Askep Migren New.docx

  • Uploaded by: jon
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Migren New.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,608
  • Pages: 34
KEPERAWATAN KOMPLEMENTER DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MIGRAIN DENGAN PENDEKATAN KOMPLEMENTER

Oleh : (kelompok 2 B11-B) 1. Elwis Sarce Somalinggi

(183222961)

2. Gusti Ayu Kade Widya Astuti

(183222962)

3. I Gede Putu Widi Widiana

(183222963)

4. I Gede Wisma Prayoga

(183222964)

5. I Gusti Ayu Putu Dian Wulandari

(183222965)

6. I Komang Ranandika

(183222966)

7. I Made Dwi Arianta

(183222967)

8. I Made Hendra Wirawan

(183222968)

PROGRAM ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN STIKES WIRAMEDIKA PPNI BALI DENPASAR 2018

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Migren merupakan salah satu keluhan nyeri kepala yang banyak dijumpaidi masyarakat. Hal ini pastilah sangat mengganggu, bukan hanya menimbulkanrasa tidak nyaman atau sakit, tapi juga menghambat produktifitas di kehidupansehari-hari. Migren dapat terjadi karena beberapa penyebab, seperti stres,perubahan hormon, makanan, faktor fisik, dll. Migrain atau nyeri kepala sebelah adalah salah satu penyakit yang diperkirakan diderita oleh 25% wanita dan 10% pria di seluruh dunia. Secara statistik, wanita tiga kali lebih sering terkena migrain dibanding laki-laki dan lebih banyak diderita orang dewasa di usia 20 hingga 50 tahun. Seiring pertambahan usia, tingkat keparahan dan frekuensinya pun ikut menurun. Dari hasil penelitian epidemiologi,migren terjadi pada hampir 30 jutapenduduk Amerika Serikat, 75 % diantaranya adalah wanita. Migren dapatterjadi pada semua usia, tetapi biasanya muncul antara usia 10-40 tahun danangka kejadiannya menurun setelahusia 50 tahun. Migren tanpa aura umumnyalebih sering dibandingkan migren disertai aura dengan persentase sebanyak 90%. B. Rumusan masalah 1. Bagaimanakah konsep dasar penyakit migraine? 2. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pada kasus migraine? 3. Bagaimanakah penerapan terapi komplementer dalam asuhan keperawatan pada kasus migraine? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit migraine 2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada kasus migraine 3. Untuk mengetahui penerapan terapi komplementer dalam asuhan keperawatan pada kasus migraine

BAB II PEMBAHASAN A. Konsep dasar penyakit 1. Pengertian Migrain adalah nyeri kepala berdenyut yang kerapkali disertai mual, muntah. Penderita biasanya sensitif terhadap cahaya, suara, bahkan bau-bauan. Sakit kepala ini paling sering hanya mengenai satu sisi kepala saja, kadangkadang berpindah ke sisi sebelahnya, tetapi dapat mengenai kedua sisi kepala sekaligus. Migraine adalah nyeri kepala rekuren, idiopatik, yang bermanifestasi sebagai serangan – serangan yang berlangsung antara 4 – 72 jam. Ciri – ciri nyeri kepala yang khas besifat unilateral, berdenyut – denyut, dengan intensitas nyeri dari sedang hingga berat dan diperburuk oleh aktifitas fisik rutin dengan fotofobia atau fonofobia. Migrain kadang kala agak sulit dibedakan dengan sakit kepala jenis lain. Sakit kepala akibat gangguan pada sinus atau akibat ketegangan otot leher mempunyai gejala yang hampir sama dengan gejala migrain. Migrain dapat timbul bersama penyakit lain misalnya asma dan depresi. Penyakit yang sangat berat, misalnya tumor atau infeksi, dapat juga menimbulkan gejala yang mirip migrain. Namun kejadian ini sangat jarang. 2. Epidemiologi Sekitar 28 juta orang di AS menderita migrain. Di seluruh dunia, migrain mengenai 25% wanita dan 10% pria. Wanita dua sampai tiga kali lebih sering terkena migrain dibanding laki-laki. Migrain paling sering mengenai orang dewasa (umur antara 20 sampai 50 tahun), tetapi seiring bertambahnya umur, tingkat keparahan dan keseringan semakin menurun. Migrain biasanya banyak mengenai remaja. Bahkan, anak-anak pun dapat mengalami migrain, baik dengan atau tanpa aura. Resiko mengalami migrain semakin besar pada orang yang mempunyai riwayat keluarga penderita migrain.

3. Penyebab Penyebab pasti migrain masih belum begitu jelas. Diperkirakan, adanya hiperaktiftas impuls listrik otak meningkatkan aliran darah di otak, akibatnya terjadi pelebaran pembuluh darah otak serta proses inflamasi. Pelebaran dan inflamasi ini menyebabkan timbulnya nyeri dan gejala yang lain, misalnya mual. Semakin berat inflamasi yang terjadi, semakin berat pula migrain yang diderita. Telah diketahui bahwa faktor genetik berperan terhadap timbulnya migrain. a. Faktor pencetus migraine  Konsumsi makanan tertentu  Tidur berlebihan atau kurang tidur  Tidak makan  Perubahan cuaca atau tekanan udara  Stres atau tekanan emosi  Bau yang sangat menyengat atau asap rokok  Sinar yang sangat terang atau pantulan sinar matahari. Penderita migrain harus berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan, karena ada beberapa jenis makanan yang dapat memicu terjadinya migrain (meski tergantung dari sensitivitas masing-masing individu), misalnya: 1) Alkohol Alkohol termasuk zat yang diuretik atau penyebab dehidrasi tubuh, sehingga dapat memicu timbulnya migrain. Meski anggur merah memiliki fungsi ganda yang berlawanan, karena kaya akan unsur fenolik yang sangat baik buat jantung, namun anggur merah juga bisa memicu terjadinya migrain. 2) Kafein Meski mengkonsumsinya membantu menghilangkan migrain, namun sebenarnya tidak dianjurkan dilakukan bagi penderitanya. Sebab bila sudah kecanduan, kurang konsumsi kafein malah akan memicu terjadinya migrain. Bila hanya ingin menghentikan migrain, satu gelas saja sudah cukup.

