KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DEPRESI
A. Konsep dasar
Pengertian Depresi adalah keadaan afektif yang mempunyai karakteristik perasaan sedih, merasa bersalah dan harga diri rendah. Keadaan ini kemungkinan bagian dari penyakit baik kondisi kronis maupun akut, sering dihubungkan dengan respon kehilangan (Schultz,Videbeck,1998).
Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood yang mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi (Rawlins et all 1993)
Depresi adalah suatu kelainan alam perasaan berupa hilangnya minat atau kesenangan dalam aktivitas-aktivitas yang biasa dan pada waktu yang lampau (Townsend,1998:179).
A. Jenis-Jenis Depresi Penggolongan depresi dapat dibedakan (Wilkinson,1995:18 - 26): o Menurut gejalanya Depresi neurotik Depresi neurotik biasanya terjadi setelah mengalami peristiwa yang menyedihkan tetapi yang jauh lebih berat daripada biasanya. Penderitanya seringkali dipenuhi trauma emosional yang mendahului penyakit misalnya kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, milik berharga, atau seorang kekasih. Orang yang menderita depresi neurotik bisa merasa gelisah, cemas dan sekaligus merasa depresi. Mereka menderita hipokondria atau ketakutan yang abnormal seperti agrofobia tetapi mereka tidak menderita delusi atau halusinasi.
o Depresi psikotik Secara tegas istilah 'psikotik' harus dipakai untuk penyakit depresi yang berkaitan dengan delusi dan halusinasi atau keduanya. Psikosis o depresi manik Depresi manik biasanya merupakan penyakit yang kambuh kembali disertai gangguan suasana hati yang berat. Orang yang mengalami gangguan ini menunjukkan gabungan depresi dan rasa cemas tetapi kadangkadang hal ini dapat diganti dengan perasaan gembira, gairah, dan aktivitas secara berlebihan gambaran ini disebut 'mania'. o Pemisahan diantara keduanya Para dokter membedakan antara depresi neurotik dan psikotik tidak hanya berdasarkan gejala lain yang ada dan seberapa terganggunya perilaku orang tersebut. o Menurut Penyebabnya
Depresi reaktif
Pada depresi reaktif, gejalanya diperkirakan akibat stres luar seperti kehilangan seseorang atau kehilangan pekerjaan.
Depresi endogenus
Pada depresi endogenous, gejalanya terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor lain.
Depresi primer dan sekunder
Tujuan penggolongan ini adalah untuk memisahkan depresi yang disebabkan penyakit fisik atau psiatrik atau kecanduan obat atau alkohol (depresi 'sekunder') dengan depresi yang tidak mempunyai penyebabpenyebab ini (depresi 'primer'). Penggolongan ini lebih banyak digunakan untuk penelitian tujuan perawatan.
Menurut arah penyakit
Depresi tersembunyi Diagnosa depresi tersembunyi (atau atipikal) kadang-kadang dibuat bilamana depresi dianggap mendasari gangguan fisik dan mental yang tidak dapat diterangkan, misalnya rasa sakit yang lama tanpa sebab yang nyata atau hipokondria atau sebaliknya perilaku yang tidak dapat diterangkan seperti wanita lanjut usia yang suka mengutil.
Berduka
Proses kesedihan itu wajar dan merupakan reaksi yang diperlukan terhadap suatu kehilangan. Proses ini membuat orang yang kehilangan itu mampu menerima kenyataan tersebut, mengalami rasa sakit akibat kesedihan yang menimpa, menderita putusnya hubungan dengan orang yang dicintai dan penyesuaian kembali.
Depresi pascalahir Banyak wanita kadang-kadang mengalami periode gangguan emosional dalam 10 hari pertama setelah melahirkan bayi ketika emosi mereka masih labil dan mereka merasa sedih dan suka menangis. Seringkali hal itu berlangsung selama satu atau dua hari kemudian berlalu.
