BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang di angkat dari makalah ini adalah tentang asuhan keperawatan komunitas pada penyakit infeksi (hepatitis)?
C. Tujuan 1. Tujuan umum a. Mengetahui konsep asuhan keperawatan komunitas pada penyakit infeksi (hepatitis). 2. Tujuan khusus a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penyakit infeksi. b. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan komunitas pada penyakit infeksi (hepatitis)
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyakit Infeksi Penyakit infeksi (infectious disease) yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible diseae merupakan penyakit yang terjadi akibat dari infeksi, keberadaan dan pertumbuhan agen biologik patogenik pada organisme host individu. Dalam hal tertentu, penyakit infeksi dapat berlangsung sepanjang waktu. Patogen penginfeksi meliputi virus, bakteri, jamur, protozoa, parasit multiseluler dan protein yang menyimpang dikenal sebagai prion. Penularan patogen terjadi dengan berbagai cara yang meliputi kontak fisik, makanan yang terkontaminasi, cairan tubuh, benda, inhalasi yang ada di udara atau melalui organisma vektor. Penyakit infeksi yang sangat infektif ada kalanya disebut menular dan dapat dengan mudah ditularkan melalui kontak dengan orang yang sakit. Penyakit infeksi dengan infeksi yang lebih khusus, seperti penularan vektor, penularan seksual, biasanya tidak dianggap sebagai menular karenanya korban tidak diharuskan adanya karantina medis (Mulholland, 2005).
B. Penyakit Infeksi di Dunia Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup tinggi meskipun terapi pengobatan dan pencegahan terhadap kejadian infeksi semakin berkembang. Setiap tahunnya penyakit infeksi membunuh 3,5 juta orang yang sebagian besar adalah anak-anak miskin dan anak yang tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2014). Lebih dari 60-70%, dan prevalensi terbesar ditemukan pada anak balita dan anak usia sekolah dasar (Judarwanto, 2005). Data lain menyebutkan bahwa pada tahun 2013, terdapat 6,3 juta anak-anak di bawah 5 tahun meninggal, di mana setiap harinya terjadi sekitar 17.000 kematian. Dari data tersebut sekitar 83 % kematian disebabkan oleh penyakit infeksi, kelahiran dan kondisi gizi yang didapatkan oleh anak-anak (WHO, 2015). Dinegara-negara berkembang pola
2
epidemiologi penyakit tampak bahwa pola prevalensi penyakit infeksi dan parasit masih sangat tinggi, misalnya penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan diare (Santoso L, 2010). Berikut
ini
adalah
wabah
penyakit
menular
yang
banyak
menimbulkan kematian dan mengurangi populasi penduduk dunia menurut BuzzFeed News (2017) : 1. Wabah Black Death di Madagaskar Wabah Black Death disebabkan bakteri Yersinia pestis, yang biasanya ditularkan dari tikus ke manusia oleh kutu yang terinfeksi. Wabah ini dapat diobati dengan antibiotik. Namun, wabah penyakit ini dapat berakibat fatal. Sebanyak 30-100% kasus tidak dapat diobati, menurut WHO. Wabah ini menjadi wabah terbesar dan paling mematikan pada tahun 2017 di Madagaskar. Sebanyak 2.417 kasus dan 209 kematian terjadi sejak Agustus 2017. Wabah Black Death dianggap wabah yang tidak biasa karena mayoritas kasus wabah penyakit (77%) ini bersifat pneumonia, bentuk wabah penyakit paling serius, yang dapat menyebar dari manusia ke manusia. 2. Kolera di Yaman Epidemi kolera menjadi masalah sepanjang sejarah. Penyakit ini disebabkan makanan atau air yang terkontaminasi bakteri Vibrio cholerae. Hal ini dapat menyebabkan diare parah dan dehidrasi. Kolera dapat membunuh manusia dalam hitungan jam bila tidak diobati. Wabah kolera terbesar tahun ini terjadi di Yaman. Wabah dimulai pada Oktober 2017 dengan 862.858 kasus dan 2.177 kematian. Namun, angka tersebut diperkirakan masih meningkat. Kolera di Yaman semakin rentan terjadi karena konflik yang sedang berlangsung dan infrastruktur kesehatan yang hancur. Tahun ini, ada juga wabah kolera di Kenya, Zambia, dan Nigeria. WHO menyarankan, saat bepergian ke negara-negara dengan endemik kolera atau daerah dengan sanitasi air yang buruk, sebaiknya minum air
3
dari botol sendiri untuk menghindari tertularnya kolera atau virus dan parasit lainnya. 3. Ebola Wabah Ebola tahun 2017 jauh lebih kecil daripada beberapa tahun terakhir. Wabah Ebola tahun 2014-2016 di Afrika Barat adalah yang terbesar dalam sejarah, yang memengaruhi banyak negara. Sejak tahun 2016, jumlah kasus Ebola menurun drastis. Namun, Mei 2017 terjadi wabah ebola dalam skala kecil di Republik Demokratik Kongo (DRC). Ebola disebabkan oleh virus yang menyebar melalui darah dan cairan tubuh dari manusia atau hewan yang terinfeksi. Hal ini dapat menyebabkan pendarahan parah, yang seringkali mengakibatkan kematian. Angka kematian rata-rata Ebola sekitar 50%, tapi bisa mencapai 90%. 4. Difteri menyerang para pengungsi di Bangladesh Difteri termasuk infeksi yang mengancam jiwa, yang disebabkan bakteri Corynebacterium
diphtheriae.
