Asuhan Keperawatan Hipertensi.docx

  • Uploaded by: Elfrida Avila Ribka S
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asuhan Keperawatan Hipertensi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,008
  • Pages: 23
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2  Agustina Manik

(032017070)

 Desi Pratiwi Samosir

(032017066)

 Dewi Fortuna Napitupulu (032017071)  Theresia Situmorang

(032017063)

 Apri Yulianna Br Purba (032017064)

Dosen

: Vina Sigalingging s.Kep.,Ns.

STIKES SANTA ELISABETH MEDAN T.A 2018/2019

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuia-Nya, sehingga penulisan makalah ini dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul’’ASUHAN KEPEREWATAN HIPERTENSI” Penulis menyadari, bahwa penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan, bimbingan serta arahan dari dosen pembimbing ibu Vina Sigalingging . Dan penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman memberikan dukungaan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kelemahan dan kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Medan, 8 Agustus 2018

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUN ................................................................................... 1.1 latar Belakang .................................................................................................................. 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1.3 Tujun ................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2.1 Defnisi dari hipertensi ...................................................................................................... 2.2 Etiologi hipertensi ............................................................................................................ 2.3 Patofisiologi hipertensi ..................................................................................................... 2.4 Pemeriksaan diagnostic dari hipertensi ......................................................................... 2.5 Penatalaksanaan dari hipertensi..................................................................................... 2.6 Komplikasi dari hipertensi .............................................................................................. 2.7 Pengkajian keperawatan hipertensi ............................................................................... 2.8 Diagnosa dari hipertensi .................................................................................................. 2.9 Interevensi dari hipertensi............................................................................................... 2.10 mplementasi hipertensi .................................................................................................. 2.11Evaluasi hipertensi .........................................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................ BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 4.1 kesimpulan ........................................................................................................................ 4.2 saran...................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) dikenal sebagai penyebab utama kematian di seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008, diperkirakan 17,3 juta atau sekitar

30%

penduduk dunia

meninggal

akibat

penyakit

jantung dan

7,3 juta

diantaranyadisebabkan PJK. Lebih dari 80% kematian akibat PJK terjadi di negara berkembang. Penyakit ini menyebabkan kematian lebih tinggi dibandingkan penyakit lainnya seperti stroke, penyakit jantung kongestif, penyakit jantung rematik, dan lain-lain (Dinkes 2013). Penyakit kardiovaskular menyebabkan sekitar 17 juta kematian per tahun, termasuk hipertensi yang menyebabkan 9,4 juta kematian per tahun (WHO, 2013). Menurut Mohan, Seedat, dan Pradeepa (2013), penyakit ini juga merupakan penyebab angka kematian tertinggi di wilayah Pasifik Barat dan Asia Tenggara. Sekitar 1 dari 3 penduduk usia dewasa di Asia Tenggara menderita hipertensi dan sekitar 1,5 juta kematian setiap tahun terjadi akibat hipertensi. Hipertensi termasuk ke dalam 10 besar penyakit yang menyebabkan angka kematian tertinggi pada pasien yang dirawat inap di rumah sakit di Indonesia (Kemenkes, 2012). Prevelensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran menurut usia >18 tahun sebesar 25,8%. Prevelensi hipertensi di Indonesia yang di peroleh melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan adalah 9,4% yang di diagnosis tenaga kesehatan sebesar atau sedang minum obat sebesar 9,5%. Jadi terdapat 0,1% yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7%. Jadi prevelensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5%. (Kemenkes RI, 2013). Hasil dari Riskesdas (2013) Prevalensi hipertensi di Indonesia yang di dapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi di Bangka Belitung (30,09%), diikuti Kalimantan Selatan (29,6%), dan Jawa Barat (29,4%). Untuk prevalensi provinsi Sulawesi Utara berada di posisi ke 7 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia yaitu sebesar 27,1%. Dan melalui hasil penelitian dari Riskesdas (2013) terhadap hipertensi menurut karakteristiknya didapat bahwa status pekerjaan juga dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi dengan prevalensi sebesar 24,72%.

1.2

Rumusan Masalah 3 apa defnisi dari hipertensi? 4 Apa etiologi hipertensi? 5 Bagaimana patofisiologi hipertensi? 6 Apa saja pemeriksaan diagnostic dari hipertensi? 7 Bagaimana penatalaksanaan dari hipertensi? 8 Apa komplikasi dari hipertensi? 9 Bagaimana pengkajian keperawatan hipertensi? 10 Apa diagnosa dari hipertensi? 11 Apa interevensi dari hipertensi? 12 Apa implementasi hipertensi? 13 Bagaimana evaluasi hipertensi?

