BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus . Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta. Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas penyebabnya. Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan
persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang untuk mendapatkan pertolongan. Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun penyebabnya , penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan plasenta previa 2. Tujuan Khusus a.
Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien plasenta previa.
b.
Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien plasenta previa.
c.
Dapat membuat perencanaan pada klien plasenta previa.
d. Mampu
melaksanakan
tindakan
keperawatan
dan
mampu
mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien plasenta previa.
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim. 2.
Etiologi Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan. bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa , tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.
3. Patofisiologi Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat sekmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis. Umumnya terjadi pada trimester ke tiga karena
segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran sekmen bawah uterus dan pembukaan servik menyababkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan
sinus
marginalis
dari
plasenta.
Perdarahan
tak
dapat
dihindarkankarena adanya ketidakmampuan selaput otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. klasifikasi Plasenta Previa : a. Plasenta Previa totalis : seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta b. Plasenta Previa Lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta. c. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus servisis) tertutup oleh jaringan plasenta. d. Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan (ostium internus servisis). e. Plasenta letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir permukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir. 4. Gejala Klinis Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada mayoritas (70%-80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini. Perdarahan vagina setelah minggu ke 20 kehamilan adalah karakteristik dari placenta previa. Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia dapat dihubungkan dengan kontraksi-kontraksi kandungan dan nyeri perut. Perdarahan mungkin mencakup dalam keparahan dari ringan sampai parah. Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan diagnosis dari placenta previa. Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan probe pada dinding perut) atau transvaginal (dengan probe yang dimasukan kedalam vagina namun jauh dari mulut serviks) mungkin dilakukan, tergantung pada lokasi dari placenta. Adakalanya kedua tipe-
tipe dari pemeriksaan ultrasound adalah perlu. Adalah penting bahwa pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum pemeriksaan fisik dari pelvis pada wanita-wanita dengan placenta previa yang dicurigai, karena pemeriksaan fisik pelvic mungkin menjurus pada perdarahan yang lebih jauh. Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir triwulan kedua. Ibu dengan plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak terlalu banyak dan berwarna merah segar. Pada umumnya perdarahan pertama terjadi tanpa faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan hubungan seksual dapat menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena pembesaran dari rahim sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta dengan dinding rahim. Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa. Jika didapatkan kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka pemeriksaan Vaginal Tousche (pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak boleh dilakukan kecuali di meja operasi mengingat risiko perdarahan hebat yang mungkin terjadi.
5. Komplikasi a. Plasenta abruptio. Pemisahan plasenta dari dinding rahim b. Perdarahan
sebelum
atau
selama
melahirkan
yang
dapat
menyebabkan histerektomi (operasi pengangkatan rahim). c. Plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta d. Prematur atau kelahiran bayi sebelum waktunya (< 37 minggu) e. Kecacatan pada bayi 6. Pemeriksaan diagnostik a. Pemeriksaan darah : hemoglobin, hematokrit b. Pemeriksaan ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium
c. Pemeriksaan inspekkulo secara hati-hati dan benar, dapat menentukansumberperdarahan dari karnalis servisis atau sumber lain (servisitis, polip,keganasan, laserasi/troma) 7. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan Medis Episode pendarahan significan yang pertama biasanya terjadi di rumah pasien, dan biasanya tidak berat. Pasien harus dirawat dirumah sakit dan tidak dilakukan pemeriksaan vagina, karena akan mencetuskan perdarahan yang sangat berat. Dirumah sakit TTV pasien diperiksa, dinilai jumlah darah yang keluar, dandilakukan close match. Kehilangan darah yang banyak memerlukan transfusi. Dilakukan palpasi abdomen untuk menentukan umur kehamilan janin, presentasi,dan posisinya. Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan segara setelah masuk, untuk mengkonfirmasi diagnosis Penatalaksanaan selajutnya tergantung pada perdarahan dan umur kehamilan janin. Dalam kasus
perdarahan
hebat,
diperlukan
tindakan
darurat
untuk melahirkan bayi (dan plasenta) tanpa memperhitungkan umur kehamilan janin. Jika perdarahan tidak hebat, perawatan kehamilan dapat dibenarkan jika umur ke hamilan janin kurang dari 36 minggu. Karena perdarahan ini cenderung berulang,ibu harus tetap dirawat di RS. Episode perdarahan berat mungkin mengharuskan
pengeluaran
janin
darurat,
namum
pada
kebanyakan kasus kehamilan dapat dilanjutkan hingga 36 minggu ; kemudian pilihan melahirkan bergantung padaapakah derajat plasenta previanya minor atau mayor. Wanita yag memiliki derajat plasenta previa minor dapat memilih menunggu kelahiran sampai term atau denganinduksi persalinan, asalkan kondisinya sesuai. Plasenta previa derajat mayor ditangani dengan seksio seksarae pada waktu yang ditentukan oleh pasien ataudokter, meskipun biasanya dilakukan sebelum tanggal yang disepakati, karena perdarahan berat dapat terjadi setiap saat.