Penyakit
ini
menyebabkan
tersumbatnya saluran pernapasan, kelumpuhan, kerusakan jantung, dan kematian. Faktanya, wabah difteri terjadi di Bangladesh, yang menyerang para pengungsi. Kondisi ini memicu kekhawatiran terhadap populasi pengungsi, terutama anak-anak. Klinik Médecins Sans Frontières (MSF) di kota Cox's Bazar, Bangladesh, melaporkan adanya 804 kasus yang diduga difteri dan 15 kasus kematian sejak 3 November 2017. 5. Virus Marburg Muncul di Uganda Timur Penyakit virus Marburg (MVD) adalah kondisi langka dan mematikan. Secara klinis, penyakit ini mirip dengan Ebola dan memiliki tingkat kematian hingga 88%. Marburg menyebabkan demam, yang bisa mengakibatkan kegagalan organ, syok, dan pendarahan hebat. MVD biasanya ditularkan dari kelelawar buah. Pada Oktober 2017, Kementerian Kesehatan Uganda mengkonfirmasi, wabah Marburg di Distrik Kween di Uganda Timur.
4
Wabah tersebut membuat tiga orang meninggal. Sebaiknya, Anda harus berhati-hati menghindari kelelawar atau gua tempat tinggal kelelawar. 6. MERS-CoV di Semenanjung Arab MERS-CoV pertama kali diidentifikasi pada tahun 2012. Virus ini menyebabkan penyakit pernapasan, yang disebut Middle East respiratory syndrome (MERS). Gejalanya meliputi demam, sesak napas, dan pneumonia. Virus tersebut juga menyebar ke manusia dari unta yang terinfeksi. Pada tahun 2017 terjadi beberapa wabah MERS-Cov sekitar 224 kasus dan 67 kematian. Mayoritas kasus ini dilaporkan di Arab Saudi. Ada juga kasus di Uni Emirat Arab, Oman, Qatar, dan Lebanon. Sebagian besar wabah terjadi di lokasi yang kebersihannya buruk. 7. Demam Lassa di Nigeria Demam Lassa adalah demam yang disebabkan oleh virus Lassa. Manusia biasanya terkena Lassa dari kontak tikus yang terinfeksi atau urin dan kotoran tikus. Demam ini termasuk endemik di Afrika Barat. Di tahun ini, terjadi wabah demam Lassa mematikan yang sangat besar di Nigeria. Menurut WHO, wabah Lassa tahun 2017 ini adalah yang pertama terjadi di negara bagian Nigeria. Jumlah korban dilaporkan ada 501 kasus dan 104 kematian sejak Desember 2016 hingga di penghujung 2017 ini. 8. Demam Berdarah Dengue (DBD) di Afrika dan Asia Demam berdarah dengue adalah penyakit, yang disebabkan virus dengue dan ditularkan dari nyamuk. DBD menyebabkan gejala mirip flu dengan demam, ruam, dan nyeri sendi. Kejadian DBD di seluruh dunia meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut WHO, diperkirakan ada 390 juta orang yang terinfeksi DBD per tahunnya. Pada tahun 2017, ada beberapa wabah mematikan DBD di Afrika dan Asia. Pada Mei, Kementerian Kesehatan di Pantai Gading mengonfirmasi, wabah DBD di ibu kota Abidjan dengan 623
5
kasus dan dua kematian. Pada Juli pun, terjadi wabah DBD di Sri Lanka dengan angka 80.732 kasus dan 215 kematian.
