Askep Keluarga Tahap Lansia..docx

  • Uploaded by: Yudis Tia
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Keluarga Tahap Lansia..docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,836
  • Pages: 22
TAHAP LANSIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga dengan tahap perkembangan usia lanjut merupakan tahap perkembangan dari keluarga yang merupakan tahap akhir dari sebuah tahapan keluarga. Pada tahap ini menurut Duvall dan Miller 1985 adalah tahap terakhir siklus kehidupan keluarga di mulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal Pada tahap perkembangan keluarga usia lanjut proses lanjut usia dan pensiun merupakan realita yang tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunya produktivitas dan fungsi kesehatan. Untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan keluarga usia lanjut keluarga harus mampu beradaptasi menghadapi stressor tersebut (Friedman, 1998). Keluarga pada tahap ini harus mampu memenuhi tugas-tugas perkembangan dalam keluarga yaitu mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut. Lansia merupakan kelompok umur yang memerlukan perhatian lebih, kerena telah mengalami berbagai kemunduran baik fungsi fisik maupun psikologisnya. Termasuk pada kemunduran pada sistem musculoskeletal diantaranya tulang, persendian, otot-otot pada lansia. Penurunan pada masa tulang dapat disebabkan karena ketidakaktifan fisik, perubahan hormonal dan resorbsi tulang. Efek dari penurunan masa tulang adalah tulang menjadi lemah, lunak dan dapat tertekan serta tulang berbatang panjang kurang dapat menahan sehingga mengakibatkan fraktur (Maryam,2008). Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitanya dengan timbulnya beberapa golongan nyeri sendi. Yang sering dialami pada usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah nyeri sendi (fitriani, 2009). Setiap orang, apalagi lansia (lanjut usia), tentu pernah merasakan nyeri selama perjalanan hidupnya. Perasaan ini kualitas dan kuantitasnya berbeda dari satu orang ke orang

lain, tergantung dari tempat nyeri, waktu, penyebab dan lain-lain. Pada lansia rasa nyeri ini sudah menurun, sehingga keluhan akan berkurang, karena kepekaan sarafnya sudah mulai berkurang bahkan bisa sampai hilang sama sekali. Karena berkurangnya rasa nyeri inilah maka diagnosis nyeri pada lansia sering kali sulit atau bahkan kabur untuk menentukan tempat/daerah asal nyeri (Warfields, 1991). Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al 2008, prevalensi nyeri sendi di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini menunjukan bahwa rasa nyeri sendi sudah cukup mengganggu aktivitas sangat padat di daerah perkotaan seperti mengendarai kendaraan di tengah arus kemacetan, duduk selama berjam-jam tanpa gerakan tubuh yang berati, tuntutan untuk tampil menarik dan prima, kurangya porsi berolahraga, serta faktor bertambahnya usia. Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit, sebagai pendidik kesehatan dan sebagai fasilitator agar pelayanan kesehatan mudah dijangkau dan perawat dengan mudah dapat menampung permasalahan yang di hadapi keluarga serta membantu mencarikan jalan pemecahnya, misalnya mengajarkan kepada keluarga untuk mencegah agar tidak terjadi penyakit nyeri sendi. Peran klien dan keluarga lebih difokuskan untuk menjalankan lima tugas keluarga tersebut adalah mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat (Friedman, 1998). B. Tujuan a. Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga tahap perkembangan lansia dengan nyeri sendi. b. Tujuan Khusus 

Mengetahui konsep lansia



Mengetahui konsep keluarga



Memahami asuhan keperawatan keluarga dengan tahap lansia

BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP KELUARGA 1. Pengertian Keluarga Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama melalui ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Ekasari, 2000). Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota. Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta mempertahankan budaya. Keluarga adalah suatu sistem sosial yang dapat menggambarkan adanya jaringan kerja dari orang-orang yang secara regular berinteraksi satu sama lain yang ditunjukkan oleh adanya hubungan yang saling tergantung dan mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan (Leininger, 1976). Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka mencapai tujuan bersama. 2. Tipe Keluarga 1) Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu : a) Keluarga Tradisional 

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.



Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau ditinggalkan.



Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.



Bujang dewasa yang tinggal sendiri



Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.



Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.

b) Keluarga non tradisional 

Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).



Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak



Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah



Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang sama.

2) Menurut Allender dan Spradley (2001) a) Keluarga tradisional 

Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat



Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi



Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak



Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.



Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa saja



Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut.

b) Keluarga non tradisional 

Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah



Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah



Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah tangga



Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan (2005)



Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.



Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama.



Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan

3. Fungsi keluarga Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya : Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan (2005), yaitu: 1) Fungsi afektif Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan kepribadian anggota keluarga. 2) Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya anak. 3) Fungsi perawatan kesehatan Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga. 4) Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga. 5) Fungsi biologis Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya. 6) Fungsi psikologis Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga. 7) Fungsi Pendidikan Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya. 4. Struktur Keluarga 1) Berdasarkan garis keturunan 

Patrilinear. Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak,saudara sedarah, dalam berbagai generasidimana hubungan itu menurut garis keturunan ayah.



Matriliniar. Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak, saudara dalam berbagai generasi dimana hubungan itu menurut garis keturunan ibu.

2) Berdasarkan jenis perkawinan 

Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dan istri.



Poligami adalah keluarga diman terdapat seorang suami dan lebih dari orang istri

3) Berdasarkan pemukiman 

Patrilokal adalah pasangan suami istri,tinggal bersama atau dekat keluarga sedarah suami.



Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan sedarah istri.



Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami maupun istri.

4) Berdasarkan kekuasaan 

Keluarga kabapaan. Dalam keluarga suami memegang peranan paling penting



Keluarga keibuan. Dalam hubungan keluarga istri memegang peranan paling penting



Keluarga setara. Peranan suami istri kurang lebih seimbang.

Ciri-Ciri Struktur Keluarga : a) Terorganisasi. Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga. b) Ada keterbatasan. Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi juga mereka mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing. c) Ada perbedaan dan kekhususan. Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

B. KONSEP LANSIA 1. Pengertian Lansia Masa lanjut usia adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Berikut beberapa pendapat mengenai pengertian masa tua:  Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara usia enam puluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orangorang dewasa lanjut yang lebih muda.  Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.  Menurut Bernice Neugarten(1968)James C. Chalhoun(1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.  Badan kesehatan dunia (WHO)menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, Lanjut usia tua (old) 75 - 90 tahun dan

Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. 2. Ciri-ciri masa lanjut usia: 

Adanya periode penurunan atau kemunduran. Yang disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis.



Perbedaan individu dalam efek penuaan. Ada yang menganggap periode ini sebagai waktunya untuk bersantai dan ada pula yang menganggapnya sebagai hukuman.



Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Yang menggambarkan masa tua tidaklah menyenangkan.



Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap orang berusia lanjut tidak begit dibutuhkan katena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga masyarakat yang masih menghormati orang yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar.



Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif tentang usia lanjut.



Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok yang lebih muda.



Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang disebabkan oleh sikap sosial yang negatif.



Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk memperlambat penuaan.

3. Proses Menua DepKes RI membagi Lansia sebagai berikut : Keluarga Menjelang Usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas, Keluarga Usia Lanjut (55-64 th) sebagai Presenium, Keluarga Usia Lanjut (65 th <) sebagai Masa Senium. Sedangkan WHO Lansia dibagi menjadi 3 kategori yaitu : Usia Lanjut 60 -70 tahun, Usia Tua 75 – 89 tahun, Usia sangat lanjut > 90 tahun. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. (Stanley Mickey, 2006. hal : 11 ).

