BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam typhoid atau yang juga dikenali dengan nama lain yaitu, Typhus abdominalis, Typhoid fever atau Enteric fever merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih 1 minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit infeksi dari Salmonela ialah segolongan penyakit infeksiyang disebabkan oleh sejumlah besar spesies yang tergolong dalam genus Salmonella, biasanya mengenai saluran pencernaan.(Hasan & Alatas, 1991, dikutip Sodikin, 2011: hal.240). Dari berbagai macam penyakit infeksi bakteri yang ada di belahan dunia ini, demam typhoid menjadi masalah besar di Negara-negara berkembang.Kebanyakan penyakit ini terjadi pada penduduk Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika latin. Dampak yang akan terjadi pada pasien penderita typhoid yang tidak segera ditangani mengakibatkan keadaan yang semakin memburuk, didalam usus bisa terjadi pendarahan usus, perforasi dan peritonitis, diluar usus mengakibatkan terjadinya lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia), yaitu meningitis, kolestisiasis, ensefelopati. Peran perawat yang lebih optimal sangat diharapkan dalam menangani pasien dengan masalah typhoid. Diantaranya peran perawat dari aspek prefentif adalah pencegahan terjadinya thypoid atapun penularan penyaklit typhoid dengan cara memelihara kebersihan perorangan, pemberia vaksin atau imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut. Peran perawat dari aspek kuratif adalah dengan cara memberikan perawatan secara maksimal kepada pasien, menganjurkan kepada pasien atau keluarga yang menemani untuk menjaga kebersihan, pemberian nutrisi yang sesuai dan adekuat, menganjurkan istirahat total atau titah baring bila terjadi peningkatan suhu tubuh, serta menempatkan pasien di ruangan khusus, atau isolasi. Peran
1
perawat ditinjau dari aspek promotif yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan atau penjelasan tentang penyakit terhadap klien atau keluarga tentang penyebab, gejala, perawtan, pengobatan serta pencegahanannya. Dari aspek rehabilitatif peran perawat yaitu dengan pemulihan keadaan pasien yang mengalami penyakit typhoid, seperti menjaga kebersihan makanan dan minuman serta pengawasan makanan, jajanan yang bersih dari orang tua yang ketat kepada anaknya.
B. Rumusan Masalah Dari uraian diatas maka didapatlah rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa pengertian demam typhoid? 2. Apa saja yang menjadi penyebab / etiologi penyakit Typhoid? 3. Manifestasi klinis apa saja yang bisa terjadi pada penyakit demam thypoid? 4. Bagaimana patofisiologi penyakit demam typhoid? 5. Komplikasi apa saja yang bisa terjadi pada penyakit demam typhoid? 6. Pemeriksaan diagnostic apa saja yang di lakukan pada penyakit demam typhoid? 7. Bagaimana penatalaksanaan untuk mengobati penyakit demam typhoid?
C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang diharapkan pada penulisan ini yaitu ; 1. Tujuan umum Untuk mengetahui konsep teori penyakit demam typhoid dan memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan kasus Demam typhoid pada anak . 2. Tujuan khusus a. Mampu melakukan Pengkajian
pada anak dengan kasus demam
typhoid. b. Mampu menentukan Masalah Keperawatan pada anak dengan masalah demam typhoid sesuai prioritas.
2
c. Mampu merencanakan Asuhan Keperawatan pada anak dengan kasus demam typhoid berdasarkan masalah yang telah dibuat. d. Mampu melaksanakan Tindakan Keperawatan pada anak dengan masalah demam typhoid. e. Mampu melakukan Evaluasi Keperawatan pada anak dengan kasus demam typhoid.
D. Manfaat Asuhan keperawatan pada anak dengan kasus demam typhoid ini dibuat untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang kosep teori penyakit demam thypoid dan bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan kasus demam typhoid terutama pada anak.
3
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ). Demam Tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000). Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 1 minggu dan terdapat gangguan kesadaran.
B. Etiologi Salmonella typhosa, basil gram negative, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen Vi. Dalam serum penderita terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
C. Manifestasi klinik Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala Demam Tifoid antara lain sebagai berikut : 1. Demam > 1 minggu terutama pada malam hari. Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal.
4
2. Nyeri kepala 3. Malaise 4. Letargi 5. Lidah kotor dengan tepi hiperemis (coated tongue) 6. Bibir kering pecah-pecah (regaden) 7. Mual, muntah 8. Neri perut 9. Nyeri otot 10. Anoreksia 11. Hepatomegali, splenomegali 12. Konstipasi, diare 13. Penurunan kesadaran 14. Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam kapiler. 15. Skibala 16. Halitosis 17. Epistaksis 18. Meteorismus 19. Bradikardi 20. Mengigau (delirium)
D. Patofisiologi Bakteri Salmonella typhosa masuk melalui makanan / minuman, setelah melewati lambung kuman mencapai usus halus (ileum) dan setelah menembus dinding usus sehingga mencapai folikel limfoid usus halus (plaque Peyeri). Kuman ikut aliran limfe mesenterial ke dalam sirkulasi darah (bakteremia primer). Mencapai jaringan RES (hepar, lien, sumsum tulang, untuk bermultiplikasi). Setelah mengalami bacteria sekunder, kuman mencapai sirkulasi darah
untuk menyerang organ lain (intra dan ekstra
intestinal). Masa inkubasi 10-14 hari. (IDAI, 2004).