3) Keju Meski masih pro-kontra, namun beberapa ahli mengatakan keju adalah salah satu pemicu migrain. Unsur asam amino tiramin yang terkandung pada keju, diperkirakan mampu memicu timbulnya sakit kepala karena mengurangi kadar serotonin dalam otak yang mengganggu irama aliran darah. 4) Aditif Makanan Para penderita migrain umumnya mengatakan bahwa mereka sangat sensitif dengan makanan yang mengandung MSG, Nitrit, aspartame (pemanis buatan), tetrazin dan sulfite (ditemukan pada minuman alkohol dan wine). 4. Patofisiologi Mekanisme dasar bagi korteks serebri untuk menghindari kerusakan organ ialah dengan mengurangi pasokan darah menuju otak, sehingga akan terjadi perubahan diameter pembuluh darah otak, yang bermanifestasi sakit kepala akibat perubahan vaskular tersebut. Secara klinis, sakit kepala dibagi menjadi dua kategori; sakit kepala primer dan sakit kepala sekunder. Sakit kepala primer terjadi tanpa kerusakan organ (etiologi struktural), misalnya sakit kepala vaskular (migren), cluster headache, tension headache, dan sakit kepala akibat penggunaan obat yang berlebih. Sedangkan sakit kepala sekunder terjadi karena adanya kerusakan struktural atau organik. Vasokontriksi intrakranial di bagian luar korteks berperan dalam terjadinya migren dengan aura. Pendapat ini diperkuat dengan adanya nyeri kepala disertai denyut yang sama dengan jantung. Pembuluh darah yang mengalami konstriksi terutama terletak di perfier otak akibat aktivasi saraf nosiseptif setempat. Teori ini dicetuskan atas observasi bahwa pembuluh darah ekstrakranial mengalami pelebaran sehingga akan teraba denyut jantung. Pelebaran ini akan menstimulasi orang sadar yang diterjemahkan sebagai sakit kepala. Dalam keadaan yang demikian, vasokonstriktor (misalnya golongan senyawa ergot) akan mengurangi sakit kepala, sedangkan vasodilator (misalnya nitrogliserin) akan memperburuk sakit kepala.

5) Pathway Makanan yang mengandung tiramin, monosodium, glutamat, nitrit dan produk susu

Faktor psikologis

Faktor lingkungan dan polusi

Migrain

Pembuluh ekstrakranial dan intrakranial mengalami dilatasi

Vasokontriksi arteri kulit dan pembuluh darah retina

Iskemik kortikal Peningkatan TIK

Hiperpermeabilitas pembuluh darah Risiko perfusi serebral tidak efektif

Menstimulasi hipotalamus dan nervus vagus Nyeri Akut

Suplai Oksigen menurun

Peningkatan asam lambung

Nausea

kesemutan, pusing dan lemah pada ekstrimitas

Intoleransi aktivitas

6) Klasifikasi a. Migraine tanpa aura ( migraine without aura ) Sebelum disebut mgraine umum atau hemi krania simplek Deskripsinya adalah nyeri kepala idioplastik berulang dengan lama serangan 4 jam sampai 72 jam. Karakteristik yang khas berupa lokasi unilateral, kualitas berdenyut. b. Migraine dengan aura ( migraine with aura ) Sebelum disebut dengan migraine klasik, migraine oftalmik, migraine hemiplegi, migraine afasia, migraine komplikata. Deskripsinya adalah kelainan idioplastik yang berulang, lokasi di cortek cerebra atau batang otak, timbul secara bertahap dalam waktu 5 – 20 menit. c. Migraine oftalmoplegi ( oftalmoplegie migraine ) Adalah serangan nyeri kepala berulang disertai paresis satu atau lebih dari syaraf kranials untuk mata, tanpa adanya lwsi intra kranial. d. Migraine Retina. Adalah serangan skotoma atau buta monokuler yang berulang yang berlangsung kurang dari 1 jam dengan atau tanpa nyeri. 7) Pemeriksaan Fisik a. Meliputi pemeriksaan umum berupa pencatatan fungsi vital tekanan darah, frekuensi nadi, pernapasan, suhu tubuh untuk menyingkirkan penyakit-penyakit sistemik; funduskopi penting untuk mendeteksi adanya papiledema dan/atau tanda-tanda hi- pertensi. b. Palpasi daerah kepala dan leher dilakukan untuk men- deteksi kelainan lokal. Rasa nyeri di daerah kepala, sinus dan/atau gigi geligi bisa menyertai serangan migren dan beberapa saat sesudahnya; otot- ototjuga bisa terasa nyeri, baik pada migren maupun pada nyeri kepala tipe tegang; kadang-kadang nyeri ditimbulkan saat menyisir rambut. Rasa nyeri ini perlu dibedakan dengan yang disebabkan oleh miositis. Pada tumor atau hematoma subdural, kadang-kadang nyeri dapat dibangkitkan o!eh perkusi di daerah yang terkena. Nyeri fokal dapat dijumpai di daerah bekas luka kepala. Penekanan daerah arteri seperti di daerah temporal, supra-orbital atau oksipital dapat mengurangi nyeri kepala migrenatau yang berkaitan