Proses penuaan terbagi 2 yaitu : a. Penuan Primer : Perubahan pada tingkat sel b. Penuaan Sekunder : Prosses penuaan akibat faktor lingkungan fisik & sosial, stress Fisik/ Psikis , Gaya hidup dan diet dapat mempercepat proses menjadi tua. Secara Umum Perubahan Fisiologis Proses menua adalah sebagai berikut : a. Perubahan mikro terjadi dalam sel seperti : Berkurangnya cairan dalam sel, Berkurangnya besarnya sel, Berkurangnya jumlah sel. b. Perubahan Makro yang jelas terlihat seperti : Mengecilnya mandibula, Menipisnya discus intervertebralis, Erosi permukaan sendi-sendi, Osteoporosis, Atropi Otot, Emphysema Polmonum, Presbiopi, Arteriosklerosis, Menopouse pada wanita, Dementia Senilis, Kulit tidak elastis, Rambut memutih. 4. Perkembangan Masa Lanjut Usia 1. Perkembangan Fisik Penuaan terbagi atas penuaan primer ( primary aging) dan penuaan sekunder (secondary aging). Pada penuaan primer tubuh mulai melemah dan mengalami penurunan alamiah. Sedangkan pada proses penuaan sekunder, terjadi proses penuaan karena faktor-faktor eksteren, seperti lingkungan ataupun perilaku. Berbagai paparan lingkungan dapat mempengaruhi proses penuaan, misalnya cahaya ultraviolet serta gas karbindioksida yang dapat menimbulkan katarak, ataupun suara yang sangat keras seperti pada stasiun kereta api sehingga dapat menimbulkan berkurangnya kepekaan pendengaran. Selain hal yang telah disebutkan di atas perilaku yang kurang sehat juga dapat mempengaruhi cepatnya proses penuaan, seperti merokok yang dapat mengurangi fungsi organ pernapasan. Penuaan membuat seseorang mengalami perubahan postur tubuh. Kepadatan tulang dapat berkurang, tulang belakang dapat memadat sehingga membuat tulang punggung menjadi telihat pendek atau melengkung. Perubahan ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga terjadi osteoporosis, dan masalah ini merupakan hal yang sering dihadapi oleh para lansia. Penuaan yang terlihat pada kulit di seluruh tubuh lansia, kulit menjadi semakin menebal dan kendur atau semakin banyak keriput yang terjadi. Rambut yang menjadi putih juga merupakan salah satu ciri-ciri yang

menandai proses penuaan. Kulit yang menua menjadi menebal, lebih terlihat pucat dan kurang bersinar. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lapisan konektif ini dapat mengurangi kekuatan dan elasitas kulit, sehingga para lansia ini menjadi lebih rentan untuk terjadinya pendarahan di bawah kulit yang mengakibatkan kulit mejadi tampak biru dan memar. Dengan berkurangnya lapisan lemak resiko yang dihadapi oleh lansia menjadi lebih rentan untuk mengalami cedera kulit. Penuaan juga mengubah sistim saraf. Orang lanjut usia juga memiliki berbagai resiko pada sitem saraf, misalnya berbagai jenis infeksi yang diderita oleh seorang lansia juga dapat mempengaruhi proses berfikir ataupun perilaku. Penyebab lain yang menyebabkan kesulitan sesaat dalam proses berfikir dan perilaku adalah gangguan regulasi glukosa dan metabolisme lansia yang mengidap diabetes. Fluktuasi tingkat glukosa dapat menyebabkan gangguan berfikir. Perubahan signifikan dalam ingatan, berfikir atau perilakuan dapat mempengaruhi gaya hidup seorang lansia. Ketika terjadi degenerasi saraf, alat-alat indra dapat terpengaruh. Refleks dapat berkurang atau hilang. Alat-alat indra persebtual juga mengalami penuaan sejalan dengan perjalanan usia. Alat-alat indra menjadi kuranng tajam, dan orang dapat mengalami kesulitan dalam membedakan sesuatu yang lebih detail, misalnya ketika seorang lansia di suruh untuk membaca koran maka orang ini akan mengalami kesulitan untuk membacanya, sehingga dibutuhkan alat bantu untuk membaca berupa kacamata. Perubahan alat sensorik memiliki dampak yang besar pada gaya hidup sesorang. Seseorang dapat mengalami masalah dengan komunikasi, aktifitas, atau bahkan interaksi sosial. Pendengaran dan pengelihatan merupakan indra yang paling banyak mengalami perubahan, sejalan dengan proses penuaan indra pendengaran mulai memburuk. Gendang telinga menebal sehingga tulang dalam telinga dan stuktur yang lainya menjadi terpengaruh. Ketajaman pendengaran dapat berkurang karena terjadi perubahan saraf audiotorik. Kerusakan indra pendengaran ini juga dapat terjadi karena perubahan pada lilin telinga yang biasa terjadi seiring bertambahnya usia. Struktur mata juga berubah karena penuaan. Mata memproduksi lebih sedikit air mata, sehingga dapat me,buat mata menjadi kering. Kornea menjadi kurang sensitive. Pada usia 60 tahun,

