan 5, ADL masih dibantu A : Hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian P : Intervensi 1, 2, 3 dan 6 dilanjutkan Intervensi 4, 5 dan 7 dihentikan
Stroke Hemoragik
46
3
S:-
Herru
O : klien tampak tidur, kesadaran composmentis, akral hangat, nadi teraba, terpasang infus Rl 20 tpm, terpasang kateter, BAB (-) BAK (+) UT : 1730 cc TD : 169/105 mmHg, HR : 72 x/menit, RR : 21 x/menit, SpO2 : 97 %, Suhu : 37,1oC mata sebelah kanan susah membuka, klien susah mengangkat
bahu
kiri
dan
kanan,
susah
menjulurkan lidah, lapang pandang menyempit A : Gangguan persepsi sensori belum teratasi P : Intervensi 1, 2, 5, 7 dan 8 dilanjutkan Intervensi 3,4 dan 6 dihentikan G. Discharge Planning I. Pendidikan Kesehatan tentang stroke kepada keluarga pasien : a. Menjelaskan penyakit yang diderita klien b. Melatih ROM pasif pada klien c. Melatih rentang gerak klien d. Menjelaskan diit klien pada saat perawatan lanjutan di rumah
Stroke Hemoragik
47
BAB IV PEMBAHASAN KASUS Stroke hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan. Pada klien Ny. NS masuk dalam klasifikasi stroke hemoragik perdarahan intraserebri dimana hipertensi yang merupakan pencetus perdarahan intraserebri. Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak akibat herniasi otak. Perdarahan interaserebri yang disebabkan hipertensi sering dijumpai didaerah putamen, thalamus, pons dan serebelum. Didukung dengan data klien memiliki riwayat hipertensi kurang lebih dua tahun yang lalu, tekanan darah klien tinggi 184/121 mmHg. Etiologi stroke hemoragik yaitu thrombosis serebri, emboli, hemoragik, hipoksia umum dan hipoksia lokal. Pada klien penyebab terjadinya stroke hemoragik karena hipoksia umum dimana beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum diantaranya adalah hipertensi yang parah. Maka dapat disimpulkan antara teori dan kasus stroke hemoragik pada klien sesuai, klien memiliki riwayat hipertensi kurang lebih dua tahun. Berdasarkan hasil pemeriksaan pada klien dimana klien mengalami penurunan kesadaran, area otak bagian serebral mengalami perdarahan yang menyebabkan suplai oksigen ke otak terganggu dan otak kekurangan oksigen maka terjadi penurunan kesadaran pada klien. Perjalanan penyakit pada klien yang mengalami stroke hemoragik dimana klien memiliki riwayat hipertensi dan klien jarang kontrol ke puskesmas. Klien mengkonsumsi obat antihiperensi jika untuk menurunkan tekanan darahnya dan jika merasa pusing dan sakit kepala klien minum obat antihipertensi. Stroke hemoragik terjadi karena perdarahan pada otak, dimana disebabkan oleh hipertensi pembuluh darah dan terjadi perdarahan intraserebri yang sangat luas dan terjadi peningkatan tekanan intra kranial. Pada klien terjadi gangguan sensori, penglihatan dan penciuman klien terganggu. Klien mengeluh sakit kepala dan pusing. Maka teori dan kasus pada klien dengan stroke hemoragik memiliki kesamaan dan sesuai.