b. Penatalaksanaan keperawatan Sebelum total dengan
dirujuk
anjurkan
pasien
untuk
tirah
baring
menghadap ke kiri, tidak melakukan senggama,
menghidari peningkatan tekanan rongga perut (misal batuk, mengedan karena sulit buang air besar). Pasang infus NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairal peroral, pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 manit untuk mendeteksi
adanya
hipotensi
atau
syok
akibat
perdarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan transfusi darah bila tidakteratasi, upaya penyelamatan optimal, bila teratasi, perhatikan usia kehamilan.Penanganan di RS dilakukan berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapatrenjatan, usia gestasi kurang dari 37 minggu, taksiran Berat Janin kurang dari 2500g, maka : 1) Bila perdarahan sedikit, rawat sampai sia kehamilan 3 7 m i n g g u , lalu
lakukan
mobilisasi
bertahap,
beri
kortikosteroid 12 mg IV/hari selama 3hari. 2) Bila perdarahan berulang, lakukan PDMO kolaborasi (Pemeriksaan Dalam Di atas Meja Operasi), bila ada kontraksi tangani seperti kehamilan preterm. Bila tidak ada renjatan usia gestaji 37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2500g atau lebih lakukan PDMO, bila ternyata plasenta previa lakukan persalinan perabdominam, bila bukan usahakan partus pervaginam.
B. Konsep Asuhan Keperawatan 1.
Pengkajian a. Pengumpulan data 1) Anamnesa a) Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medicalrecord dll. b) Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester III. (a) Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang (b) Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek;
terbentuknya
SBR,
terbukanya
osteum/
manspulasi intravaginal/rectal. (c) Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh darah dan placenta. c) Inspeksi (a) Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit. (b) Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia. d) Palpasi abdomen (a) Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah. (b) Sering dijumpai kesalahan letak (c) Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih goyang/floating 2) Riwayat Kesehatan a) Riwayat Obstetri Memberikan
imformasi
yang
penting
mengenai kehamilan sebelumnyaagar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang. Riwayat obstetri meliputi: (a) Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH) (b) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
(c) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong persalinan (d) Jenis anetesi dan kesulitan persalinan (e) Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan. (f) Komplikasi pada bayi (g) Rencana menyusui bayi b) Riwayat mensturasi Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan. c) Riwayat Kontrasepsi Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, a t a u keduanya. Riwayat kontrasepsi yang
lengkap
harus
didapatkan
pada
saat
kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang
tidak diketahui
dapat
berakibat
buruk
pada
pembentukan organ seksual pada janin. d) Riwayat penyakit dan operasi: Kondisi hipertensi,
kronis dan
seperti
penyakit
dibetes ginjal
melitus,
bisa berefek
buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan 3) Pemeriksaan fisik a) Umum Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
(1) Rambut dan kulit (a) Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra. (b) Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah (2) Mata : pucat, anemis (3) Hidung (4) Gigi dan mulut (5) Leher (6) Payudara (a) Peningkatan pigmentasi areola puting susu (b) Bertambahnya ukuran dan noduler (7) Jantung dan paru (a) Volume darah meningkat (b) Peningkatan frekuensi nadi (c) Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah pulmonal. (d) Terjadi hiperventilasi selama kehamilan. (e) Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas. (f) Diafragma meninggat. (g) Perubahan
pernapasan
abdomen
menjadi
pernapasan dada. (8) Abdomen (a) Menentukan letak janin (b) Menentukan tinggi fundus uteri (9) Vagina (a) Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick) (b) Hipertropi epithelium (10) System musculoskeletal
(a) Persendian tulang pinggul yang mengendur (b) Gaya berjalan yang canggung (c) Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal. b) Khusus (1) Tinggi fundus uteri (2) Posisi dan persentasi janin (3) Panggul dan janin lahir (4) Denyut jantung janin 2. Diagnosa keperawatan a.
Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah yang besar.
b. Ansietas
yang
berhubungan
dengan
perdarahan
kurangnya
pengetahuan mengenai efek perdarahan dan menejemennya. c. Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal, kerusakan system imun. 3. Rencana keperawatan No 1
Diagnosa Keperawatan Penurunan
Tujuan/Kriteria Hasil Setelah
Intervensi
dilakukkanya1.