pupil mata berkurang sepertiga dari ukuran ketika berusia 20 tahun. Pupil dapat bereaksi lebih lambat terhadap perubahan cahaya gelap ataupun terang. Lensa mata menjadi kuning, kurang fleksibel, dan apabila memandang menjadi kabur dan kurang jelas. Bantalan lemak pendukung berkurang, dan mata tenggelam ke kantung belakang. Otot mata menjadikan mata kurang dapat berputar secara sempurna, cairan di dalam mata juga dapat berubah. Masalah yang paling yang paling umum dialami oleh lansia adalah kesulitan untuk mengatur titik focus mata pada jarak tertentu sehingga pandangan menjdi kurang jelas. Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditekankan pada alat indera dan sistem saraf mereka. Sistem pendengaran, penglihatan sangat nyata sekali perubahan penurunan keberfungsian alat indera tersebut. Sedangkan pada sistem sarafnya adalah mulai menurunnya pemberian respon dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Pada lansia juga mengalami perubahan keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi baik pria ataupun wanita. Dari perubahan-perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia merasa minder atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi dengan lingkungannya (J.W.Santrock, 2002 :198). Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan berkenaan dengan cirri-ciri fisik lansia yaitu sebagi berikut (1) postur tubuh lansia mulai berubah bengkok (bungkuk),(2) kondisi kulit mulai kering dan keriput,(3) daya ingat mulai menurun,(4) kondisi mata yang mulai rabun,(5) pendengaran yang berkurang. 2. Perkembangan Kognitif Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada seorang lansia. Ketika lansia memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang mulai menurun, kemunduran tersebut juga cenderung mempengaruhi keterbatasan memori tertentu. Misalnya seseorang yang memasuki masa pensiun, yang tidak menghadapi tantangan-tantangan penyesuaian intelektual sehubungan dengan masalah pekerjaan, dan dimungkinkan lebih sedikit menggunakan

memori atau bahkan kurang termotivasi untuk mengingat beberpa hal, jelas akan mengalami kemunduran memorinya. Menurut Ratner et.al dalam desmita (2008) penggunaan bermacam-macam strategi penghafalan bagi orang tua, tidak hanya memungkinkan dapat mencegah kemunduran intelektualitas, melainkan dapat meningkatkan kekuatan memori pada lansia tersebut. Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan atau depresi. Tatapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih keterampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi terjadinya kepikunan. Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah pekembangan kognitif, ini dapat disimpulkan bahwa pada lansia mulai melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal(pikun) dan sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar. 3. Perkembangan Sosio – Emosional Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia. (J.W.Santrock, 2002, h.239). Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidak ikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam

menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya. Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru. Hubungan Sosio-Emosional Lansia: Masa penuaan yang terjadi pada setiap orang memiliki berbagai macam penyambutan. Ada individu yang memang sudah mempersiapkan segalanya bagi hidupnya di masa tua, namun ada juga individu yang merasa terbebani atau merasa cemas ketika mereka beranjak tua. Takut ditinggalkan oleh keluarga, takut merasa tersisihkan dan takut akan rasa kesepian yang akan datang. Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional lansia, namun begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi mereka maka tentunya memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup lansia. 5. Solusi Permasalahan Masa Lanjut Usia Berkaitan dengan masalah yang sering dialami oleh orang yang berusia lanjut dapat di tempuh melalui hal-hal sebagai berikut : 1. Berhubungan dengan Kesahatan Lansia ( fisik) : 

Orang yang telah lanjut usia identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan obat yang jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang diderita.



