95033326-kti-kebidanan.docx

  • Uploaded by: irmawati sumaga
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 95033326-kti-kebidanan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,660
  • Pages: 30
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah Indikator kesehatan suatu Negara ditentukan oleh angka kematian ibu karena kehamilan, persalinan, dan nifas, serta kematian bayi dan balita .AKI di Indonesia hingga kini masih tergolong tinggi (Biro Stastistik, 2003) Penyebab kematian ibu adalah trias klasik, yaitu a) perdarahan 40-60%, b) infeksi 2030%, c) eklamsia 20-30% (Saefudin, 2000). Angka morbiditas dan mortalitas dapat disebabkan oleh komplikasi yang menyertai dalam persalinan, diantaranya ketuban pecah dini. Ketuban Pecah Dini (KPD) terjadi bila ketuban pecah dalam inpartu, pada primipara pembukaan <3 cm dan pada multipara pembukaan < 5 cm (Mochtar, 1998). Ketuban Pecah Dini merupakan salah satu penyebab infeksi. Pada sebagian besar kasus ketuban pecah dini berhubungan dengan infeksi intra partum (http//www.kuliah obsetri.com). Kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua persalinan , pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu, kejadian sekitar 4%. Sebagian dari kejadian ketuban pecah dini mempunyai periode laten melebihi satu minggu. Early Ruptura of Membrane (PROM) adalah ketuban pecah pada periode laten persalinan (Manuaba, 1998) Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 Aki di Indonesia yaitu 307/100.000 kelahiran hidup (KH) dan AKB 35/1000 Kelahiran hidup dan diharapkan pada tahun 2010 akan turun menjadi 125/1000 kelahiran hidup untuk AKI dan AKB 16/100.000 (Biro Stastistik, 2003)

kelahiran

hidup

Khusus untuk Sragen dari jumlah persalinan total kabupaten 15.720 persalinan .AKI sebesar 10/100.000 kelahiran hidup dan AKB 144/1000 kelahiran hidup (Dinkes Kabupaten Sragen, 2008) Di rumah sakit RSI Amal Sehat merupakan salah satu rumah sakit rujukan di kabupaten Sragen dengan berbagai kasus yang tidak dapat di tangani sebelumnya, salah satunya kasus KPD. Angka kejadian ketuban pecah dini di RSI Amal Sehat dari bulan Januari sampai bulan Desember 2008 sebanyak 50 dari 450 persalinan. Dari kasus ketuban pecah dini tersebut mendapat tindakan Seksio Cesarea (SC) adalah sebanyak 11 dan yang lahir spontan maupun induksi sebanyak 39 (Rekam Medik RSI Amal Sehat, 2008).Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian terutama untuk mengantisipasi dan menurunkan morbiditas dan mortalitas dengan menggunakan asuhan kebidanan yang komprehensif pada kasus ketuban pecah dini.

Table 1.1 Angka kejadian KPD periode Januari – Desember2008 Badan RSI Amal Sehat Sragen

Bulan Januari Februari Maret April

Jumlah Kejadian KPD 6 4 4 2

Tindakan Spontan dan Induksi

Section Caesarea (SC)

5 3 4 2

1 1 -

Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

4 8 3 4 4 2 7 2

3 6 3 3 2 1 6 1

1 2 1 2 1 1 1

Jumlah

50

39

11

Sumber : Rekam medik RSI Amal Sehat Sragen, 2008). Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RSI AMAL SEHAT SRAGEN “ B. Perumusan Masalah Bagaimanakah penerapan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini dengan manajemen H. Varney di RSI Amal Sehat Sragen? C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran mengenai asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini di RSI Amal Sehat Sragen. 2. Tujuan Khusus a.

Diharapkan penulis mampu menerapkan proses pengkajian asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen Varney

b. Diharapkan penulis mampu membuat interprestasi data c.

Diharapkan penulis mampu menentukan diagnosa potensial

d. Diharapkan penulis mampu menentukan tindakan segera pada kasus tersebut e.

Diharapkan penulis mampu merencanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini

f.

Diharapkan penulis mampu melaksanakan apa yang telah direncanakan pada kasus tersebut

g.

