Askep Scoliosis.docx

  • Uploaded by: irmawati sumaga
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Scoliosis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 11,118
  • Pages: 56
Friday, October 3, 2008 Askep Skoliosis AsuhanKeperawatan Pada Klien Dengan Skoliosis

1. Pengertian Skoliosis adalah lengkungan atau kurvatura lateral pada tulang belakang akibat rotasi dan deformitas vertebra. Tiga bentuk skoliosis struktural yaitu : 1. Skoliosis Idiopatik adalah bentuk yang paling umum terjadi dan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu infantile, yang muncul sejak lahir sampai usia 3 tahun; anak-anak, yang muncul dari usia 3 tahun sampai 10 tahun; dan remaja, yang muncul setelah usia 10 tahun (usia yang paling umum). 2. Skoliosis Kongenital adalah skoliosis yang menyebabkan malformasi satu atau lebih badan vertebra. 3. Skoliosis Neuromuskuler, anak yang menderita penyakit neuromuskuler (seperti paralisis otak, spina bifida, atau distrofi muskuler) yang secara langsung menyebabkan deformitas. (Nettina, Sandra M.) 2. 2. Etiologi Penyebab terjadinya skoliosis diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur, penyakit tulang, penyakit arthritis, dan infeksi. Pada skoliosis berat, perubahan progresif pada rongga toraks dapat menyebabkan perburukan pernapasan dan kardiovaskuler. (Nettina, Sandra M.) Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis: 1. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu 2. Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan akibat penyakit berikut: - Cerebral palsy - Distrofi otot - Polio - Osteoporosis juvenil 3. Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui. 4. Manifestasi Kinis Gejalanya berupa: - tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping - bahu dan/atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya - nyeri punggung - kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama - skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60%) bisa menyebabkan gangguan pernafasan. Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri.

3. Patofisiologi

4. Penatalaksanaan Medis Pengobatan yang dilakukan tergantung kepada penyebab, derajat dan lokasi kelengkungan serta stadium pertumbuhan tulang. Jika kelengkungan kurang dari 20%, biasanya tidak perlu dilakukan pengobatan, tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan secara teratur setiap 6 bulan. Pada anak-anak yang masih tumbuh, kelengkungan biasanya bertambah sampai 25-30%, karena itu biasanya dianjurkan untuk menggunakan brace (alat penyangga) untuk membantu memperlambat progresivitas kelengkungan tulang belakang. Brace dari Milwaukee & Boston efektif dalam mengendalikan progresivitas skoliosis, tetapi harus dipasang selama 23 jam/hari sampai masa pertumbuhan anak berhenti. Brace tidak efektif digunakan pada skoliosis kongenital maupun neuromuskuler.

Jika kelengkungan mencapai 40% atau lebih, biasanya dilakukan pembedahan. Pada pembedahan dilakukan perbaikan kelengkungan dan peleburan tulang-tulang. Tulang dipertahankan pada tempatnya dengan bantuan 1-2 alat logam yang terpasang sampai tulang pulih (kurang dari 20 tahun). Sesudah dilakukan pembedahan mungkin perlu dipasang brace untuk menstabilkan tulang belakang. Kadang diberikan perangsangan elektrospinal, dimana otot tulang belakang dirangsang dengan arus listrik rendah untuk meluruskan tulang belakang.

5. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk ke depan sehingga pemeriksa dapat menentukan kelengkungan yang terjadi. Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau refleks. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan: # Rontgen tulang belakang. X-Ray Proyeksi Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra ; pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali. # Pengukuran dengan skoliometer (alat untuk mengukur kelengkungan tulang belakang) Skoliometer Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai. Cara pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurva pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva. Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari 5 derajat, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200 pada pengukuran cobb’s angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi yang lanjut. # MRI (jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen). E. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. PEMERIKSAAN FISIK

a. Mengkaji skelet tubuh Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertusmbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang. b. Mengkaji tulang belakang Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada) Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan) c. Mengkaji system persendian Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi d. Mengkaji system otot Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot. e. Mengkaji cara berjalan Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis. cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson). f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler. 1. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penekanan paru Tujuan: Pola napas efektif Intervensi: 1) Kaji status pernapasan setiap 4 jam 2) Bantu dan ajarkan pasien melakukan napas dalam setiap 1 jam 3) Atur posisi tidur semi fowler untuk meningkatkan ekspansi paru 4) Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi napas setiap 2 jam 5) Pantau tanda vital setiap 4 jam b. Nyeri punggung berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral Tujuan: nyeri berkurang/ hilang Intervensi: 1) Kaji tipe, intensitas, dan lokasi nyeri 2) Atur posisi yang dapat meningkatkan rasa nyaman 3) Pertahankan lingkungan yang tenang untuk meningkatkan kenyamanan 4) Ajarkan relaksasi dan teknik distraksi untuk mengalihkan perhatian, sehingga mengurangi nyeri 5) Anjurkan latihan postural secara rutin untuk memperbaiki posisi tubuh 6) Ajarkan dan anjurkan pemakaian brace untuk mengurangi nyeri saat aktivitas 7) Kolaborasi dalam pemberian analgetik untuk meredakan nyeri c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang

Tujuan: meningkatkan mobilitas fisik Intervensi: 1) Kaji tingkat mobilitas fisik 2) Tingkatkan aktivitas jika nyeri berkurang 3) Bantu dan ajarkan latihan rentang gerak sendi aktif 4) Libatkan keluarga dalam melakukan perawatan diri 5) Tingkatkan kembali ke aktivitas normal d. Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh yang miring kelateral Tujuan: meningkatkan citra tubuh Intervensi: 1) Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya 2) Beri lingkungan yang mendukung 3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi gaya koping yang positif 4) Beri harapan yang realistik dan buat sasaran jangka pendek untuk memudahkan pencapaian 5) Beri penghargaan untuk tugas yang dilakukan 6) Beri dorongan untuk melakukan komunikasi dengan orang terdekat dan memerlukan sosialisasi dengan keluarga serta teman 7) Beri dorongan untuk merawat diri sesuai toleransi e. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakitnya Tujuan: pemahaman tentang program pengobatan Intervensi: 1) Jelaskan tentang keadaan penyakitnya 2) Tekankan pentingnya dan keuntungan mempertahankan program latihan yang di anjurkan 3) Jelaskan tentang pengobatan: nama, jadwal, tujuan, dosis, dan efek sampingnya 4) Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau korset 5) Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter 2. EVALUASI KEPERAWATAN Setelah intervensi keperawatan, diharapkan: a. Pola napas efektif 1) menunjukkan bunyi napas yang normal 2) frekuensi dan irama napas teratur b. Nyeri hilang atau berkurang 1) Melaporkan tingkat nyeri yang dapat diterima 2) Memperlihatkan tenang dan rileks 3) Keseimbangan tidur dan istirahat c. Meningkatkan mobilitas fisik 1) Melakukan latihan rentang gerak secara adekuat 2) Melakukan mobilitas pada tingkat optimal 3) Secara aktif ikut serta dalam rencana keperawatan 4) Meminta bantuan jika membutuhkan d. Meningkatkan harga diri 1) Mencari orang lain untuk membantu mempertahankan harga diri 2) Secara aktif ikut serta dalam perawatan dirinya 3) Menggunakan keterampilan koping dalam mengatasi citra tubuh

e. Pemahaman pengetahuan 1) Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan, dan gejala kemajuan penyakit 2) Memperagakan pemasangan dan perawatan brace atau korset 3) Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan v Asuhan Keperawatan Pasca Operasi Skoliosis 1. Pengkajian Pengkajian pada pasien pasca operasi Skoliosis, antara lain : a. Kaji status neurovaskular b. Status pernapasan pasien, kesulitan bernapas, sianosis, takipnea, dan batuk c. Penurunan sensasi dan aktivitas motorik pada ekstremitas d. Status sirkulasi ekstremitas, perubahan warna kulit, nadi, dan suhu e. Kelurusan tubuh dan terdapatnya alat imobilisasi f. Kaji lokasi, intensitas, dan durasi nyeri g. Karakter dan jumlah drainase luka h. Drainase Hemovac jika terpasang i. Pengeluaran urine. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan mencakup darah lengkap, elektrolit, pemeriksaan radiologi spinal, dan pemeriksaan kultur urine. 2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan untuk pasien pasca operasi, diantaranya : a. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan anastesi, insisi operasi, dan nyeri. § Tujuan : Pola napas efektif § Intervensi : 1) Kaji status pernapasan setiap 2 jam. 2) Bantu dan ajarkan pasien untuk melakukan napas dalam setiap 1 jam. 3) Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi napas setiap 2 jam. 4) Pertahankan tirah baring dengan meninggikan kepala tempat tidur 30-450. 5) Pantau tanda-tanda vital tiap 2 jam untuk 8 jam pertama kemudian setiap 2 jam. 6) Beri spirometer intensif setiap 1 sampai 2 jam sekali. 7) Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk mempertahankan rasa nyaman, sehingga dapat meningkatkan pernapasan. b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan status puasa atau/dan kehilangan cairan abnormal. § Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan atau volume cairan seimbang. § Intervensi : 1) Pertahankan puasa. 2) Beri cairan parenteral dengan elektrolit sesuai program.

