ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HYPOSPADIA
Disusun Oleh :
1. Mia Amelia 2. Ismalloh Hanif 3. Gita Amelia 4. Nurdina 5. Sartika Handayani 6. M. Rijal Hiidayat 7. Indra
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas BSI Bandung 2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pasien Hypospadia”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Sistem Urinaria I. Makalah ini kami susun berdasarkan data-data yang telah kami ambil dari buku maupun internet. Selesainya makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Dalam penyusunan makalah ini penulis juga memberi kesempatan kepada pembaca, kiranya berkenan memberi kritikan dan saran yang bersifat membangun dengan maksud meningkatkan pengetahuan penulis agar lebih baik dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Bandung, 15 Maret 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HYPOSPADIA ..................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI......................................................................................................... iii BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 1.1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2
Kasus ........................................................................................................ 2
BAB II .................................................................................................................... 4 PEMBAHASAN .................................................................................................... 4 2.1
Klasifikasi istilah ...................................................................................... 4
2.2
Perumusan Masalah .................................................................................. 5
2.3
Hipotesa Sementara .................................................................................. 6
2.4
Pohon Masalah ......................................................................................... 7
2.5
Learning Objektif ..................................................................................... 7
BAB III ................................................................................................................. 15 ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................. 15 A. Pengkajian .................................................................................................. 15 B. Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 16 C. Analisa Data ............................................................................................... 16 D. Intervensi Keperawatan.............................................................................. 19 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kelainan konginetal pada penis menjadi suatu masalah yang sangat penting, karena selain berfungsi sebagai pengeluaran urine juga berfungsi sebagai alat seksual yang pada kemudian hari dapat berpengaruh terhadap fertilitas. Salah satu kelainan konginetal terbanyak kedua pada penis setelah cryptorchidism yaitu hipospadia dan epispadia. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288). Hipospadia merupakan kelainan bawaan pada anak laki-laki yang ditinjau dari posisi anatomi tampak berupa pembukaan saluran kemih di bagian ventral atau bagian anterior penis. Bentuk penis biasanya melengkung dan ukurannya lebih pendek dari pada laki-laki normal. Kelainan ini apabila tidak dikoreksi dapat mengakibatkan terganggunya fertilisasi dikemudian hari (Leung and Robson, 2007). Prevalensi hipospadia di negara barat sebanyak 8 banding 1000 kelahiran hidup dan dilaporkan mengalami peningkatan disetiap tahunnya (Czeizel et al.,1986; Kallen and Winberg, 1982; Pierik et al., 2002). Meskipun telah diketahui bahwa perkembangan saluran kemih terjadi pada minggu 7 sampai 16 minggu usia kehamilan dan sangat dipengaruhi oleh kadar androgen, akan tetapi pada kebanyakan kasus, faktor penyebab terjadinya hipospadia belum dapat diketahui dengan pasti. (Baskin et al., 2001) . Penyebab dari hiposapadia ini sangat multifaktorial antara lain disebabkan oleh gangguan dan ketidakseimbangan hormon, genetika dan lingkungan. Ganguan keseimbangan hormon yang dimaksud adalah hormon
1
androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Sedangkan dari faktor genetika , dapat terjadi karena gagalnya sintesis androgen sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. Dan untuk faktor lingkungan adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi. Pada beberapa penelitian menyatakan adanya hubungan hipospadia dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR), bayi prematur dan riwayat hipertensi pada ibu (Akre et al.,2008 ; Aschim et al., 2004; Boisen et al., 2005 ; Ericson et al.,1987), karena fungsi dari plasenta yang terganggu mengakibatkan regulasi hormonal dan penyediaan nutrisi pada janin terganggu sehingga mempengaruhi pembentukan saluran uretra. Pada beberapa literatur menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara kejadian hipospadia dengan paparan lingkungan dalam hal ini adalah hubungannya dengan bahan kimiawi yaitu pestisida, progestin dan juga dari pola diit vegetarian yang secara tidak langsung mempengaruhi proses pembentukan urogenetalia saat perkembangan janin di dalam rahim sehingga mempengaruhi fungsi plasenta dan risiko kekurangan mikronutrien, vitamin B 12 yang terjadi pada ibu yang menjalani diit vegetarian saat kehamilan. Ibu yang sedang hamil dan menjalani diit vegetarian memiliki faktor risiko terjadinya hipospadia 4 kali lebih banyak bila dibandingkan dengan ibu yang tidak menjalani diit vegetarian, hal ini disebabkan phytoestrogen sebagai reseptor modulator estrogen dapat mempengaruhi perkembangan alamiah urogenital. (Carmichael et al.,2003 ; North and Golding. 2000).