Pemberian nutrisi yang baik dan cukup sangat diperlukan lansia,misalnya pemberian asupan gizi yang cukup serta mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap.



Minum air putih 1.5 – 2 liter, secara teratur.



Olah raga teratur dan sesuai dengan kapasitas kemampuanya.



Istirahat, tidur yang cukup.



Minum suplemen gizi yang diperlukan.



Memeriksa kesehatan secara teratur.

2. Berhubungan dengan masalah intelektual. Sulit untuk mengingat atau pikun dapat diatasi pada saat muda dengan hidup sehat, yaitu dengan cara : 

Jadikan Olahraga sebagai kebutuhan dan rutinitas harian Anda



Hendaknya Anda membiasakan diri dengan tidur yang cukup.



Berhati-hatilah dengan Suplemen penambah daya ingat.



Kendalikan rasa stress yang menyelimuti pikiran Anda.



Segera obati depresi Anda.



Hendaknya Anda selalu mengawasi obat-obatan yang dikonsumsi.



Cobalah dengan melakukan permainan yang berhubungan dengan daya ingat.



Jangan pernah berhenti untuk terus belajar dan mengasah kemampuan otak.



Hendaknya Anda berusaha meningkatkan konsentrasi dan memfokuskan pikiran.



Tumbuhkan rasa optimis dalam diri Anda.

3. Berhubungan dengan Emosi : 

Lebih mendekatkan diri kepada ALLAH dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.



Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.



Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti

memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan. 

Rekreasi untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi serta kemampuan.



Hubungan antar sesama yang sehat, pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.

4. Berhubungan dengan Spiritual: 

Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.



Intropeksi terhadap hal-hal yang telah kita lakukan, serta lebih banyak beribadah.



Belajar secara rutin dengan cara membaca kitab suci secara teratur.

6. Tugas perkembangan dengan usia lanjut Tugas perkembangan pada tahap ini adalah menata kembali kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan kehidupan dengan penghasilan yang berkurang, mempertahankan hubungan perkawinan, menerima kehilangan pasangan, mempertahankan

kontak

dengan

masyarakat,

dan

menemukan

arti

hidup.(Sudiharto, 2007. hal : 24 ) Tugas perkembangan keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1981) adalah : 1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya. 2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

3. Memberikan keperawatan pada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat. 4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. 5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dengan lembagalembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan kesehatan yang baik.(Sudiharto, 2007. hal : 29 )

C. ASUHAN KEPERAWATAN TAHAP PERKEMBANGAN LANJUT USIA 1. Pengkajian  Lansia mempunyai peran apa dalam keluarga  Tipe & bentuk keluarga  Riwayat & tahap perkembangan keluarga : -

Genogram

-

Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga

-

Pelayanan kesehatan yang pernah digunakan

 Pengkajian lingkungan : -

Karakteristik rumah

-

Karakteristik tetangga dan masyarakat RW

-

Mobilitas Keluarga

-

Perkumpulan keluarga & interaksi dg masyarakat

-

Sistem pendukung keluarga

 Struktur keluarga : -

Garis keturunan (patrilineal / matrilokal)

-

Tempat tinggal (patrilokal / matrilokal)

-

Pola komunikasi keluarga

-

Struktur kekuatan keluarga

-

Struktur peran

-

Nilai atau norma keluarga

 Analisa Data : -

Subyektif

-

Obyektif

-

Problem

-

Etiologi

 Perumusan Diagnosa Keperawatan lansia dalam keluarga :