Depresi dan manula Usia tua merupakan saat meningkatnya kerentanan terhadap depresi. Namun, kadang-kadang depresi pada manula ditutupi oleh penyakit fisik dan cacat tubuh seperti penglihatan atau pendengaran yang terganggu. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengingat kemungkinan terjadinya penyakit depresi pada orang tua.
B. Faktor Predisposisi Terdapat
2
teori
untuk
menjelaskan
faktor
pendukung
terjadinya
depresii
(Townsend,1998:181 - 183):
Teori Biologis Genetik. Dari sejumlah penyelidikan yang telah dilakukan ditemukan bahwa terdapat dukungan keterlibatan herediter dalam penyakit depresi. Luasnya akibat pada pokoknya tampak menjadi lebih tinggi diantara individu-individu yang memiliki hubungan keluarga dengan kelainan tersebut daripada diantara populasi umum (DSM-III-R, 1987).
Biokimia. Ketidakseimbangan elektrolit tampak memainkan peranan dalam penyakit depresif. Suatu kesalahan hasil metabolisme dalam perubahan natrium dan kalium di dalam neuron (Gibbons, 1960). Teori biokimia yang lainnya menyangkut biogenik amin norepinefrin, dopamin,
dan serotinin. Tingkatan zat-zat kimia ini mengalami defisiensi dalam individu dengan penyakit depresif (Janowsky et al, 1988).
Teori Psikososial Psikoanalisa. Teori ini (Klein, 1934) melibatkan suatu ketidakpuasan dalam hubungan awal ibu-bayi sebagai suatu predisposisi untuk penyakit depresif. Kebutuhan bayi tidak terpenuhi, suatu kondisi yang digambarkan sebagai suatu kehilangan. Respons berduka belum terpecahkan, dan kemarahan dan permusuhan ditunjukkan kepada diri sendiri. Ego tetap lemah, sementara superego meluas dan menjadi menghukum.
Kognitif. Ahli teori-teori ini (Beck et al, 1979) yakin bahwa penyakit depresif terjadi sebagai suatu hasil dari kelainan kognitif. Kelainan proses pikir membantu perkembangan
evaluasi
diri
individu.
Persepsi
merupakan
ketidakadekuatan dan ketidakberhargaan. Pandangan untuk masa depan merupakan suatu kepesimisan keputusasaan.
Teori Pembelajaran. Teori ini (seligman, 1973) mengemukakan bahwa penyakit depresif dipengaruhi oleh keyakinan individu bahwa ada kurang kontrol atau situasi-situasi kehidupannya. Ini dianggap bahwa keyakinan ini muncul dari pengalaman-pengalaman yang mengakibatkan kegagalan (baik yang dirasakan atau yang nyata). Setelah sejumlah kegagalan, individu merasa tidak berdaya untuk berhasil dalam usaha-usaha yang keras, dan oleh karena itu berhenti
mencoba. Pembelajaran ketidakberdayaan ini
digambarkan sebagai suatu predisposisi untuk penyakit depresif.
Teori Kehilangan Objek Teori ini (Bowly, 1973) menyatakan bahwa penyakit depresif terjadi jika pribadi tersebut terpisah dari atau ditolak orang terdekat selama 6 bulan pertama kehidupan. Proses ikatan diputuskan, dan anak menarik diri dari orang lain dan lingkungan.
C. Faktor Pencetus Ada empat sumber utama stresor yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan (Sundeen,Stuart,1998:260):
Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi pasien merupakan hal yang sangat penting
Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi, terutama pada wanita.
Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik, seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat mencetuskan gangguan alam perasaan.