1.2 Kasus V.W., anak laki-laki berusia 14 tahun, dirujuk dengan riwayat beberapa operasi gagal. Saat presentasi, dia memiliki penoscrotal hypospadias dimana dia pernah menjalani dua tahap urethroplasty pada usia satu tahun di salah satu rumah sakit. Karena komplikasi, dia membutuhkan tiga operasi lebih lanjut termasuk cangkok mukosa kandung kemih, cangkok mukosa buccal dan kemudian urethroplasty yang semuanya gagal. Akhirnya pada usia
2
5 tahun, perineal urethrostomy dilaukan dan semua harapan koreksi bedah telah ditinggalkan. Keluarga dan kerabatnya tidak kehilangan harapan dan meminta dokter setempat untuk mencari kemungkinan perbaikan. Mereka akhirnya mendatangani RS dan saat pemeriksaan terlihat dia masih mengalami hipospadia parah dengan transposisi penoscrotal. Ada beberapa bekas luka di perut karena operasi sebelumnya. Perhatikan transposisi penoscrotal yang tidak dikoreksi dan bekas luka di perut karena operasi sebelumnya. Masih terlihat seperti Hypospadia yang tidak dikoreksi meskipun banyak prosedur yang telah dilakukan. Dia berkemih melalui melalui urethrostomy perineum (buatan yang dibuat di depan anus). Di bagian bawah terlihat lubang kencing di dekat anus dan ada kulit yang tidak sedap dipandang dan sebuah wilayah mukosa merah muda di dekat ujung penis. Penisnya masih mengalami chordee (tikungan). Tim merencanakan melakukan operasi korektif utama. Walaupun keluarga sangat support operasi ini, V.W. sendiri tidak yakin jika operasinya berhasil .
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi istilah a. Penoscrotal hypospadias Yaitu kelainan bentuk penis sehingga mengakibatkan BAK tidak dapat lurus seperti laki-laki normal. Kelainan bentuk ini ditandai dengan ujung penis agak bengkok karena adanya jaringan chordee dan lubang pembuangan urin yang tidak berada di ujung penis tapi melainkan di bawah penis. b. Tahap urethroplasty Adalah teknik pembedahan untuk membuat lurus penis agar dapat berdiri tegak. Penis yang terjerat chordee yang banyak dan lama dapat mengakibatkan penis tetap menunduk meskipun chordee telah dilepaskan. Untuk meluruskan perlu dibuat jahitan tambahan sehingga lubang kencing berada di ujung penis. c. Cangkok mukosa buccal Prosedur operatif yang terlibat panen 2,0-2,5 cm lebar korupsi bukal dari pipi bagian dalam. Sebuah sayatan dibuat membujur di vagina dari uretra distal ke leher kandung kemih. Sayatan ini kemudian dibuat dalam uretra, membukanya ventrally pada posisi 06:00 melalui meatus dan masuk ke jaringan sehat proksimal. Cangkok ini kemudian dijahit di tempat dengan 5-0 jahitan polyglyconate, dengan permukaan mukosa menunjuk ke lumen. d. Cangkok mukosa kandung kemih Cangkok mukosa kandung kemih adalah suatu bentuk penggantian mukosa kandung kemih yang tersedia pada pasien yang memiliki penyakit ISK atau terdapat pada tumor kandung kemih, dan dapat juga terdapat infeksi pada kandung kemihnya.
4
e. Hipospadia Adalah dimana posisi uretra tidak berada pada posisi yang normal namun berada di bawah penis. f. Transposisi penoscrotal (PST) Adalah anomali langka dari genital eksternal yang bisa lengkap atau tidak lengkap sedangkan PST tidak lengkap sering terjadi. Jenis tidak lengkap dimana penis terletak diantara bagian skrotum lebih sering terjadi, kedua bentuk biasanya berhubungan dengan hypospadiasis dan karenanya memerlukan beberapa operasi untuk koreksi total. g. Urethrostomy perineum Urethrostomy : adalah prosedur operasi yang menciptakan celah permanen , biasanya untuk menghilangkan hambatan pada aliran urin. Perineum : adalah ruang antara anus dan skrotum pada pria dan antara anus dan vulva pada wanita. Jadi Urethrostomy perineum adalah pembutan lubang permanen pada daerah antara anus dan skrotum untuk menghilangkan hambatan buang air kecil. h. Chordee Jaringan ikat (jaringan abnormal) yang terdapat dibatang penis depan (sekitar saluran kencing). Akibat dari chordee ini, penis akan menjadi bengkok ke arah depan, terutama jika ereksi. i. Operasi korektif utama Konsep pengambilan keputusan dalam manajemen operasi.