3) Sambungkan selang nasogastrik dan alat penghisap intermiten. 4) Jika terpasang nasogastrik, lakukan irigasi dengan cairan salin normal yang jumlahnya telah diukur untuk mempertahankan kepatenan. 5) Sambungkan kateter uretral menetap dan sistem drainase gravitasi tertutup. 6) Pantau pengeluaran urine setiap jam. Jika kurang dari 20-30 ml/jam, lapor dokter. 7) Ukur masukkan dan keluaran cairan setiap 8 jam. 8) Observasi tanda dehidrasi : turgor kulit, mukosa mulut. 9) Pantau balutan untuk adanya drainase setiap jam untuk 24 jam pertama, kemudian tiap 4 jam. 10) Pantau Hb, Ht, dan elektrolit. 11) Lakukan hygiene naso-oral setiap jam ; pertahankan agar tetap lembab. 12) Pantau TTV setiap 4 jam. 13) Auskultasi bising usus tiap 8 jam, lapor dokter jika sudah terdengar. 14) Observasi terhadap kemungkinan distensi abdomen. 15) Beri diet sesuai toleransi jika bising usus telah terdengar atau nasogastrik dikelem/dilepaskan. 16) Beri cairan peroral secara bertahap, tingkatkan dengan diet lunak kemudian dengan diet biasa. 17) Lepaskan uretra menetap sesuai indikasi. 18) Beri pelunak feses sesuai program. c. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif dan menurunnya pertahanan primer. § Tujuan : Tidak terjadi infeksi § Intervensi : 1) Pantau TTV tiap 4 jam. 2) Pantau balutan setiap 2 jam selam 24 jam pertama, kemudian setiap 4 jam pertama. 3) Ganti balutan luka operasi secara aseptic teinik sesuai program. 4) Observasi tanda infeksi dari luka operasi. 5) Lapor dokter jika ada pengeluaran (darah, nanah) berlebihan dari luka. 6) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, eritrosit, dan kultur cairan yang keluar jika ada indikasi. 7) Kolaborasi dalam pemberian antibiotic sesuai program. d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuluskeletal dan nyeri. § Tujuan : Mobilitas fisik dipertahankan. § Intervensi : 1) Pertahankan tirah baring biasanya pada posisi telentang/telungkup. 2) Pertahankan imobilisasi spinal. 3) Pertahankan kesejajaran tubuh selama prosedur ; jangan fleksikan lutut terlalu jauh. 4) Tinggikan kepala tempat tidur 30-450. 5) Kaji aktivitas motorik, sensasi, warna kulit, nadi dan suhu ekstremitas bawah tiap 4 jam. 6) Laporkan pada dokter jika terjadi perubahan. 7) Balik pasien hanya jika ada instruksi. Beri obat penurun nyeri sebelum membalikkan pasien. 8) Saat membalikkan pasien sangga tungkai pasien diantara kedua lutut menggunakan bantal, sangga kepala dan punggung dengan bantal kecil, kemudian balik pasien dalam 1 gerakan kontinyu. 9) Lepaskan alat imobilisasi sesuai program dan periksa adanya gangguan integritas kulit. 10) Seimbangkan antara aktivitas dengan istirahat. 11) Tingkatkan aktivitas sesuai program. 12) Bantu dan ajarkan pasien melakukan rentang gerak pasif dan aktif setiap 4 jam sesuai indikasi. e. Nyeri berhubungan dengan intervensi operasi.

§ Tujuan : Nyeri teratasi. § Intervensi : 1) Kaji lokasi, tipe, dan intensitas nyeri ; gunakan skala nyeri. 2) Bantu pasien dalam mengganti posisi dan mempertahankan kesejajaran tubuh untuk meningkatkan rasa nyaman. 3) Beri dorongan pada pasien untuk melakukan aktivitas hiburan. 4) Ajarkan dan anjurkan melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri. 5) Beri analgesic sebelum melakukan aktivitas. f. Tidak efektifnya regimen terapeutik berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pelaksanaan perawatan di rumah. § Tujuan : Pasien mendapatkan pemahaman tentang penatalaksanaan perawatan di rumah. § Intervensi : 1) Tekankan pentingnya akivitas, latihan, pantangan yang telah diprogramkan, derajat akivitas, dan perawatan diri yang diperbolehkan. 2) Jelaskan perlunya mempertahankan kesejajaran tubuh yang baik. 3) Latihan rentang gerak sendi sesuai yang diperbolehkan. 4) Jangan melakukan pengangkatan beban yang berat, latihan yang berlebihan, mengendarai kendaraan, menunduk/membungkuk. 5) Jelaskan perlunya matras padat dengan papan tempat tidur. 6) Jelaskan tentang diet dan masukkan cairan yang adekuat. 7) Jelaskan tentang pengobatan : nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek samping. 3. Evaluasi Keperawatan Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan : 1. Pola napas tefektif Menunjukkan bunyi napas yang normal. 2. Kebutuhan volume cairan normal Menunjukkan tanda vital yang stabil. 3. Tidak terjadi infeksi Menunjukkan luka operasi tetap bersih, kering, dan utuh. 4. Mobilitas fisik kembali normal Mencapai kembali mobilitas sampai tingkat optimal. 5. Nyeri reda Melaporkan nyeri dalam tingkat yang dapat ditoleransi.

Pengertian Tentang Penyakit Scoliosis - Mungkin sebagian sobat ada yang belum tau apa itu Scoliosis? Suatu penyakit kelainan pada tulang yang biasanya akibat terlalu lama duduk atau mengangkat beban berat setiap hari. Lalu apa itu scoliosis dan apa penyebabnya? Iseng search di google nemu artikel menarik tentang Scoliosis, coba tulis disini juga, Pengertian tentang Scoliosis dan penyebabnya. Silahkan langsung dibaca aja..

# Pengertian Scoliosis Scoliosis adalah kelainan yang menyebabkan lekukan abnormal pada tulang belakang. Penderita scoliosis memiliki tulang punggung berbentuk "S" atau "C" dan kondisi ini bisa terjadi pada pria dan wanita. - See more at: http://www.ariepinoci.web.id/2013/03/pengertiantentang-penyakit-scoliosis.html#sthash.zQQi3s1F.dpuf

Penyebab Scoliosis Meski 75-85 persen penyebab scoliosis merupakan idiofatik atau kelainan yang tidak diketahui penyebabnya, namun sebanyak 15-25 persen kondisi scoliosis disebabkan oleh beberapa hal seperti: *1. Faktor Genetik Kalo ada keluarga yg memiliki riwayat scoliosis, maka anak keturunannya lebih berisiko mengalami scoliosis juga. *2. Trauma Waktu Kecil Tingginya aktivitas di masa kanak-kanak hingga membuat anak tersebut terjatuh saat bermain hingga mengalami trauma, bisa menyebabkan scoliosis saat remaja. Pada beberapa remaja, scoliosis kerap diabaikan karena gak ada gejala apa pun yg menyertainya. Tapi kondisi ini akan terlihat dari postur tubuh yg gak proporsional seperti bengkok, miring, dan sebagainya.

Kondisi scoliosis pada usia remaja patut diwaspadai dan ditangani sejak dini agar penambahan sudut scoliosis yang lebih besar bisa dihindari. *3. Berada di Satu Posisi Terlalu Lama Pekerjaan kantor yg menuntut kita untuk duduk berjam-jam dalam posisi yg salah juga bisa menjadi pemicu scoliosis. Apalagi kalo kondisi ini berlangsung dalam hitungan tahun yg mengakibatkan pertumbuhan tulang menjadi gak normal. *4. Panjang Kaki Kurang Simetris Saat panjang kaki gak simetris, maka orang yg bersangkutan akan cenderung bertumpu menggunakan kaki yg lebih pendek saat mengangkat beban. Kalo terjadi dalam waktu yg lama, maka bisa mempengaruhi bentuk tulang belakang dan terjadi scoliosis. # Gejala-gejala Scoliosis Berikut ini beberapa gejala umum yang menyertai kondisi scoliosis: - Salah satu tulang bahu lebih tinggi/menonjol - Kepala terlihat gak lurus dengan panggul - Tubuh condong ke satu sisi - Berjalan miring - Mudah lelah dan nyeri otot karena postur tubuh yang kurang simetris - See more at: http://www.ariepinoci.web.id/2013/03/pengertian-tentang-penyakitscoliosis.html#sthash.zQQi3s1F.dpuf Penanganan Scoliosis Ada Dua metode umum yang sering digunakan untuk mengurangi scoliosis, berikut penjelasannya: *1. Penggunaan Brace (Penyangga) Brace digunakan untuk menyangga tulang belakang yg mengalami scoliosis. Penggunaan brace biasanya direkomendasikan oleh dokter dan gak bisa dibeli secara bebas. Kelemahan metode ini adalah, banyak pasien yg mengeluh karena panas, berat, dan kadang mengalami gatal-gatal akibat iritasi kulit saat mengenakan brace, sehingga hasil penggunaan brace jadi gak maksimal. *2. Sports Therapy Alternatif lain untuk mengatasi scoliosis adalah menggunakan metode sports therapy. Sports therapy merupakan metode pengobatan menggunakan latihan terukur bagi penderita scoliosis. Sports therapy biasanya akan diberikan selama 15-20 menit setiap hari dengan pola latihan tertentu. Menggabungkan sports theraphy dengan penggunaan brace juga biasa dilakukan untuk mempercepat perbaikan tulang punggung pasien. # Peringatan: Penting untuk diperhatikan bahwa penderita scoliosis wajib menjaga berat badannya di angka normal. Kelebihan berat badan hanya akan memperparah kondisi scoliosis dan memperlambat proses penyembuhan. - See more at: http://www.ariepinoci.web.id/2013/03/pengertian-tentang-penyakitscoliosis.html#sthash.zQQi3s1F.dpuf