Diharapkan penulis mampu melakukan evaluasi terhadap penanganan kasus ketuban pecah dini

D. Manfaat Penulisan Dalam studi kasus ini penulis berharap dapat bermanfaat :

1. Penulis

Sebagai bahan masukan dan pengalaman dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menghadapi kasus pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini

2. Instansi Pelayanan

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan studi banding dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini

3. Profesi

Memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lain dalam menangani kasus ketuban pecah dini

4. Pasien

Pasien dan keluarga dapat memahami keadaan yang terjadi pada diri dan si Pasien, Sehingga dapat berfikir positif atas tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan untuk kesehatan dan keselamatan pasien

5. Pembaca

Agar pembaca dapat mengerti tentang Ketuban Pecah Dini (KPD) dan mengetahui keadaan yang dialami oleh ibu dan janin apabila mengalami ketuban pecah dini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis 1. Pengertian Ruptur Perineum 1. Ruptur perinei adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan. (Mochtar, 1998 : 111) 2. Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. (Prawirohardjo, 2005 : 665) 3. Robekan perineum derajat II adalah robekan yang mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei transversalis, tetapi tidak mengenai otot sfingter ani. (Saefuddin, 2005 : 462) 4. Robekan perineum derajat II dimana luasnya robekan mulai dari mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum dan otot perineum. (APN, 2004 : 5 – 19) Ketuban Pecah Dini atau spontaneous atau early atau premature of membrane (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan multipara kurang dari 5 cm (Moctar, 1998) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut ketuban pecah dini periode laten (Manuaba, 1998). Ketuban pecah dini adalah ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan (Oxorn, 2000). Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan servik (Saifuddin, 2002). Bila ketuban pecah dini

sedangkan servik belum matang akan menyebabkan persalinan lama yang mengakibatkan trauma kepala dan asfiksia (Oxorn, 2000).

2. Anatomi dan Fisiologi Cairan Amnion ( Liquoramnii) a.

Anatomi Didalam cairan amnion terdapat ruang yang diliputi oleh selaput janin yang terdiri dari amnion dan karion. Volume liquor amnii pada kehamilan cukup bulan antara 1000 ml sampai 1500 ml. Berat jenisnya antara 1,007 sampai 1,008. Liquor amnii terdiri dar 2,3 % bahan organik (protein, vernik kaseosa, rambut lanugo, zat lemak, lesetin dan spingomielin) dan 97 % sampai 98 % bahan anorganik (air, garam, yang larut dalam air) (Manuaba, 1998).

b. Fisiologi Proses air ketuban saat kehamilan berlangsung yaitu memberikan kesempatan berkembangnya janin dengan bebas kesegala arah dan sebagai penyangga panas dan dingin serta menghindari trauma langsung terhadap janin. Maka ketika inpartu dapat menyebabkan kekuatan his sehingga servik dapat membuka dan membersihkan jalan lahir karena mempunyai kemampuan sebagai desinfektan dan sebagai pelicin saat persalinan (Manuaba, 1998). 3. Etilogi ketuban pecah dini Penyebab ketuban pecah dini masih belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan kecuali dalam usaha penekanan infeksi. Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

Menurut Manuaba (1998) penyebab ketuban pecah dini adalah : a) Servik inkompeten b) Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hidramion

c) Kelainan letak janin dalam rahim : sungsang, letak lintang d) Kelainan bawaan dari selaput ketuban (ketuban tipis) e) Infeksi vagina Menurut Taylor dkk, etilogi ketuban pecah dini adalah: a)

Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah, penyakit– penyakit seperti piolenefritis, sititis, servisitis dan vaginitis terdapat bersama – sama hipermortilitas rahim ini

b) Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban) c) Infeksi : amnionitis, karioamnitis d) Ketuban pecah dini artificial (AMNIOTOMI), dimana ketuban pecah terlalu dini Menurut Varney, 2002 etiologi penyebab ketuban pecah dini adalah : a) Inkompetensia servikdan uterus b) Polihidramion c) Mal presentasi janin d) Infeksi vagina 4. Patofisiologi ketuban pecah dini Menurut Moctar, 1998 mekanisme terjadinya ketuban pecah dapat

berlangsung

sebagai berikut : 1) Ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi sehingga dapat menyebabkan ketegangan rahim. 2)

Bila terjadi servik inkompeten maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dan mengeluarkan air ketuban

3) Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudah ketuban pecah 4) Kelainan bawaan selaput ketuban dimana selaput ketuban terlalu tipis sehingga mudah pecah

Dari berbagai sumber (Manuaba, 1998, Varney, 2002, Moctar, 1998) maka dapat dibuat bagan sebagai berikut :

Bagan 1.1 5. Tanda dan gejala ketuban pecah dini Kadang – kadang agak sulit atau meragukan kita apakah ketuban benar sudah pecah atau belum, apabila pembukaan kanalis servikalis belum ada atau kecil . Menurut Moctar, 1998 cara menentukannya adalah sebagai berikut : 1) Adanya cairan berisi mekonium, vornik kaseosa, rambut lanugo atau bila terinfeksi berbau 2)

Adanya cairan ketuban dari vagina, jika tidak ada dapat dicoba dengan gerakkan sedikit bagian terendah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan, cairan dapat keluar sedikit lebih banyak.