2.2 Perumusan Masalah 1. Apa penyebab pasien mengalami penoscrotal hypospadias ? 2. Mengapa setelah dilakukan beberapa operasi tetap gagal atau masih mengalami hypospadia parah ? 3. Mengapa pasien perlu operasi cangkok kandung kemih,cangkok mukosa buccal dan urethroplasty ? 4. Apa saja komplikasi yang terjadi pada urethroplasty ?
5
2.3 Hipotesa Sementara 1. Apa penyebab pasien mengalami penoscrotal hypospadias ? Jawaban : Faktor genetik, faktor gangguan dan ketidakseimbangan hormon, dan faktor lingkungan 2. Mengapa setelah dilakukan beberapa operasi tetap gagal atau masih mengalami hypospadia parah ? Jawaban : Karena prosedur atau SOP operasi yang dilakukan tidak sesuai. Adanya mikroorganisme yang menginfeksi bekas operasi. Perawatan pasca operasi yang tidak benar sehingga mengakibatkan infeksi dan luka tambah memburuk. 3. Mengapa pasien perlu operasi cangkok kandung kemih,cangkok mukosa buccal dan urethroplasty ? Jawaban : Karena terjad komplikasi, dan untuk meluruskan lubang uretra sehingga tepat diujung penis. Sehingga pasien dapat BAK dengan normal. 4. Apa saja komplikasi yang terjadi pada urethroplasty ? Jawaban : Ada banyak komplikasi yang dapat terjadi akibat bedah rekontruksi uretra, namun komplikasi ini sangat jarang terjadi, jumlah kasusnya tidak mencapai 10%. Contohnya adalah inkontinensia urine, fistula, infeksi, disfungsi ereksi, pendarahan serta cedera pada pembuluh darah dan organ di sekitar uretra.
6
2.4 Pohon Masalah Hypospadia
Pengertian Klasifikasi
Masalah keperawatan
Etiologi Patofisiologi
Kerusakan integritas kulit
Manifestasi Klinis Retensi urine Pemeriksaan penunjng Nyeri
Penatalaksanaan
Resiko infeksi
2.5 Learning Objektif 1. Pengertian Hypospadia
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000 : 374). Hipospadia berasal dari bahasa Yunani, yaitu gabungan dari kata hypo (di bawah) dan spaden (lubang). Hipospadia adalah kelainan bawaan berupa muara uretra (lubang kencing) yang tidak terletak di ujung penis akibat kegagalan dalam proses pembentukannya. Lubang tersebut berada di batang penis atau di dekat skrotum (kantung testis). Angka kejadian kasus ini di dunia adalah 3 dari 100 kelahiran anak laki-laki. Hipospadia dapat terjadi karena adanya kelainan pada genital eksternal. Gangguan ini dikenal dengan hipospadia murni atau tunggal (isolated hypospadie). Namun, adapula hipospadia komplek selain lubang kencing yang tidak terletak pada tempatnya, adapula kelainan yang lain.
7
Misalnya, penis anak terlihat sangat kecil atau mikro penis. Testis yang tidak turun sebelah, skrotum yang membelah dll. Hipospadia ini biasanya merupakan bagian dari penyakit yang lebih serius seperti adanya gangguan perkembangan sistem reproduksi atau terkait saluran kemih yang bermasalah. Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan miggu ke 10 sampai ke 14 yang mengakibatkan orifisium uretra tertinggal disuatu tempat dibagian ventral penis antara skrotum dan glans penis. (A.H Markum, 1991 : 257).
2. Klasifikasi Hypospadia Barcat (1973) berdasarkan letak ostium uretra eksterna maka hipospadia dibagi 3 tipe, yaitu : 1. Tipe sederhana/ Tipe anterior Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal. Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi. 2. Tipe penil/ Tipe Middle Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile,dan peneescrotal. Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit dibagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya. 3. Tipe Posterior Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak
8
turun.
3. Etiologi Hypospadia Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain : 1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon. Hormon yang dimaksud di sini adalah hormon androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau bisa juga karena reseptor hormon androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormon androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormon androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
9
2. Genetika Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. 3. Lingkungan Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.