1.3

Tujuan a. Untuk mengetahui defenisi hipertensi b. Untuk mengetahui etiologi hipertensi c. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi hipertensi d. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari hipertensi e. Untuk menngetahui penatalaksanaan hipertensi f. Untuk mengetahui komplikasi hipertensi g. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian keperawatan hipertensi h. Utu mengethui diagnose hiperetensi i. Untuk mengetahui intervensi dari hipertensi j. Untuk mengetahui implementasi hipertensi k. Untuk mengetahui bagaimana evalusi setelah dilakukan implementasi

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Hipertensi Penyakit hipertensi adalah penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko yaitu: umur, jenis kelamin, obesitas, alkohol, genetik, stres, asupan garam, merokok, pola aktivitas fisik, penyakit ginjal dan diabetes melitus. Oleh karena itu penyakit hipertensi timbul karena adanya interaksi dari berbagai faktor yang telah disebutkan, faktor mana yang lebih berpengaruh atau berperan terhadap timbulnya hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti (Anggara, 2013). Hipertensi Menurut American Society of Hypertension (ASH) adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sigalingging, 2011). Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran menurut usia ≥ 18 tahun sebesar 25,8% (Kemenkes RI, 2013). Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah yang melebihi normal. Hipertensi sering mengakibatkan keadaan yang berbahaya karena keberadaannya sering kali tidak disadari dan kerap tidak menimbulkan keluhan yang berarti; sampai suatu waktu terjadi komplikasi jantung, otak, ginjal, mata, pembuluh darah, atau organ-organ vital lainnya. Namun demikian penyakit hipertensi sangat di pengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi dan pekerjaan yang menguras aktivitas masyarakat sehingga mengurangi pola aktivitas yang baik untuk di lakukan. Pola aktivitas yang sehat dan makanan yang sehat merupakan pilihan tepat untuk menjaga diri terbebas dari hipertensi. Semuanya dilakukan secara terus menerus , tidak boleh temporer. Sekali kita lengah menjaga diri dengan tidak mengikuti pola aktivitas yang sehat, dipastikan kita akan mudah terkena hipertensi dan penyakit lainnya (Malara, 2014). Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan yang seringkali terjadi di masyarakat. Morbiditas yang diakibatkan oleh hipertensi cukup tinggi. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah pada pembuluh darah mengalami peningkatan secara terus-menerus.Hal ini dapat terjadi dikarenakan kerja

jantung lebih dalam keras memompa darah guna memenuhi oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh (Riskesdas, 2013).

2.2 Etiologi Hipertensi Etiologi yang pasti dari hipertensi esensial belum diketahui. namun, sejumlah interaksi beberapa energi homeostatis saling terkait. Deffek awal diperkirakan pada mekanisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan oleh ginjal. Faktor hereditas berperan penting bilamana ketidakmampuan genetic dalam mengolah kadar natrium normal. Kelebihan intake natrium dalam diet dapat meningkatkan volume cairan dan curah jantung. Pembuluh darah memberikan reaksi atas peningkatan aliran darah melalui kontriksi atau peningkatan tahanan perifer. Tekanan darah tinggi adalah hasil awal dari peningkatn curah jantung yang kemudian dipertahankan padda tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu timbale balik peningkat tahanan perifer. Etiologi hipertensi sekunder pada umumnya diketahui. berikut ini beberapa kondisi yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi sekunder. a. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen) Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme Renin-aldosteron-mediated volume expansion. Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah normal kembali setelah bebrapa bulan. b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal Merupakann penybab utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskular berhubungan dengan penyempitan

satu atau lebih arteri besar yang secara

langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh arterosklerosis atau fibrous dysplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terikat dengan infeksi, implamansi, dan perubahan struktur, serta fungsi ginjal. c. Gangguan Endokrin Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediated hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin. Pada aldosteronisme primer, kelebihan aldosteron

menyebabkan hipertensi dan hipokalemia. Aldostronisme primer biasanya timbul dari bening adenoma korteks adrenal. Pheochromocythomas pada medulla adrenal yang paling umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada sindrom cushing, kelebihan glukokortikoid yang diekskresi dari korteks adrenal. Sindrom cushings mungkin disebabkan oleh hiperklasi adrenokortikal atau adenoma adrenokortikal. d. Coarchtation Aorta Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal. Penyempitan menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.

e. Neurogenik : Tumor otak, Encephalitis, dan Gangguan psikiatrik. f. Kehamilan g. Luka bakar h. Peningkatan volume intravascular i. Merokok Nikotin dalam merokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan katekolamin menyebabkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung, dan menyebabkan fase kontriksi, yang mana pada akhirnya meningkatkan tekanan darah.