3) Cairan dapat keluar saat tidur, duduk atau saat aktifitas seperti berjalan atau berdiri 4) Kadang – kadang cairan berwarna putih, jernih atau hijau 5) Apabila ketuban telah lama pecah dan terjadi infeksi pasien demam 6. Prognosa Ketuban pecah dini Pronogsa ketuban pecah dini ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi komplikasi dari kehamilan (Moctar, 1998). Menurut OXORN, 1996, prognosa untuk janin tergantung pada : 1) Maturitas janin: bayi yang beratnya di bawah 2500 gram mempunyai prognosis yang lebih jelek dibanding bayi lebih besar. 2) Presentasi: presentasi bokong menunjukkan prognosis yang jelek , khususnya kalau bayinya premature. 3) Infeksi intra uterin meningkat mortalitas janin. 4) Semakin lama kehamilan berlangsung dengan ketuban pecah , semakin tinggi insiden infeksi.

7. Komplikasi ketuban pecah dini a.

Bagi Janin

1) Prematuritas 2) Infeksi 3) Semakin lama periode laten, semakin lama kala satu persalinan, maka semakin besar insiden infeksi 4) Mal presentasi Sering dijumpai pada presentasi bokong 5) Prolaps tali pusat Sering dijumpai, khususnya pada bayi premature 6) Mortalitas perinatal Semakin lama periode laten semakin tinggi mortalitasnya

b. Bagi Ibu 1. Partus Lama Adanya inkoordinasi kontraksi otot rahim akibat dari induksi persalinan dengan oksitosin sehingga menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk meningkatkan pembukaan atau pengusiran janin dari dalam rahim. 2. Perdarahan post partum Adanya penggunaan narkosa pada penanganan ketuban pecah dini dengan tindakan induksi 3. Atonia Uteri Bila pada saat ketuban pecah servik belum matang atau belum membuka sehingga akan memperlama proses persalinan dan menyebabkan kelelahan pada ibu yang berakibat pada lemahnya kontraksi uterus. 4. Infeksi Nifas Adanya infeksi intra partum akibat ketuban pecah lebih dari 6 jam 8. Pemeriksaan Diagnosis Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau khas selain keterangan yang disampaikan dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban yaitu dengan cara : a.

Tes dengan lakmus (litmus)

1) Bila terjadi Biru (basa) adalah air ketuban. 2) Bila terjadi merah (asam) adalah air kemih b.

Pemeriksaan mikroskopik terhadap tetesan cairan yang kering, akan memperlihatkan suatu corak seperti daun pakis (fernig pattern) bila cairan itu ketuban (Hoken, dan Mooree, 2001)

c.

Pemeriksaan inspekulo yang steril : terlihat cairan keluar dari osteum uteri eksternum (Bary F.C,1996)

d.

Riwayat : jumlah cairan yang hilang, warna cairan , bau, hubungan seksual pervaginam terakhir

e.

Pemeriksaan histopatologi air ketuban dan sitologi (kolaborasi ) Dalam melakukan pemeriksaan dalam dengan hati – hati sehingga tidak banyak manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan infeksi asceden dan persalinan prematuritas.

9. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini a.