-

Aktual

-

Resiko/ Ancaman kesehatan

-

Potensial / keadaan sejahtera/ wellness

2. Skoring Masalah 1. Sifat masalah (Bobot1) 2. Kemungkinan Masalah dapat diubah (bobot 2) 3. Potensial Masalah untuk dicegah (bobot 1) 4. Menonjolnya Masalah (bobot 1) 3. Penentuan Prioritas 1. Tentukan skor untuk setiap kriteria masalah/ diagnosa keperawatan 2. Skore di bagi dengan angka tertinggi dalam skala 7 dikalikan dengan bobot 3. Jumlahkan hasil untuk semua 4. Jumlah tertinggi terletak pada prioritas pertama & seterusnya 4. Diagnosa Keperawatan 

Duka cita maladaptive



Distress spiritual



Koping individu inefektif



Gangguan konsep diri (kehilangan peran kerja).

5. Perencanaan 

Gangguan konsep diri (kehilangan peran kerja ) b/d KMK mengenal masalah kesehatan -

Tujuan Umum : Setelah dilakukan kunjungan rumah 3x diharapkan keluarga dapat mengenal masalah kesehatan yang dialami lansia

-

Tujuan Khusus : keluarga dapat : o

Menyebutkan kembali penyebab gangguan konsep diri

o

Merencanakan pengelolaan gangguan konsep diri

o

Memberikan tindakan mengatasi gangguan konsep diri

6. Implementasi 

Mencari teman yang tidak b/d pekerjaan



MPP



Menyusun rutinitas baru



Membentuk kelompok untuk sosialisasi



Introspeksi diri



Pengobatan terhadap trauma fisik



Mengatasi faktor penyebab



Terapi fisik edukasi -

Latihan berjalan

-

Penguatan otot untuk memelihara & meningkatkan kekuatan otot

-

Alat bantu untuk ambulasi seperti tongkat ketiak, kursi roda, , dll



Penyesuaian kebiasaan (misalnya membiasakan jalan berpegangan)



Penyesuaian lingkungan : -

Menyesuaikan ukuran perabotan

-

Menyediakan penerangan yang cukup pada kamar, rumah dan luar rumah

-

Menyediakan pegangan pada tangga, jalan dan kamar mandi



Olahraga



Keterbukaan



Hindari selingkuh



Variasi dalam berhubungan

7. Evaluasi Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka kerja valuasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998) Evaluasi disusun mnggunakan SOAP dimana : S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan. O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang obyektif.

A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif. P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis (Suprajitno,2004)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Keluarga merupakan kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing (friedman 1998). Dimana keluarga juga bagian atau unit terkecil dari masyarakat yang beranggotakan dua orang ataupun lebih dan masing – masing mempunyai ikatan perkawinan dan hubungan darah, mempunyai kepala dalam rumah tangga, mempunyai peran masing – masing serta menganut suatu budaya yang keluarga itu yakini. Keluarga mempunyai beberapa tipe dan memiliki fungsi. Keluarga juga mempunyai struktur yang dapat digambarkan bagaimana keluarga menjalankan peran dan fungsinya sebagai bagian dari masyarakat sekitar. Dalam hal ini, perawat mempunyai peran juga untuk membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga. Asuhan keperawatan keluarga dengan tahap usia lanjut merupakan salah satu dari proses keperawatan dimana dalam hal ini dapat mengoptimalkan peran dan fungsi lansia. Jadi, semakin tinggi tingkat pengetahuan lansia terhadap masalah-masalah yang terjadi, maka dapat diminimalisir masalah itu terjadi. B. Saran 1. Keluarga perlu diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit klien dengan tujuan kecemasan keluarga dapat berkurang dan keluarga tahu tentang proses penyakit yang diderita klien. 2. Kepada teman – teman apabila melakukan perawatan keluarga dapat berpedoman pada proses keperawatan. Dengan memeperhatikan aspek bio, psiko, dan spiritual.

DAFTAR PUSTAKA

Bailon, Salvacion G. 1978. Family Health Nursing. University of The Philippines. Diliman Friedman.1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC Nugroho, Wahyudi. 2008. Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti, Sari Kurnianingsih. Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2006

Related Documents


More Documents from "Roy Purwyangga"