2.3 Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di thorax dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norefinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstiktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norefinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktifitas vasokonstriksi. Medulla adrena menyekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan rennin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, Faso konstriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua factor tersebut cenderung mencetuskan hipertensi (Brunner & Suddarth, 2002).

2.4 Pemeriksaan Diagnostik Hipertrofi ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektro kardiografi, protekin dalam urin dapat dideteksi dengan urinariksa. Dapat terjadi ketidakmampuan untuk mengonsentrasi urin dan peningkatan nitrogen urea darah. Pemeriksaan khusus seperti renogram, piologram intravena, arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah, dan penentuan kadar urin dapat juga dilakukan untuk mengindentifikasi klien dengan penyakit renovaskuler. Adanya faktor resiko lainnya juga harus dikaji dan dievaluasi. a.Hematokrit Pada penderita hipertensi kadar hematokrit dalam darah meningkat seiring dengan meningkatnya kadar natrium dalam darah. Pemeriksaan hematokrit diperlukan juga untuk mengikuti perkembangan pengobatan hipertensi.

b.Kalium Serum Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.

1. Kreatin Serum Hasil yang didapatkan dan pemeriksaan kreatinin adalah kadar kreatinin dalam darah meningkat sehingga berdampak pada fungsi ginjal.

2. Urinalisa Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal/ adanya diabetes

3. Elektrokardiogram 4. Pembesaran ventrikel kiri dan gambaran kardiomegali dapat dideteksi dengan pemeriksaan ini. Dapat juga menggambarkan apakah hipertensi telah lama beelangsung. ( Tom Smith, 1991) 5.

2.5 Penatalaksanaan Medis Tujuan penatalakasaan medis pada klien dengan hipertensi adalah menjega terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90mmHg. Efektifitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi. Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagidalam dua kategori pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggidan pengobatan penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalahkurang dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakitginjal kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit diatas.Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi.Pengaturan DietBerbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidupsehat dan atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa memperbaiki keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan: a) Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat

menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan pengurangan komsumsi

garam dapatmengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangatberpotensi sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium yangdianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garamper hari. b) Diet tinggi potassium, dapat menurunkan tekanan darah tapimekanismenya belum jelas. Pemberian Potassium secaraintravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercayadimediasi oleh nitric oxide pada dinding vascular. c) Diet kaya buah dan sayur. d) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantungkoroner. e) Tidak mengkomsumsi Alkohol

2.6 Komplikasi a. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hiposia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan. c. Gagal ginjal dapat terjadi karna kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga

tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis. d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan keruang interstisial diseluruh susunan saraf pusat. Neuron disekitarnya kolaps dan menjadi koma serta kematian. e. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsia. Bayi yang lahir mungkin memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan.

2.7 Pengkajian Keperawatan Pengkajian a. Aktivitas/istirahat 1.Gejala: Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton 2.Tanda: Frekuensi jantung meningkat,perubahan irama jantung,takipnea b. Sirkulasi 1.Gejala:  Riwayat hipertensi,aterosklerosis,penyakit jantung koroner/katup dan penyakit serebrovaskuler  Episode palpitasi 2. Tanda: 

Peningkatan tekanan darah



Nadi denyutan jelas dari karotis,jugularis,radialis,takikardia



Murmur stenosis vulvular



Distensi vena jugularis



Kulit pucat,sianosis,suhu dingin (vasokontriksi perifer)



Pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda

3. Intergritas Ego a. Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan). b. Tanda :

Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian, tangisan

meledak, otot luka tegang, menghela nafas, peningkatan pola bicara. 4. Eliminasi Gejala

: Gangguan ginjal saat ini ( seperti obstrupsi ) atau riwayat penyakit

ginjal pada masa yang lalu 5. Makanan Atau Cairan a. Gejala : 

Makanan yang disukai yang mencangkup makanan tinggi garam, lemak, serta kolestrol