5
Salmonella typhosa masuk melalui makanan atau minuman
yang
tercemar menuju tempat infeksi ileosekal (usus halus) dan terjadi inflamasi minimal. Kuman masuk pembuluh darah dan terjadi septicemia primer, kemudian masuk ke sistem retikuloendotelial untuk berkembang biak (inflamasi local) pada kelenjar getah bening, hati dan limpa. Kuman kembali ke pembuluh darah (septicemia sekunder) menuju tempat infeksi utama ileosekal. (Tri Atmadja, 2001). Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakteremia primer) dan mencapai sel retikuloendotelial, hati, limpa dan organ-organ lainnya. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikuloendotelial melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakteremia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa, usus dan kandung empedu. Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks peyer. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu ke dua terjadi nekrosis dan pada minggu ke tiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu ke empat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain hepar, kelenjar-kelenjar mesenterial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus. (Suriadi, 2001).
E. Komplikasi 1. Perforasi usus
5. Kolesistitis
2. Perdarahan usus
6. Meningitis, Ensefalitis, Ensefalopati
3. Peritonitis
7. Bronkopneumonia
4. Sepsis (Kapita selekta kedokteran, 2000)
6
F. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari : a. Pemeriksaan leukosit Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid. b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid. c. Biakan darah Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor : 1) Teknik pemeriksaan Laboratorium Hasil
pemeriksaan
satu
laboratorium
berbeda
dengan
laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung. 2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit. Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
7
3) Vaksinasi di masa lampau Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif. 4) Pengobatan dengan obat anti mikroba. Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif. d. Uji Widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu : 1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman). 2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman). 3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
G. Penatalaksanaan 1. Keperawatan a. Memenuhi kebutuhan nutrisi : kalori, cairan dan elektrolit. Bila perlu melalui sonde.
8
b. Diet TKTP, rendah serat dan mudah dicerna, lunak, cair (klien dengan penurunan kesadaran). c. Menurunkan demam. d. Mengawasi komplikasi. e. Mengelola oksigen f. Health education : perawatan di rumah g. Memonitor vital sign. 2. Medis a. Antipiretik b. Antibiotik:cloramphenicol 50-100 mg/kgBB/hari, cotrimoksasol 6-10 mg/kgBB/hari, amoksisilin 100 mg/kgBB/hari, Seftriakson 80 mg/kg BB/hari, sefiksim 10 mg/kg BB/hari. c. Infus D5 %, D10 %, KN 3A. d. Roboransia : Vitamin K ( untuk suplementasi terhadap gangguan flora usus terhadap pemberian antibiotik yang lama). e. Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan penurunan kesadaran. f. Deksametoason 1-3 mg/Kg BB/hari intravena dibagi menjadi 3 dosis hingga kesadaran membaik. g. Lavemen, Laxantia h. Tranfusi darah : kadang-kadang diperlukan pada perdarahan saluran cerna dan perforasi. i. Oksigenasi : diberikan pada klien dengan penurunan kesadaran atau kejang.
9
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Biodata klien Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, no. MR, diagnosa medis, nama orang tua, umur orang tua, pekerjaan, agama, alamat, dan lain-lain. 2. Keluhan Utama Biasanya klian datang dengan keluhan perasaan tidak enak badan, pusing demam, nyeri tekan pada ulu hati, nyeri kepala, lesu dan kurang bersemangat, nafsu makan berkurang (terutama selama masa inkubasi). 3. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan dahulu Kaji tentang penyakit yang pernah dialami oleh klien, baik yang ada hubungannya dengan saluran cerna atau tidak. Kemudian kaji tentang obat-obatan yang biasa dikonsumsi oleh klien, dan juga kaji mengenai riwayat alergi pada klien, apakah alergi terhadap obat-obatan atau makanan. b. Riwayat kesehatan sekarang Kaji mengenai keluhan yang dirasakan oleh klien, misalnya nyeri pada epigastrium, mual, muntah, peningkatan suhu tubuh, sakit kepala atau pusing, letih atau lesu. c. Riwayat kesehatan keluarga Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien atau penyakit gastrointestinal lainnya. d. Riwayat psikologis Kaji bagaimana keadaan suasana hati (emosional) klien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang diderita, biasanya suasana hati klien kurang baik (gelisah) dan keluarga biasanya cemas.
10
e. Riwayat sosial ekonomi Mengkaji kehidupan sosial ekonomi klien, tipe keluarga bagaimana dari segi ekonomi dan tinggal bersama siapa klien. Bagaimana interaksi klien baik di kehidupan sosial maupun masyarakat atau selama di rumah sakit. f. Kebiasaan sehari-hari Kaji tentang aktivitas atau kebiasaan yang dilakukan oleh klien sebelum sakit dan saat sakit. Hai ini berguna dalam perbandingan antara pengobatan dan perawatan pasien, biasanya mencakup : 1) Nutrisi 2) Eliminasi 3) Pola istirahat/ tidur 4) Pola kebersihan 4. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat. b. Tanda vital : Bagaimana suhu, nadi, persafasan dan tekanan darah klien c. Kepala Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada kepala d. Wajah Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak. e. Mata Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan f. Hidung Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman
11
g. Mulut Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara. h. Leher Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena jugularis i. Thoraks Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan. j. Abdomen Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak. k. Genitalia Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora. l. Integumen Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas. m. Ekstremitas atas Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan bentuk.