SKOLIOSIS I. PENDAHULUAN Skoliosis berasal dari bahasa Yunani yaitu “Crookednes” atau kebengkokan. Skoliosis mempengaruhi ikatan sendi dan otot yang mengenai tulang belakang, yang menyebabkan tulang belakang, tulang rusuk dan tulang panggul bengkok. Banyak penyebab yang berbeda dari scoliosis. Sebagian besar deformitas skoliosis adalah idiopatik (penyebab tidak diketahui). Namun yang lain dapat kongenital disertai dengan gangguan atau sindroma neuromuscular, atau kompensator dari ketidakcocokan panjang kaki atau kelainan intraspinal. Seringkali seseorang dengan skoliosis telah mengalami kondisi ini sejak masa kanak-kanak, namun karena skoliosis berkembang sangat cepat, kebanyakan kasus skoliosis tidak terdiagnosa sampai usia 10-14 tahun. Pada skoliosis, tulang belakang melengkung abnormal dari sisi ke sisi menyerupai bentuk “S”, dapat dilihat ketika kelengkungannya semakin parah dan juga mengakibatkan ketidaknyamanan. Jika kelengkungannya sudah menjadi sangat parah akhirnya dapat menganggu fungsi pernafasan dan jantung. Juga dapat merusak persendian tulang belakang serta rasa sakit di masa tua. Kebanyakan pasien dengan skoliosis diobati tanpa melalui tindakan operasi, walaupun terkadang operasi dibutuhkan. Pengobatan skoliosis lebih efektif bila penyebab diketahui lebih dini. II. DEFINISI Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang di bidang frontal yang abnormal ke arah samping yang dapat terjadi pada segmen cervical (leher), thoracal (punggung), maupun lumbal (pinggang). Kurva yang terbentuk mungkin cembung ke kanan (lebih sering pada kurva level dada) atau ke kiri (lebih umum pada kurva punggung bawah). Tulang belakang mungkin berputar sekitar sumbunya, merusak bentuk tulang iga. Skoliosis sering diasosiasikan dengan kifosis dan punggung melengkung. Secara sederhana, skoliosis terbagi menjadi 2 jenis, yaitu : 1)

Skoliosis Struktural :

Terjadi kelengkungan atau rotasi tulang belakang ke arah samping pada satu sisi dan termasuk jenis skoliosis terburuk oleh karena dapat menjadi progresif. Skoliosis struktural dibagi menjadi : a) Idiopatik skoliosis b) Congenital c) Neuromuskular 2)

Skoliosis Fungsional :

Terjadi kelengkungan namun tidak terfiksasi dan tidak progresif. Skoliosis fungsional ini adalah skoliosis sekunder terhadap ketidaksesuaian panjang lengan. Skoliosis dapat diukur dari derajat kelengkungannya. Orang yang menderita skoliosis dengan kelengkungan < 25° diperkirakan hanya akan mengalami asimetri pada arah tulang belakang saja. Pada anak-anak yang mengalami kelengkungan dengan derajat yang cukup besar maka dapat mengalami kelengkungan antara 25°-40° dan dapat mengalami kelainan bentuk selama masa pertumbuhannya. Penderita skoliosis dengan kelengkungan sebesar 300 pada masa remaja dapat mengalami kelengkungan yang semakin meningkat hingga mencapai 600. Itulah sebabnya penderita skoliosis harus segera menjalani terapi-terapi pengobatan atau treatment lainnya yang cukup bermanfaat untuk menghindari prognosa yang buruk

III. EPIDEMIOLOGI Pada suatu populasi, hampir 2%nya mengalami kelainan tulang belakang, yaitu skoliosis. Kelainan tulang belakang ini, skoliosis, juga dapat disebabkan secara kongenital. Jika ada salah satu anggota keluarga mengalami skoliosis, kemungkinan akan terjadinya skoliosis pada anggota keluarga lain akan semakin besar (sekitar 20%). Dari seluruh kasus skoliosis yang terjadi, 85% di antaranya berupa skoliosis non reversible, yang penyebabnya tidak diketahui atau disebut juga dengan skoliosis idiopatik. Skoliosis idiopatik terbagi dalam empat kelompok, yaitu: jenis infantile yang muncul pada bayi sejak lahir hingga usia 3 tahun, jenis juvenile yang terdapat pada anak usia 3 tahun hingga usia awal pubertas, jenis adolescent yang terdapat pada remaja usia pubertas hingga akhir pubertas (akhir masa pertumbuhan), dan jenis adult yang terdapat pada usia di atas 20 tahun. Sekitar 4% dari seluruh anak-anak usia 10 tahun hingga 14 tahun mengalami skoliosis. Dan 40 % sampai 60% di antaranya ditemukan pada anak perempuan. Pada remaja wanita juga sering terjadi skoliosis yang menyebabkan nyeri dan radang sendi punggung. IV. PENYEBAB

Skoliosis terlihat sebagai komplikasi dari banyak penyakit neuromuskular. Kelainan bentuk skoliosis dapat terjadi secara struktural atau fungsional. Terdapat 3 penyebab terjadinya skoliosis : 1)

Congenital (bawaan) :

Biasanya berhubungan dengan suatu kelainan pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu. Skoliosis congenital sekunder terhadap perkembangan vertebra yang abnormal. Anomali dapat disebabkan oleh kegagalan pembentukan vertebra parsial. Anomali yang paling lazim dari kategori ini adalah hemivertebra. Malformasi vertebra juga bisa disebabkan oleh kegagalan segmentasi, yang paling jelas adalah batang unilateral yang tidak bersegmen. Anomali-anomali vertebra ini dapat menyebabkan skoliosis struktural nyata sejak kehidupan dini. Batang unilateral yang tidak berseragam, terutama mempunyai resiko progresivitas lengkung yang cepat. Skoliosis congenital dapat berhubungan dengan anomali congenital dari sistem organ-organ lain terutama ginjal dan jantung.

Gambar : Skoliosis kongenital pada bayi laki-laki usia 13 bulan 2) Neuromuskuler Pengendalian otot yang buruk atau kelemahan / kelumpuhan akibat beberapa penyakit berikut : a) Cerebral Palsy b) Distrofi otot c) Polio d) Osteoporosis juvenile

Gambar Skoliosis Neuromuskuler 3) Idiopatik Penyebabnya tidak diketahui. Dapat diperoleh melalui beberapa ciri genetik. Bentuk skoliosis ini tampak pada tulang belakang yang sebelunya tumbuh lurus selama bertahun-tahun. Skoliosis idiopatik dapat melumpuhkan anak-anak (paling banyak menyerang bayi laki-laki antara lahir sampai usia 3 tahun), anak muda (menyerang kedua jenis kelamin antara 4-10 tahun), atau orang dewasa (biasanya menyerang anak perempuan usia 10 sampai usia subur). Skoliosis idiopatik bertambah parah selama pertumbuhan. Kelaianan ini biasanya asimptomatik pada usia remaja, tetapi kurvatura berat dapat menimbulkan gangguan fungsi paru atau nyeri pinggang bagian bawah pada tahun-tahun selanjutnya.

V. GAMBARAN ANATOMI Secara Anatomis, penderita skoliosis menderita berbagai kelainan, seperti : 1. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping. 2. Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya.

3. Mengalami nyeri punggung 4. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan lebih besar) dapat menyebabkan gangguan pernafasan. Lokasi terjadinya skoliosis pada umumnya di daerah sekitar rongga dada atau pada rongga dada hingga daerah pinggang. Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok dan pada tulang punggung bagian bawah, tulang belakang melengkung ke kiri, sehingga bahu kanan tampak lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri.

Gambar: Berbagai contoh lokasi skoliosis VI. DIAGNOSA A. Anamnesa Pasien datang dengan keluhan kosmetik karena terdapat perbedaan antara bahu kanan dan kiri, Pada Skoliosis jarang yang mengeluh tidak nyaman atau nyeri, tetapi pada skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60°) bisa menyebabkan gangguan pernafasan karena menurunkan kapasitas paru-paru, selain itu juga dapat terjadi sakit punggung, sakit pada pinggang dan paha, radang tulang belakang degeneratif, gangguan sendi, gangguan jantung, kesulitan jalan. Bila skoliosis disebabkan oleh tumor atau lesi pada spinal cord dapat menimbulkan nyeri punggung. Biasanya terjadi kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama. Pertanyaan yang sebaiknya ditanyakan pada pasien antara lain : 1. “Pada umur berapa kelengkungan tulang belakang pertama kali terlihat?” (Penting untuk menentukan prognosis dan derajat keparahan skoliosis) 1. “Siapa yang pertama kali mengetahuinya?”

(orang tua/guru/dokter) 1. 1. “Bagaimana keadaan ibunya ketika sedang mengandung dulu?” (apakah ada kelainan atau suatu masalah ketika kehamilan dulu) 1. 1. “Apakah pasien mengalami perkembangan yang normal?” (berjalan, berbicara) 1. 1. “Apakah ada riwayat keluarga yang menderita Skoliosis Atau masalah tulang belakang lainnya?” (karena 20 % akan mewarisi kelainan ini, bila dalam keluarganya ada yang menderita skoliosis) 1. 1. “Apakah pasien mengalami nyeri punggung?” (Biasanya Soliosis pada anak atau remaja tidak menimbulkan nyeri.Bila terdapat nyeri,pemerikan selanjutnya harus dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan yang lain.) B. Inspeksi Terdapat ciri- ciri penting, yaitu : 1. 1. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping. 2. Bahu kanan dan bahu kiri tidak simetris. Bahu kanan lebih tinggi daripada bahu kiri. 3. Pinggang yang tidak simetris, salah satu pinggul lebih tinggi atau lebih menonjol daripada yang lain. 4. Ketika membungkuk ke depan, terlihat dadanya tidak simetris. 5. Badan miring ke salah satu sisi, paha kirinya lebih tinggi daripada paha kanan . 6. Ketika memakai baju, perhatikan lipatan baju yang tak rata ,batas celana yang tak sama panjang. 7. Untuk Skoliosis yg Idiopatik kemungkinan terdapat kelainan yang mendasarinya, misalnya neurofibromatosis yang harus diperhatikan adalah bercak “café au lait” atau Spina Bifida yang harus memperhatikan tanda hairy patches (sekelompok rambut yg tumbuh di daerah pinggang). 8. Pasien berjalan dengan kedua kaki lebar. 9. Perut menonjol. 10. Sedangkan pada kasus yang berat dapat menyebabkan : 1. i. Kepala agak menunduk ke depan 2. ii. Punggung lurus dan tidak mobile

3. iii.