dengan hipertensi. Nyeri kepala tipe tegang dapat dikurangi dengan massage dan/atau kompres hangat di daerah otot-otot kepala/leher, sebaliknya memberat bila otot/ daerah tersebut dimanipulasi terlalu keras. Pemeriksaan neurologik, selain funduskopi, meliputi pemeriksaan tanda rangsang meningeal (Kernig, Brudzinsky, kaku kuduk), fungsi saraf otak (pupil, gerak bola mata, sensibilitas wajah), kekuatan motorik dan refleks, fungsi sensorik/sensibi- litas dan fungsi mental terutama perubahan tingkah laku dan kebiasaan. Ptosis dapat menyertai serangan migren (oftalmoplegik), tetapi harus diwaspadai kemungkinan disebabkan oleh tumor, aneurisma, terutama bila disertai midriasis dan refleks cahaya melambat. Nyeri kepala tipe kiaster kadang-kadang dapat menyebabkan sindrom Homer (miosis, ptosis, enoftalmus), sedangkan foto- fobia dapat disertai injeksi sklera/konjungtiva pada meningitis, kelainan sinus/mata, tumor, migren atau nyeri kepala tipe tegang. Papiledema merupakan tanda adanya massa intrakranial (tumor, hematom), kadang-kadang ditemukan pada ensefalopati nipertensif. 8) Pemeriksaan Diagnostik a. MRI atau CT Scan, yang dapat digunakan untuk menyingkirkan tumor dan perdarahan otak. b. Punksi Lumbal, dilakukan jika diperkirakan ada meningitis atau perdarahan otak. 9) Terapi a. Terapi Obat Jenis-jenis obat migrain antara lain : Anti Migrain digunakan untuk menghentikan serangan migrain, meliputi : •

Anti-Inflamasi Non Steroid (NSAID), misalnya aspirin, ibuprofen, yang merupakan obat lini pertama untuk mengurangi gejala migrain.



Triptan (agonis reseptor serotonin). Obat ini diberikan untuk menghentikan serangan migrain akut secara cepat. Triptan juga digunakan untk mencegah migrain haid.



Ergotamin, misalnya Cafegot, obat ini tidak seefektif triptan dalam mengobati migrain.



Midrin, merupakan obat yang terdiri dari isometheptana, asetaminofen, dan dikloralfenazon. Kalau di Indonesia dijumpai kombinasi antara asetaminofen (parasetamol) dan profenazon.

b. Terapi komplementer 1. Terapi Akupresur Yaitu dengan melakukan tekanan jari pada titik tertentu untuk menimbulkan aliran energi di sekujur tubuh. Tindakan ini dapat membantu relaksasi otot dan mengurangi nyeri kepala. Titik yang dapat dipilih untuk mengurangi nyeri kepala : LR 3, GB 43, ST 36, GB 21, GB 20, EX HN 3, EX HN 5, ST 8, GV 20

Jika pada pasien migraine ditemukan keluhan mual, maka dapat dilakukan terapi akupresure dengan memilih titik : ST 36, PC 6, CV 12

Jika pasien migraine, mengeluh badan lelah / lemas maka dapat dilakukan terapi akupresure untuk meningkatkan energy tubuh dengan memilih titik : SP 6, GB 39, GB 34, ST 36, PC 6, LI 4, TE 5, GB 21, GB 20, EX-HN 3, GV 20

2. Terapi herbal aromaterapi Pemberian aromaterapi dapat memodulasi otak untuk memberikan perasaan tenang dan rileks. Intervensi ini dapat mempengaruhi keterlibatan otak dalam menginterpretasikan stimulus nyeri. Perasaan tenang yang ditimbulkan dari intervensi pemberian aromaterapi dapat mengeliminasi perasaan cemas, takut dan interpretasi lain dari stimulus nyeri yang diterima otak, hal ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan persepsi nyeri kepala migren yang dirasakan penderita. Pemberian aromaterapi diberikan dengan cara inhalasi melalui metode penguapan. Hal ini kemudian menyebabkan perbaikan vaskuler pada otak. Pembuluh darah di otak pada penderita migren mengalami perbaikan, dengan kenormalan pembuluh darah otak maka nyeri kepala pada penderita migren akan menurun. Aromaterapi yang paling banyak diminati oleh klien adalah wangi peppermint, hal ini disebabkan klien lebih mengenal wangi peppermint dibandingkan wangi lavender.

10) Komplikasi a) Stroke iskemik. Risiko terkena stroke jenis ini meningkat pada penderita migrain yang memiliki riwayat hipertensi, atau penyakit jantung dan pembuluh darah. b) Masalah psikologis, seperti depresi, cemas, atau panik. c) Migrain kronis, di mana serangan migrain bertahan lebih dari 15 hari dalam waktu tiga bulan. d) Gejala aura yang tidak hilang selama lebih dari 1 minggu usai serangan migrain. e) Status migrainosus, yaitu serangan migrain parah yang bertahan lebih dari tiga hari.

B. Konsep asuhan keperawatan 1) Pengkajian Pengkajian merupakan langkah awal dari dasar dalam proses keperawatan secara keseluruhan guna mendapat data atau informasi yang dibutuhkan untuk menentukan masalah kesehatan yang dihadapi pasien melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik meliputi : a) Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,, b) Riwayat Penyakit sekarang : c) Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh sakit kepala sebelah. d) Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.

e) Aktivitas / Istirahat Letih, lelah, malaise, ketegangan mata, insomnia, bangun pada pagi hari disertai nyeri kepala, aktivitas kerja.

f) Sirkulasi Riwayat hipertensi, hipertensi, denyutan vaskuler (misl. Di daerah temporal), pucat, wajah tampak kemerahan.

g) Integritas Ego Factor-faktor stress emosional, ansietas, perasaan ketidak mampuan. h) Makanan/Cairan Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan. i) Neurosensori Pening, tidak mampu konsentrasi, riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke, epistaksis, parestesia, perubahan dalam pola bicara, papiledema. j) Nyeri/Kenyamanan Nyeri yang dirasakan mungkin menyeluruh atau unilateral, kedutan kuat, mungkin dimulai pada sekeliling mata dan/atau menyebar kedua mata, pucat pada daerah wajah, gelisah.

k) Keamanan Riwayat alergi, demam, gangguan cara berjalan, parastesia,paralisis, drainase nasal purulen. l) Interaksi social Perubahan dalam tanggung jawab peran 2) Diagnosa keperawatan 1) Neusea b.d. peningkatan asam lambung ditandai dengan mual dan muntah 2) Nyeri akut b.d. vasodilatasi pembuluh darah dan gangguan vaskuler ditandai dengan peningkatan tekanan darah, pernafasan meningkat, nadi meningkat, dilatasi pupil, mengatakan nyeri secara verbal, wajah tampak meringis. 3) Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan umum ditandai dengan respon terhadap aktivitas menunjukkan nadi dan tekanan darah abnormal, ketidaknyamanan, kelelahan, kelemahan. 4) Risiko perfusi jaringan Cerebral tidak efektif b.d. aliran arteri ke cerebral terhambat ditandai dengan perubahan reaksi pupil, terjadi kelemahan ekstimitas atau paralisis, perubahan resppon motorik.