Stroke Hemoragik
48
Pada klien ditemukan tanda dan gejala yaitu klien mengalami penurunan kesadaran, kelumpuhan wajah atau anggota badan, gangguan penglihatan, afasia atau bicara tidak lancar kurangnya ucapan kesulitan memahami, gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan atau gangguan hemisensorik. Teori yang ada sesuai dengan tanda dan gejala yang ditemuka pada klien. Klien mengalami penurunan kesadaran dan sakit kepala, pada pemeriksaan 12 saraf kranial pada klien didapatkan data klien mengalami gangguan penglihatan, gangguan sensibilitas, bicara tidak lancar. Terjadi perdarahan di otak mengakibatkan kesadaran menurun dan klien mengalami gangguan sensori. Aliran oksigen ke otak tidak adekat mengaibatkan penurunan kesadaran. Pemeriksaan penunjang pada stroke meliputi angiografi serebral, CT scan, lumbal punksi, MRI, EEG, Sinar X tengkorak, ultrasono Doppler dan pemeriksaan laboratorium mencakup urinalisis, HDL, LED, panel metabolik dasar, dan serologi untuk sifilis. Klien dilakukan pemeriksaan Laboratorium dan EKG dimana hasil Laboratorium klien normal kecuali hasil creatinin 1,1 mg/dl normalnya 0,5-1,0 mg/dl, hasil SGOT 62,2 U/I dan SGPT 66,1 U/I nilai normalnya < 31 dan hasil EKG klien Normal Synus Rhytme. Pemeriksaan darah untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri, pemeriksaan kimia darah pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg/dl didalam serum dan berangsur-angsur turun. Pemeriksaan EKG untuk memeriksa kesehatan terhadap aktivitas elektrik (listrik) jantung. Pemeriksaan klien tidak sesuai dengan teori karena fasilitas rumah sakit yang belum mendukung sarana dan prasarana yang memadai untuk pemeriksaan penunjang klien dengan stroke hemoragik. Penatalaksanaan Medis Stroke Hemoragik meliputi posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat posisi miring apabila muntah dan boleh mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamik stabil, bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat bila perlu diberikan oksigen sesuai kebutuhan, tanda – tanda vital diusahakan stabil, bed rest, pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, kandung kemih yang penuh dikosongkan bila perlu katerisasi, pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan glukosa murni / cairan hipotonik, hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction yang berlebih yang dapat meningkatkan tekanan intracranial, nutrisi peroral hanya diberikan jika fungsi menelan baik, apabila kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT, pemberian obat neuroprotektor, antikoagulan, thrombosis intravena, diuretic, antihipertensi. Pada klien diberikan posisi yang sesuai dan nyaman, oksigen diberikan sesuai dengan kebutuhan dan terapi dari dokter, selalu dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, klien sudah terpasang kateter, dan terpasang NGT, klien sudah terpasang infus, dan sudah diberikan obat sesuai
Stroke Hemoragik
49
dengan kondisi klien dari advice dokter. Posisi yang diberikan sesuai dengan kondisi pada klien, posisi yang nyaman dan aman jika klien muntah diberikan posisi miring pada klien, klien tidak muntah. Oksigen diberikan untuk memenuhi kebutuhan oksigen didalam darah serta mempertahankan ventilasi yang adekuat pada klien. Pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan untuk melihat dan menjaga kestabilan kondisi klien. Klien dipasang kateter untuk mengosongkan kandung kemih klien dan urine dapat keluar agar tidak terjadi retensi urin. Pemberian cairan intravena untuk memenuhi kebutuhan cairan pada klien dan mencegah terjadinya syok hipovolemik. Klien sudah terpasang NGT untuk memenuhi asupan nutrisi pada klien. Komplikasi stroke hemoragik, setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokan dalam hal imobilisasi: infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi dan tromboflebitis, dalam hal paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh, dalam hal kerusakan otak, epilepsi dan sakit kepala, hidrosefalus. Pada klien sudah terjadi komplikasi dimana klien mengeluh sakit kepala karena tekanan darah yang tinggi pada klien dan perdarahan di otak pada klien. Discharge palanning pada klien stroke hemoragik yaitu memastikan keamanan bagi klien setelah pulang, memilih perawatan, bantuan, atau peralatan khusus yang dibutuhkan, merancang untuk pelayanan rehabilitasi lanjut atau tindakan lainnya di rumah (kujungan rumah oleh tim kesehatan), penunjukan health care provider yang akan memonitor status kesehatan klien, menentukan pemberi bantuan yang akan bekerja sebagai partner dengan klien untuk memberikan perawatan dan bantuan harian dirumah dan mengajarkan tindakan yang dibutukan. Pada klien sudah diberikan penkes tentang perawatan klien dirumah dan bantuan apa saja yang diperlukan klien, dan penjelasan sedikit tentang penayakit klien kepada keluarga klien. Pengkajian teori pada klien stroke hemoragik dapat ditemukan data klien mengalami gangguan pada 12 saraf kranial, klien mengalami penurunan kesadaran, klien mengalami sakit kepala, klien memiliki riwayat hipertensi, dm, konsumsi alkohol dan kurang menjaga kesehatan, klien mengalami kehilangan sensori mudah lelah, klien sulit menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut, terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltic pada usus, klien mengalami gangguan berbicara, klien susah tidur karena kejang atau nyeri otot. Pada klien didapatkan data klien memiliki riwayat hipertensi kurang lebih dua tahun yang lalu, klien mengeluh sakit kepala, klien mengalami gangguan penglihatan, perabaan atau sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas, susah menelan, dan tekanan darah klien tinggi. Klien terlambat melakukan