Pangggul yang tidak sama tinggi

Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri. Selain itu pada inspeksi dapat dilihat bila penderita disuruh membungkuk maka akan terlihat perbedaan secara nyata ketinggian walaupun dalam keadaan tegap bisa dalam keadaan normal. C. Palpasi “The Adam’s Forward Bending test” Pemeriksaan dilakukan dengan melihat pasien dari belakang yaitu dengan menyuruhnya membungkuk 90° ke depan dengan lengan menjuntai ke bawah dan telapak tangan berada pada lutut.. Temuan abnormal berupa asimetri ketinggian iga atau otot-otot paravertebra pada satu sisi, menunjukan rotasi badan yang berkaitan dengan kurvatura lateral. Skoliosis torakalis kanan akan menunjukkan lengkung konveks ke kiri pada daerah torak yang merupakan tipe kurva idiopatik yang umum. Deformitas tulang iga dan asimetri garis pinggang tampak jelas pada kelengkungan 30° atau lebih. Jika pasien dilihat dari depan asimetri payudara dan dinding dada mungkin terlihat. Tes ini sangat sederhana, hanya dapat mendeteksi kebengkokannya saja tetapi tidak dapat menentukan secara tepat kelainan bentuk tulang belakang. Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau reflex.

D. Pemeriksaan Penunjang 

Rontgen tulang belakang / plain foto



Test

a. Metode Cobb Test ini digunakan untuk mengukur sudut kelengkungan dari tulang belakang . Caranya: Mengukur sudut Cobb dengan menggambar garis tegak lurus dari lempeng superior dari vertebra paling atas pada lengkungan (mengukur dari puncak T9 ) Dan garis tegak lurus dari lempeng akhir inferior vertebra paling bawah dari lengkungan (mengukur dari alas L3 ) -

Perpotongan dari kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur.

ujung

Gambar Metode Cobb VII. PENGOBATAN Jenis terapi yang dibutuhkan untuk skoliosis tergantung pada banyak faktor. Sebelum menentukan jenis terapi yang digunakan, dilakukan observasi terlebih dahulu. Terapi disesuaikan dengan etiologi,umur skeletal, besarnya lengkungan, dan ada tidaknya progresivitas dari deformitas. Keberhasilan terapi sebagian tergantung pada deteksi dini dari skoliosis. A. Obat Tujuan pemberian obat adalah untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan kemungkinan infeksi baik dari alat ataupun pembedahan, bukan untuk mengobati skoliosis. Obat yang digunakan antara lain : 1. Analgesik   

Asam Asetil Salisilat 3 x 500 mg Paracetamol 3 x 500 mg Indometacin 3 x 25 mg

2. NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drug) B. Physical Therapy Programe 1. Heat Therapy, dengan cara mengompres 2. Alat penyangga, digunakan untuk skoliosis dengan kurva 25°-40° dengan skeletal yang tidak matang (immature). Alat penyangga tersebut antara lain : “Penyangga Milwaukee” Alat ini tidak hanya mempertahankan tulang belakang dalam posisi lurus, tetapi alat ini juga mendorong pasien agar menggunakan otot-ototnya sendiri untuk menyokong dan mempertahankan proses perbaikan tersebut. Penyangga harus dipakai 23 jam sehari. Alat penyangga ini harus terus digunakan terus sampai ada bukti objektif yang nyata akan adanya kematangan rangka dan berhentinya pertumbuhan tulang belakang selanjutnya.

Gbr. Alat penyangga Milwaukee untuk meluruskan tulang belakang pada anak yang bertumbuh “Penyangga Boston” Suatu penyangga ketiak sempit yang memberikan sokongan lumbal atau torakolumbal yang rendah. Penyangga ini digunakan selama 16-23 jam sehari sampai skeletalnya matur. Terapi ini bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki deformitas yang tidak dikehendaki oleh pasien.

Gbr. Alat penyangga Boston dapat digunakan pada skoliosis bagian lumbal atau torakolumbal. 3. Terapi Stimulasi Otot-Otot Skoliosis Kunci dari terapi ini adalah rehabilitasi dari otot dan ligamen yang menyangga tulang belakang. Rehabilitasi otot harus melalui sistem saraf pusat dengan tujuan agar pasien dapat meningkatkan kekuatan otot sehingga otot dapat menyangga tulang belakang dengan posisi yang benar tanpa bantuan alat penyangga.

Gambar. Terapi stimulasi otot-otot skoliosis C. Tindakan Pembedahan Umumnya, jika kelengkungan lebih dari 40 derajat dan pasien skeletalnya imatur, operasi direkomendasikan. Lengkung dengan sudut besar tersebut, progresivitasnya meningkat secara bertahap, bahkan pada masa dewasa. Tujuan terapi bedah dari skoliosis adalah memperbaiki deformitas dan mempertahankan perbaikan tersebut sampai terjadi fusi vertebra. Beberapa tindakan pembedahan untuk terapi skoliosis antara lain : 1. Penanaman Harrington rods (batangan Harrington) Batangan Harrington adalah bentuk peralatan spinal yang dipasang melalui pembedahan yang terdiri dari satu atau sepasang batangan logam untuk meluruskan atau menstabilkan tulang belakang dengan fiksasi internal. Peralatan yang kaku ini terdiri dari pengait yang terpasang pada daerah mendatar pada kedua sisi tulang vertebrata yang letaknya di atas dan di bawah lengkungan tulang belakang. Keuntungan utama dari penggunaan batangan Harrington adalah dapat mengurangi kelengkungan tulang belakang ke arah samping (lateral), pemasangannya relatif sederhana dan komplikasinya rendah. Kerugian utamanya adalah setelah pembedahan memerlukan pemasangan gips yang lama. Seperti pemasangan pada spinal lainnya , batangan Harrington tidak dapat dipasang pada penderita osteoporosis yang signifikan.

Gambar. Tindakan operasi 2. Pemasangan peralatan Cotrell-Dubousset Peralatan Cotrell-Dubousset meliputi pemasangan beberapa batangan dan pengait untuk menarik, menekan, menderotasi tulang belakang. Alat yang dipasang melintang antara kedua batangan untuk menjaga tulang belakang lebih stabil. Pemasangan peralatan Cotrell-Dubousset spinal dikerjakan oleh dokter ahli bedah yang berpengalaman dan asistennya

. Dx kep. Nyeri kronik b.d ketidakmampuan fisik kronik Isolasi sosial b.d gangguan penampilan fisik

KONSEP MEDIS 1. Definisi Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi patologik. Skoliosis merupakan masalah ortopedik yang sering terjadi adalah pelengkungan lateral dari medulla spinalis yang dapat terjadi di sepanjang spinal tersebut. Pelengkungan pada area toraks merupakan scoliosis yang paling sering terjadi, meskipun pelengkungan pada area servikal dan area lumbal adalah scoliosis yang paling parah. Kesimpulan, skoliosis mengandung arti kondisi patologik yaitu kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping (kiri atau kanan ). Skoliosis merupakan pembengkokan kearah samping dari tulang belakang yang merupakan suatu deformitas (kelainan) daripada suatu penyakit. Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan.Kelainan skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana.Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luarbiasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan sturktur penyokong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007).Skoliosis ini biasanya membentuk kurva “C” atau kurva “S”. Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang).Skolisis merupakan penyakit tulang belakang yang menjadi bengkok ke samping kiri atau kanan sehingga wujudnya merupakan bengkok benjolan yang dapat dilihat dengan jelas dari arah belakang.Penyakit ini juga sulit untuk dikenali kecuali setelah penderita meningkat menjadi dewasa (Mion, Rosmawati, 2007).

1. Klasifikasi Skoliosis dibagi dalam dua jenis yaitu struktural dan bukan struktural. 1. Skoliosis struktural Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel ( tidak dapat di perbaiki ) dan dengan rotasi dari tulang punggung Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi vertebra, processus spinosus memutar kearah konkavitas kurva. Tiga bentuk skosiliosis struktural yaitu :

1. Skosiliosis Idiopatik. adalah bentuk yang paling umum terjadi dan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok : 1)

Infantile : dari lahir-3 tahun.

2)

Anak-anak : 3 tahun – 10 tahun.