3) Intervensi NO 1

DIAGNOSA Nausea berhubungan

TUJUAN NOC

dengan peningkatan



asam lambung

INTERVENSI Nausea Management and 1. Lakukan

Nausea

RASIONAL 1. Mengidentifikasi keefektifan

Vomiting

pengkajian

intervensi yang

Control

lengkap rasa mual

diberikan

Nausea

termasuk

&vomiting

frekuensi, durasi,

pengaruh mual

severity

tingkat mual, dan

terhadap kualitas

Kriteria hasil

faktor yang

hidup pasien.



menyebabkan



Pasien

dapat

menghindari

2. Evaluasi efek mual

faktor



pasien dan

nausea dengan

makan pasien,

baik

aktivitas sehari-

menghindari

Pasien

hari, dan pola tidur

terjadinya mual

melakukan

pasien 3. Anjurkan makan

point P6 untuk

sedikit tapi sering

mencegah

dan dalam keadaan

mengurangi

hangat 4. Anjurkan pasien

menegah mual 4. Untuk

5. Untuk menghindari efek mual 6. Membantu mengurangi efek mual dan

Pasien

mengurangi

mengatakan

jumlah makanan

tidak mual

yang bisa

dengan aksi

Pasien

menimbulkan

sentralnya pada

mengatakan

mual.

hipotalamus

tidak muntah 

kebutuhan nutrisi

terhadap nafsu

mual



3. Memenuhi

penyebab

acupressure



pasien mual.

2. Mengidentifikasi

Tidak

ada

5. Berikan istirahat dan tidur yang

peningkatan

adekuat untuk

sekresi saliva

mengurangi mual

menegah muntah 7. Menurangi mual

6. Berikan tindakan akupresur untuk mengurangi nyeri, manipulasi pada titik : ST 36, PC 6, CV 12 7. Kolaborasi pemberian antiemetik 2

Nyeri akut berhubungan NOC : dengan

vasodilatasi 

pembuluh

darah

dan 

gangguan vaskuler



Pain level

Paint Management 1. Lakukan

Pain control

pengkajian nyeri

Comfort level

secara

1. Menentukan tindakan selanjutnya 2. Untuk menambah

Kriteria hasil :

komprehensif

kenyamanan



Mampu

termasuk lokasi,

pasien

mengontrol

karakteristik,

nyeri

durasi, frekuensi

Melaporkan

kualitas dan faktor

bahwa nyeri

prepitasi



berkurang



tambahan 4. Untuk memberikan ketenangan dan

dengan

lingkungan yang

kenyamanan pada

menggunakan

dapat

pasien

manajemen

mempengaruhi

nyeri

nyeri seperti suhu,

mengurangi rasa

Mampu

pencahayaan dan

nyeri dan

mengenali

kebisingan

memberikan rasa

nyeri (skala,



2. Kontrol

3. Sebagai analgesik

3. Lakukan teknik

intensitas,

pengurangan nyeri

frekuensi dan

nonfarmakologis

tanda nyeri)

(nafas dalam)

Menyatakan rasa nyaman

4. Berikan aromatherapy

5. Untuk

nyaman pada pasien 6. Untuk mengetahui riwayat alergi pasien terhadap

setelah nyeri

berupa wangi

berkurang

peppermint 5. Berikan tindakan

§

akupresur untuk mengurangi nyeri, manipulasi pada titik : LR 3, GB 43, ST 36, GB 21, GB 20, EX HN 3, EX HN 5, ST 8, GV 20 Analgesic Administration 6. Cek riwayat alergi 7. Berikanan analgesik sesuai ketentuan

obat 7. Untuk mengurangi rasa nyeri

3

Intoleransi berhubungan

aktivitas NOC : dengan 

kelemahan umum 

memilih aktivitas

teralau berat dan

Tolerance

yang sesuai dengan

tidak sesuai

Fatigue Level

kondisi.

dengan kondisi

 



klian dapat

melakukan

memperburuk

saat aktivitas

aktivitas/latihan

toleransi

dalam batas

fisik secara teratur.

terhadap latihan.

3. Tentukan

2. Melatih

100%)

pembatasan

kekuatan dan

Tanda tanda

aktivitas fisik pada

irama jantung

vital dalam

klien

selama aktivitas.

batas normal 

2. Bantu klien untuk

Saturasi O2

normal (95

1. Aktivitas yang

Activity

Kriteria Hasil : 

1. Bantu klien

4. Tentukan

3. Mencegah

Tidak nampak

penyebab

penggunaan

kelelahan

kelelahan

energy yang

Tidak nampak

(perawatan, nyeri,

berlebihan

lesu

pengobatan)

karena dapat

Tidak ada

5. Berikan terapi

penurunan

akupresure untuk

nafsu makan

meningkatkan

Tidak ada sakit kepala

menimbulkan kelelahan. 4. Mengetahui

energy/stamina

sumber asupan

tubuh, dengan

energy klien.

menstimulasi titik :

5. Untuk

SP 6, GB 39, GB

menstimulasi

34, ST 36, PC 6,

tubuh pasien

LI 4, TE 5, GB 21,

agar mendapat

GB 20, EX-HN 3,

kecukupan

GV 20

energy

4

Risiko perfusi jaringan NOC

Peripheral Sensation 1. Dapat

efektif 

Circulation

Management

dengan

status

1. Pertahankan tirah

aliran arteri ke cerebral 

Tissue

baring dengan

istirahat dan

terhambat

Prefusion

posisi kepala datar

menurunkan

dan pantau tanda

stimulasi sensori

vital

yang berlebihan

serebral

tidak

berhubungan

:

cerebral Kriteria Hasil : 





Tidak

terjadi

2. Berikan tindakan

menurunkan TIK 2. Meningkatkan

3. mencegah

perubahan

yang

kelelahan

reaksi pupil

menimbulkan rasa

berlebihan.

