DIARE A. Pengertian Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih dari 3 kali atau lebih dalam sehari (Depkes. RI, 2000). Diare merupakan gangguan kesehatan yang cukup sering diderita oleh anak-anak selain infeksi saluran pernapasan atas. Diare terjadi saat isi saluran cerna didorong melalui usus dengan cepat dengan sedikit waktu untuk absorsi makanan yang dicerna, air dan elektrolit. Fases yang dihasilkan menjadi encer biasanya hijau, dan berisi lemak yang tidak dicerna, karbohidrat yang tidak dicerna, dan sejumlah protein yang tidak dicerna. Kehilangan air dapat terjadi hingga sepuluh kali kecepatan normal, kehilangan bikarbonat dan kalium. Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan terutama pada anak-anak. Kurang dari 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyebab utama kematian pada diare adalah karena dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit (Sodikin, 2011). B. Penyebab diare Terjadinya diare pada balita tidak terlepas dari peran faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman enterik terutama yang berhubungan dengan interaksi perilaku ibu dalam mengasuh anak dan faktor lingkungan dimana anak tinggal. Faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu
tidak memberikan ASI ekslusif secara penuh pada bulan pertama kehidupan, memberikan susu formula dalam botol bayi, penyimpanan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan atau sebelum menyuapi anak atau sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja tinja anak, dan tidak membuang tinja dengan benar. Cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu perilaku kesehatan yang berpengaruh terhadap status kesehatan balita. Jari tangan adalah salah satu jalur masuknya virus, bakteri dan patogen penyebab diare ke makanan. Dengan pola seperti ini, salah satu bentuk perilaku efektif dan efisien dalam upaya pencegahan dan pencemaran adalah mencuci tangan menggunakan sabun (Paramita, 2011)
Selain itu Faktor yang berkaitan dengan kejadian diare pada balita yaitu faktor agent, Faktor infeksi Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak : a. Infeksi bakteri : Vibrio, Escherechia Coli, Salmonella, Shigella, Yersina, b. Infeksi Virus : Enterovirus, c. Infeksi parasit : cacing ( Ascaris, Tricuris, Oxyuris, Strongiloides), d. Infeksi protozoa : Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Thricomonas hominis, e. Infeksi jamur : Candida albicans. Factor penjamu (host), menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap diare, diantaranya, kurang gizi, munculnya penyakit infeksius, keturunan, dan imunodefisiensi. faktor lingkungan, Yang paling dominan yaitu sarana air bersih, adanya vektor, penanganan sampah, dan pembuangan tinja. Faktor Malabsorbsi a) malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intolerans laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terserang ialah intoleransi laktosa, b) Malabsorbsi lemak, c) Malabsorbsi protein, Factor makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan, Factor psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang tetapi menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar. pelayanan kesehatan. Faktor-faktor tersebut akan berinteraksi dengan perilaku manusia dan kualitas pelayanan kesehatan sehingga berpotensi menyebabkan diare (Sudaryat, 2007; Kumala, 2011).
C. Jenis Diare a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari ( umumnya kurang dari 7 hari ). Gejala dan tanda sudah berlangsung < 2 minggu sebelum datang berobat. Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
b.
Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung > 2 minggu sebelum dating berobat atau sifatnya berulang. c. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat dari disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa. d. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat dari diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolism.
D. PATOFISIOLOGI Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare non inflamasi dan Diare inflamasi. a. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah.Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear. b. Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit. Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi kelompok 1. osmotik, 2. sekretorik, 3. eksudatif dan 4. gangguan motilitas. Ad.1 Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium. Ad.2 Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik. Ad.3 Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau
bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi. Ad.4 akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit usus menjadi lebih cepat. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus. E. Pencegahan Diare Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia. Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius, tetapi efektivitas dan ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini, vaksin yang tersedia adalah untuk V. colera, dan demam tipoid. Vaksin kolera parenteral kini tidak begitu efektif dan tidak direkomendasikan untuk digunakan. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70 % efektif dan sering memberikan efek samping. Vaksin parenteral terbaru juga melindungi 70 %, tetapi hanya memerlukan 1 dosis dan memberikan efek samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral telah tersedia, hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan memberikan efikasi yang mirip dengan dua vaksin lainnya.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) “PENCEGAHAN DIARE BERULANG ” DI STIKES ESLISABETH MEDAN A. Pelaksanaan Hari/ tanggal Waktu Tempat
:kamis, 13 April 2018 : 07:30-selesai : STIKes St. Elisabeth Medan, Kelas B
B. Rencana Kegiatan Kegiatan Materi Media
: Penyuluhan kesehatan : pencegahan diare berulang : Powerpoint, leaflet
C. Pengorganinasian Moderator Operator presentator Observer
: Junita Lumbantobing : Agustina Manik : Filipus Waruwu : -Amelina Tafonao -Intan Butar-Butar - Apri Purba - Agustina Manik - Filipus Waruwu -Puspita Duha
Fasilitator
:
D. Bentuk Kegiatan Tahapan Kegiatan Penyuluhan Pembukaan
Inti
Penutup
Salam Pembuka dan perkenalan anggota Penyampaian tujuan kegiatan Menjelaskan materi tentang “pencegahan diare berulang pada anak usia toodler” Melakukan evaluasi
Waktu
Media
5 menit
30-45 menit
15 menit
LCD,
Melakukan tanya jawab Menjelaskan kesimpulan Memberikan leflet kegiatan
E. Evaluasi 1. Jelaskan pengertian dari diare! 2. Jelaskan factor penyebab dari diare! 3. Jelaskan cara pencegahan diare! F. Hasil Evaluasi G. Alat bantu yang digunakan Metode Media
: Diskusi, Tanya jawab : LCD, Laptop, leaflet