3)

Remaja : Muncul setelah usia 10 tahun ( usia yangpaling umum ). 1. Skoliosis Kongenital adalah skoliosis yang menyebabkan malformasi satu atau lebih badan vertebra. 2. Skoliosis Neuromuskuler, anak yang menderita penyakit neuromuskuler (seperti paralisis otak, spina bifida, atau distrofi muskuler) yang secara langsung menyebabkan deformitas. 2. Skoliosis nonstruktural ( Postural )

Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula), dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung..Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang. Ada tiga tipe-tipe utama lain dari scoliosis : 1. Functional: Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu lekukan abnormal berkembang karena suatu persoalan ditempat lain didalam tubuh. Ini dapat disebabkan oleh satu kaki adalah lebih pendek daripada yang lainnya atau oleh kekejangan-kekejangan di punggung. 2. Neuromuscular: Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-tulang dari spine terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk membentuk sepenuhnya, atau mereka gagal untuk berpisah satu dari lainnya.Tipe scoliosis ini berkembang pada orang-orang dengan kelainn-kelainan lain termasuk kerusakan-kerusakan kelahiran, penyakit otot (muscular dystrophy), cerebral palsy, atau penyakit Marfan. Jika lekukan hadir waktu dilahirkan, ia disebut congenital. Tipe scoliosis ini seringkali adalah jauh lebih parah dan memerlukan perawatan yang lebih agresif daripada bentuk-bentuk lain dari scoliosis. 3. Degenerative: Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari scoliosis yang ditemukan pada anak-anak dan remaja-remaja, degenerative scoliosis terjadi pada dewasa-dewasa yang lebih tua. Ia disebabkan oleh perubahan-perubahan pada spine yang disebabkan oleh arthritis. Kelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-jaringan lunak lain yang normal dari spine digabungkan dengan spur-spur tulang yang abnormal dapat menjurus pada suatu lekukan dari spine yang abnormal. 4. Lain-Lain: Ada penyebab-penyebab potensial lain dari scoliosis, termasuk tumortumor spine seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang dapat terjadi pada spine dan menyebabkan nyeri/sakit.Nyeri menyebabkan orang-orang untuk bersandar pada sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah dari tekanan yang diterapkan pada tumor.Ini dapat menjurus pada suatu kelainan bentuk spine.

1. Etiologi Penyebab terjadinya skoliosis belum diketahui secara pasti, tapi dapat diduga dipengaruhi oleh diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur, penyakit tulang, penyakit arthritis, dan infeksi.Scoliosis tidak hanya disebabkan oleh sikap duduk yang salah. Menurut penelitian di Amerika Serikat, memanggul beban yang berat seperti tas punggung, bisa menjadi salah satu pemicu scoliosis. Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis: 1) Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatuh. 2) Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan akibat penyakit berikut :Cerebral palsy, Distrofi otot, Polio, Osteoporosis juvenile. 3)

Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.

1. Gejala Klinis Gejala yang ditimbulkan berupa: 1)

Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping

2)

Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya

3)

Nyeri punggung

4)

Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama

5) Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60 ) bisa menyebabkan gangguan pernafasan.

Asuhan Keperawatan Skoliosis By: annasudariana1993 May 25 2014

Category: Uncategorized Leave a comment BAB I KONSEP MEDIS

1. Definisi Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi patologik. Skoliosis merupakan masalah ortopedik yang sering terjadi adalah pelengkungan lateral dari medulla spinalis yang dapat terjadi di sepanjang spinal tersebut. Pelengkungan pada area toraks merupakan scoliosis yang paling sering terjadi, meskipun pelengkungan pada area servikal dan area lumbal adalah scoliosis yang paling parah. Kesimpulan, skoliosis mengandung arti kondisi patologik yaitu kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping (kiri atau kanan ). Skoliosis merupakan pembengkokan kearah samping dari tulang belakang yang merupakan suatu deformitas (kelainan) daripada suatu penyakit. Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan.Kelainan skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana.Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luarbiasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan sturktur penyokong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007).Skoliosis ini biasanya membentuk kurva “C” atau kurva “S”. Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang).Skolisis merupakan penyakit tulang belakang yang menjadi bengkok ke samping kiri atau kanan sehingga wujudnya merupakan bengkok benjolan yang dapat dilihat dengan jelas dari arah belakang.Penyakit ini juga sulit untuk dikenali kecuali setelah penderita meningkat menjadi dewasa (Mion, Rosmawati, 2007).

1. Klasifikasi Skoliosis dibagi dalam dua jenis yaitu struktural dan bukan struktural. 1. Skoliosis struktural Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel ( tidak dapat di perbaiki ) dan dengan rotasi dari tulang punggung Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi vertebra, processus spinosus memutar kearah konkavitas kurva. Tiga bentuk skosiliosis struktural yaitu : 1. Skosiliosis Idiopatik. adalah bentuk yang paling umum terjadi dan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1)

Infantile : dari lahir-3 tahun.

2)

Anak-anak : 3 tahun – 10 tahun.

3)

Remaja : Muncul setelah usia 10 tahun ( usia yangpaling umum ). 1. Skoliosis Kongenital adalah skoliosis yang menyebabkan malformasi satu atau lebih badan vertebra. 2. Skoliosis Neuromuskuler, anak yang menderita penyakit neuromuskuler (seperti paralisis otak, spina bifida, atau distrofi muskuler) yang secara langsung menyebabkan deformitas. 2. Skoliosis nonstruktural ( Postural )

Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula), dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung..Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang.

Ada tiga tipe-tipe utama lain dari scoliosis : 1. Functional: Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu lekukan abnormal berkembang karena suatu persoalan ditempat lain didalam tubuh. Ini dapat disebabkan oleh satu kaki adalah lebih pendek daripada yang lainnya atau oleh kekejangan-kekejangan di punggung. 2. Neuromuscular: Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-tulang dari spine terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk membentuk sepenuhnya, atau mereka gagal untuk berpisah satu dari lainnya.Tipe scoliosis ini berkembang pada orang-orang dengan kelainn-kelainan lain termasuk kerusakan-kerusakan kelahiran, penyakit otot (muscular dystrophy), cerebral palsy, atau penyakit Marfan. Jika lekukan hadir waktu dilahirkan, ia disebut congenital. Tipe scoliosis ini seringkali adalah jauh lebih parah dan memerlukan perawatan yang lebih agresif daripada bentuk-bentuk lain dari scoliosis. 3. Degenerative: Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari scoliosis yang ditemukan pada anak-anak dan remaja-remaja, degenerative scoliosis terjadi pada dewasa-dewasa yang lebih tua. Ia disebabkan oleh perubahan-perubahan pada spine yang disebabkan oleh arthritis. Kelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-jaringan lunak lain yang normal dari spine digabungkan dengan spur-spur tulang yang abnormal dapat menjurus pada suatu lekukan dari spine yang abnormal. 4. Lain-Lain: Ada penyebab-penyebab potensial lain dari scoliosis, termasuk tumortumor spine seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang dapat terjadi pada spine dan menyebabkan nyeri/sakit.Nyeri menyebabkan orang-orang untuk bersandar pada sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah dari tekanan yang diterapkan pada tumor.Ini dapat menjurus pada suatu kelainan bentuk spine.

1. Etiologi

Penyebab terjadinya skoliosis belum diketahui secara pasti, tapi dapat diduga dipengaruhi oleh diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur, penyakit tulang, penyakit arthritis, dan infeksi.Scoliosis tidak hanya disebabkan oleh sikap duduk yang salah. Menurut penelitian di Amerika Serikat, memanggul beban yang berat seperti tas punggung, bisa menjadi salah satu pemicu scoliosis. Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis: 1) Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatuh. 2) Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan akibat penyakit berikut :Cerebral palsy, Distrofi otot, Polio, Osteoporosis juvenile. 3)

Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.

1. Gejala Klinis Gejala yang ditimbulkan berupa: 1)

Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping

2)

Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya

3)

Nyeri punggung

4)

Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama

5) Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60 ) bisa menyebabkan gangguan pernafasan.

Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri.Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri. Awalnya penderita mungkin tidak menyadari atau merasakan sakit pada tubuhnya karena memang skoliosis tidak selalu memberikan gejala–gejala yang mudah dikenali.Jika ada pun, gejala tersebut tidak terlalu dianggap serius karena kebanyakan mereka hanya merasakan pegal– pegal di daerah punggung dan pinggang mereka saja. Menurut Dr Siow dalam artikel yang ditulis oleh Norlaila H. Jamaluddin (Jamaluddin, 2007), skoliosis tidak menunjukkan gejala awal.Kesannya hanya dapat dilihat apabila tulang belakang mulai bengkok.Jika keadaan bertambah buruk, skoliosis menyebabkan tulang rusuk tertonjol keluar dan penderita mungkin mengalami masalah sakit belakang serta sukar bernafas.

Dalam kebanyakan kondisi, skoliosis hanya diberi perhatian apabila penderita mulai menitik beratkan soal penampilan diri.Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, rata-rata penderita merasa malu dan rendah diri. Skoliosis pada masyarakat indonesia dapat dijumpai mulai dari derajat yang sangat ringan sampai pada derajat yang sangat berat. Derajat pembengkokan biasanya diukur dengan cara Cobb dan disebut sudut Cobb. Dari besarnya sudut skoliosis dapat dibagi menjadi (Kawiyana dalam Soetjiningsih, 2004) : 1)

Skoliosis ringan : sudut Cobb kurang dari 20 derajat

2)

Skoliosis sedang : sudut Cobb antara 21 – 40 derajat

3)

Skoliosis berat : sudut Cobb lebih dari 41 derajat

Pada skoliosis derajat berat (lebih dari 40 derajat), hanya dapat diluruskan melalui operasi. 1. Patofisiologi Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari adanya syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas2 tulang belakang. Tarikan ini berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada garis yangnormal yang bentuknya seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal, diantaranya kebiasaan duduk yang miring, membuat sebagian syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang menjadi kebiasaan, maka syaraf itu bahkan akan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan tarikan pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang penderita bengkok atau seperti huruf S atau huruf.

1. Komplikasi Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, penderita perlu dirawat seawal mungkin. Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkok dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti : 1)

Kerusakan paru-paru dan jantung.