Mual, muntah, danperubahan berat badan saat ini ( meningkat/ menurun)



Riwayat penggunaan diuretik

b. Tanda : 

Berat badan normal atau obesitas



Adanya edema



Glikosuria

6. Neurosensorik a. Gejala : 

Keluhan pening atau pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam)



Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur, epistakis)

b. Tanda : 

Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola atau isi bicara, efek, proses fikir



Penurunan kekuatan genggaman tangan

7. Nyeri / Ketidaknyamanan Gejala

: Angina ( penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung ), sakit kepala

8. Pernapasan a. Gejala : 

Dispnea yang berkaitan dari aktifitas atau kerja, takipnea, ortopnea, dipsnea



Batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum



Riwayat merokok

b. Tanda : 

Distres pernapasan atau penggunaan otot aksesorik pernapasan.



Bunyi nafas tambahan ( crakles / mengi )



Sianosis

9. Keamanan Gejala

: Gangguan koordinasi / cara berjalan, hipotensi postural.

10. Pembelajaran atau Penyuluhan Gejala

:

a. Faktor risiko keluarga : Hipertensi, atherosclerosis, penyakit jantung, diabetes melitus b. Faktor lain, seperti orang Afrika-Amerika, asia tenggara, penggunaan pil KB atau hormon lain, penggunaan alkohol atau obat 11. Rencana Pengulangan Bantuan dengan pemantau diri tekanan darah / perubahan dalam terapi obat.

2.8 Diagnosa Keperawatan 1. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan after load, fasokonstriksi, hipertorfi ventrikel atau rigiditas ventrikuler, isikenia miokard 2. Intolerensi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan, dan kebutuhan oksigen 3. Nyeri akut berhungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

2.8 DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. Tujuan

; Tidak terjadi kerusakan jaringan

KH

; Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau terkontrol,

Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan Intervensi ; 

Mempertahankann tirah baring selama fase akut



Pantau tanda – tanda vital



Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, Misal ; kompres dingin pada dahi, beri pijatan di leher atau punggung



Ajarkan teknik relaksasi



Hilangkan atau minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala Misal ; mengejan saat buang air besar, batuk panjang, membungkuk



Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi analgetik

b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dengan intake yang tidak adekuat ( Doengoes, 2003 ) Tujuan

; Kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi, peningkatan nafsu makan, mukosa bibir lembab tidak terjadi penurunan berat badan.

KH

; Nafsu makan dapat meningkat, dapat mengabis kan diit dari rumah

sakit, Timbang berat badan setiap hari Intervensi: 

Beri makan dalam porsi sedikit tapi sering



Kaji ulang pola makan pasien



Motivasi pasien untuk makan



Awasi pemasukan diit



Beri hygiene oral sebelum dan sesudah makan



Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemenuhan nutrisi bagi pasien

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik Tujuan

; Dapat melakukan aktivitas secara mandiri

KH

; Hasil aktivitas dapat dilakukan secara optimal, aktivitas dapat

dilakukan sendiri Intervensi ; 

Observasi keadaan umum



Kaji tingkat aktivitas pasien



Bantu pasien dalam melakukan aktivitas



Anjurkan keluarga untuk membantu pasien dalam memenuhi kebutuhab



Beri dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.

BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Identitas klien Nama

: Ny. K ,

Umur

: 65 tahun,

jenis kelamin

: perempuan,

alamat

: alasmalang winong rt 02/rw 16 Boyolali,

pendidikan

: SD,

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

3.2 Keluhan utama : Pasien mengatakan pusing, lemas.

3.3 Riwayat perawatan sekarang : 2 hari yang lalu pasien bangun tidur kemudian mata berkunang-kunang, oleh keluarga dibawa ke rumah sakit melalui IGD dan mendapat therapy infus D5% 20tpm injeksi lasik 1 amp, captopril 3 x 1 tablet. Oleh dokter dianjurkan untuk rawat inap dan dikirim di bangsal bougenvile untuk mendapat perawatan.

3.4 Pola Fungsional 1. Pola Persepsi Kesehatan Sebelum sakit : Pasien mengatakan lingkungan rumah bersih dan jauh dari jalan raya, suasana rumah tenang karena anak-anaknya sudah besar-besar dan sudah menikah. Pasien menganggap kesehatan itu penting karena hidup bila tidak sehat akan percuma. Selama sakit : Pasien mengatakan lingkungan di rumah sakit lebih ramai dari pada di rumah karena sering ada pengunjung, pasien takut bila sakitya lama sembuh tapi pasien tetap ingin sembuh karna sehat menurutnya lebih utama walaupun berapa biayanya.