4. Patofisiologi Hypospadia
HYPOSPADIA Chordee
Meatus uretra terletak dibagian diantara skrotum dan batang penis
Penatalaksanaan
Pre Operasi
Post Operasi
Chordectomy dan uretoplasty
Kurang informasi mengenai prosedur pembedahan
MK : Ansietas Luka pasca operasi
10
Chordectomy dan uretoplasty
Terputusnya kontinuitas jaringan
Port de entry
MK : Resiko Infeksi
Merangsang syaraf nyeri di radix dorsal medulla spinal
MK : Nyeri
5. Manifestasi Klinis Hypospadia Gambaran klinis Hipospadia : 1. Kesulitan atau ketidakmampuan berkemih secara adekuat dengan posisi berdiri 2. Chordee (melengkungnya penis) dapat menyertai hipospadia 3. Hernia inguinalis (testis tidak turun) dapat menyertai hipospadia (Corwin, 2009). 4. Lokasi meatus urine yang tidak tepat dapat terlihat pada saat lahir (Muscari, 2005). 5. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus. 6. Kebanyakan penderita terdapat penis yang melengkung kearah bawah yang akan tampak lebih jelas pada saat ereksi. 7. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok. Pada kebanyakan penderita terdapat penis yang melengkung ke arah bawah yang akan tampak lebih jelas pada saat ereksi. Hal ini disebabkan oleh adanya chordee yaitu suatu jaringan fibrosa yang menyebar mulai dari meatus yang letaknya abnormal ke glands penis. Walaupun adanya chordee adalah salah satu ciri khas untuk mencurigai suatu hipospadia, perlu diingat bahwa tidak semua hipospadia memiliki chordee.
11
6. Pemeriksaan Penunjang Hypospadia Diagnosis dilakukan dengan dengan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir atau bayi. Karena kelainan lain dapat menyertai hipospadia, dianjurkan pemeriksaan
yang menyeluruh,
termasuk
pemeriksaan
kromososm (Corwin, 2009) : 1. Rontgen 2. USG sistem kemih kelamin 3. BNO – IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengankelainan kongenital ginjal 4. Kultur urine (Anak-hipospadia)
7. Penataklasanaan Hypospadia Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah dengan cara operasi, dikenal banyak teknik operasi hipospadia, yang umumnya terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1. Operasi pelepasan chordee dan tunneling Dilakukan pada usia satu setengah hingga dua tahun. Pada tahap ini dilakukan operasi eksisi chordee dari muara uretra sampai ke glans penis. Setelah eksisi chordee maka penis akan menjadi lurus akan tetapi meatus uretra masih terletak abnormal. Untuk melihat keberhasilan setelah eksisi dilakukan tes ereksi buatan intraoperatif dengan menyuntikan NaCl 0,9% ke dalam korpus kavernosum. 2. Operasi uretroplasti Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Uretra dibuat dari kulit penis bagian ventral yang diinsisi secara longitudinal paralel di kedua sisi. 3. Dan pada tahun-tahun terakhir ini, sudah mulai deterapkan operasi yang dilakukan hanya satu tahap, akan tetapi operasi hanya dapat dilakukan pada hipospadia tipe distal dengan ukuran penis yang cukup besar.
12
8. Jawaban dari rumusan masalah penjelasan/uraian teori dari pohon masalah 1. Apa penyebab pasien mengalami penoscrotal hypospadias ? Jawaban : Pada beberapa penelitian menyatakan adanya hubungan hipospadia dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR), bayi prematur dan riwayat hipertensi pada ibu (Akre et al.,2008 ; Aschim et al., 2004; Boisen et al., 2005 ; Ericson et al.,1987), karena fungsi dari plasenta yang terganggu mengakibatkan regulasi hormonal dan penyediaan nutrisi pada janin terganggu sehingga mempengaruhi pembentukan saluran uretra. Pada beberapa literatur menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara kejadian hipospadia dengan paparan lingkungan dalam hal ini adalah hubungannya dengan bahan kimiawi yaitu pestisida, progestin dan juga dari pola diit vegetarian yang secara tidak langsung mempengaruhi proses pembentukan urogenetalia saat perkembangan janin di dalam rahim sehingga mempengaruhi fungsi plasenta dan risiko kekurangan mikronutrien, vitamin B 12 yang terjadi pada ibu yang menjalani diit vegetarian saat kehamilan. Ibu yang sedang hamil dan menjalani diit vegetarian memiliki faktor risiko terjadinya hipospadia 4 kali lebih banyak bila dibandingkan dengan ibu yang tidak menjalani diit vegetarian, hal ini disebabkan phytoestrogen