Ini boleh berlaku jika tulang belakang membengkok melebihi 60 derajat. Tulang rusuk akan menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan penderita sukar bernafas dan cepat capai. Justru, jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia. 2)

Sakit tulang belakang.

Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi mengalami masalah sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin akan menghidap masalah sakit sendi. Tulang belakang juga mengalami lebih banyak masalah apabila penderita berumur 50 atau 60 tahun.

1. Prognosis Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan.Semakin besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya progresivitas sesudah masa pertumbuhan anak berlalu. Skoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki prognosis yang baik dan cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang selain kemungkinan timbulnya sakit punggung pada saat usia penderita semakin bertambah. Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang baik dan bisa hidup secara aktif dan sehat. Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki penyakit lainnya yang serius (misalnya cerebral palsy atau distrofi otot).Karena itu tujuan dari pembedahan biasanya adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda. Bayi yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk yang mendasarinya, sehingga penanganannyapun tidak mudah dan perlu dilakukan beberapa kali pembedahan.

1. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan dasar yang penting adalah foto polos (roentgen) tulang punggung yang meliputi : a) Foto AP dan lateral ada posisi berdiri : foto ini bertujuan untuk menentukan derajat pembengkokan skoliosis. b)

Foto AP telungkup

c) Foto force bending R and L : foto ini bertujuan untuk menentukan derajat pembengkokan setelah dilakukan bending. d)

Foto pelvik AP

Pada keadaan tertentu seperti adanya defisit neurologis, kekakuan pada leher, atau sakit kepala. e)

Dapat dilakukan pemeriksaan MRI.

1. Pengobatan Pengobatan yang dilakukan tergantung kepada penyebab, derajat, dan lokasi kelengkungan serta stadium pertumbuhan tulang. Jika kelengkungan kurang dari 20 derajat, biasanya tidak perlu pengobatan, tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan secara teratur setiap 6 bulan. Pada anak- anak yang masih tumbuh, kelengkungan biasanya bertambah sampai 25-30, karena itu biasanya dianjurkan untuk menggunakan brace (alat penyangga) untuk

memperlambat progresivitas kelengkungan vertebra. Brace dari Milwaukee & Boston efektif dalam mengendalikan progresivitas skoliosis, tetapi harus dipasang selama 23 jam/hari sampai masa pertumbuhan anak berhenti. Brace tidak efektif digunakan pada skoliosis kongenital maupun neuromuskular. Jika kelengkungan mencapai 40 atau lebih, biasanya dilakukan pembedahan. Pada pembedahan dilakukan perbaikan kelengkungan dan peleburan tulang-tulang. Tulang dipertahankan pada tempatnya dengan bantuan 1-2 alat logam yang terpasang sampai tulang pulih (kurang dari 20 tahun). Sesudah dilakukan pembedahan mungkin perlu dipasang Brace untuk menstabilkan tulang belakang. Kadang diberikan perangsangan elektrospinal, dimana otot vertebra dirangsang dengan arus listrik rendah untuk meluruskan vertebra.

BAB II KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian 1. Pengkajian fisik meliputi: 2. Mengkaji skelet tubuh Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang. 1. Mengkaji tulang belakang Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang), Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada), Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan) 1. Mengkaji system persendian Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi. 1. Mengkaji system otot Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot. 1. Mengkaji cara berjalan

Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis. cara berjalan spastic hemiparesis – stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).

1. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler. 2. Pemeriksaan penunjang 1. Rontgen tulang belakang. X-Ray Proyeksi Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra ; pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali. 1. Pengukuran dengan skoliometer (alat untuk mengukur kelengkungan tulang belakang). Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai. Cara pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurva pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva. Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari 5 derajat, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200 pada pengukuran cobb’s angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi yang lanjut. 1. MRI (jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen). 1. Diagnosa 1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru. 2. Nyeri berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral. 3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang. 4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman. 5. Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh yang miring ke lateral.

6. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan. 7. Keletihan berhubungan dengan Posisi tidak seimbangdalam waktu lama. 8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakitnya.

1. Intervensi 1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru.    

Tujuan : Ketidakefektifan pola nafas teratasi. Kriteria Hasil : Pola nafas efektif. Intervensi : Kaji status pernapasan setiap 4 jam.

R//: memantau perkembangan untuk menentukan tindakan selanjutnya. 

Bantu dan ajarkan pasien melakukan nafas dalam setiap 1 jam.

R//: agar tidak terjadi sesak. 

Atur posisi semi fowler

R//: untuk meningkatkan ekspansi paru. 

Auskutasi dada untuk mendengarkan bunyi napas setiap dua jam.

R//: perubahan simetrisan dada menunjukan terjadi penekanan paru-paru oleh tulang belakang. 

Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam.

R//: memantau perkembangan untuk menentukan tindakan selanjutnya.

2. Nyeri berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral.    

Tujuan : Rasanyeri teratasi. Kriteria Hasil : Rasa Nyeri hilang atau kurang Intervensi : Kaji tipe, intensitas, dan lokasi nyeri.

R//: bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi, menentkan evektivitas terapi. 

Atur posisi yang meningkatkan rasa nyaman.

R//: menurunkan tegangan otot dan koping adekuat.



Pertahankan lingkungan yang tenang.

R//: meningkatkan rasa nyaman. 

Ajarkan relaksasi dan teknik distraksi.

R//: untuk mengalihkan perhatian, sehingga mengurangi nyeri. 

Anjurkan latihan postural secara rutin.

R//: dengan latihan posturan secara rutin mempercepat proses perbaiki posisi tubuh. 

Kaloborasi pemberian analgetik.

R//: untuk meredahkan nyeri.

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang.    

Tujuan : Gangguan mobilitas fisik teratasi. Kriteria Hasil : Meningkatkan mobilitas fisik. Intervensi : Kaji tingkat mobilitas fisik.

R//: pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik actual, memerlukan informasi/intervensi untukmeningkatkan kemajuan ksehatan. 

Tingkatkan aktivitas jika nyeri berkurang.

R//: memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energy, meningkatkan rasa control diri/harga diri, dan membantu menurunkan isolasi social. 

Bantu dan ajarkan latihan rentang gerak sendi aktif.

R//: Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi. 

Libatkan keluarga dalam melakukan perawatan diri.

R//: Keluarga yang kooperatif dapat meringankan petugas, dan memberikan kenyamanan pada pasien.

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman.

 

Tujuan : Pola tidur kembali normal Kriteria hasil :

-

Jumlah jam tidur tidak terganggu

-

insomnia berkurang, adanya kepuasan tidur

-

pasien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi 

Intervensi

Mandiri : 

Tentukan kebiasaan tidur yang biasanya dan perubahan yang terjadi.

R// : Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat 

Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya ; bantal dan guling.

R// : Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/ psikologis. 

Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru.

R// : Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stres dan ansietas dapat berkurang. 

Cocokkan dengan teman sekamar yang mempunyai pola tidur serupa dan kebutuhan malam hari.

R// : Menurunkan kemungkinan bahwa teman sekamar yang “burung hantu” dapat menunda pasien untuk terlelap atau menyebabkan terbangun. 

Dorong beberapa aktifitas fisik pada siang hari, jamin pasien berhenti beraktifitas beberapa jam sebelum tidur.

R// : Aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energi dan siap untuk tidur malam hari. 

Instruksikan tindakan relaksasi.

R// : Membantu menginduksi tidur. 

Kurangi kebisingan dan lampu.

R// : Memberikan situasi kondusif untuk tidur. 

Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendhkan tempat tidur bila mungkin.

R// : Pagar tempat tidur memberikan keamanan dan dapat digunakan untuk membantu merubah posisi Kolaborasi : 

Berikan sedatif, hipnotik sesuai indikasi.

R// :untuk membantu pasien tidur atau istirahat selama periode transisi dari rumah ke lingkungan baru

5. Gangguan citra tubuh atau konsep diri berhubungan dengan postur tubuh yang miring ke lateral.    

Tujuan : Gangguan citra tubuh atau konsep diri teratasi. Kriteria Hasil : Meningkatkan citra tubuh. Intervensi : Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya.

R/: membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah. 

Beri lingkungan yang terbuka atau yang mendukng pada pasien.

R//: meningkatkan pernyataan keyakinan/nilai tentang subjek positif dan mengidentifikasi kesalahan konsep/mitos yang dapat mempengaruhi penilaian situasi. 

Diskusikan presepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan dan bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/peran fungsi biasanya.

R//: membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan membantu dalam pemecahan masalah. 

Dorong /berikan kunjungan oleh orang yang menderita skoliosis, khususnya yang sudah berhasil dalam rehabilitasi.

R//: teman senasib yang telah melalui pengalaman yang sama bertindak sebagai model peran dan dapat memberikan keabsahan pernyataan dan juga harapan untuk pemulihan dan masa dengan normal.

6. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan.   

Tujuan : Kecemasan berkurang Kriteria hasil : Tampak rileks dan tidur / istirahat tidur Intervensi :

*Mandiri 

Kaji tingkat kecemasan klien.

Rasional : Untuk mengetahui faktor predis-posisi yang menimbulkan kece-masan sehingga memudahkan mengantisipasi rasa cemasnya. 

Dorong klien dapat mengekspresikan pera-saannya.

Rasional :Dengan mengungkapkan perasaannya maka kecemasannya berkurang. 

Beri informasi yang jelas proses penyakitnya.

Rasional : Memudahkan klien dalam memahami dan mengerti tentang proses penyakitnya. 