2. Pola Nutrisi Sebelum sakit : Pasien mengatakan sering makan makanan pedas dan asin setiap hari dengan lauk tahu dan tempe yang digoreng, minum air putih 4-5 gelas per hari. Selama sakit : Pasien makan 3x sehari dengan komposisi nasi, sayur, lauk, sesuai diet yang diberikan di RS (rendah garam), pasien dapat menghabiskan dari posisi yang diberikan kadang mual, muntah, dan minum air putih 6-7 gelas setiap hari. 3. Pola Eliminasi Sebelum sakit :Pasien mengatakan BAB lancar sehari sekali dengan konsistensi padat, BAK 2-3 perhari lancar, warna ke kuningan, dan bau khas. Selama sakit : Pasien mengatakan bias BAB 2 hari sekali dengan konsistensi padat, BAK 5-6 x perhari dengan dengan produksi urin < 50 ml / jam, warna kekuningan dan bau khas. 4. Pola Aktivitas latihan. Sebelum sakit Kemampuan dalam perawatan diri

0

Kemampuan dalam perawatan diri



Mandi



Toileting



Berpakaian



Mobilitas ditempat tidur



Berpindah



Ambulasi ROM



1

2

3

4

1

2

3

4

Selama sakit: Kemampuan dalam perawatan diri

0

Makan / Minum

√ √

Mandi Toileting





Berpakaian Mobilitas ditempat tidur



Berpindah



Ambulansi ROM



Keterangan : 0 : Mandiri 1 : Dibantu orang lain 2 : Dengan alat bantu 3 : Dibantu orang lain dan alat 4 : Tergantung total. 5. Pola Istirahat-Tidur Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidur dari pukul 21.00 – 05.00 setiap hari kadangkadang tidur siang 1-2 jam. Selama sakit : pasien mengatakan tidak bisa tidur karena bising, bisa tidur dari pukul 23.00 sampai 04.00 selama di rumah sakit dan tidur siang 1-2 jam. 6.

Pola Persepsi-kognitif 1) Pendengaran: pendengaran pasien normal, tidak mengalami gangguan setelah dilakukan pengecekan dengan membisikan kata-kata ketelinga pasien,dan mampu mengulangi kata-kata dengan benar. 2) Penglihatan: penglihatan pasien kabur, tidak bisa menebak huruf dan angka saat dilakukan pengecekan 3) Penciuman: penciuman baik/normal, pasien mampu membedakan bau minyak kayu putih dan bau pasta gigi saat dilakukan pengecekan. 4) Pengecapan: tidak ada gangguan pada pengecapan, pasien mampu membedakan rasa manis dan tawar pada minuman the manis dan air putih. 5) Sensasi: pasien mampu membedakan sensasi halus dan kasar pada permukaan kulit (pipi,tangan dan kaki)

7. Pola Konsep-persepsi diri

Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan bisa melaksanakan aktivitas seperti biasa. Pasien tampak segan menggerakan kepala, Pasien tampak mengerutkan dahi. Pasien tampak menggenggam tangan. 8. Pola Hubungan peran Pasien sebagai nenek setiap hari mengasuh semua cucunya, hubungan dengan anak dan menantu harmonis. Selama sakit pasien tampak menghindari keributan/ kebisingan.

3.5 Pemerikan Fisik a. keadaan umum : lemah b. tingkat kesadaran : compos mentis c. tanda-tanda vital : TD 190/110 mmHg, Nadi 80 x /menit, RR: 24 x /menit, Suhu 36,20C d. Pemeriksaan head to toe 1. kepala : mesocepal. 2. rambut : banyak uban, kotor, bau keringat. 3. mata : sayup,warna kehitaman disekitar kulit mata, konjungtiva anemis, sclera kemerahan 4.

hidung : tidak ada sianosis

5. mulut : mukosa bibir lembab 6. telinga : tidak ada serumen, simetris kanan kiri 7.

leher : distensi vena jugularis 2 cm

8. dada Jantung : I : ictus cordis tampak pada intercosta space V P : ictus cordis teraba pada intercosta space V P : redup, batas jantung ICS II linea sternalis kanan- ICS II linea sternalis kiri, ICS II 2-3cm kekiri dari linea sternalis kiri, ICS IV linea sternalis kanan/kiri- ICS V mid klavikula line kiri. A : terdengar S1, S2 tunggal / regular