Tidak

nyaman, sperti

Aktivitas yang

kelemahan

massage

dilakukan secara

ekstimitas atau

punggung,

terus menerus

paralisis

lingkungan yang

dapat

tenang, suara yang

meningkatkan

perubahan

halus dan

TIK dengan

respon

sentuhan yang

menghasilkan

motorik.

lembut.

akumulatif

Tidak

terjadi

terjadi

3. Berikan waktu istirahat antara

stimulus. 4. Untuk

aktivitas

mempercepat

perawatan dan

penyembuhan

batasi lamanya

pasien

tindakan tersebut. 4. Berikan obat sesuai indikasi

KASUS Pasien A datang dengan keluhan utama nyeri kepala. Sakit kepala dirasakan sudah 2 bulan yang lalu dan sebelumnya sudah pernah di bawa ke Rumah Sakit dan pasien mengatakan sudah sembuh, tetapi sekarang sakit kepala pasien kambuh, Sakit kepala terasa berdenyut seperti mau pecah pada kepala bagian kiri dari sekitar mata sebelah kiri, dahi hingga belakang kepala, timbul tidak tiap hari. Saat sakit kepala kambuh, pasien merasakan mual dan ingin muntah, serta tubuh terasa lemah. Sakit kepala bertambah saat beraktivitas sehingga aktivitas sehari- hari terganggu. Keluhan berkurang saat pasien memejamkan mata. A. PENGKAJIAN: 1. Identitas : Nama

: Ny. A

Umur

: 32 tahun

Suku/Bangsa

: Bali / Indonesia

Agama

: Hindu

Pendidikan

: Ibu rumah tangga

Alamat

: Jl. WR.Supratman no. 30 Denpasar

Penanggung jawab biaya

: Bpk. D

Alamat

: Jl. WR.Supratman no. 30 Denpasar

Diagnosis Medis

: Nyeri kepala migren

Tanggal Pengkajian

: 10 desember 2018

Tanggal Masuk RS

: 10 desember 2018

No. Register

: 6290901

2. Riwayat Kesehatan Keluhan utama: Nyeri kepala Riwayat penyakit sekarang: Pasien mengatakan sakit kepala, sakit kepala terasa berdenyut seperti mau pecah dari sekitar mata sebelah kiri, dahi hingga belakang kepala, timbul tidak tiap hari. Saat sakit kepala kambuh, pasien merasakan mual dan ingin muntah, serta tubuh terasa lemah. Sakit kepala bertambah saat beraktivitas sehingga

aktivitas sehari- hari terganggu. Keluhan berkurang saat pasien memejamkan mata. Riwayat penyakit dahulu: Pasien pernah mengalami serangan seperti ini namun tidak separah sekarang Riwayat penyakit keluarga Pasien mengaku bahwa pada beberapa keluarga juga mengeluh penyakit migren. 3. Pola kesehatan fungsional gordon a. Persepsi terhadap kesehatan – Manajemen Kesehatan Pasien dan keluarga mengatakan apabila ada salah satu anggota keluarganya yang sakit biasanya dibelikan obat diwarung atau dibawa ke pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau dokter rumah b. Pola nutrisi dan metabolic Sebelum sakit pola makan pasien teratur 3x sehari dengan menu nasi,lauk,sayur satu porsi habis dan pasien minum kurang lebih 6-8 gelas/hari. Saat sakit, pasien mengatakan makan pola makan tidak ada masalah, tetapi saat sakit kepala kambuh, seperti yang dialami sekarang, pasien mengatakan mual dan ingin muntah c. Pola eliminasi Sebelum dan saat sakit pasien mengatakan BAB tiap hari sekali, tidak ada masalah dalam pencernaan, konsistensi lembek,warna feces kuning, BAK 6-8 kali/hari, sekali kencing kurang lebih 300cc warna jernih, bau khas urine d. Pola aktivitas dan latihan Sebelum sakit pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari hari sebagai pedagang dan ibu rumah tangga. Akan tetapi saat sakit kepalanya kambuh seperti saat ini,

pasien mengatakan tidak dapat melakukan

aktivitas sehari – hari karena tubuhnya lemas e. Pola istirahat tidur Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami gangguan tidur, biasa tidur kurang lebih 7-8 jam perhari, tidur siang kadang-kadang. Selama

sakit klien mengatakan sedikit terganggu tidurnya karena nyeri, namun bisa tidur bila sudah minum obat penghilang rasa nyeri. f. Pola kognitif dan perseptual Sebelum dan selama sakit pasien tidak mengalami gangguan pada indra pendengaran,penglihatan, perasaan dan penciuman. Semua fungsi indra masih berfungsi dengan baik. Persepsi nyeri pasien : P : kepala Q: nyeri dirasa berdenyut R : Nyeri dirasakan pada kepala bagian kiri dari sekitar mata sebelah kiri, dahi hingga belakang kepala. S : Nyeri dirasakan pada skala 4 T : Nyeri dirasakan hilang timbul g. Pola persepsi-konsep diri Pasien mengatakan tidak malu dengan keadaannya sekarang dan pasien mengatakan ingin cepat sembuh h. Pola peran-hubungan Hubungan pasien dan keluarga baik dan harmonis i. Pola sexual –reproduksi Pasien mengatakan menstruasi pertama saat usia 14 tahun.Pasien sudah menikah dan memiliki 2 orang anak.Sebelum sakit pola seksual pasien baik. j. Pola Toleransi Stress-Koping Pasien mengatakan saat ini sudah menerima kondisi yang dialami saat ini, pasien mengatakan memejamkan mata dan tiduran untuk mengurangi rasa nyeri kepala saat kambuh k. Pola Nilai dan Kepercayaan Pasien beragama Hindu, Keluarga pasien mengatakan bahwa penyakit pasien ini adalah cobaan dari Tuhan bukan ulah manusia. Keluarga

pasien

mengatakan

mempengaruhi pengobatan.