B. Diagnosa Keperawatan a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi. b. Nyeri b.d proses inflamasi. c. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia ( mual & muntah).
12
d. Kurangnya volume cairan b/d peningkatan suhu tubuh, intake cairan peroral yang kurang (mual, muntah).
C. Intervensi Keperawatan No. 1.
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Hipertermi
suhu tubuh
berhubungan
Intervensi
Rasional
a. Mengobserfasi
a. Observasi TTV
normal
tanda – tanda
merupakan
dengan proses
dengan KH:
vital.
deteksi dini untuk
infeksi
- Mempertah
mengetahui
salmonella
aankan
komplikasi yang
thypi.
suhu tubuh
terjadi sehingga
dalam batas
cepat mengambil
normal.
tindakan. b. Pantau
b. Untuk mencegah
aktifitas
terjadinya kejang
kejang.
susulan.
c. Pantau hidrasi
c. Untuk mencegah pasien mengalami dehidrasi akibat Hipertermi.
d. Berikan
d. untuk
kompres air
mengurangi
biasa.
panas tubuh klien.
e. Pemberian
13
e. Antipiretik
terapi 0bat anti
digunakan untuk
piretik sesuai
menurunkan suhu
program.
tubuh.
2.
Nyeri b.d
nyeri
a. monitor KU
proses
berkurang,
mengetahui
inflamasi.
dengan KH:
keadaan umum
- Skala nyeri
pasien.
menjadi 3. - Pasien
b. kaji tingkat
a. Untuk
b. Mengetahui
nyeri
tingkat intensitas,
nampak
intensitas dan
kualitas, lokasi,
lebih rileks.
skala nyeri
durasi, sehingga
- Pasien
dapat dilakukan
mampu
implementasi
mengontrol
yang tepat.
nyeri.
c. jelaskan
c. Agar klien tahu
penyebab
penyebab dari
nyeri
rasa nyeri tersebut.
d. ajarkan teknik
d. Menarik nafas
distraksi
panjang dapat
relaksasi(nafas
merelaksasikan
dalam)
otot-otot dan mengurangi rasa nyeri.
e. posisikan
e. Meningkatkan
pasien
relaksasi bagi
senyaman
pasien.
mungkin. f. kolaborasi
f. Menekan
dengan tim
pengeluaran
medis
reseptor nyeri.
pemberian obat analgesik 3.
Resiko nutrisi
kebutuhan
14
a. Kaji pola dan
a. Untuk
kurang dari
nutrisi
kebiasaan
mengetahui
kebutuhan b.d
adekuat
makan
output dan intake
anoreksia (
dengan
makanan akibat
mual &
kriteria hasil :
mual dan muntah.
muntah).
- Klien tidak muntah - Porsi makan
b. Observasi
b. Untuk
adanya
mengetahui
muntah
frekuensi muntah
yang
yang di alami
disediakan
pasien.
habis
c. Menganjurkan
c. Buruknya
keluarga untuk
toleransi terhadap
memberi
makan banyak
makanan
mugkin
dalam porsi
berhubungan
kecil tapi
dengan adanya
sering dan
rasa mual dan
tidak
muntah.
merangsang produksi asam (biscuit). d. Memberikan
d. Untuk memenuhi
terapi
cairan dan nutrisi
pemberian
klien yang hilang
cairan dan
akibat mual dan
nutrisi sesuai
muntah.
program. e. Memberikan terapi
terjadinya mual
pemberian anti
dan muntah.
emetik sesuai program.
15
e. Untuk mencegah
4.
Kurangnya
Kebutuhan
a. Pantau intake
a. Pemenuhan
volume cairan
nutrisi
output tiap 6
cairan (input) dan
b/d
terpenuhi
jam.
koreksi terhadap
peningkatan
dengan criteria
kekurangan
suhu tubuh,
hasil :
cairan yang
intake cairan
- Tidak
keluar serta
peroral yang
terdapat
deteksi dini
kurang (mual,
tanda – tanda
terhadap
muntah).
dehidrasi (
keseimbangan
mukosa
cairan.
mulut dan
b. Beri cairan
b. Cairan yang
bibir kering,
(minum
terpenuhi dapat
turgor kulit
banyak 2 – 3
membantu
turun ).
liter perhari)
metabolisme
dan elektrolit
dalam
setiap hari.
keseimbangan
- TTV dalam batas normal ( suhu, nadi, tekanan
suhu tubuh. c. Masukan
c. Keluaran cairan
darah,
cairan
diregulasi oleh
pernafasan ).
diregulasi
kemampuan
pertama kali
ginjal untuk
karena adanya
memekatksn
rasa haus.
urine.
d. Timbang BB secara efektif.
d. Kehilangan BB 2 –5% menunjukkan dehidrasi ringan , 5–9% menunjukkan dehidrasi sedang.
e. Kolaborasi
16
e. Untuk
dengan tim
pemenuhan
medis dalam
cairan tubuh yang
pemberian
akan digunakan
cairan secara
untuk
IV.
metabolisme.