C. Penyakit Infeksi di Indonesia Penyebab timbulnya penyakit infeksi di Indonesia yang dipengaruhi oleh iklim juga didukung oleh beberapa faktor lain, misalnya kesadaran masyarakat akan kebersihan yang kurang, jumlah penduduk yang padat, kurangnya pengetahuan dan implementasi dari sebagian besar masyarakat mengenai dasar infeksi, prosedur yang tidak aman (penggunaan antibiotik yang dipergunakan tidak tepat), serta kurangnya pedoman dan juga kebijakan dari pemerintah mengenai pengunaan antibiotik (Nursidika et al, 2014). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) perkembangan penyakit infeksi di Indonesia dapat dilihat dari beberapa data penyakit infeksi seperti Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) memiliki angka prevalensi sebesar 25 %, pneumonia memiliki insiden 1,8 % dan prevalensi 4,5 %, hepatitis memiliki angka prevalensi dua kali lebih tinggi pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2007 yakni 1,2 %, sedangkan untuk diare memiliki insiden dan prevalensi pada semua umur di Indonesia adalah 3,5 % dan 7,0 %. Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh bakteri patogen yang berbahaya bagi sel inangnya (Ngaisah, 2010). Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit infeksi pada hewan dan manusia adalah Escherichia coli (Roslizawaty et al, 2013). Escherichia coli merupakan famili enterobacteriaceae dan merupakan bakteri patogen oportunistik yang dapat menyebabkan infeksi pada inang yang terganggu sistem imunnya (Torres et al, 2012). Escherichia coli adalah salah satu bakteri penyebab penyakit seperti diare, infeksi saluran kemih, pneumonia, meningitis pada bayi yang baru lahir dan infeksi luka (Ngaisah, 2010). Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif primer patogen yang merupakan penyebab kedua penyakit infeksi setelah Streptococcus. Meningitis yang disebabkan oleh E. coli menyebabkan kematian pada 20-40 % pada bayi yang terinfeksi (Jafari et al, 2012). Selain meningitis, diare juga merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh Escherichia coli. Penyakit diare
6
merupakan penyebab kedua kematian pada anak di bawah lima tahun, dan menjadi penyebab kematian sekitar 760.000 anak setiap tahun. Selain itu terdapat 1,7 miliar kasus diare tiap tahunnya (WHO, 2013). Secara umum, ada beberapa jenis penyakit yang paling menular di Indonesia : 1. Tuberkulosis Seperti halnya flu, kuman tuberkulosis (TB) menyebar di udara pada saat penderita batuk, bersin, atau meludah. Secara sosial, penderita TB dikonotasikan sebagai "orang berbahaya" karena penyakitnya menular ke orang lain sehingga dikucilkan dari lingkungannya. 2. Hepatitis Hepatitis menurut Amin H. Nur Arif (2015) merupakan peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh virus hepatotropik yang dapat menyebabkan hepatitis A (HAV), hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), delta hepatitis (HDV), hepatitis E (HEV), hepatitis F dan hepatitis G. Hepatitis dibagi menjadi 2 tahapan yaitu hepatitis akut dan kronis. Klasifikasi agen penyebab hepatitis virusyaitu : 1) Transmisi secara enterik (HAV dan HEV), 2) Transmisi melalui darah (HBV, HDV, HCV). Gejala hepatitis akut yaitu : 1) Malaise, anoreksia, mual dan muntah. 2) Gejala flu, faringitis, batuk, fotopobia, sakit kepala dan mialgia. 3) Demam ditemukan pada infeksi HAV. 4) Pruritus. 5) Nyeri tekan pada hati. 6) Splenomegali ringan. 7) Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap. 8) Limfanodenopati. 3. Malaria Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan parasit plasmodium yang hidup dalam sel darah merah manusia dan ditularkan oleh nyamuk malaria, anopheles. Penyakit parasit ini masih menjadi wabah di sejumlah wilayah di Indonesia. Berbeda dengan nyamuk penyebab demam berdarah, nyamuk penyebar malaria ini berkembang biak di kubangan-kubangan air alami, seperti di sekitar sungai, sawah, tegalan, dan hutan, termasuk di areal-areal bekas genangan banjir.