Kaji dan catat TTV, Pengkajian
kardiak output tindakan keperawatan 2 X TD berhubungan
24
dengan
penurunan kardiak output
perdarahan
tidak terjadi atau teratasi2.
serta
yang
merupakan
dasar
perencanaan, Bantu
untuk
intervensi,
pemberian evaluasi.
pelayanan
o Volume darah intravaskuler atau
akurat
jumlah mengenai status hemodinamik
jam diharapkan perdarahan.
dalam jumlah dengan kriteria hasil : yang besar
Rasional
mulai
kesehatan Memperbaiki volume vaskuler sarankan membutuhkan terapi IV dan
dan kardiak output dapat terapi cairan IV atau intervensi diperbaiki
sampai
nadi, terapi
transfusi
tekanan
darah,
nilai sesuai kebutuhan.
farmakologi.
darah Kehilangan harus
volume
diperbaiki
darah untuk
hemodinamik, serta nilai
mencegah komplikasi seperti
laboratorium menunjukkan
infeksi, gangguan janin dan
tanda normal
gangguan vital ibu hamil.
2
Ansietas
Setelah dilakukan tindakan1.
berhubungan
keperawatan selama 3 x 24 pasangan
dengan
diharapkan ansietas dapat menyatakan perasaan.
kurangnya
berkurang dengan kriteria2.
pengetahuan
hasil :
efek
1.
Terapi
bersama Kehadiran dan pemahaman
Menentukan
dapat tentang
perdarahan dan mengungkapkan
dan
secara
empati
merupakan alat terapi yang
tingkat potensial
pemahaman
Pasangan
perawat
untuk
pasangan mempersiapkan
situasi
pasangan
dan untuk menanggulangi situasi
manajemen yang sudah yang tidak diharapkan.
manejemennya
harapannya dengan kata- direncanakan.
.
kata
tentang manajemen3.
Hal yang diberikan perawat
Berikan
pasangan akan memperkuat penjelasan
yang sudah direncanakan, informasi
tentang dokter dan untuk memberitahu
sehingga dapat mengurangi manajemen yang sudah dokter jika ada penjelasan kecemasan pasangan.
direncanakan.
yang penting. Pendidikan diberikan
pasien
yang
merupakan
cara
yang efektif mencegah dan menurunkan
rasa
cemas.
Pengetahuan akan mengurangi ketakutan akan ha-hal yang tidak diketahui. 3.
Resiko
tinggi Kriteria evaluasi :
1.
Kaji jumlah darah yang Hemoragi
cedera (janin) Menunjukkan profil darah hilang. b/d
Pantau menetap
hipoksia dengan hitung SDP, Hb, tanda/gejala syok
berlebihan dapat
hidup
dan
mengancam
klien
atau
jaringan/
dan pemeriksaan koagulasi
mengakibatkan
infeksi
organ,profil
DBN normal.
pascapartum,
anemia
darah
pascapartum,
abnormal,kerus
ginjal, atau nekrosis hipofisis
akan
yang disebabkan oleh hipoksia
system
imun.
KID,
gagal
jaringan dan malnutrisi. 2.
Catat SDP,
suhu, dan
warna dapatkan
hitung Kehilangan darah berlebihan
bau
rabas
serta dengan
penurunan
vagina, meningkatkan
kultur
risiko
bila untuk terkena infeksi.
Hb klien
dibutuhkan. 3.
Penurunan
Catat
perfusi
mengakibatkan
ginjal
penurunan
masukan/haluaran urin. haluaran urin. Catat berat jenis urin. 4.
Heparin dapat digunakan pada
Berikan heparin, bila KID di kasus kematian janin, diindikasikan
atau kematian satu janin pada kehamilan
multiple,
untukmemblok
atau siklus
pembekuan
dengan
melindungi
factor-faktor
pembekuan dan menurunkan hemoragi
sampai
terjadi
perbaikan pembedahan Mungkin diindikasikan untuk 5.
Berikan
antibiotic mencegah atau meminimalkan
secara parenteral
infeksi.
4. Pelaksanaan Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien. 5. Evaluasi Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian
dalam
keperawatan
merupakan
kegiatan
dalam
melaksanakan rencana kegiatan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Evaluasi dapat berupa : masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian. 6. Penkes Plasenta previa merupakan perdarahan di trimester ketiga dan jika tidak mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok dan kematian. Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan komplikasi Plasenta previa dikategorikan pada asuhan keperawatan pada lingkup emergensi obstetri. Maka untuk meminimalkan keterlambatan tahap III yaitu tidak adekuatnya penanganan di fasilitas kesehatan diperlukan perawat yang sudah melalui pendidikan formal seperti perawat spesialis keperawatan maternitas.
BAB III PENUTUP A.
Kesimpulan Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya. Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya ,kejadian plasenta previa meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio. Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing, pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion (Hanafiah, 2004). Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital dan pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga meningkat pada bayi dengan plasenta previa (Hanafiah, 2004).
B.
Saran 1. Bagi Mahasiswa Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswA dalam memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Bagi petugas-petugas Kesehatan Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi.
DAFTAR PUSTAKA Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius FKUI .Jakarta Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. Murah, Manoe dkk. 199. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Bagian /SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang. Sandra M. Nettina. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.