Beri dorongan spiritual

Rasional : Kesembuhan bukan hanya dipe-roleh dari pengobatan atau pera-watan tetapi yang menentukan adalah Tuhan. 7. Keletihan berhubungan dengan Posisi tidak seimbangdalam waktu lama.  

Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas. Kriteria hasil : – melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas

sehari-hari) – menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.  

Intervensi Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan. 

Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.

Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera. 

Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.

Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan. 

Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.

Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru. 

Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).

Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol. 8. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakitnya.    

Tujuan : Kurang pengetahuan teratasi. Kriteria Hasil :Pemahaman tentang program pengobatan. Intervensi: Jelaskan tentag keadaan penyakitnya.

R//: menurunnya rentang perhatian pasien dapat menurunkan kemampuan untuk menerima/memproses dan mengingat menyimpan imformasi yang di berikan. 

Tekankan pentingnya dan keuntungan mempertahankan program latihan yang dianjurkan.

R//: mengingatkan pada pasien demi mempercepat proses penyembuhan. 

Jelaskan tentang pengobatan: nama, jadwal, tujuan, dosis dan efe sampingnya.

R//: meningkatkan proses penyembuhan. 

Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau korset.

R//: menghindari kecelakaan dan membantu proses koping individu.

1. Implementasi Implementasi sesuai rencana tindakan keperawatan.

1. Evaluasi Setelah intervensi keperawatan, diharapkan: 1. Pola napas efektif 1)

menunjukkan bunyi napas yang normal.

2)

frekuensi dan irama napas teratur. 1. Nyeri hilang atau berkurang

1)

Melaporkan tingkat nyeri yang dapat diterima.

2)

Memperlihatkan tenang dan rileks.

3)

Keseimbangan tidur dan istirahat. 1. Meningkatkan mobilitas fisik

1)

Melakukan latihan rentang gerak secara adekuat.

2)

Melakukan mobilitas pada tingkat optimal.

3)

Secara aktif ikut serta dalam rencana keperawatan.

4)

Meminta bantuan jika membutuhkan. 1. Pola tidur kembali normal 2. Meningkatkan harga diri.

1)

Mencari orang lain untuk membantu mempertahankan harga diri.

2)

Secara aktif ikut serta dalam perawatan dirinya.

3)

Menggunakan keterampilan koping dalam mengatasi citra tubuh. 1. Kecemasan berkurang 2. Dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas. 3. Pemahaman pengetahuan

1) Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan, dan gejala kemajuanpenyakit 2)

Memperagakan pemasangan dan perawatan brace atau korset

3)

Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan

BAB III

TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEPERAWATAN 1. Pengkajian No. RM

: 027

Tanggal

: 08 Januari 2012

Tempat

: Ruangan Mawar I.

DATA UMUM

1. Identitas Klien Nama

: Tn. K

Tempat/Tanggal Lahir

: Bau – Bau, 27 Mei 1966

Umur

: 45 tahun

Jenis kelamin

: Laki – Laki

Agama

: Islam

Status perkawin

: Kawin

Pendidikan terakhir

: SMA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Lama bekerja

: 15 Tahun

Suku bangsa

: Buton

Alamat

: Jalan A.H Nasution

Tgl. MRS

: 06 Januari 2012

Ruangan

: Mawar

Sumber info

: Istri

Dx. Medis

: Skoliosis

2. Penanggung jawab / pengantar Nama

: Ny. R

Umur

: 44 Tahun

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Hubungan dengan klien : Istri klien Alamat II.

: Jalan A.H Nasution RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

1. Keluhan Utama : Klien mengatakan nyeri pada punggungnya 2. Alasan masuk RS : Klien masuk rumah sakit karena nyeri di pungggungnya semakin parah sehingga membuat klien susah untuk beraktivitas (aktivitas klien terganggu) 3. Riwayat Penyakit Provocative/Palliative

:nyeri bertambah saat mengangkat barang yang berat

Quality

:intermiten

Region

: di bagian punggungnya

Severity

: skala 6

Timing

: tidak menentu

III.

RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Penyakit yang pernah dialami Saat kecil / kanak-kanak : tidak ada Penyebab

:-

Riwayat perawatan

:-

Riwayat operasi

:-

Riwayat pengobatan

:-

2. Riwayat alergi 3. Riwayat immunisasi 4. Lain – Lain

: tidak ada : imunisasi aktif : Klien mengatakan pernah mengalami arthritis 1 tahun

yang lalu. IV.

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA (Genogram 3 generasi).

Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Meninggal : Klien : Tinggal serumah Jumlah penghuni keluarga 5 orang. Generasi 1: Meninggal tidak diketahui penyebabnya. Generasi 2: Klien mengalami Skoliosis. Generasi 3: anak – anak klien tidak mengalami Skoliosis. Tidak ada riwayat keluarga menderita penyakit yang sama dengan klien

V.

RIWAYAT PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL

1. Pola koping 2. Harapan klien thp keadaan peny-nya

:Koping individu klien tidak efektif : Klien berharap nyerinya hilang agar cepat sembuh sehingga dapat beraktivitas kembali seperti semula.

3. Faktor stressor

: klien stres berat memikirkan penyakit yang dideritanya.

4. Konsep diri

: klien merasa sangat terganggu karena penyakit yang dideritanya.

5. Pengetahuan klien ttg penyakitnya

: klien tidak mengetahui tentang penyakitnya.

6. Adaptasi

: Klien kurang beradaptasi di RS.

7. Hubungan dengan anggota keluarga 8. Hubungan dengan masyarakat

: Baik : klien kurang berinteraksi dengan masyarakat .

9. Perhatianthp orang lain & lawan bicara 10. Aktifitas sosial 11. Bahasa yang sering digunakan 12. Keadaan lingkungan 13. Kegiatan keagamaan / pola ibadah 14. Keyakinan tentang kesehatan

: Cukup baik :: Bahasa Indonesia : Bersih : Klien melaksanakan shalat 5 waktu : Klien menyerahkan kesembuhan penyakitnya kepada Allah SWT.

VI.

KEBUTUHAN DASAR / POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

1. Makan Sebelum MRS

: Klien makan 3x sehari,nafsu makan klien meningkat

BB 55kg Setelah MRS

: Nafsu makan klien makan menurun 2x sehari porsi kecil.

Diberikan makanan cair. BB 50kg 2. Minum Sebelum MRS

: Klien minum 6-8 gelas sehari

Setelah MRS

:Klien minum 3-5 gelas sehari pada keadaan ini klien tidak

mengalami gangguan pola makan 3. Tidur Sebelum MRS

: Klien tidak pernah tidur siang, tidur 4-5 jam sehari.

Setelah MRS

: Klien tidur 3-4 jam sehari pada keadaan ini klien mengalami

gangguan pola tidur. 4. Eliminasi Sebelum MRS

: BAB klien 1x sehari

Setelah MRS

:Klien kadang tidak BAB dalam sehari

5. Eliminasi urine/BAK Sebelum MRS

: Klien BAK 5-6x dalam sehari.

Setelah MRS

: Klien BAK 1-2x sehari dengan volume sedikir

6. Akltifitas dan latihan Sebelum MRS

: Setiap Hari minggu klien rekreasi bersam keluarga

Setelah MRS

: Klien tidak pernah melakukan aktifitas

7. Personal hygiene Sebelum MRS

: Klien mandi 2x sehari, mencuci rambut 1x sehari, 1 minggu

sekali klien memotong kuku. Setelah MRS VII.

: Klien mandi 2x sehari.

PEMERIKSAAN FISIK

Minggu, 8 Januari 2012 1. Keadaan umum Kehilangan BB

: 5 Kg

Kelemahan

: Sangat lemah

Perubahan mood : murung Vital sign    

:

TD N pernafasan Suhu

: : : :

120/80 mmHg 70 x /menit 25 x / menit 36,5 ºC

Tingkat kesadaran: 10 Ciri-ciri tubuh

: Tinggi, agak kurus.

2. Head to toe 

Kulit/integuman

:

o Inspeksi

: warna kulit kecoklatan

o Palpasi

: Tidak ada udema,



Kepala

o Inspeksi

:

: Rambut lurus hitam dan pendek, Distribusi rambut merata,

Tidak ada ketombe o Palpasi 

Kuku

o Inspeksi 

: Tidak ada udema, Tidak ada nyeri tekan : : agak kotor

Mata/penglihatan

o inspeksi

:

: simetris kiri dan kanan, konjungtiva Nampak pucat, kelopak

mata tidak udema o palpasi 

: tidak ada nyeri pada mata

Hidung/penghidupan :

o inspeksi

: skimetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran secret, fungsi

penciuman baik o palpasi 

: tidak ada nyeri tekan

Telinga/pendengaran :

o inspeksi

: simeris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran secret, fungsi

pendengaran baik o palpasi 

: tidak ada nyeri tekan

Mulut dan gigi

o inspeksi

:

: mukosa bibir kering, keadaan gigi baik dan lengkap,

ada gangguan menelan



Leher

:

o inspeksi

: nampak miring kesamping

o palpasi

: ada nyeri tekan pada leher



Dada

o inspeksi

: : normal chest

pegerakan dan pengembangan dada sama ketika ekspirsi dan inspirasi o palpasi

: tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa

o auskultasi : inspirasi sama dengan ekspirasi 

Abdomen

:

o inspeksi

: tidak Nampak pembesaran pada abdomen

o palpasi

: tidak teraba pembesaran hati, distensi abdomen tidak

ditemukan o perkusi

: tidak ada penimbunan cairan dan masa

o auskultasi : peristaltik usus  

Perineum & genitalia : Extremitas atas:

o inspeksi

: pergerakan klien terbatas, tidak ada hematom dan udem pada

tangan o palpasi 

: tidak ada nyeri tekan

Extremitas bawah:

o inspeksi

: pergerakan klien tebatas

o palpasi

: tidak nyeri tekan dan tidak ada udema

3. Pengakajian Data Fokus (Pengakajian sidtem) 

Sistem respiratory

o inspeksi

:

: pernafasan cepat,

o auskultasi : sonor



Sistem kardiovaskuler:

o inspeksi

: kesadaran baik, bentuk dada normal chest, wajah Nampak

pucat, tidak ada udema pada tangan, kaki dan sendi o palpasi

: tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri tekan

o perkusi

:-

o auskultasi : irama jantung tidak teratur    

Sistem gastrointestinal Sistem urinaria :Sistem reproduksi :Sistem muskuloskeletal:

:-

o inspeksi

: kekuatan otot berkurang, pola aktivitas terganggu

o palpasi

: adanya lekukan atau adanya tulang yang menonjol.