tidak

ada

larangan

agama

yang

4. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum : keadaan umum pasien baik, pasien tampak meringis Tingkat Kesadaran : compos mentis GCS (Glassalow Coma Scale ) : E4V5M6 b. Tanda-Tanda Vital TD : 130/80 mm/Hg

RR : 20 x/mnt, N : 88 x/mnt,

S : 36,4°C

c. Kepala : -

Inspeksi : simetris, bersih, tidak ada lesi, rambut berwarna hitam

-

Palpasi

: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan

kuat/tidak rapuh d. Mata -

Inspeksi : simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih.

e. Hidung -

Inspeksi : simetris, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda

-

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

f. Telinga -

Inspeksi : bentuk dan posisi simetris kiri kanan, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak terdapat

-

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

g. Mulut -

Inspeksi : mukosa mulut dan bibir, lembab, tidak ada lesi dan stomatitis, jumlah gigi lengkap, tidak ada gigi berlubang

h. Leher - Inspeksi : warna sama dengan kulit lain, bentuk simetris -

Palpasi : tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri

i. Dada 

Paru -

Inspeksi : bentuk simetris

-

Palpasi : tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris, taktil vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba.



-

Perkusi : redup

-

Auskultasi : terdapat suara nafas vesikuler

Jantung -

Inspeksi : bentuk simetris

-

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

-

Perkusi : redup

-

Auskultasi : S1-S2 tunggal regular

j. Abdomen -

Inspeksi : bentuk simetris

-

Auskultasi : bisisng usus (+) terdengar 12x/ menit

-

Perkusi : Tympani

-

Palpasi : tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan penumpukan cairan

k. Ekstremitas 



Ekstremitas atas -

Inspeksi : simetris kiri kanan, jari tangan lengkap, tidak ada lesi

-

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Ekstremitas bawah -

Inspeksi : simetris kiri kanan, jari kaki lengkap, tidak ada lesi

-

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema

l. Genetalia dan anus -

Inspeksi : bersih, mukosa lembab, semetris tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus /bau)

-

Palpasi

: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/

tanda-tanda infeksi dan pendarahan

5. Pemeriksaan penunjang Lampiran pemeriksaan penunjang saat pasien melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit a. Hematologi Hb : 13, 10 g/dl (12-15) Ht : 40,3 % (35-47) Eritrosit : 4,74 juta/mm3 (3,9-5,6) Leukosit : 15,4 ribu/mm3 (4-11) Trombosit : 285 ribu/mm3 (150-400) GDS : 281mg/dl (80-110) b. RFT Ureum : 21 mg/dl (15-39) Creatinin : 0,9 mg/dl (0,6-1,3) c. Elektrolit Natrium : 128 mmol/l (136-145) Chorida : 98 mmol/l (98-107) Kalium : 3,5 mmol/l (3,5-5,1) Calsium : 2,42 mmol/l (2,12-2,52) d. CT-Scan tanggal 10 desember 2018 Kesan : Peningkatan TIK 6. Analisa data No. 1

Data

Etiologi

DS : Pasien megatakan nyeri kepala, terasa berdenyut seperti mau pecah pada kepala bagian kiri dari sekitar mata sebelah kiri, dahi hingga belakang kepala, skala nyeri 4 dari (1-10), pasien mengatakan nyeri hilang timbul DO : Pasien tampak meringis

Migrain Pembuluh ekstrakranial dan intrakranial mengalami dilatasi Hiperpermeabilitas pembuluh darah Nyeri akut

Masalah Kolaboratif/ Keperawatan Nyeri akut

2

DS : Pasien mengatakan sakit kepala kambuh, pasien merasa mual dan ingin muntah DO : Pasien tampak meringis

Migrain

Nausea

Pembuluh ekstrakranial dan intrakranial mengalami dilatasi Peningkatan TIK Menstimulasi hipotalamus dan nervus vagus

Peningkatan asam lambung

3

DS : Pasien tubuhnya terasa lemas, saat sakit kepalanya kambuh DO : Pasien tampak meringis, pasien tampak lemah

Nausea Migren

Intoleransi Aktivitas

Vasokontriksi arteri kulit dan pembuluh darah retina Iskemik kortikal Suplai O2 menurun Kesemutan, pusing dan lemah pada ekstrimitas

Intoleransi aktivitas

B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan hiperpermeabilitas pembuluh darah dibuktikan dengan pasien megatakan nyeri kepala, terasa berdenyut seperti mau pecah pada kepala bagian kiri dari sekitar mata sebelah kiri, dahi hingga belakang kepala, skala nyeri 4 dari (1-10), pasien mengatakan nyeri hilang timbul, pasien tampak meringis. 2. Nausea berhubungan dengan peningkatan asam lambung dibuktikan dengan pasien mengatakan sakit kepala kambuh, pasien merasa mual dan ingin muntah, pasien tampak meringis

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan pasien tubuhnya terasa lemas, saat sakit kepalanya kambuh, pasien tampak meringis, pasien tampak lemah NO 1