Penatalaksanaan ketuban pecah dini yang dapat dilaksanakan oleh seorang bidan : Bidan sebagai tenaga medis terlatih yang ditempatkan ditengah masyarakat seyogyanya bertindak konservatif artinya tidak terlalu banyak melakukan intervensi. Dengan akibat tingginya angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi-janin, maka sikap yang paling penting adalah melakukan rujukan. Sehingga penanganan ketuban pecah dini mendapat tindakan yang tepat (Manuaba, 1998)

b. Dirumah Sakit 1) Dalam menghadapi ketuban pecah dini, diperlukan Komunikasi, Informasi, Motivasi (KIM) terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin mengorbankan janinnya. 2) Pada bayi matur a)

Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur, khususnya maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat (Manuaba, 1998)

b)

Pemberian antibiotik profilaksis, spasmolitika dan roboransia dengan tujuan untuk mengundur waktu sampai anak viable (Moctar, 1998)

3) Waktu terminasi pada kehamilan akan dapat dianjurkan selang waktu 6 jam sampai 24 jam, bila tidak terjadi his spontan (Manuaba, 1998)

4)

Bila anak sudah viable (lebih 36 minggu), lakukan induksi partus 6-12 jam lag phase dan berikan antibiotika profilaksis, bila dengan induksi partus atau drip sintosinon gagal lakukan tindakan operatif (Moctar, 1998)

5)

Disamping itu hal-hal yang perlu diperhatikan selama dalam menolong pasien antar lain bersih penolong, bersih alat-alat yang digunakan serta bersih tempat / lingkungan disekitar klien atau dikenal dengan istilah 3B (tiga bersih)

6) Jadi penyelesaian ketuban pecah dini menurut Moctar, 1998 adalah sebagai berikut : a) Partus spontan b) Ekstraksi vakum c) Ekstraksi forcep d) Embriotomi bila anak sudah meninggal e) Seksio cesarean bila ada indikasi obstetric

Bagan 1.2 Pelaksanaan KPD

(Manuaba, Ilmu Kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana : 1998)

B. Tinjauan Teori Tentang Persalinan 1. Pengertian Persalinan

a.

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Moctar, 1998)

b. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998) c.

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2002)

2. Tahap-tahap persalinan menurut JNPKR, 2002: Kala 1

: yaitu waktu sejak dimulainya kontraksi uterus dan

pembukaan hingga

mencapai pembukaan lengkap (10 cm) Kala 2

: waktu dimulai ketika pembukaan sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.

Kala 3

: waktu dimulainya setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

Kala 4

: waktu dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu.

a.

Kala 1 (Kala Pembukaan) Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena servik mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (affacemen) darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika servik mendatar dan terbuka. Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase yaitu :

1)

Fase Laten : dimana pembukaan servik berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7 – 8 jam

2) Fase aktif berlangsung selama 6 jam dan dibagi 3 fase : a) Periode Akselerasi : berlangsung 2 jam menjadi 4 cm b) Periode dilaktasi Maksimal : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm

c) Periode deselerasi : berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap Fase – fase yang dikemukakan diatas dijumpai pada primigravida, dan perbedaan dengan multigravida adalah : Tabel 1.2 Perbedaan fase pada Primipara dan Multipara PRIMI Servik

MULTI mendatar Mendatar

dan

membuka

(effacement)

bersamaan

Berlangsung 13-14 jam

Berlangsung 6 – 7 jam

bisa

b. Kala II (kala pengeluaran janin) Pada kala pengeluaran janin his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin turun masuk keruang panggul sehingga terjadilah tekanan otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasakan seperti mau buang air besar,dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum merenggang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primipara 11/2-2 jam, pada multipara ½-1 jam. c.

Kala III Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang berisi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan danpengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit, setelah plasenta terlepas. Terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30

menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. d. Kala IV Adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi lahir untuk

mengamati

keadaan ibu terutama terhadap bahaya post partum. Tabel 1.3 Lamanya persalinan pada primi dan Multi Primi

Multi

Kala I

13 jam

7 jam

Kala II

1 jam

½ jam

Kala III

½ jam

¾ jam

Lama Persalinan

141/2 jam

73/4 jam

Sebab – sebab yang menimbulkan persalinan (Moctar , 1998) a.

Teori Penurunan Hormon 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan progesterone. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesterone turun.

b. Teori Plasenta menjadi tua Akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim c.

Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga menganggu sirkulasi utero plasenta.

3. Tanda-tanda Permulaan Persalinan a.

Lightening atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas

panggul terutama

pada primigravida. b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. c.

Perasaan sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

d. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus. e.

Servik menjadi lebih lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah, bisa bercampur darah (bloody show)

4. Tanda Inpartu (Manuaba, 1998) a.

Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.

b. Dapat terjadi pengeluaran lendir atau lendir bercampur darah. c.

Dapat disertai ketuban pecah

d.

Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan servik : pelunakan, maupun pembukaan servik

5. Faktor-faktor Penting Dalam Persalinan ( Manuaba, 1998) a.

Power

1) His (kontraksi otot rahim) 2) Kontraksi otot dinding perut 3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan 4) Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum b. Pasanger Janin dan plasenta c.