D. Implementasi Pelaksanaan tindakan atau implementasi adalah pemberian tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan rencan tindakan yang telah disusun setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dan dicatan dalam pencatatan keperawatan agar tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut. Prinsip dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan kepadaklien efektif, teknik komunikasi terapeti serta penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada klien. Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan tiga tahap yaitu independen,
dependen,
interdependen.
Tindakan
keperawatan
secara
independen adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya, dependen adalah tindakan yang sehubungan dengan tindakanpelaksanaan rencana tindakan medis dan interdependen adalah tindakan keperatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi dan dokter,keterampilan yang harus perawat punya dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu kongnitif dan sifat psikomotor.
E. Evaluasi Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian,
17
masalah belum teratasi atau timbul masalah yang baru. Evaluasi dilakukan yaituevaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah yang dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan. Sedangkan, evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ad pada tujuan.
18
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERA WATAN PADA An.T DENGAN DEMAM THYPOID DI RUANGAN MELATI 2 RSUD LASINRANG PINRANG
A. PENGKAJIAN Tanggal masuk RS
: 10 Mei 2013
Jam masuk RS
: 19.45 WIB
Tanggal pengkajian
: 15 Mei 2013
Jam pengkajian
: 20.30 WIB
Pengkaji
: Chairul - Z
1. Identitas a. Identitas Klien 1) Nama Klien
: An.T
2) Tempat/tgl lahir
: Pinrang, 06 November 2009
3) Umur
: 4,6 tahun
4) Jenis Kelamin
: Perempuan
5) Suku
: Bugis/Indonesia
6) Alamat
: Jl. Kijang No.2 Pinrang
7) Diagnosa Medis
: Demam Thypoid
8) No Rekam Medis
: 0198092
b. Identitas Orang tua/wali 1) Ayah Nama
: Tn.K
Agama
: Islam
Umur
: 32 Tahun
Suku
: Bugis/Indonesia
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Buruh
Alamat
: Jl. Kijang No.2 Pinrang 19
2) Ibu Nama
: Ny.R.
Agama
: Islam
Umur
: 29 Tahun
Suku
: Bugis/Indonesia
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: URT
Alamat
: Jl. Kijang No.2 Pinrang
2. Keluhan Utama Pasien mengalami panas tinggi yang tak kunjung reda. 3. Riwayat Keluhan Saat Ini Pada tanggal 10 mei 2013 pukul 19.45 WIB klien di bawa ke IGD RS Lasinrang Pinrang dengan keluhan panas sejak 5 hari yang lalu, pusing, mual, lemes. Pada saat di IGD pasien mendapatkan terapy Aminopilin 2x300 g/l, amoxilin g/l, Infus RL 12tpm, puyer (Paracetamol 250mg 3x1).Tanda tanda vital Nadi di IGD; 110 x/mnt, suhu; 40º C, RR ; 16x/mnt. BB: 12Kg. Pasien dibawa ke bangsal inayah sekitar jam 20.00 WIB. Pada saat di ruangan Kondisi klien tampak lemas, akral hangat, pusing, pasien mual, tidak mau makan, tanda tanda vital; S: 3880C, N: 100x/m, R:20x/m. 4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu a. Prenatal Selama kehamilan ibu klien melakukan ANC ke bidan secara teratur sesuai dengan anjuran dari bidan, selama hamil tidak ada keluhan dan penyakit yang diderita ibu klien. b. Perinatal dan post natal An.T lahir spontan ditolong bidan, BBL 3,2kg, langsung menangis. c. Penyakit yang pernah diderita Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah sakit yang mengharuskan dirawat di RS, baru kali ini. 20
d. Hospitalisasi/tindakan operasi Klien belum pernah mengalami hospitalisasi sebelum sakit yang sekarang. e. Injuri/kecelakaan Ibu klien mengatakan anaknya belum pernah mengalami kecelakaan. f. Alergi Ibu klien mengatakan anaknya tidak mempunyai riwayat alergi demikian juga dengan keluarga, tidak ada yang mempunyai riwayat alergi. g. Imunisasi dan tes laboratorium Ibu klien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap. h. Pengobatan Apabila klien sakit ibu klien membawa ke bidan atau dokter. 5. Riwayat Sosial a. Yang mengasuh Yang mengasuh klien adalah ibunya sendiri. b. Hubungan dengan anggota keluarga Hubungan dengan keluarga dan orang lain baik, komunikasi masih belum lancar karena masih dalam taraf perkembangan. c. Hubungan dengan teman sebaya Hubungan dengan teman sebaya baik. d. Pembawaan secara umum Klien nampak pendiam, kooperatif, tidak takut dengan petugas. 6. Riwayat Keluarga a. Sosial ekonomi Ibu klien sebagai seorang ibu rumah tangga dan bapak klien sebagai buruh.