C. Intervensi DIAGNOSA Nyeri akut berhubungan

TUJUAN Setelah diberikan

dengan

asuhan

lingkungan yang

kenyamanan

hiperpermeabilitas

keperawatan

dapat

pasien

pembuluh darah

selama 1 x 30

mempengaruhi

dibuktikan dengan

menit diharapkan

nyeri seperti suhu,

pasien megatakan nyeri

pasien tidak

pencahayaan dan

kepala, terasa berdenyut

merasakan nyeri

kebisingan

seperti mau pecah pada

Dengan kriteria

kepala bagian kiri dari

hasil :

pengurangan nyeri

sekitar mata sebelah



Mampu

nonfarmakologis

kiri, dahi hingga

mengontrol

(nafas dalam)

belakang kepala, skala

nyeri

nyeri 4 dari (1-10),



INTERVENSI 1. Kontrol

2. Lakukan teknik

3. Berikan

RASIONAL 1. Untuk menambah

2. Sebagai analgesik tambahan 3. Untuk menambah ketenangan dan kenyamanan pasien 4. Untuk mengurangi rasa nyeri dan

Melaporkan

aromatherapy

memberikan rasa

pasien mengatakan

bahwa nyeri

berupa wangi

nyaman pada

nyeri hilang timbul,

berkurang

peppermint

pasien

pasien tampak meringis.

dengan



5. Untuk

menggunakan

akupresur untuk

mengurangi rasa

manajemen

mengurangi nyeri,

nyeri

nyeri

manipulasi pada

Mampu

titik : LR 3, GB

mengenali

43, ST 36, GB 21,

nyeri (skala,

GB 20, EX HN 3,

intensitas,

EX HN 5, ST 8,

frekuensi dan

GV 20

tanda nyeri) 

4. Berikan tindakan

5. kolaborasi

Menyatakan

analgesik sesuai

rasa nyaman

ketentuan

setelah nyeri berkurang

2

Nausea berhubungan

Setelah diberikan

Nausea Management

dengan peningkatan

asuhan

1. Lakukan

asam lambung

keperawatan

pengkajian

intervensi yang

dibuktikan dengan

selama 1 x 20

lengkap rasa mual

diberikan

pasien mengatakan sakit

menit diharapkan

termasuk

kepala kambuh, pasien

rasa mual pasien

frekuensi, durasi,

kebutuhan nutrisi

merasa mual dan ingin

hilang. Dengan

tingkat mual, dan

pasien dan

muntah, pasien tampak

kriteria hasil :

faktor yang

menegah mual

meringis



menyebabkan

Pasien

dapat

menghindari

2. Anjurkan makan

faktor







keefektifan

2. Memenuhi

3. Untuk menghindari terjadinya mual

penyebab

sedikit tapi sering

nausea dengan

dan dalam keadaan

menghindari efek

baik

hangat

mual

3. Anjurkan pasien

Pasien

4. Untuk

5. Membantu

melakukan

mengurangi

mengurangi efek

acupressure

jumlah makanan

mual dan

point P6 untuk

yang bisa

menegah muntah

mencegah

menimbulkan

mengurangi

mual. 4. Berikan istirahat

mual 

pasien mual.

1. Mengidentifikasi

Pasien

dan tidur yang

mengatakan

adekuat untuk

tidak mual

mengurangi mual 5. Berikan tindakan

Pasien mengatakan

akupresur untuk

tidak muntah

mengurangi mual,

Tidak

manipulasi pada

ada

6. Menurangi mual dengan aksi sentralnya pada hipotalamus

peningkatan

titik : ST 36, PC 6,

sekresi saliva

CV 12 6. Kolaborasi pemberian antiemetik

3

Intoleransi aktivitas

Setelah diberikan

berhubungan dengan

asuhan

memilih aktivitas

teralau berat dan

kelemahan dibuktikan

keperawatan

yang sesuai

tidak sesuai

dengan pasien tubuhnya

selama 1 x 20

dengan kondisi.

dengan kondisi

terasa lemas, saat sakit

menit diharapkan

kepalanya kambuh,

rasa mual pasien

pembatasan

memperburuk

pasien tampak meringis,

hilang. Dengan

aktivitas fisik pada

toleransi

pasien tampak lemah

kriteria hasil :

klien

terhadap latihan.





  

Saturasi O2

2. Tentukan

3. Berikan terapi

1. Aktivitas yang

klian dapat

2. Mencegah

saat aktivitas

akupresure untuk

penggunaan

dalam batas

meningkatkan

energy yang

normal (95-

energy/stamina

berlebihan

100%)

tubuh, dengan

karena dapat

Tanda tanda

menstimulasi titik :

menimbulkan

vital dalam

SP 6, GB 39, GB

kelelahan.

batas normal

34, ST 36, PC 6,

Tidak nampak

LI 4, TE 5, GB 21,

menstimulasi

kelelahan

GB 20, EX-HN 3,

tubuh pasien

Tidak nampak

GV 20

agar mendapat

3. Untuk

lesu

kecukupan

Tidak ada

energy

penurunan nafsu makan 

1. Bantu klien

Tidak ada sakit kepala

D. Implementasi Hari/Tgl/Jam No. Tindakan Keperawatan Dx 10 Desember 1,2,3 1. Mengobservasi vital sign 2018 pasien 10.00

Evaluasi

10.05

1

2. Mengkaji nyeri pasien

DS : pasien mengatakan nyeri yang dirasa pada kepala sebelah kiri, skala nyeri 4 dari 1-10, nyeri yang dirasa berdenyut, nyeri yang dirasa hilang timbul DO : pasien tampak meringis

10.07

2

3. Mengkaji rasa mual pasien DS : pasien mengatakan rasa mualnya mulai muncul saat nyeri kepala kambuh, seperti yang dirasa sekarang DO : pasien tampak meringis

10.10

1

4. Mengontrol lingkungan pasien

DS : pasien mengatakan merasa nyaman DO : pasien tampak lebih tenang

10.15

1

5. Mengajarkan pasien teknik distraksi dan relaksasi nafas dalam

DS: pasien mengatakan merasa nyaman setelah melakukan teknik distrkasi dan relaksasi nafas dalam DO : pasien tampak melakukan teknik distraksi dan relaksasi secara benar

10.17

1

6. Memberikan aromaterapi berupa wangi peppermint

DS : pasien merasa nyaman dan tenang setelah diberikan aromaterapi DO : pasien tampak tenang