Passage

pendataran

Jalan lahir lunak dan jalan lahir keras C. Tinjauan Teori Tentang Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuanpenemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 1997) Proses manajemen menurut varney terdiri dari 7 langkah yang berurutan, dimana tiap langkah disempurnakan secara periode. Proses dimulai dari pengumpulan data dasar yang terakhir dengan evaluasi dan membentuk kerangka lengkap yang dapat menjadi langkah-langkah tertentu dan bisa berubah-ubah sesuai bagaimana keadaan pasien. Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan 2. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah. 3. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi pengalamannya. 4.

Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.

5.

Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan dan dibuat pada langkah-langkah sebelumnya

6. Penanganan langsung asuhan secara efisien dan aman. 7.

Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif. Melihat penjelasan diatas maka proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis yang merupakan pola pikir. Bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien diharapkan dengan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan rasional, maka seluruh aktifitas atau tindakan yang diberikan oleh bidan kepada klien akan efektif. Terhindar

dari tindakan yang bersifat coba-coba yang akan berdampak kurang baik pada klien. Untuk kejelasan langkah-langkah diatas maka dalam pembahasan ini akan dijelaskan tentang penjelasan secara detail dari setiap step yang dirumuskan oleh Varney. 1. Pengkajian Data Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Data yang dikumpulkan dapat berupa data subyektif maupun data obyektif urutan pelaksanaan pada langkah pengkajian data sebagai berikut: a.

Data Subyektif

1) Biodata Untuk identifikasi (mengenai) penderita dan menentukan status sosial ekonominya, umur penting karena ikut menentukan prgnosa kehamilan kalau umur terlalu lanjut atau muda maka persalinan lebih benyak resikonya. Identitas biodata pasien dan suami meliputi : nomer RM, nama, umur, pendidikan, pekerjaan/penghasilan, suku bangsa, agama, alamat. 2) Keluhan Utama Ditujukan untuk mengali tanda dan gejala yang berkaitan dengan persalinan dalam hal ini persalinan dengan ketuban pecah dini terutama yang dirasakan pasien 3) Tanda-tanda Persalinan Untuk mengetahui tanda-tanda persalinan yang sudah dirasakan oleh pasien seperti : Kontraksi sejak tanggal, jam berapa, frekuensi dalam 10 menit, lamanya berapa detik, itensitasnya bagaimana, lokasi ketidak nyamanannya dimana. 4) Pengeluaran Pervaginam Ditujukan untuk mengali ada tidaknya pengeluaran lendir, air ketuban, darah dan berapa banyak jumlahnya

5) Riwayat Mentruasi Untuk mengetahui riwayat menstruasi ibu sebelum hamil dan yang dikaji meliputi : Menarche, lama mentruasi, warna darah, siklus apakah teratur atau tidak, banyaknya, keluhan apakah pada saat haid sakit atau tidak 6) Riwayat Perkawinan Meliputi : umur waktu nikah, lama pernikahan, perkawinan ke berapa, jumlah anak. 7) Riwayat Kesehatan a) Riwayat kesehatan sekarang : ditujukan untuk mengetahui penyakit yang diderita ibu saat ini b) Riwayat kesehatan yang lalu : ditujukan untuk mengetahui penyakit yang diderita ibu pada waktu yang lalu c) Riwayat kesehatan keluarga : ditujukan untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga ibu 8) Riwayat Kehamilan Sekarang Meliputi HPHT (hari pertama hait terakhir), HPL (hari perkiraan lahir), haid bulan sebelumnya, lama haid, ANC (Antenatal Care) pernah diimunisasi TT berapa kali, oleh siapa pemberian imunisasi tersebut, keluhan TM I, TM II, TM III ada atau tidak, berapa banyak gerakan janin dalam 24 jam terakhir 9) Riwayat kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu Meliputi : hamil keberapa, penyulit / komplikasi yang menyertai, tanggal lahir anak, jenis kelamin anak, jenis persalinan, penyulit / komplikasi dalam persalinan, penolong persalinan, berat badan lahir, keadaan anak, nifas apakah normal atau tidak, bounding attachment