sebagai
reseptor
modulator
estrogen
dapat
mempengaruhi perkembangan alamiah urogenital. (Carmichael et al.,2003 ; North and Golding. 2000). 2. Mengapa setelah dilakukan beberapa operasi tetap gagal atau masih mengalami hypospadia parah ? Jawaban : bayi baru lahir yang mengalami hipospadia berat memang membutuhkan operasi agar kondis penis kembali normal.di anjurkan, si kecil menjalani operasi ketika berusia 18 bln sampai usia seelum sekolah.jika operasi dilakukan saat anak berusia dibawah 18 bln,di pertimbangkan usia anak terlalu muda. (pakar urologi anak dr. Arry Rodjani SpU)
13
3. Mengapa pasien perlu operasi cangkok kandung kemih,cangkok mukosa buccal dan urethroplasty ? Jawab : cangkok mukosa buccal di gunakan untuk mencangkok uretra yang akan mengambil suatu bangian pipi untuk di cangkok. Cangkok ini dapat mengalihkan aliran uine dari striktur, sehingga urine dapat mengalir dengan lancar. Cangkok kandung kemih dilakukan untuk mengatasi adanya infeksi (fistula uretrokutaneus). Uretroplasty membuat osteum uretra eksterna di ujung glans pnis sehingga pancaran urin dan semen bisa lurus ke depan. 4. Apa saja komplikasi yang terjadi pada urethroplasty ? Jawaban : urethroplasty adalah tindakan pembedahan yang berutujuan untuk membentuk uretra baru (neouretra) komplikasi paling sering operasi pada hipospadia adalah fistula uretrokutareus dengan angka kejadian yang bervariasi antara 4% - 24% dengan penyebab pasti yang belum diketahui.
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian 1. Identitas Klien : Nama
: An. V.W
Umur
: 14 th
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Diagnosa medis
: Hipospadia
2. Keluhan Utama Pada umumnya orang tua pasien mengeluh dan ketakutan dengan kondisi anaknya karena penis yang melengkung kebawah dan adanya lubang kencing yang tidak pada tempatnya. 3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat penyakit sekarang pada umumnya pasien hipospedia di temukan adanya lubang kencing yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak di ketahui dengan pasti penyebabnya b. Riwayat penyakit dahulu Pada umunya terdapat gangguan atau ketidakseimbangan hormon dan factor lingkungan. Pada saat kehamilan ibu sering terpapar dengan zat atau polutan yang bersifat tertogenik yang menyebabkan terjadinya mutasigen yang dapat menyebabkan pembentukan penis yang tidak sempurna 4. Pemeriksaan fisik 1) Pemeriksaan genetalia Saat dilakukan inspeksi bentuk penis lebih datar dan ada lekukan yang dangkal dibagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus,
pada
kebanyakan
penderita
penis
melengkung
ke
bawah(chordee) yang tampak jelas pada saat ereksi, preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis tetapi menumpuk dibagian punggung
15
penis,testis tidak turun ke kantong skrotum. Letak meatus uretra berada sebelah ventral penis dan sebelah proximal ujung penis. 2) Palpasi
abdomen
untuk
melihat
distensi
vesika
urinaria
atau pembesaran pada ginjal, karena kebanyakan penderita hipospadia sering disertai dengan kelainan pada ginjal. 3) Perhatikan kekuatan dan kelancaran aliran urin Pada hipospadia aliran urin dapat membelok kearah bawah atau menyebar dan mengalir kembali sepanjang batang penis. Anak dengan hipospadia penoskrotal atau perineal berkemih dalam posisi duduk. Pada hipospadia glanduler atau koronal anak mampu untuk berkemih dengan berdiri, dengan sedikit mengangkat penis ke atas.
B. Diagnosa Keperawatan a. Pre-Operasi 1) Ansietas b.d prosedur pembedahan (uretroplasty) b. Pasca Operasi 1) Nyeri b.d akibat pembedahan 2) Resiko infeksi b.d luka pasca bedah C. Analisa Data a. Pre Operasi NO 1.