10.20

1

7. Memberikan tindakan akupresur untuk mengurangi nyeri, manipulasi pada titik : LR 3, GB 43, ST 36, GB 21, GB 20, EX HN 3, EX HN 5, ST 8, GV 20

DS : pasien mengatakan bersedia diberikan terapi akupresur DO : pasien tampak kooperatif

10.20

2

8. Berikan tindakan akupresur untuk mengurangi mual,

DS : pasien mengatakan bersedia diberikan terapi akupresur DO : pasien tampak kooperatif

DS : DO : S= 36,40C, N = 87 x/mnt, TD = 130/80 mmHg, RR = 20x/mnt, KU lemah, pasien tampak meringis

Ttd

manipulasi pada titik : ST 36, PC 6, CV 12 10.20

3

9. Berikan terapi akupresure untuk meningkatkan energy/stamina tubuh, dengan menstimulasi titik : SP 6, GB 39, GB 34, ST 36, PC 6, LI 4, TE 5, GB 21, GB 20, EX-HN 3, GV 20

DS : pasien mengatakan bersedia diberikan terapi akupresur DO : pasien tampak kooperatif

10. 50

2

9. Memberikan KIE makan sedikit tapi sering dan dalam keadaan hangat

DS : Pasien mengatakan akan melakukan intruksi yang diberikan oleh perawat DO : pasien tampak memahami KIE yang diberikan perawat

10.55

2

10. Memberikan KIE untuk mengurangi jumlah makanan yang bisa menimbulkan mual.

DS : Pasien mengatakan akan melakukan intruksi yang diberikan oleh perawat DO : pasien tampak memahami KIE yang diberikan perawat

10.57

1,2,3 11. Memberikan KIE untuk memperbanyak istirahat

DS : Pasien mengatakan akan melakukan intruksi yang diberikan oleh perawat DO : pasien tampak memahami KIE yang diberikan perawat

11.00

3

12. Memberikan KIE untuk melakukan aktivitas ringan dan membatasi aktivitas yang berat

DS : Pasien mengatakan akan melakukan intruksi yang diberikan oleh perawat DO : pasien tampak memahami KIE yang diberikan perawat

11.10

1,2

13. Mengkolaborasikan dan memberikan KIE pemberian obat

DS : Pasien mengatakan akan melakukan intruksi konsumi obat yang sudah dijelaskan DO : pasien tampak memahami KIE tentang obat yang diberikan perawat

E. Evaluasi No Hari/Tgl 1 10 Desember 2018

No.Dx Evaluasi 1 S : pasien mengatakan setelah diberikan terapi akupresur dan aromaterapi nyeri yang dirasa berkurang dengan skala 1 dari (1-10). Pasien mengatakan merasa nyaman O : KU pasien baik, pasien sudah tidak meringis A:masalah nyeri akut teratasi P : pertahankan kondisi pasien

2

10 Desember 2018

2

S : pasien mengatakan setelah diberikan terapi akupresur, rasa mual yang tadi muncul sudah hilang. Pasien mengatakan merasa nyaman O : pasien tampak tenang, dan tidak tampak meringis A : masalah nausea teratasi P : pertahankan kondisi pasien

3

10 Desember 2018

3

S : pasien mengatakan setelah diberikan terapi akupresur, pasien mengatakan lebih berenergy, lemas sudah berkurang O : pasien tampak tidak lemas A : masalah intoleransi aktivitas teratasi P : pertahankan kondisi pasien

Ttd

BAB III PENUTUP

A. Simpulan Migren merupakan salah satu bentuk sakit kepala yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah. Disebabkan oleh defek biologis,lingkungan, makanan, obat-obatan , monosodium glutamate. Tanda dan gejala dari migren adalah sakit kepala yang hebat, berdenyut dan menyerang kepala pada satu sisi. Gejala lain yang menyertai migren antara lain, mual, wajah pucat, kaki tangan dingin, serta penderita akan sensitif terhadap cahaya dan suara. Migren dapat di klasifikasikan menjadi : Migraine tanpa aura ( migraine without aura , Migraine dengan aura ( migraine with aura), Migraine oftalmoplegi ( oftalmoplegie migraine ), Migraine Retina. Jika migraine tidak ditangani akan menyebabkan stroke iskemik, untuk mencegah hal tersebut terjadi, pada pasien yang mengalami migraine dapat diberikan suatu terapi keperawatan komplementer, seperti akupresur dan aromatherapy. B. Saran Dalam melaksanakan suatu asuhan keperawatan hendaknya perawat harus selalu

mengaplikasikan

tindakan

mandri

yaitu

terapi

keperawatan

komplementer, guna membantu mempercepat pemulihan kondisi pasien

DAFTAR PUSTAKA

Haryanto, Joni. 2017. Aromaterapi Menurunkan Tingkat Nyeri Kepala Penderita Migren

(online)

Dalam

:

journal.unair.ac.id/JNERS/article/viewFile/4956/3198

https://eDiakses

pada

tanggal 6 Desember 2018

Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2012. Modul Orientasi Akupresur Bagi Petugas Puskesmas. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI

Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan : DPP PPNI

Riani. 2014. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Neurobehaviour Migrain (Online) Dalam : https://www.pdfcoke.com/document/247834451/ASKEPMIGRAIN Diakses pada tanggal 6 desember 2018 Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Vol. 1 (8th ed.). Jakarta: EGC. Willy,

Tjin.

2017.

Komplikasi

Migrain

(online).

Dalam

:

https://www.alodokter.com/migrain/komplikasi Diakses pada tanggal 6 desember 2018

Related Documents

Askep Migren New.docx
December 2019 18
Migren Bab 2.docx
October 2019 17
Askep
October 2019 90
Askep
July 2020 51
Askep
May 2020 71

More Documents from "mata elang"

Jon Diary Comic
December 2019 21
Inprimatzeko
May 2020 1
Hello.docx
May 2020 4
June 2020 9
Askep Migren New.docx
December 2019 18