Tanda dan gejala Depresi Menurut Kaplan (1997) gejala utama dari depresi adalah kehilangan minat atau
kesenangan. Pasien mengatakan bahwa mereka merasa murung, putus asa dalam kesedihan, atau tidak berguna. Adapun tanda dan gejala depresi menurut Rawlins et all (1993) adalah :
Dimensi Fisik gangguan primer pada struktur dan fungsi otak dan sistem saraf
perubahan kimiawi yaitu penurunan noreprineprin, serotonin dan peningkatan steroid
penurunan metabolisme
penurunan perawatan diri dan kebersihan diri
kehilangan energi dengan lelah dan lemah
penurunan aktivitas motorik
depresi mungkin berhubungan dengan adanya gangguan sistem imun
Dimensi Intelektual
pemikiran negatif terhadap diri sendiri, dunia/lingkungan dan masa depan
tidak mampu berfikir rasional
merasa tidak mampu mengontrol dirinya sendiri maupun lingkungan
Dimensi Emosional
merasa takut dan cemas
merasa tidak berdaya dan putus asa
perasaan marah ditekan
Dimensi Sosial
hubungan antara orang depresi dengan orang lain kadangkala terlihat seperti ketergantungan yang berlebihan
tingkah laku depresi mungkin sebagai usaha untuk memanipulasi orang lain untuk memenuhi kebutuhannya
orang depresi merasa tidak mempunyai pendukung
menarik diri dari lingkungan dan hilang ketertarikan
Diagnosa keperawatan menurut NANDA yang muncul pada pasien dengan depresi (Fortinash,1995)
Resiko kekerasan terhadap diri berhubungan dengan gangguan mental depresi
Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan konsep diri (harga diri rendah)
Harga diri rendah kronik berhubungan dengan kegagalan
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tingkat percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan koping
Putus asa berhubungan dengan stress berkepanjangan
Defisit perawatan diri (mandi/personal higine) berhubungan dengan menurunnya motivasi
Defisit perawatan diri (makan) berhubungan dengan menurunnya motivasi
Rencana keperawatan Resiko kekerasan terhadap diri berhubungan dengan gangguan mental depresi NOC: Kontrol impuls Indikator:
Mengidentifikasi perilaku impulsive yang berbahaya
Mengidentifikasi perasaan yang menyebabkan perilaku impulsive
Mengidentifikasi perilaku yang menyebabkan perilaku impulsive
Mengidentifikasi konsekuensi tindakan impulsive bagi diri dan orang lain.
Mengenal risiko lingkungan
Mengatakan dapat mengontrol impuls
Mencari bantuan bila terdapat impuls
Mengidentifikasi dukungan sosial
Menguatkan kontrak untuk menguatkan perilaku
Menjaga control diri walau tidak diawasi.
NIC: Membantu mengontrol marah Kegiatannya:
Bina Hubungan saling percaya
Gunakan ketenangan
Anjurkan pasien menemui perawat bila ada perasaan marah
Cegah klien melukai fisik baik pada diri sendiri maupun orang lain bila marah
Ajarkan cara mengekspresikan marah secara fisik (memukul bantal, Olahraga, menulis)
Berikan jaminan pada pasien bahwa perawat akan memberikan tindakan untuk mengurangi impuls
Bantu pasien mengidentifikasi penyebab narah
Identifikasi konsekuensi dalam mengekspresikan marah
Bantu pasien dalam merencanakan untuk mencegah marah
Identifikasi bersama pasien keuntungan mengekspresikan marah secara adaptif dan tidak melukai
Anjurkan pasien menggunakan ketenangan (nafas dalam)
Bantu pasien mengembangkan metode mengekspresikan marah pada orang lain secara asertif
Berikan role model bagaimana mengekspresikannya
Support pasien dalam melaksanakannya
Berikan reinforcement.
NOC: Pengendalian merusak diri Indikator:
Mencari bantuan bila ada perasaan ingin merusak diri
Secara verbal mengontrol impuls
memperkuat kontrak tidak akan melukai diri
Menjaga control impuls walau tidak diawasi
Tidak melukai diri
NIC: Manajemen perilaku ;
melukai diri sendiri Kegiatan:
Tetapkan motif atau alasan dari perilaku merusak diri
Pindahkan benda-benda yang membahayakan dari lingkungan pasien.