Sistem neurologi

o inspeksi  

: masih sadarkan diri

Sistem endokrin Sistem penglihatan

o inspeksi

:

::

: simetris kiri dan kanan, konjungtiva Nampak pucat,

kelopak mata tidak udema o palpasi 

: tidak ada nyeri pada mata

Sistem pendengaran

o inspeksi

:

: simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran secret, fungsi

pendengaran baik o palpasi

: tidak ada nyeri tekan

4. Pemeriksaan diagnostik 7 Januari 2012 diagnosa medis : Skoliosis 5. Penatalaksanaan Medis

o Rontgen tulang belakang. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra ; pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali.

VIII.

PATOFISIOLOGI KEPERAWATAN

Arthritis Sering memikul beban berat pd salah satu sisi tubuh Kelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-jaringan lunak lain yang normal dari spine Menjurus pada suatu lekukan dari spine yang abnormal. Posisi tulang belakang tdk lurus Mengganggu sistem kerja saraf pd tulang Saraf yg bekerja menjadi lemah Terus berulang-ulang Saraf akan mati Ketidakseimbangan tarikan pd ruas belakang Tulang belakang bengkok seperti huruf S atau C SKOLIOSIS Klasifikasi Data 1. Data Subyektif : -

Klien mengeluh sesak bila beraktivitas (bekerja)

-

Klien mengeluh nyeri di punggungnya ketika beraktivitas (bekerja)

-

Klien mengatakan lemah dan susah bergerak

-

Klien merasa malu dengan keadaannya

1. Data Obyektif : -

Tanda – tanda vital :

Pernafasan : 25 x/menit -

Klien tampak meringis kesakitan

-

Klien tampak lemah dan lesu

-

Klien tampak susah bergerak

-

Aktifitas terbatas

-

Ekspresi wajah tampak murung

-

Klien tampak malu dengan kondisinya.

Analisa Data NO

1

DATA Data Subyektif :

PENYEBAB Tulang belakang membengkok

Klien mengeluh sesak bila beraktivitas (bekerja)

melebihi 60 derajat

Data Obyektif : -

Tulang rusuk akan menekan paru2 dan jantung

MASALAH

Ketidakefektifan pola nafas

Tanda – tanda vital :

Pernafasan : 25 x/menit

Ekspansi dada

Data Subyektif :

Ketidak efektifan pola nafas Posisi tubuh miring ke lateral

Klien mengeluh nyeri di Tulang menekan jaringan punggungnya ketika beraktivitas disekitarnya (bekerja) 2

Impuls saraf nyeri Data Obyektif : Klien tampak meringis kesakitan

Nyeri dipresepsikan Nyeri

Nyeri

Data Subyektif : Klien mengatakan lemah dan susah bergerak Posisi tubuh miring ke lateral Data Obyektif :

Posisi tubuh tdk seimbang

3 Klien tampak susah bergerak

Gangguan mobilitas fisik

Gangguan mobilitas fisik -

Aktifitas terbatas

Data Subyektif : Klien merasa malu dengan keadaannya Perubahan bentuk tubuh 4

Data Obyektif :

Merasa malu dengan keadaan tubuh

Ekspresi wajah tampak murung

Gangguan citra tubuh atau konsep diri

Gangguan citra tubuh Klien tampak malu dengan kondisinya.

1. Diagnosa keperawatan 1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru. 2. Nyeri berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral. 3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang. 4. Gangguan citra tubuh atau konsep diri berhubungan dengan postur tubuh yang miring ke lateral.

1. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. K DENGAN SKOLIOSIS

Nama

: Tn. K

Tgl. Pengkajian

: 08 – 01 – 2012

Umur

: 45 tahun

Tgl. MRS

: 06 – 01 – 2012

Alamat

: Jalan A.H. Nasution

DX. Medis

: Skoliosis

No. Register

:-

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSA TUJUAN & NO KEPERAWATAN CRITERIA INTERVENSI RASIONAL HASIL  R//: memantau  Kaji status perkembangan pernapasan untuk menentukan setiap 4 jam. tindakan selanjutnya. Ketidakefektifan pola  R//: agar tidak nafasberhubungan terjadi sesak. dengan penekanan  Bantu dan paruditandai dengan : ajarkan pasien  Tujuan: melakukan nafas Data Subyektif : Ketidakefekt dalam setiap 1 ifan pola jam. Klien mengeluh nafas  Atur posisi semi  R//:untuk sesak bila beraktivitas teratasi. fowler. meningkatkan 1 (bekerja)  Kriteria ekspansi paru. Hasil: Pola  R//: perubahan nafas efektif. Data Obyektif : simetrisan dada menunjukan terjadi  Auskutasi dada penekanan paruTanda – tanda untuk paru oleh tulang vital : mendengarkan belakang. bunyi napas  R//: memantau setiap dua jam. Pernafasan : 25 perkembangan  Pantau tandax/menit. untuk menentukan tanda vital tindakan setiap 4 jam. selanjutnya.

2

Nyeri punggung yang



Tujuan:



Kaji tipe,



R//: bermanfaat

berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral ditandai dengan:



Data Subyektif :

Rasanyeri teratasi. Kriteria Hasil: Rasa Nyeri hilang atau kurang

intensitas, dan lokasi nyeri.



Klien mengeluh nyeri di punggungnya ketika beraktivitas (bekerja)







Data Obyektif : Klien tampak meringis kesakitan





Atur posisi yang meningkatkan rasa nyaman. Pertahankan lingkungan yang tenang. Ajarkan relaksasi dan teknik distraksi. Anjurkan latihan postural secara rutin.

Kaloborasi pemberian analgetik.











Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang ditandai dengan :



Data Subyektif :

3

Klien mengatakan lemah dan susah bergerak



Data Obyektif : 

Klien tampak susah bergerak

Tujuan: Gangguan mobilitas fisik teratasi. Kriteria Hasil: Meningkatk an mobilitas fisik. Kaji tingkat mobilitas fisik.





Tingkatkan aktivitas jika nyeri berkurang.

Aktifitas terbatas 

dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi, menentkan evektivitas terapi. R//: menurunkan tegangan otot dan koping adekuat. R//: meningkatkan rasa nyaman.

R//: untuk mengalihkan perhatian, sehingga mengurangi nyeri. R//: dengan latihan posturan secara rutin mempercepat proses perbaiki posisi tubuh. R//: untuk meredahkan nyeri.

R//: pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik actual, memerlukan informasi/intervens i untukmeningkatkan kemajuan ksehatan. R//: memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energy, meningkatkan rasa control diri/harga diri, dan membantu menurunkan isolasi social. R//: Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi.







Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh yang miring ke lateralditandai dengan :





Data Subyektif :

4

Klien merasa malu dengan keadaannya

Data Obyektif : Ekspresi wajah tampak murung Klien tampak malu dengan kondisinya.





R//: Keluarga yang kooperatif dapat meringankan petugas, dan memberikan kenyamanan pada pasien.



R/: membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah. R//: meningkatkan pernyataan keyakinan/nilai tentang subjek positif dan mengidentifikasi kesalahan konsep/mitos yang dapat mempengaruhi penilaian situasi.

Bantu dan ajarkan latihan rentang gerak sendi aktif. Libatkan keluarga dalam melakukan perawatan diri.

Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya. Beri lingkungan yang terbuka atau yang mendukung pada pasien.



Tujuan: Gangguan citra tubuh atau konsep diri teratasi. Kriteria Hasil: Meningkatk an citra tubuh.  

Diskusikan presepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan dan bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/peran

R//: membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan membantu dalam pemecahan masalah.

fungsi biasanya.



Dorong /berikan kunjungan oleh orang yang menderita skoliosis, khususnya yang sudah berhasil dalam rehabilitasi.



R//: teman senasib yang telah melalui pengalaman yang sama bertindak sebagai model peran dan dapat memberikan keabsahan pernyataan dan juga harapan untuk pemulihan dan masa dengan normal.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylinn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta: EGC. Nettina, Sandra, M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC. Alpers, Ann. 2006.Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol. 3.Jakarta : EGC. http://www.kuliah-keperawatan.co.cc/2009/04/skoliosis.html

Related Documents

Askep
October 2019 90
Askep
July 2020 51
Askep
May 2020 71
Askep Malaria.docx
April 2020 6
Askep Parkinson.pptx
November 2019 14

More Documents from ""

95033326-kti-kebidanan.docx
November 2019 22
Makalah Promkes.docx
December 2019 16
Tugas Enterpreneurship.docx
December 2019 14
Askep Scoliosis.docx
December 2019 14
Covernya.docx
December 2019 14