7
Penyakit ini mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin dan menggigil) serta demam berkepanjangan. 4. Cacar air Hampir setiap orang pernah menderita cacar air saat kecil. Ini karena virus varicella zooster penyebab cacar air termasuk yang paling mudah menular dari orang ke orang. Virus ini juga bisa menyebabkan herpes. Kendati bisa disembuhkan, jangan sepelekan penyakit yang telah ratusan tahun dikenal orang ini karena bisa terjadi komplikasi sejumlah penyakit. Bekas gelembung berisi cairan pun bisa meninggalkan bopeng yang mengganggu penampilan. Penularan cacar air terjadi lewat percikan ludah orang sakit atau melalui cairan yang keluar bila gelembung-gelembung di kulit pecah. Penderita dapat menularkan penyakit ini 24 jam sebelum kelainan di kulit timbul sampai tujuh hari kemudian. Karena sangat mudah menular, penderita harus diisolasi sampai sembuh. 5. Influenza Virus influenza dapat dengan mudah berpindah dari satu orang ke orang lain, seperti halnya kita berpindah dari satu situs ke situs lain. Penularan terjadi karena kontak langsung, seperti bersin dan batuk, atau penularan tak langsung seperti menyentuh gagang pintu yang sudah tercemar virus. Kebanyakan virus flu menyebabkan gejala ringan berupa nyeri otot, batuk, bersih, demam, sakit kepala, lelah, dan hidung tersumbat. Yang harus diwaspadai adalah, virus flu sampai saat ini terus bermutasi dan menyebabkan berbagai penyakit, seperti flu burung (swine flu).
8
D. Rantai Infeksi
Rantai infeksi adalah sebuah model yang digunakan untuk memahami proses infeksi. lingkaran link, masing-masing mewakili komponen dalam siklus. Setiap poin dari mata rantai harus ada dan berada dalam posisi yang benar. Rantai Infeksi terdiri atas : agen infeksi, reservoir, portal keluar dari reservoir, cara penularan, dan portal masuk ke dalam host.Pemahaman karakteristik setiap poin dalam mata rantai dapat membuat perawat merawat pasien yang rentan dengan infeksi lebih baik lagi. Sebuah kesadaran siklus ini juga menjadikan perawat lebih berpengetahuan tentang metode perlindungan diri. 1. Infectious Agent /agen Infeksi Sebuah organisme mikroba dengan kemampuan untuk menyebabkan penyakit. Semakin besar virulensi organisme (kemampuan untuk tumbuh dan berkembang biak), invasi (kemampuan untuk masuk ke dalam jaringan) dan patogenisitas (kemampuan untuk menyebabkan penyakit), semakin besar kemungkinan bahwa organisme akan menyebabkan infeksi. Agen infeksius adalah bakteri, virus, jamur, dan parasit. 2. Reservoir Tempat di mana mikroorganisme dapat berkembang dan bereproduksi. Sebagai contoh, mikroorganisme berkembang pada manusia, hewan, dan benda mati seperti air, permukaan meja, dan gagang pintu. 3. Portal of exit/ portal keluar dari reservoir
9
Sebuah tempat keluar mikroorganism meninggalkan reservoir. Sebagai contoh, mikroorganisme dapat meninggalkan reservoir melalui hidung atau mulut ketika seseorang bersin atau batuk. Mikroorganisme, terbawa dari tubuh oleh tinja, juga dapat meninggalkan reservoir usus yang terinfeksi. 4. Mode of transmission/ Cara Penularan Metode transfer oleh organisme yang bergerak atau dibawa dari satu tempat ke tempat lain. Tangan pekerja kesehatan dapat membawa bakteri dari satu orang ke orang lain. 5. Portal of entry Sebuah portal/pintu gerbang/tempat masuk mikroorganisme ke dalam host/penderita. Portal termasuk lubang tubuh, selaput lendir, atau istirahat di kulit. Portal juga hasil dari tabung yang ditempatkan dalam rongga tubuh, seperti kateter urin, atau dari tusukan yang dihasilkan oleh prosedur invasif seperti penggantian cairan intravena. 6. Susceptible host Seseorang/ individu yang tidak bisa menahan invasi mikroorganisme ke dalam tubuhnya dan mengakibatkan infeksi. Host rentan terhadap penyakit, kurang kekebalan atau ketahanan fisik untuk mengatasi invasi oleh mikroorganisme patogen.