Lakukan restrain untuk membatasi pergerakan dan kemampuan untuk melukai diri.
Monitor pasien dan lingkungan secara terus menerus.
Komunikasikan resiko kepada petugas lain.
Anjurkan pasien menggunakan strategi koping (latihan asertif, latihan kontrol impuls, dan relaksasi progresif).
Antisipasi situasi yang memicu tindakan melukai diri dan tindakan untuk mencegahnya.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi situai atau perasaan yang dapat melukai diri.
Anjurkan pasien untuk menemui perawat apabila ada pikiran untuk melukai diri.
Ajarkan dan berikan penguatan kepada pasien tentang perilaku koping yang efektif dan ekspresi perasaan yang sesuai.
Berikan obat-obatan yang sesuai untuk menurunkan kecemasan, menstabilkan mood dan menurunkan stimulasi merusak diri.
Gunakan pendekatan yang tidak menghukum saat pasien berperilaku merusak diri.
Hindari pemberian reinforcement negatif terhadap perilaku melukai diri.
Tempatkan pasien pada lingkungan yang aman.
Monitor efek samping obat.
Berikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang obat yang diberikan.
Berikan pendidikan kepada keluarga tentang perilaku merusak diri dan cara penanganannya saat di rumah.
Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit apabila perilaku merusak diri disebabkan oleh penyakit.
Monitor impuls yang berbahaya bagi diri sendiri yang bisa berkembang menjadi bunuh diri.
Manajemen lingkungan : pencegahan kekerasan Kegiatan:
Jauhkan benda tajam, tali dari lingkungan.
Teliti lingkungan secara rutin untuk menghindari bahaya.
Tempatkan tempat tidur pasien dekat kamar perawat.
Berikan alat makan dari plastik atau kertas.
Batasi pasien menggunakan benda-benda tajam.
Monitor pasien selama menggunakan benda tajam (misalnya cukur rambut).
Tempatkan pasien yang resiko melukai diri sendiri dengan teman sekamar, untuk mengurangi isolasi dan kemungkinan melukai diri.
Untuk pasien yang beresiko melukai orang lain, tempatkan di kamar sendiri.
NOC:
Pengendalian bunuh diri Indikator:
Mencari bantuan bila ada perasaan ingin bunuh diri
Menahan tidak bunuh diri
Menguatkan kontrak bunuh diri
Mengatakan apabila ada ide bunuh diri
Mengatakan dapat mengontrol impuls
Tidak ada percobaan Bunuh diri
Menjaga control diri untuk tidak bunuh diri
NIC: Pencegahan bunuh diri Kegiatan:
Pastikan apakah pasien mempunyai rencana bunuh diri.
Anjurkan pasien untuk kontrak secara verbal untuk tidak melakukan bunuh diri.
Pastikan pasien mempunyai riwayat percobaan bunuh diri.
Lindungi pasien dari perilaku melukai diri.
Observasi dengan teliti selama krisis bunuh diri.
Beritahu pasien dan keluarga tentang tanda, gejala dan dasar fisiologi dari depresi.
Beritahu keluarga bahwa resiko bunuh diri akan meningkat bila terjadi depresi berat.
Diskusikan faktor-faktor yang menyebabkan fikiran bunuh diri. Berikan konseling psikiatri Anjurkan keluarga dan teman-temannya untuk memberikan support.
Ajarkan kepada keluarga tanda-tanda peringatan akan bunuh diri.
Rujuk pasien ke psikiater.
Outcome: Keseimbangan mood Indikator:
Memperlihatkan mengontrol impuls
Melaporkan tidur yang adekuat
Memperlihatkan konsentrasi
Melaporkan nafsu makan yang normal
Tidak ada ide bunuh diri
Memperlihatkan ketertarikan dalam lingkungan.