21
b. Lingkungan rumah Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih dan ventilasi udara cukup, lantai rumah dari semen, jumlah jendela 6 buah, tidak ada sumber polusi yang dekat dengan rumahnya. c. Penyakit keluarga Tidak ada anggota keluarga, saudara yang mempunyai penyakit menular ataupun menurun. 7. Genogram
a. Keterangan : : Laki – laki
: Klien
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal serumah
22
b. Penjelasan : 1) Klien tinggal serumah dengan kedua orang tuanya dan saudarasaudaranya. 2) Ayah dari ibu klien meninggal akibat faktor usia. 8. Pengkajian Tingkat Perkembangan Saat Ini. a. Personal sosial Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa memakai baju, gosok gigi dengan bantuan ibunya, cuci dan mengeringkan tangan, menyebutkan nama temanya. b. Motorik halus Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa membuat menara dari 6 kubus,meniru garis vertikal. c. Bahasa Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa bicara cukup mengerti, menyebut 4 gambar, mengatakan 2 nama kegiatan. d. Motorik kasar Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa melompat dan melempar bola lengan ke atas. e. Interpretasi Pertumbuhan dan perkembangan normal. 9. Pengkajian Pola Kesehatan Klien a. Pemeliharaan kesehatan Selama ini apabila anaknya sakit atau ada anggota keluarga yang sakit maka akan priksa ke bidan kalau tidak sembuh dibawa ke dokter ataupun di bawa ke rumah sakit. b. Nutrisi Saat ini klien mendapatkan diet bubur kasar ,ibu klien mengatakan klien susah makan sejak sebelum sakit biasanya hanya makan pagi dan sore saja dan paling hanya 8- 10 sendok makan, pada saat dikaji ibu klien mengatakan klien makan hanya 1-3 sendok. Ibu klien mengatakan anaknya muntah.
23
c. Cairan Sebelum sakit klien minum susu 1-3 gelas perhari, selama sakit klien minum susu 1 gelas dan kadang minum air putih serta mendapatkan terapi cairan IV RL. d. Aktivitas Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam aktifitasnya, dapat bermain dengan teman-teman sebayanya di rumah, sekarang klien hanya tiduran, tidak bisa beraktifitas seperti biasanya, ADL dibantu oleh ibunya dan perawat. e. Tidur dan istirahat Sebelum sakit klien tidur sekitar pukul 19.30 s.d 05.00, tidur siang 2x dengan konsistensi 1 jam , pada saat sakit klien tidur sekitar jam 20.00 sampai jam 05.00, tidur siang sekitar 3 jam dengan konsistensi 1 jam. f. Eliminasi Sebelum sakit klien biasanya BAB 1x /hari BAK: 4-6x/hari. Pada saat dikaji klien BAB 1x konsistensi padat dan BAK 3-4x/hari. g. Pola hubungan Hubungan dengan orang tua baik, dengan orang lain dan perawat baik. h. Koping atau temperamen dan disiplin yang diterapkan Orang tua klien memberikan kebebasan kepada anaknya untuk bermain bersama teman-temannya asalkan tidak melebihi waktunya beristirahat. i. Kognitif dan persepsi Tidak ada keluhan tentang penglihatan, penciuman, pendengaran dan perabaan, klien berumur 4,6 tahun kemampuan kognitifnya baik, j. Konsep diri Ibu klien mengatakan pengen anaknya cepat sembuh karena tidak tega melihat anaknya sakit.
24
k. Seksual dan menstruasi Klien berjenis kelamin perempuan usia 4,6 tahun, belum mengalami menstruasi. l. Nilai Tidak ada nilai-nilai keluarga yang bertentangan dengan kesehatan. 10. Pemeriksaan Fisik a. Keadaaan umum 1) Tingkat kesadaran : composmentis. 2) S: 3880C, N: 100x/m, R:20x/m. 3) BB; 11 kg ,TB; 105 cm , LLA ; 18 cm , LK; 49 cm,LD; 60cm b. Kulit Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek dan bersih, turgor kulit menurun, c. Kepala Bentuk mesochepal, warna rambut hitam, lurus, tersisir rapi dan bersih. d. Mata Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis. e. Telinga Simetris, discharge (-) bersih, bentuk normal. f. Hidung Simetris, discharge (-), bentuk normal, g. Mulut Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal, bersih, karies (-), Lidah kotor/ putih. h. Leher JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran limponodi. i. Dada 1) Paru-paru I
: Simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
25
P
: tidak ada nyeri tekan.
P
: sonor
A
: vesikuler
2) Jantung S1-S2 murni, tak ada murmur, bising (-). j. Payudara Tak ada keluhan, simetris. k. Abdomen I
: terlihat membesar
A
: bunyi bising usus 10x/m
P
: perut kembung, agak keras
P
: bunyi thimpany
l. Genetalia Tak ada keluhan. m. Muskuleskeletal Tak ada keluhan, pergerakan sendi sesuai jenis, ROM baik. n. Neurologi Normal, tak ada keluhan. 11. Pemeriksaan Diagnostik Penunjang a. Lab darah Tanggal