Stroke Hemoragik
50
pemeriksaan kondisi tubuhnya dan klien jarang kontrol kerumah sakit, sudah terjadi perdarahan dan klien mengalami penurunan kesadaran keluarga klien membawa klien ke rumah sakit. Klien yang kurang pengetahuan dan pajanana informasi tentang penyakit klien serta klien kurang memperhatikan dan kurang menjaga kesehatan. Diagnose keperawatan pada stroke hemoragik yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, hambatan mobilitas fisik, gangguan persepsi sensori, risiko cidera, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Pada klien diambil tiga diagnose utama yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, hambatan mobilitas fisik dan gangguan persepsi sensori. Klien mengalami pusing, sakit kepala dan tekanan darah klien tinggi serta memiliki riwayat hipertensi dua tahun yang lalu, terjadi masalah gangguan perfusi jaringan di otak pada klien maka diangkat diagnose gangguan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. Klien dalam aktivitas dan latihan dibantu, klien bedrest, klien mengalami penurunan kekuatan otot pada ekstremitas sebelah kanan sehingga diangkat diagnose hambatan moblitas fisik. Klien mengalami ganguan penglihatan, susah merasakan sentuhan dikelopak mata, susah mengangkat bahu dan menjulurkan lidah, maka diangkat diagnose gangguan persepsi sensori. Intervensi pada klien stroke hemoragik adalah monitor status neurologisnya, monitor tanda-tanda vita tiap 30 menit, pertahankan posisi kepala yang sejajar, hindari batuk, muntah, mengedan yang berlebihan, observasi kejang, berikan terapi oksigen sesuai dengan kondisi klien,kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi, kaji fungsi motoric dan sensorik pada klien, ubah posisi setiap 2 jam, lakukan latihan ROM secara teratur ditempat tidur 4 kali sehari, bantu klien duduk atau turun dari tempat tidur, kaji kesadaran sensori klien, berikan stimulasi terhadap sentuhan, lindungi klien dari suhu berlebihan, hilangkan kebisingan yang berlebihan, lakukan validasi terhadap persepsi klien, bantu ADL klien, dekatkan barang-barang yang dibutuhkan klien. Intervensi yang diberikan pada klien sesuai dengan teori stroke hemoragik dan data yang mendukung diagnose keperawatan. Klien memerlukan perawatan yang baik mengatasi masalah perfusi jaringan serebral pada klien, membantu klien dalam ADL dan mencegah risiko cidera yang terjadi pada klien. Mengatasi masalah hambatan mobilitas fisik klien dan gangguan persepsi sensori klien.
Stroke Hemoragik
51
BAB V PENUTUP
Simpulan Stroke hemoragik merupakan defisit neurologi yang mempunyai sifat mendadak dan berlangsung dalam 24 jam sebagai akibat dari pecahnya pembuluh darah di otak yang di akibatkan oleh aneurisma atau malformasi arteriovenosa yang dapat menimbulkan iskemia atau infark pada jaringan fungsional otak (Purnawan Junadi, 2009). Pasien datang dari UGD dengan diagnosa stroke haemoragik. Hal ini sesuai dengan teori bahwa stroke Haemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh darah di otak. Banyak faktor yang memengaruhi terjadinya stroke yaitu hipertensi dan penggunaan obat-obat antikoagulan. Klien sudah menderita hipertensi kurang lebih sejak dua tahun yang lalu. Hipertensi yang kronis dapat mengakibatkan perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid. Hal tersebut menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak sehingga darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial dan menyebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak. Sehingga aliran oksigen ke otak tidak adekuat mengakibatkan penurunan kesadaran.
Saran a. Pasien stroke dengan bedrest dimungkinkan terjadinya decubitus, sehingga perawat perlu lebih memperhatikan pasien dengan tanda-tanda decubitus dan penatalaksanaan decubitus. b. Perawat diharapkan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien serta memakai alat pelindung diri untuk mencegah terjadinya resiko infeksi dan infeksi nosokomial pada pasien di intensive care unit (ICU). c. Perawat diharapkan melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab dan kesadaran masing-masing yang bertujuan untuk kesembuhan dan keselamatan pasien. Keluarga Pada keluarga sebaiknya senantiasa mendampingi dan memberikan support kepada pasien meskipun dalam kondisi koma sekalipun.
Stroke Hemoragik
52
d. Penderita stroke jika sudah mengalami kerusakan persarafan atau kelumpuhan biasanya bersifat permanen. Maka dari itu, perlu adanya pendampingan ekstra baik kepada klien maupun kepada keluarga karena pada tahap awal tentunya klien akan merasakan depresi yang amat mendalam. Selain itu, perlu diberitahukan kepada keluarga untuk tidak merendahkan klien karena dapat timbul tekanan yang lebih dalam lagi kepada klien sehingga akan menimbulkan distress kepada klien sehingga mempengaruhi proses penyembuhan klien. Oleh karena itu, perlu danya peran perawat yang lebih peka terhadap perasaan klien dan keluarganya.
Stroke Hemoragik
53