NIC: Manajemen Mood: Kegiatan:
Monitor aktivitas perawatan diri
Monitor fungsi kognitif Berikan obat untuk menstabilkan mood
Monitor intake cairan dan nutrisi
Anjurkan pasien untuk berperan aktif dalam perawatan
Bantu menjaga siklus tidur yang normal
Ajarkan koping dan ketrampilan pemecahan masalah yang baru.
Manajemen medikasi: Kegiatan:
Monitor efek terapeutik dari obat-obatan
Ajarkan pasien atau keluarga tentang manfaat dan efek samping obat.
Monitor efek samping obat
Ajarkan pasien dan keluarga cara pemberian obat.
Monitor interaksi obat yang tidak terapeutik.
Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan konsep diri (harga diri rendah)
NOC: Ketrampilan berinteraksi sosial Indikator:
Keterbukaan
Penerimaan
Kooperatif
Sensitif
Asertif
Konfrontasi
Perhatian
Kesejatian
Kehangatan
Ketenangan
Relaksasi
Kompromi
Keterlibatan Sosial Indikator:
Berinteraksi dengan teman dekat
Berinteraksi dengan tetengga
Berinteraksi dengan anggota keluarga
Berinteraksi dengan anggota kelompok
Berinteraksi dalam aktivitas yang disenangi
Intervensi: Modifikasi perilaku:
ketrampilan sosial Kegiatan:
Bantu pasien mengidentifikasi masalah interpersonal yang menyebabkan penurunan berinteraksi dengan orang lain.
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang berhubungan dengan problem interpersonal.
Bantu pasien mengidentifikasi pemecahan masalah tersebut. Bantu pasien mengidentifikasi tindakan yang mungkin dan konsekuensi dari berhubungan dengan orang lain.
Identifikasi ketrampilan berinteraksi dengan orang lain yang spesifik yang akan menjadi focus latihan.
Bantu pasien mengidentifikasi langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai target berinteraksi dengan orang lain.
Tetapkan model yang mendemonstrasikan langkah perilaku dalam situasi yang berarti bagi pasien.
Bantu pasien untuk bermain peran berinteraksi dengan orang lain. Berikan reinforcement atas kemampuan pasien dalam berinteraksi dengan orang lain.
Ajarkan pada keluarga, teman, tentang tujuan dan proses latihan berinteraksi sosial.
Libatkan orang yang berarti bagi pasien dalam latihan berinteraksi sosial (role play) dengan pasien.
Berikan umpan balik kepada pasien dan orang yang berarti bagi pasien tentang kesesuaian dalam latihan.
Anjurkan pasien/orang yang berarti bagi pasien untuk mengevaluasi hasil dari latihan berinteraksi sosial,
berikan reward untuk hasil positif dan pemecahan masalah untuk hasil yang negatif.
Membangun hubungan yang komplek Kegiatan:
Ciptakan suasana yang hangat dan menerima
Berikan kenyamanan fisik setelah interaksi Monitor pesan nonverbal dari pasien.
Klarifikasi pesan nonverbal dengan tepat. Respon pesan nonverbal dengan tepat.
Atur jarak fisik antara perawat pasien dengan tepat. Pertahankan postur tubuh terbuka. Gunakan teknik diam dalam komunikasi.
Harga diri rendah kronik berhubungan dengan kegagalan
NOC: Harga Diri Indikator:
Mengatakan penerimaan diri Menerima keterbatasan diri
Menjaga postur yang terbuka
Menjaga kontak mata
Mampu mendeskripsikan keadaan dirinya
Komunikasi terbuka
Menghormati orang lain
Secara seimbang dapat berpartisipasi dan mendengarkan dalam kelompok
Menerima kritik yang konstruktif
Menggambarkan keberhasilan dalam bekerja
Menggambarkan keberhasilan dalam kelompok sosial
Menggambarkan kebanggan terhadap diri
NIC : Peningkatan harga diri: Kegiatan:
Monitor pernyataan pasien tentang harga diri
Anjurkan pasien utuk mengidentifikasi kekuatan
Anjurkan kontak mata jika berkomunikasi dengan orang lain
Kuatkan kekuatan pribadi yang pasien identifikasi
Bantu pasien mengidentifikasi respon positif dari orang lain.