9. Ekstermitas : Atas

: terpasan inpus RL 20 tpm di tangan kanan, capillary refill >2 detik ( jari tangan kiri)

Bawah

: tidak ada edema, capillary refill >2 detik ( jari kaki kiri ) 10. kulit :

kuning pucat, dingin dan berkeringat

3.6 Diagnosa Keperawatan Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan masalah keperawatan yang muncul pada klien adalah : 1. Sakit kepala (nyeri akut) berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral 2.

Intoleransi aktivitas berhubungan kelemahan fisik

3.

Resiko tinggi penurunan curah jantung berhungan dengan gangguan preload.

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan a. Pada pengkajian, komunikasi terapeutik sangat diperlukan untuk memperoleh data kesehatan pasien. Dari data-data yang diperoleh selama pengkajian pada Ny.K yang sesuai dengan teori yaitu pusing, mual, pucat. b.

Analisa sintesa dapat terpecahkan dan ada sedikit yang tidak sesuai dengan teori yaitu pada data yang mengacu pada resiko penurunan curah jantung, pada kasus data yang didapat kurang begitu kuat karena masih resiko yang berarti belum terjadi masalahnya.

c. Diagnose keperawatan pada pasien hipertensi yang muncul nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan serebral, intoleransi aktivitas dan resiko penurunan curah jantung. d. Intervensi di kasus sebagian besar sama dengan teori, tetapi ada intervensi yang tidak sesuai dengan teori karena harus disesuaikan dengan keadaan pasien. e. Implementasi yang penulis lakukan sesuai dengan intervensi yang penulis rumuskan. Saat implementasi perawat bekerja sama dengan tim sehingga pendokumentasian asuhan keperawatan sangat dibutuhkan. f. Hasil evaluasi haya satu yang belum tercapai yaitu pada intoleransi aktivitas, masih perlu perawatan lebih lanjut.

4.2 Saran a. Sebaiknya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan perlu menguasai komunikasi terapeutik dengan memberikan informasi tentang penyakit serta perawatannya, sehingga dapat menambah pengetahuan pasien untuk pencegahan dan perawatannya. b. Sebaiknya perawat perlu mendokumentasikan setiap tindakan dan catatan perkembangan pasien setelah tindakan karena dengan adanya catatan ini asuhan keperawatan akan lebih terarah dan masalah yang belum teratasi dapat diketahui oleh perawat pengganti dan tim kesehatan lain untuk perawatan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA 1. World

Health

Organization.

2008.

About

Cardiovascular

Diseases.

(http://www.who.int/cardiovascular_diseases/about _cvd/en/, Diakses 10 Juli 2013). 2. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian

dan

Pengembangan

Kesehatan.

Diakses

melalui

www.litbang.depkes.go.id/rkd2013/Lapora n_Riskesdas2013.pdf 3. Anggara, & Prayitno,N (2013). Faktorfaktor yang berhubungan dengan tekanan darah

dipuskesmas telaga murni cikarang barat tahun 2012.Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Januari 2013. Diakses tanggal 29 september 2014 4. South,M., Bidjuni,H., & Malara,R., (2014). Hubungan gaya hidup dengan kejadian

hipertensi dipuskesmas kolongan kecamatan kalawat kabupaten minahasa utara, ejournal keperawatan(e-Kp) vol.2,no.1 februari 2014. diakses tanggal 29 September 2014 5. Adnyani, P.P., Sudhana, I.W. 2014. Prevalensi Dan Faktor Risiko Terjadinya

Hipertensi Pada Masyarakat Di Desa Sidemen Kecamatan Sidemen Karangasem Periode Juni-Juli 2014. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 6. Reny

Yuli Aspita.2014:Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan

Kardiovaskular.Jakarta:EGC. 7. Udjianti, &Wajan Juni (2011).Keperawatan Kardiovaskular.Jakarta:Salemba Medika 8. Muttaqin & Arif (2009).Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System

Kardiovaskuler.Jakarta:Salemba Medika 9. Dongoes, E Marilynn. 2003 : Rencana Asuhan Keperawatan.Pedoman Untuk

Pedoman Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. edisi 3 English. Jakarta: EGC.

Related Documents


More Documents from "Anonymous WZKx99"