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
DS : -
Pre Operasi
Ansietas
DO : -
↓ Kurang infomarsi mengenai prosedur pembedahan ↓ Ansietas
16
b. Post Operasi NO 1
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
DS: Hipospadia ↓
DO: Mengekpresikan
Chordee ↓
perilaku (Merengek/menangis
Meatus uretra di
)
bagian diantara
Keringat dingin
skrotum dan batang penis ↓ Penatalaksaaan ↓ Post OP ↓ Cnordectomy dan uretroplasty ↓ Terputusnya kontinuitas jaringan ↓ Merangsang syaraf nyeri di radix dorsal medulla spinal ↓ Nyeri
2
DS: -
Hipospadia
DO: -
↓ Chordee ↓ Meatus uretra
17
Nyeri Akut
terletak di bagian diantara dan batang penis skrotum ↓ Penatalaksanaan ↓ Post OP ↓ Cnordectomy dan uretroplasma ↓ Luka paska bedah ↓ Post de entry ↓ Resiko infeksi
18
Resiko Infeksi
D. Intervensi Keperawatan a. Pre Operasi NO 1
TUJUAN
INTERVENSI
Anak dan orang tua
RASIONAL
1. Jelaskan kepada anak
1. Menjelaskan rencana pembedahan dan paska
dan orang tua tentang
operasi memembantu meredakan rasa cemas dan
rasa
prosedur pembedahan
takut dengan membiarkan anak dan orang tua
cemas
yang
dan perawatan paska
mengantisipasi dan mempersiapkan peristiwa
ditandai
oleh
operasi.
Gunakan
yang akan terjadi. Simulasi dengan menggunakan
ungkapan
gambar dan boneka
gambar dan boneka untuk menjelaskan prosedur
pemahaman tentang
ketika
dapat membuat anak memahami konsep yang
prosedur bedah
prosedur kepada anak
mengalami penurunan
menjelaskan
2. Berikan
rumit.
anak
2. Mengekspresikan rasa takut memungkinkan anak
untuk
menghilangkan rasa takutnya dan memberi Anda
mengekpresikan rasa
kesempatan untuk mengkaji tingkat kognitif dan
takut dan fantasinya
kemampuan untuk memahami kondisi, serta
dengan menggunakan
perlunya pembedahan.
kesempatan
boneka dan wayang
19
b. Post Operasi NO 1
TUJUAN Setelah dilakukan tindakan
RASIONAL 1. Mengetahui tingkat nyeri pasien
secara komprehensif
keperawatan selama 3x
INTERVENSI 1. Kaji tingkat nyeri
24
jam,
diharapkan
nyeri
pada
pasien
berkurang
sampai
hilang
dengan
kriteria hasil: 1. Pasien menyatakan
2. Kaji tanda-tanda vital
2. Tanda-tanda vital sebagai indikator terjadinya nyeri
3. Berikan posisi yang
3. Posisi nyaman dapat mengurangi rasa nyeri
nyaman 4. Ajarkan terapi non farmakologi
(napas
4. Napas dalam dapat memaksimalkan kadar O2 dalam tubuh sehingga membuat relaks
dalam) 5. Kolaborasi pemberian analgetik
5. Analgetik membantu mengurangi nyeri secara farmakologi
nyeri berkurang 2
Setelah
dilakukan
1. Kaji tanda-tanda vital
1. Indikator terjadinya infeksi
tindakan keperawatan selama
20
3x 24 jam, tidak
2. Kaji luka post operasi
terjadi infeksi pada
meliputi
pasien
dan
dengan
kriteria hasil:
2. Mengetahui kondisi luka post operasi
kebersihan tanda-tanda
infeksi
1. Tidak
ada
3. Lakukan
perawatan
tanda-tanda
luka dengan prinsip
inflamasi
steril
(rubor, kalor, dolor)
4. Anjurkan
keluarga
untuk menjaga area
2. Suhu
dalam
batas
normal
(36,5-37,50C)
post
operasi
3. Perawatan luka dengan prinsip steril mencegah terjadinya infeksi
4. Menurangi tingkat pajanan patogen penyebab infeksi
tetap
bersih dan kering 5. Kolaborasi pemberian antibiotik
5. Antibiotik (menghambat farmakologi
21
bekerja
sebagai
pertumbuhan
bakteriostatis bakteri)
secara
DAFTAR PUSTAKA https://www.academia.edu/20049045/Asuhan_Keperawatan_Anak_dengan_Hipos padia https://www.slideshare.net/FransiskaOktafiani/asuhan-keperawatan-pada-anakdengan-hipospadia Fisyuk, A. S., Mukanov, A. Y., & Novikova, E. Y. (2003). and 2 , 3 , 6 , 7 , 12 , 12b-hexahydropyrimido [ 1 â€TM , 6 â€TM : 1 , 2 ] pyrido [ 3 , 4- b ] indol-4 ( 1 H ) -ones, 13(6), 278–279.
22