Berikan pengalaman yang meningkatkan otonomi pasien.
Fasilitasi lingkungan dan aktivitas meningkatkan harga diri.
Monitor frekuensi pasien mengucapkan negatif pada diri sendiri.
Yakinkan pasien percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya
Anjurkan pasien untuk tidak mengkritik negatif terhadap dirinya
Jangan mengejek/mengolok-olok pasien
Sampaikan percaya diri terhadap kemampuan pasien mengatasi situasi
Bantu pasien menetapkan tujuan yang realistik dalam mencapai peningkatan harga diri.
Bantu pasien menilai kembali persepsi negatif terhadap dirinya.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan tanggung jawab terhadap dirinya.
Gali alasan pasien mengkritik diri sendiri
Anjurkan pasien mengevaluasi perilakunya.
Berikan reward kepada pasien terhadap perkembangan dalam pencapaian tujuan.
Monitor tingkat harga diri.
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tingkat percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan koping
NOC: Koping Indikator:
Mengidentifikasi pola koping yang efektif
Mengidentifikasi pola koping yang tidak efektif
Melaporkan bila stress berkurang
Mengatakan dapat menerima keadaan
Mencari informasi tentang penyakitnya dan perawatannya.
Menggunakan dukungan sosial Ikut bekerja untuk mengurangi stres.
Mengidentifikasi strategi koping
Melaporkan kenyamanan psikologis
Melaporkan pengurangan perasaan negatif
NIC: Peningkatan koping: Kegiatan:
Nilai dampak situasi pasien dalam peran dan hubungan.
Anjurkan pasien mengidentifikasi gambaran yang realistik terhadap perubahan peran.
Nilai pemahaman pasien tentang proses penyakit
Nilai dan diskusikan respon alternative terhadap situasi.
Gunakan ketenangan Berikan suasana yang menerima.
Berikan informasi tentang diagnosa, perawatan dan prognosa penyakitnya.
Berikan pasien pilihan yang realistic tentang aspek perawatan
Cari pemahaman tentang persepsi pasien terhadap situasi yang penuh dengan stress.
Jangan mengambil keputusan ketika pasien dalam keadaan stress berat.
Anjurkan pasien mengembangkan hubungan dengan orang lain.
Anjurkan pasien berhubungan dengan orang lain yang mempunyai kesamaan tujuan dan kesenangan.
Anjurkan mengikuti kegiatan sosial dan masyarakat Anjurkan pasien menjalankan agamanya.
Evaluasi kemampuan pasien membuat keputusan.
Konfrontasi
pasien
apabila
mengalami
perasaan
ambivalen
(marah/depresi)
Atur situasi yang meningkatkan otonomi pasien.
Bantu pasien mengidentifikasi respon positif dari orang lain.
Gali cara yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam kehidupannya.
Dukung penggunaan mekanisme defensive.
Anjurkan pasien mengidentifikasi kekuatan dan kemampuannya.
Bantu pasien memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif.
Putus asa berhubungan dengan stress yang berkepanjangan
NOC: Harapan Indikator:
Mengekspresikan orientasi masa depan yang positif
Mengekspresikan keyakinannya
Mengekspresikan keinginan untuk hidup
Mengekspresikan alas an untuk hidup
Mengekspresikan keoptimisan
Mengekspresikan percaya pada diri
Mengekspresikan percaya pada orang lain
Mengekspresikan ketenangan diri
Mengekspresikan mengontrol diri sendiri
Mendemonstrasikan semangat hidup
NIC: Menanamkan Harapan Kegiatan:
Bantu pasien dan keluarga mengidentifikasi harapan dalam kehidupannya.
Demonstrasikan harapan dengan mengenalkan harga diri pasien dan melihat kondisi pasien hanya satu fase dari individu.