10) Riwayat KB

Meliputi : alat kontrasepsi yang digunakan, tahun pakai, tahun berhenti, alas an berhenti. 11) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari meliputi : a) Nutrisi selama hamil dan intra partum b) Eliminasi selama hamil dan intra partum c) Istirahat selama hamil dan intra partum d) Aktifitas selama hamil dan intra partum e) Personal hygiene selama hamil dan intra partum f)

Pola seksual selama hamil dan intra partum

12) Data Psikologis Bagaimana perasaan ibu menjelang persalinan 13) Data Social budaya Meliputi hewan peliharaan yang dapat menyebabkan infeksi misal kucing, anjing, burung apakah ibu mempunyai atau tidak, serta bagaimana hubungan ibu dengan keluaraga 14) Data spiritual Kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan apakah ibu menjalankan atau tidak 15) Pengetahuan Ibu Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda persalinan maupun hal-hal yang harus disiapkan

b. Data Obyektif Pada pemeriksaan data obyektif ini terdiri dari beberapa pemeriksaan yaitu: 1) Pemeriksaan Umum a) Keadaan umum b) Kesadaran c) Status emosional

d) Tanda vital (tensi, nadi, suhu, berat badan, tinggi badan, respirasi) 2) Status present a)

Kepala rambut apakah berketombe atau tidak, apakah mudah rontok atau tidak, apakah rambut bersih atau kotor

b) Muka apakah ada odem atau tidak c) Mata konjungtiva anamis atau tidak, seklera ikterik atau tidak d) Hidung apakah ada polip atau tidak sinusitis atau tidak e) Telingga ada serumen atau tidak f)

Mulut apakah ada caries, stomatitis atau tidak

g) Leher apakah ada pembesaran kelenjar teroid dan pembesaran vena jugularis atau tidak h) Dada apakah ada retraksi dinding dada atau tidak i)

Mamae ada benjolan atau tidak, apakah simetris atau tidak, bersih atau kotor

j)

Perut apakah ada bekas luka operasi atau tidak

k) Genetalia apakah bersih atau tidak, apakah ada odema dan varises atau tidak l)

Ekstermitas apakah sianosis, odema,varises atau tidak

m) Anus apakah ada hemoroid atau tidak 3) Pemeriksaan Obstetri a) Inspeksi Muka Mamae

: Adakah odema, cloasma gravidarum atau tidak : Apakah arela hiperpigmentasi, apakah putting menonjol, apakah colostrums

sudah keluar atau belum. Abdomen Genetalia

: Apakah perut menggantung, adakah linea alba adan strie gravidarum. : PPV bagaimana, adakah cairan seperti ketuban atau lendir darah , kalau ada

berapa jumlahnya b) Palpasi

Terdiri dari Leopold I-IV yang digunakan untuk mengetahui latak janin yang ada difundus apakah bokong atau kepala, bagaian punggung janin apakah puka atau puki, bagian terendah janin, serta apakah kepala sudah masuk panggul atau belum c) Auskultasi Denyut jantung janin meliputi frekuensi, irama puntum maximum d) Kontraksi Uterus (HIS) Meliputi lama kontraksi, frekuensi, interval, serta sifat his teratur atau tidak. e) Perkusi Reflek patella positif atau tidak f)

Pemeriksaan dalam Meliputi : pembukaan, effecment, KK, penurunan, presentasi

g) Pemeriksaan penunjang HB..................... gr % Leukosit............. dl/ul Trombosit........... dl/ul GDS.................. dl/ul Gol darah........... ? Pemeriksaan dengan kertas lakmus 2. Interprestasi Data Dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan a.

Diagnosa Pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini akan muncul diagnosa yang berkaitan dengan gravida, para, abortus, umur ibu, umur kehamilan, keadaan janin, keadaan persalinan dengan ketuban pecah dini.

Diagnosa tersebut muncul didasarkan oleh : 1) Pernyataan pasien tentang jumlah kehamilan dan persalinan 2) Pernyataan pesien mengenai pernah dan tidaknya abortus. 3) Pernyataan mengenai umur ibu. 4) Pernyataan yang berkaitan dengan HPHT. 5) Hasil pemeriksaan palpasi secara Leopold. 6) Auskultasi DJJ normal atau tidak. 7) Keluhan pasien yang berkaitan dengan ketuban pecah dini b. Masalah Permasalahan yang muncul berkaitan dengan psikologis atau permasalahan social, permasalahan psikologis yang muncul berkaitan dengan : 1) Kecemasan masalah terhadap keadaan yang dialami yang berupa ketuban sudah pecah atau merembes. 2) Permasalahan tersebut muncul didasari oleh ketidaktahuan pasien tentang ketuban pecah dini yang didukung oleh pernyataan tentang kecemasan. 3)

Permasalahan sosial muncul berkaitan dengan kekhawatiran, ketidakmamapuan pasien membiayai perawatan di rumah sakit

4)

Sedangkan ketidak munculan masalah, didukung oleh pemahaman pasien terhadap keadaannya yang berupa pengetahuan terhadap ketuban pecah dini, dukungan suami dan keluarga dalam menyelesaikan masalah

c.