E. Pencegahan Secara umum, pencegahan penyakit menular dapat dilakukan melalui langkah-langkah : 1. Eliminasi Reservoir (Sumber Penyakit) Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan : a. Mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien di tempat yang khusus untuk mengurangi kontak dengan orang lain. b. Karantina
adalah
membatasi
ruang
gerak
penderita
dan
menempatkannya bersama-sama penderita lain yang sejenis pada
10
tempat yang khusus didesain untuk itu. Biasanya dalam waktu yang lama, misalnya karantina untuk penderita kusta. c. Memutus Mata Rantai Penularan Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan adalah merupakan usaha yang penting untuk memutus hubungan atau mata rantai penularan penyakit menular. d. Melindungi Orang-Orang (Kelompok) yang Rentan Bayi dan anak balita adalah merupakan kelompok usia yang rentan terhadap penyakit menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu lindungan khusus (specific protection) dengan imunisasi baik imunisasi aktif maupun pasif. Obat-obat profilaksis tertentu juga dapat mencegah penyakit malaria, meningitis dan disentri baksilus. Pada anak usia muda, gizi yang kurang akan menyebabkan kerentanan pada anak tersebut. Oleh sebab itu, meningkatkan gizi anak adalah juga merupakan usaha pencegahan penyakit infeksi pada anak. Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah untuk pencegahan, haruslah didasarkan pada data / keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasil pengamatan. Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni : a. Pencegahan primer Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada factor peyebab, lingkungan serta factor penjamu. 1) Sasaran yang ditujukan pada factor penyebab yang bertujuan untuk mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain : desinfeksi, pasteurisasi, yang bertujun untuk menghilangkan mikro-organisme penyebab
penyakit,
penyemprotan/insektisida
dalam
rangka
menurunkan dan menghilangkan sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan, di samping karantina dan isolasi yang juga dalam rangka memutuskan rantai penularan. Selain itu
11
usaha untuk mengurangi/menghilangkan sumber penularan dapat dilakukan melalui pengobatan penderita serta pemusnahan sumber yang ada (biasanya pada binatang yang menderita), serta mengurangi/menghindari perilaku yang dapat meningkatkan resiko perorangan dan masyarakat. 2) Mengatasi / modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan dan perumahan serta bentuk pemukiman lainnya, perbaikan dan peningkatan lingkungan biologis seperti pemberantasan serangga dan binatang pengerat, serta peningkatan lingkungan social seperti kepadatan rumah tangga, ubungan antar individu dan kehidupan social masyarakat. 3) Meningkatkan daya tahan penjamu yang meliputi perbaikan status gizi, status kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta berbagai bentuk pencegahan khusus lainnya, peningkatan status psikologis, persiapan perkawinan serta usaha menghindari pengaruh factor keturunan, dan peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas gizi, serta olah raga kesehatan. b. Pencegahan sekunder Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan pada mereka yang menderita atau dianggap mendrita(suspek) atau yang terancam akan menderita(masa tunas). Adapun tujuan usaha pencegahan tingkat kedua ini yang meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk segera mencegah terjadinya akibat samping atau komplikasi. 1) Pencarian penderita secara dini dan aktif mlalui peninkatan usaha surveillans
penyakit
tertentu,
pemeriksaan
berkala
serta
pmeriksaan kelompok tertentu ( calon pegawai, ABRI, mahasiswa dan lain sebagainya ), penyaringan ( screenin) untuk pnyakit
12
tertentu secara umum dalam masyarakat, serta pengobatan dan perawatan yang efektif. 2) Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai berda pada proses prepatogenesis dan pathogenesis penyakit tertentu. c. Pencegahan tersier Sasaran pencegahan tingkat ke tiga adalah penderita penyakit tetentu dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mncegah kematian akibat penaykit tersebut. Berbagi usaha dalam mencegah proses penyakit lebih lanjut seperti pada penderita diabetes mellitus, penderita tuberculosis paru yang berat, penderita penyakit measles agar jangan terjadi komplikasi dan lain sebagainya. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rehabilitasi adalah usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan social seoptimal mungkin yng meliputi rehabilitasi fisik atau medis, rehabilitasi mental/psikologis serta rehbilitasi social.
13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Harsono, Fitri Haryanti. 2017. https://www.liputan6.com/health/read/3211177/8-wabah-penyakit-yanggemparkan-dunia-sepanjang-2017 (diakses 5 Maret 2019) http://www.who.int/. 2010. Program Pencegahan, Pemberantasan Dan Pengawasan Terhadap Penyakit Menular. Jafari A, Aslani M.M, Bouzari S., 2012. Escherichia coli: a brief review of diarrheagenicpathotypes and their role in diarrheal diseases in Iran. Iranian Journal of Microbiology Volume 4 Number 3. Hal. 102-117 Judarwanto, W. 2005. Perilaku Makan Anak Sekolah. Klinik Khusus Kesulitan Makan pada Anak : Jakarta. Mulholland, A., 2005. Bacterial Infections - A Major Cause of Death Among Children In Africa. NEJM. Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma, (eds). 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, edisi revisi, jilid 2. Jogjakarta : Mediaction. Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Daerah 2013. In: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, editor. Jakarta. Santoso L., 2010. Ikhtisar Penyakit Tropik. FKM UNDIP WHO., 2013. Antimicrobial Resistance. World Health Organisation. http://www.who.com (Diakses maret 2019)
15