Kembangkan koping mekanisme pasien. Bantu pasien menemukan dam memperbaiki tujuan dihubungkan dengan harapan.
Bantu pasien mengembangkan spiritual diri.
Hindari bertopeng kebenaran.
Libatkan pasien aktif dalam perawatan diri.
Ajarkan kepada keluarga tentang aspek positif dari harapan.
Berikan
kesempatan
keluarga/pasien
untuk
melibatkan
dukungan
kelompok.
Ciptakan lingkungan yang menfasilitasi pasien untuk melakukan ibadah.
Defisit perawatan diri (Mandi/personal higine, makan) berhubungan dengan menurunnya motivasi
NOC: Perawatan diri :
Mandi Indikator:
Tubuh tidak bau dan kulit terjaga
Tertarik untuk mandi sesuai kemampuannya.
Menjelaskan dan menggunakan metode mandi secara aman dan dengan kesulitan minimal
Dimandikan oleh perawat tanpa kecemasan
NIC: Membantu Pasien memenuhi aktivitas sehari-hari Kegiatan:
Monitor kemampuan pasien untuk melakukan perawatan diri secara mandiri.
Monitor kebutuhan pasien untuk melakukan kebersihan diri, berpakaian, toileting, makan. Berikan alat pribadi (deodoran, sikat gigi, sabun mandi)
Berikan bantuan sampai pasien dapat melakukan secara mandiri Anjurkan pasien untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari sesuai tingkat kemampuannya. Anjurkan secara mandiri, tetapi intervensi bila pasien belum mampu.
Ajarkan keluarga atau orang tua untuk menganjurkan mandiri, diberikan intervensi hanya apabila pasien tidak mampu.
Tetapkan secara rutin aktivitas perawatan diri untuk pasien.
Perhatikan umur pasien dalam meningkatkan aktivitas perawatan diri.
Membantu perawatan diri: mandi Kegiatan:
Tempatkan handuk, sabun, dan peralatan mandi yang lainnya di kamar mandi.
Berikan peralatan mandi (sikat gigi, sabun, pasta gigi,dll)
Fasilitasi pasien menggosok gigi, jika perlu
Fasilitasi pasien mandi sendiri, jika perlu
Monitor kebersihan kuku, berdasarkan kemampuan merawat diri.
Berikan bantuan sampai pasien mampu melakukan perawatan sendiri.
Defisit perawatan diri (berpakaian, berhias, toileting, dan makan) berhubungan dengan menurunnya motivasi
NOC: Perawatan diri; makan Indikator:
Klien dapat melakukan perawatan diri
Klien puas dengan merencanakan perawatan diri dengan baik
Diberikan bantuan oleh perawat dalam perawatan diri bila dibutuhkan.
NIC: Bantuan Perawatan diri Kegiatan:
Monitor kemampuan klien utnk kemandirian perawatan diri Monitor kebutuhan pasien untuk perlengkapan adaptif untuk kebersihan personal, berpakaian, berhias, toileting dan makan
Sediakan kebutuhan yang diperlukan personal (deodorant, sikat gigi dan sabun mandi)
Sediakan bantuan samai klien mampu secara penuh melakukan perawatan diri
Bantu klien menerima kebutuhan ketergantungan
Gunakan pengulanagn konsisten dari kesehatan rutinitas sebagi alat untuk menetapkan aktifitas Dukung klien utnuk melakukan aktivitas normal dari kehidupan sehari-hari sesuai tingkat kemampuan
Dukung kemandirian, tapi intervensi saat klien tidak dapat melakkukan kegiatan.
Ajarkan orang tua atau keluarga untuk mendukung kemandirian untuk mengintervensi hanya pada saat klien tidak dapat melakukan kegiatan
Tetapkan rutinitas untuk aktivitas perawatan diri
Pertimbangkan usia dari klien dengan mendukung aktivitas perawatan diri