Kebutuhan Informasi mengenai persalinan dengan ketuban pecah dini Dasar

: kurangnya pengetahuan ibu mengenai proses persalinan dengan ketuban pecah

dini 3. Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi langkah ini membutuhkan antisipasi sambil mengamati pasien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi Diagnosa potensial pada pasien dengan indikasi ketuban pecah dini adalah tali pusat menumbung,

gawat

janin

dan

infeksi

maternal

(Vicky Chapman 2006) 4. Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Tindakan Segera Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Beberapa data mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus segera bertindak atau untuk dikonsultasikan dengan dokter dan dengan tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien. Antisipasi pertama yang dilakukan pada pasien dengan indikasi ketuban pecah dini adalah : a.

Kolaborasi Dokter Spog dan DSA

b. Pemberian antibiotika profilaksis. c.

Hindari pemeriksaan dalam.

d. Observasi KU dan tanda vital 5. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh Pada langkah ini merencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkahlangkah sebelumnya merupakan kelanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi dan diantisipasi. Semua yang dikembangkan harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan kebutuhan berdasarkan keadaan pasien.

Rencana asuhan pada pasien dengan ketuban pecah dini antara lain: a.

Jelaskan tentang hasil pemeriksaan.

b. Jelaskan tentang proses persalinan c.

Jelaskan tentang nyeri saat persalinan itu fisiologis.

d. Anjurkan ibu agar miring kekiri e.

Lakukan masase bila ada kontraksi uterus.

f.

Anjurkan ibu untuk tarik nafas panjang bila ada kontraksi uterus.

g.

Beri antibiotika sesuai terapi dokter

h.

Observasi DJJ tiap 30 menit

i.

Observasi keadaaan umum dan tanda-tanda vital

j.

Observasi kemajuan persalinan.

k. Evaluasi pengeluaran bau dan warna. l.

Hubungi bagian gizi agar memberikan nutrisi yang adekuat

m. Siapkan set partus dan set resusitasi bayi. 6. Melaksanakan Rencana Pada langkah keenam ini adalah pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima perencanaan. Meskipun dalam perencanaan bidan tidak sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab terlaksananya asuhan bersama yang menyeluruh 7. Evaluasi Pada langkah ini pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh meliputi penemuan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, diagnosa masalah sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa kebidanan. 8. Catatan dan Perkembangan

Perkembangan pasien dengan penerapan catatan medik yang berorentasi pada masalah selama penanganan masalah dilakukan oleh sekelompok tem dengan komponen SOAPIE (Panduan Implementasi UNPAD, 2002) : S (Subyektif)

: Menuliskan keluhan pasien

O (Obyektif)

Bidan mencatat data yang dilihat, didengar dihitung dan dirasakan oleh bidan.

A (Analisa)

: Apakah data tersebut menganalisa dan menginterprestasikan kemajuan

kearah resolusi menginterprestasikan data subyektif dan obyektif P

(Planning)

:

Mencatat

rencana

masalah

yang

dicatat

pada

Subyektif, obyektif dan analisa I (Intervensi) E

: Pelaksanaan dari rencana tindakan

(Evaluasi)

:

Mengevaluasi

memantau

seluruh

tindakan

dilakukan

Diposkan oleh Prast di 05:37 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: KTI KEBIDANAN Reaksi: 0 komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut Arsip Blog 

▼ 2011 (2)

yang

o

▼ Agustus (2)  manajemen pemasaran  Asuhan kebidanan, Ibu Bersalin, Ketuban Pecah Dini...

Mengenai Saya

Prast Lihat profil lengkapku Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

More Documents from "irmawati sumaga"

95033326-kti-kebidanan.docx
November 2019 22
Makalah Promkes.docx
December 2019 16
Tugas Enterpreneurship.docx
December 2019 14
Askep Scoliosis.docx
December 2019 14
Covernya.docx
December 2019 14