: 15 Mei 2013
Pukul
: 10.44 WIB
Pemeriksaan Hasil
Nilai normal
Bilirubin total 0,90 mg/dl
0.00-1.00
Bilirubin direk 0.30 mg/dl
< 0,20
SGOT
40.0 u/l
SGPT
22.0 u/l 23.0 u/l
41.0 u/l
Leokosit
12.61
4.80-10.80
Eritrosit
4.52
4.20- 5.40
Hemoglobin
11,9 g/dl
12-16 g/dl
26
Hematokrit
34.9 %
37-47 g/dl
MCV
77.2
79-99
MCH
34.1 g/dl
33.0-47.0
Trombosit
178x 10 /ul
82.0-95.0
HbSag
Negative
Negative
Gol. Darah
O
-
b. Widal (+) c. Terapi Tanggal
Per-oral Paracetamol 250 mg
Per-interal Ceftriaxon 2x 3 mg Dexa 3 x2 mg
Ctm 3x1
Sotatic 2x 1 ½ N. 500 /drip
Curliv 2x1
Infus RL 20 tpm D5 15 tpm
B. ANALISA DATA No.
Data
Etiologi
1. DS :
Proses infeksi
- Ibu Klien mengatakan
Problem Hipertermi
salmonella thypi.
anaknya badan nya panas. DO : - klien tampak lemas, akral teraba hangat. - Suhu: 3880C - Nadi: 100x/ menit - RR: 20x/ menit 2. DS:
Proses inflamasi
- ibu pasien mengatakan anak nya nyeri bila untuk
27
Nyeri
beraktifitas/bergerak hilang apabila saat beristirahat. - ibu pasien mengatakan nyeri anak nya seperti ditusuk-tusuk. - ibu Pasien mengatakan nyeri anak nya pada perut bagian kanan atas. DO: - Skala nyeri 4 - nyeri timbul hingga 5 menit. - Wajah pasien tampak menahan nyeri. - N :100x/mnt - S : 38 C - RR: 20x/mnt - Ps lemah, ps
tampak
gelisah, ps merintih kesakitan - Nafsu makan menurun, mual (+) - Konjungtiva anemis - Akral hangat - Pasien menangis 3. DS :
Anoreksia ( mual
- ibu klien mengatakan klien dan muntah). makan susah hanya 1-3
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan.
sendok. - Ibu klien mengatakan anaknya muntah ± 2-3x
28
setiap makan. -
ibu Klien mengatakan anaknya badannya panas.
DO : - klien muntah - BB : 11 kg - Porsi makan dari RS hanya dimakan 1-3 sendok.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi. 2. Nyeri b.d proses inflamasi. 3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia ( mual & muntah).
D. RENCANA KEPERAWATAN Nama
: An.T.
Umur
: 4,6 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Tgl masuk
: 10 Mei 2013
Tgl pengkajian
: 15 Mei 2013
Dx medik
: Demam Thypoid
No.
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi
Tujuan
Intervensi
Setelah dilakukan f. Mengobserfasi
Rasional f. Observasi TTV
berhubungan
tindakan
tanda – tanda
merupakan
dengan proses
keperawatan
vital.
deteksi dini
ifeksi salmonella
selama 2 x 24
untuk
thypi.
jam diharapkan
mengetahui
DS :
suhu tubuh
komplikasi yang
normal dengan
terjadi sehingga
- ibu Klien
29
mengatakan
KH:
cepat mengambil
anaknya badan
- Mempertahanka
tindakan.
nya panas. DO : - klien tampak
n suhu tubuh dalam batas
g. Pantau aktifitas g. Untuk mencegah kejang
normal.
terjadinya kejang susulan.
lemas, akral
h. Pantau hidrasi
teraba hangat.
h. Untuk mencegah pasien
- Suhu: 3880C
mengalami
- Nadi: 100x/
dehidrasi akibat
menit
Hipertermi.
- RR: 20x/ menit.
i. Berikan
i. untuk
kompres air
mengurangi
biasa.
panas tubuh klien.
j. Pemberian
2. Nyeri b.d proses
j. Antipiretik
terapi 0bat anti
digunakan untuk
piretik sesuai
menurunkan
program.
suhu tubuh.
Setelah dilakukan g. monitor KU
g. Untuk
inflamasi.
tindakan
mengetahui
DS:
keperawatan
keadaan umum
selama 2x24 jam
pasien.
- ibu pasien mengatakan
diharapkan nyeri
h. kaji tingkat
h. Mengetahui
anak nya nyeri
berkurang,dengan
nyeri intensitas
tingkat intensitas,
bila untuk
KH:
dan skala nyeri
kualitas, lokasi,
beraktifitas/ber - Skala nyeri
durasi, sehingga
gerak hilang
dapat dilakukan
apabila saat beristirahat. - ibu pasien mengatakan
menjadi 3. - Pasien nampak
implementasi
lebih rileks. - Pasien mampu mengontrol
30
yang tepat. i. jelaskan penyebab nyeri
i. Agar klien tahu penyebab dari
nyeri anak nya
nyeri.
rasa nyeri
seperti ditusuk-
tersebut.
tusuk.
j. ajarkan teknik
- ibu Pasien
j. Menarik nafas
distraksi
panjang dapat
mengatakan
relaksasi(nafas
merelaksasikan
nyeri anak nya
dalam)
otot-otot dan
pada perut
mengurangi rasa
bagian kanan
nyeri.
atas.
k. posisikan
DO:
k. Meningkatkan
pasien
relaksasi bagi
- Skala nyeri 4
senyaman
pasien.
- nyeri timbul
mungkin
hingga 5 menit.
l. kolaborasi
- Wajah pasien
l. Menekan
dengan tim
pengeluaran
tampak
medis
reseptor nyeri.
menahan nyeri.
pemberian obat
- N :100x/mnt
analgesik
- S : 38 C - RR: 20x/mnt - Ps lemah, ps tampak gelisah, ps merintih kesakitan - Nafsu makan menurun, mual (+) - Konjungtiva anemis - Akral hangat - Pasien menangis.
31
3. Resiko nutrisi
Setelah dilakukan f. Kaji pola dan
f. Untuk
kurang dari
tindakan
kebiasaan
mengetahui
kebutuhan b.d
keperawatan
makan
output dan intake
anoreksia ( mual,
selama 2 x 24
makanan akibat
muntah).
jam kebutuhan
mual dan
DS :
nutrisi adekuat
muntah.
- ibu klien
dengan kriteria
mengatakan
hasil :
klien makan
- Klien tidak
susah hanya 1-3 sendok. - Ibu klien mengatakan
g. Observasi adanya muntah
g. Untuk mengetahui frekuensi muntah
muntah
yang di alami
- Porsi makan
pasien.
yang disediakan h. Menganjurkan habis
h. Buruknya
keluarga untuk
toleransi
anaknya
memberi
terhadap makan
muntah ± 2-3x
makanan dalam
banyak mugkin
setiap makan.
porsi kecil tapi
berhubungan
sering dan tidak
dengan adanya
mengatakan
merangsang
rasa mual dan
anaknya
produksi asam
muntah.
badannya
(biscuit).
- ibu Klien
panas.
i. Memberikan
DO :
i. Untuk memenuhi
terapi
cairan dan nutrisi
- klien muntah
pemberian
klien yang hilang
- BB : 11 kg
cairan dan
akibat mual dan
- Porsi makan
nutrisi sesuai
muntah.
dari RS hanya
program.
dimakan 1-3
j. Memberikan
sendok.
terapi
terjadinya mual
pemberian anti
dan muntah.
emetik sesuai program.
32
j. Untuk mencegah
E. IMPLEMENTASI Nama
: An.T.
Umur
: 4,6 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Tgl masuk
: 10 Mei 2013
No. rekam medik
: 0198092
Dx medik
: Demam Thypoid
No. 1.
Hari /
Diagnosa
Tanggal
Keperawatan
Implementasi
Minggu,
Hipertermi b.d
a. Mengukur tanda
15 Mei
proses infeksi
– tanda vital.
2013
salmonella thypi.
Respon pasien a. S: 37,80 C, N: 100x/m, R:20x/m.
b. Memantau aktifitas kejang.
b. Pasien tidak mengalami kejang.
c. Menganjurkan
c. Klien sedikit-
keluarga untuk
sedikit mau
memberikan
minum.
sedikit minum tapi sering. d. memberikan kompres hangat.
d. Pasien dikompres pake air hangat.
e. memberikan terapi sesuai
e. Terapi diberikan
program. Senin,
a. Mengukur kembali tanda –
16 Mei
33
a. S: 36,8C, N: 100x/m,
2013
tanda vital b. Memantau
R:20x/m. b. Pasien tidak
kembali
mengalami
aktifitas kejang.
kejang.
c. Menganjurkan
c. Klien sedikit-
kembali
sedikit mau
keluarga untuk
minum.
memberikan sedikit minum tapi sering d. memberikan kompres hangat.
d. Pasien sudah tidak di kompres.
e. memberikan kembali terapi
e. Terapi diberikan
sesuai program 2.
Minggu,
Nyeri b.d proses
15 Mei
inflamasi.
a. Monitor KU / TTV
2013
a. Keadaan pasien lemah N : 100 x/mnt R : 20 x/mnt S : 37 C
b. Mengkaji skala nyeri. c. Memberikan posisi yang nyaman. d. Mengajarkan teknik relaksasi. e. Memberikan motivasi untuk kompres air
34
b. Skala nyeri 4
hangat pada bagian yang sakit. f. Memberikan terapi obat analgesic. 3.
Senin,
Resiko nutrisi
a. kaji pola dan
15 Mei
kurang dari
kebiasaan
2013
kebutuhan b.d
makan
anoreksia ( mual, muntah).
b. Mengobservasi
a. Klien makan hanya 1-3sdm b. klien sudah muntah 1x.
adanya muntah c. Menganjurkan
c. Ibu klien
keluarga untuk
mengatakan
memberi
anaknya masih
makanan dalam
susah makan
porsi kecil tapi sering dan tidak merangsang produksi asam (biskuit) d. Memberikan
d. Infus RL
terapi
terpasang
pemberian
20tpm
cairan dan nutrisi sesuai program e. Memberikan terapi pemberian anti emetik sesuai program.
35
e. Terapi diberikan
Senin,
a. Mengkaji
a. Klien
16 Mei
kembali pola
menghabiskan
2013
dan kebiasaan
¼ porsi dari
makan
RS
b. Mengobservasi
b. Klien sudah
kembali adanya
tidak muntah
muntah
terus
c. Menganjurkan
c. Klien terlihat
kembali pada
makan
keluarga untuk
biskuit,pisang.
memberi makanan dalam porsi kecil tapi sering dan tidak merangsang produksi asam d. Memberikan
d. Infus RL
kembali terapi
terpasang 20
pemberian
tpm
cairan dan nutrisi sesuai program e. Memberikan kembali terapi pemberian obat anti emetik sesuai program. F. EVALUASI Nama
: An.T.
Umur
: 4,6 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan 36
e. Terapi diberikan
No. rekam medik
: 0198092
Dx medik
: Demam Thypoid
No. 1.
Hari / tanggal
Diagnosa Keperawatan
Rabu,
Hipertermi berhubungan
18 Mei 2013
dengan proses ifeksi
Evaluasi S : Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak panas
salmonella thypi.
O: - klien masih tampak lemas,
DS :
- klien sudah tdak muntah
- ibu Klien mengatakan anaknya badan nya panas.
4.
DO :
- Suhu: 36 C - Nadi: 90x/ menit RR: 20x/ menit A: masalah teratasi sebagian
- klien tampak lemas, akral teraba hangat. - Suhu: 3880C
P : pertahankan intervensi a) Mengobserfasi tanda – tanda vital.
- Nadi: 100x/ menit
b) Pantau aktifitas kejang
- RR: 20x/ menit
c) Pantau hidrasi d) Berikan kompres air biasa. e) Pemberian terapi 0bat anti piretik sesuai program.
2.
Rabu,
Nyeri b.d proses
S: ibu Pasien mengatakan,
18 Mei 2013
inflamasi.
anak nya sudah tidak nyeri
DS:
perut.
- ibu pasien mengatakan O: pasien nampak rileks anak nya nyeri bila
A: Masalah teratasi
untuk
P : pertahankan intervensi d
beraktifitas/bergerak
dan f.
hilang apabila saat
a) Motivasi pasien untuk
37
beristirahat.
tetap melakukan teknik
- ibu pasien
relaksasi distraksi (nafas
mengatakan nyeri anak nya seperti ditusuk-tusuk.
dalam) bila nyeri timbul. b) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
- ibu Pasien
analgesik
mengatakan nyeri anak nya pada perut bagian kanan atas. DO: - Skala nyeri 4 - nyeri timbul hingga 5 menit. - Wajah pasien tampak menahan nyeri. - N :100x/mnt - S : 38 C - RR: 20x/mnt - Ps lemah, ps
tampak
gelisah, ps merintih kesakitan - Nafsu makan menurun, mual (+) - Konjungtiva anemis - Akral hangat - Pasien menangis. 3.
Rabu,
Resiko nutrisi kurang
18 Mei 2013
dari kebutuhan b.d
setiap habis makan sudah
anoreksia ( mual,
berkurang muntahnya.
muntah).
S : ibu klien mengatakan, klien
O: - klien masih muntah 1x
DS :
- BB : 11kg
38
- ibu klien mengatakan
- Porsi makan dari RS
klien makan susah
hanya dimakan ¼ porsi
hanya 1-3 sendok.
A: masalah teratasi sebagian
- Ibu klien mengatakan anaknya muntah ± 23x setiap makan. - ibu Klien mengatakan anaknya badannya panas.
P : pertahankan intervensi a) Kaji pola dan kebiasaan makan. b) Observasi adanya muntah c) Menganjurkan keluarga
DO :
untuk memberi makanan
- klien muntah
dalam porsi kecil tapi
- BB : 11 kg
sering dan tidak
- Porsi makan dari RS
merangsang produksi
hanya dimakan 1-3 sendok.
asam (biscuit). d) Memberikan terapi pemberian cairan dan nutrisi sesuai program. e) Memberikan terapi pemberian anti emetik sesuai program.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 39
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit demam typhoid merupakan penyakit yang terjadi pada saluran pencernaan atau usus halus yang disebabkan oleh salmonella thypii. Penyakit ini dapat ditularkan melalui
makanan, kuku, lalat,
feses,
mulut,
atau minuman
yang
terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii. Didalam manipestasi klinis typhoid pada anak, pada umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi dibandingkan dengan orang dewasa. Walaupun gejala demam typhoid pada anak lebih bervariasi, tetapi secara garis besar terdiri dari demam satu minggu/lebih, terdapat gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala mrnyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta suhu badan yang meningkat terutama malam hari. Komplikasi biasanya terjadi pada pradangan usus halus,namun hal tersebut jarang terjadi. Komplikasi pada usus halus ini dapat berupa ; pendarahan usus, perforasi yang tidak disertai peritonitis, peritonitis, komplikasi diluar usus. Pemeriksaan penunjang biasanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan leukosit, pemeriksaan SGOT dan SGPT, biakan darah, dan uji widal. Dalam penatalaksanaan medis yang dapat kita lakukan yaitu dengan cara perawatan, terapi obat – obatan dan diit atau makanan.
B. Saran Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan yang dilakukan maka penulis dapat memberi saran, antara lain : 1. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan demam typhoid hendaklah benar-benar memperhatikan keluhan yang dirasakan oleh klien guna mendapatkan diagnosa yang tepat dan hasil yang baik. 2. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan demam typhoid agar memenuhi kebutuhan dari klien maka diperlukan adanya kerjasama yang baik antara tim kesehatan dengan klien dan keluarga klien.
40