LAPORAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA LANSIA DENGAN HIPERTENSI PADA NY. S DI DUSUN JETIS PRENGGAN, GODEAN, SLEMAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Keluarga
Disusun Oleh:
Izfaningrum Melati Sukma P07120216062
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2019
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Asuhan Keluarga Binaan Individu di Dusun Jetis Prenggan, Sidkarto, Godean, Sleman, Yogyakarta Dari tanggal 18 Februari s.d 23 Maret 2019
Telah disetujui pada:
Tanggal: .............................
Mengetahui,
Pembimbing Pendidikan
Pembimbing Lapangan
Induniasih, S.Kp.,M.Kes
B. Dwi Kusrini R., Amd. Kep
NIP. 195712201986032001
NIP.197504232006042004
Kepala Dusun
Sugiwanti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua atau lebih individu yang dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki atau tidak memiliki hubungan darah atau hukum yang mencirikan orang tersebut kedalam satu keluarga. Fungsi daripada keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dan strukture keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi dalam keluarga menurut Friedman (1998): Setiawati dan Dermawan (2005) yaitu fungsi afektif, sosialisasi, ekonomi, biologis, psikologis dan pendidikan. Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit non infeksi. Hal ini berarti juga menjadi indikator bergesernya dari penyakit infeksi menuju penyakit non infeksi, yang terlihat dari urutan penyebab kematian di Indoensia. Untuk lebih mengenal serta mengetahui penyakit ini, maka kami akan membahas tentang hipertensi. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg (Anindya,2009). Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan
jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis kelamin, semua orang bisa terkena hipertensi dan biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya. Hipertensi juga dapat mengakibatkan kerusakan berbagai organ target seperti otak, jantung,ginjal,aorta,pembulu darah perifer dan retina. Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat untuk mencegah timbulnya penyakit seperti hipertensi, kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat lebih dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan tindakan atau program pencegahan yang terarah. Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter
B. Rumusan Masalah 1. Apakah konsep teori dari lansia? 2. Apakah definisi hipertensi ? 3. Apakah etiologi/ faktor pencetus hipertensi ? 4. Apakah manifestasi klinis hipertensi ? 5. Apakah pemeriksaan penunjang pada hipertensi ? 6. Apakah penatalaksanaan klien dengan hipertensi ? 7. Apa sajakah komplikasi dari hipertensi ? 8. Apakah asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi ?
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan keluarga lansia dengan gangguan hipertensi.
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui dan memahami definisi hipertensi. b. Mengetahui dan memahami etiologi/ faktor pencetus hipertensi. c. Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis hipertensi. d. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada hipertensi. e. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan hipertensi. f. Mengetahui dan memahami komplikasi dari hipertensi. g. Menjelaskan asuhan keperawatan klien lansia dengan hipertensi.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Teori Lansia 1. Batasan Lansia Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi: a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun. c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun. d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun. 2. Proses Menua Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan
terhadap
infeksi
dan
memperbaiki
kerusakan
yang diderita.
(Constantindes, 1994) Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan. Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam nenghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapain puncak maupun menurunnya. 3. Permasalahan yang terjadi pada lansia Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42) a. Permasalahan umum 1. Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
2. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati. 3. Lahirnya kelompok masyarakat industri. 4. Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia. 5. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia. b. Permasalahan khusus : 1. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial. 2. Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia. 3. Rendahnya produktifitas kerja lansia. 4. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat. 5. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik. 6. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Menua a. Hereditas atau ketuaan genetik b. Nutrisi atau makanan c. Status kesehatan d. Pengalaman hidup e. Lingkungan f. Stres 5. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia a. Perubahan fisik Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh, diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen. b. Perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental : 1) Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa. 2) Kesehatan umum 3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas) 5) Lingkungan 6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian. 7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan. 8) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili. 9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri. c. Perubahan spiritual Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow,1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970).
6. Tahap VIII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan keluarga dalam masa pensiun dan lansia Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga dewasa akhir
Keluarga dewasa akhir/Lansia
1. Menciptakan
kepuasan
dalam
keluarga sebagai tempat tinggal di hari tua. 2. Menyesuaikan
hidup
dengan
penghasilan sebagai pensiunan 3. Membina
kehidupan
rutin
yang
menyenangkan. 4. Saling merawat sebagai suami-istri 5. Mampu
menghadapi
kehilangan
(kematian) pasanan dengan sikap yang positif (menjadi janda atau duda). 6. Melakukan hubungan dengan anakanak dan cucu-cucu. 7. Menemukan arti hidup dengan nilai moral yang tinggi. Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985) dan Hurlock (1980)
7. Penyakit yang sering diderita Lansia Menurut the National Old People’s Welfare Council, dikemukakan 12 macam penyakit lansia, yaitu :Depresi mental a. Gangguan pendengaran b. Bronkhitis kronis c. Gangguan pada tungkai/sikap berjalan. d. Gangguan pada koksa / sendi pangul\Anemia e. Demensia
B. Konsep Hipertensi pada Lansia 1.
Pengertian Hipertensi Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager, 2008). Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).
2. Klasifikasi Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999) : a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg. Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992) Tekanan sistolik
Tekanan diastolik
(mmHg)
(mmHg)
Tingkat I
140-159
90-99
Tingkat II
160-179
100-109
1 bulan sekali
Tingkat III
180-209
110-119
1 minggu sekali
Tingkat IV
210 satau lebih
120 atau lebuh
Dirawat RS
Tigkat
Jadwal kontrol
3. Etiologi Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahanperubahan pada : a. Elastisitas dinding aorta menurun b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi 2) Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah: a. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat) b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan) c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
d. Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah : a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr) b. Kegemukan atau makan berlebihan c. Stress d. Merokok e. Minum alcohol f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin ) Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan
endokrin,
DM,
Hipertiroidisme,
Hipotiroidisme,
Saraf,
Stroke,
Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.
4. Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001). Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Pathway
5. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : a. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.
6. Pemeriksaan Penunjang a. Hemoglobin / hematokrit Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor – faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia. b. BUN Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi) c. Kalium serum Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik. d. Kalsium serum Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi e. Kolesterol dan trigliserid serum Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler) f. Pemeriksaan tiroid Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serum Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab) h. Urinalisa Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes. i. Asam urat Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi j. Steroid urin Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme k. IVP Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal/ ureter l. Foto dada Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung m. CT scan Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati n. EKG Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7. Penatalaksanaan Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : a. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi : 1) Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah : a. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr b. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan d. Penurunan asupan etanol e. Menghentikan merokok 2) Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu. 3) Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi: Tehnik Biofeedback. Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan. 4) Tehnik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks 5) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan) Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi dengan Obat Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi : 1) Step 1 Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor 2) Step 2 Alternatif yang bisa diberikan : Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator 3) Step 3 Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain 4) Step 4 Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4 Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi. Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
8. Konsep Keperawatan a. Pengkajian Pengkajian secara Umum 1) Identitas Pasien Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi. 2) Riwayat atau adanya factor resiko a) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi b) Penggunaan obat yang memicu hipertensi 3) Aktivitas / istirahat a) Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
b) Frekuensi jantung meningkat c) Perubahan irama jantung d) Takipnea 4) Integritas ego a) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik. b) Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan). 5) Makanan dan cairan a) Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gulagula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori. b) Mual, muntah. c) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun). 6) Nyeri atau ketidak nyamanan a) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung) b) Nyeri hilang timbul pada tungkai. c) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. d) Nyeri abdomen. Pengkajian Persistem 1)
Sirkulasi a) Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan penyakit cerebro vaskuler. b) Episode palpitasi,perspirasi.
2)
Eliminasi Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3)
Neurosensori a) Keluhan pusing. b) Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4)
Pernapasan a) Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja b) Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum. d) Riwayat merokok 9. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum c. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi d. Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolic e. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang tidak adekuat f. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan kognitif 10. Intervensi Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral 1. Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi 2. Intervensi : Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kmepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tekhnik relaksasi. Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya 3. Intervensi : Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejam saat bab, batuk panjang, membungkuk Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular cerebral
Dx 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum 1. Intervensi : kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frequency nadi lebih dari 20 kali per menit diatas frequency istirahat : peningkatan tekan darah yang nyata selama atau sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat 40 mmhg
atau tekanan diastolic meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri dada : kelemahan dan keletihan yang belebihan :pusing atau pingsan. Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap stress, aktivitas bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas. 2. Intervensi : instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy, misalnya menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan. Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
DX 3 : Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi 1.
Intervensi: pantau TD.ukur pad kedua tangan atau paha untuk evaluasi awal.gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat. Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vascular. Hipertensi berat diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolic sampai 130, hasil pengukuran diastolic diatas 130 dipertimbangkan sebagai penigkatan pertama, kemudian maligna. Hipertensi sistolik juga merupakan faktor resiko yang di tentukan untuk penyakit cerebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan diastolic 90-115.
DX 4 : Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik 1.
Intervensi : kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan. Rasional : kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jangtung berkaitan dengan peningkatan masa tubuh.
2.
Intervensi : bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan membatasi masukan lemak,garam,dan sesuai indikasi. Rasional : kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya ateroskelorosis dan
kegemukan
yang
merupakan
predesposisi
untuk
hipertensi
dan
komplikasinya misalnya stroke,penyakit ginjal,gagal jantung. Kelebihan memasukkan garam memperbanyak volume cairan intravascular dan dpat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.
DX 5 : Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang tidak adekuat 1.
Intervensi : Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, misalnya
kemampuan
menyatakan
perasaan
dan
perhatian,
keinginan
berpartisipasi dalam rencana pengobatan Rasional : Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari 2.
Intervensi : Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya Rasional : Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respons seseorang terhadap stressor
3.
Intervensi : Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan Rasional : Keterlibatan memberikan pasien perasaan control diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping, dan dapat meningkatkan kerja sama dalam regimen terapeutik
4.
Intervensi : Catat laporan gangguan tidur, peningkatan
keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala ketidakmampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah Rasional : Menifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic
DX 6 : Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan kognitif 1.
Intervensi : Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk orang terdekat Rasional : Kesalahan konsep dan menyangkal diagnose karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan, dan prognosis. Bila pasien
tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan. 2.
Intervensi : Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak Rasional : Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD dan mengklarifikasi istilah medis yang sering digunakan. Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat
3.
Intervensi : Hindari mengatakan TD “normal” dan gunakan istilah “terkontrol dengan baik” saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan Rasional : Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan, maka dengan penyampaian ide “terkontrol” akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/medikasi
4.
Intervensi : Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular yang dapat diubah misalnya obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alcohol( lebih dari 60cc/hari dengan teratur), pola hidup penuh stress. Rasional : Faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjal.
11. Evaluasi a. Pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol b. Pasien berpartisupasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan c. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau beban kerja jantung. d. Menunjukkan perubahan pola makan ( misalnya pilihan makan, kuantitas,dan sebagainya), mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal. e. Mengidentivikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya f. Pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan
DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta: ECG Buku Kedokteran Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Jilid 6. Jakarta: EGC Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi: Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Kanisius
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN I. PENGKAJIAN Hari/tanggal
: Kamis, 21 Februari 2019
Waktu
: Pukul 10.00 WIB
Tempat
: Ruang tamu rumah Ny. S
Oleh
: Izfaningrum Melati Sukma
Sumber data
: Keluarga Ny. S
Metode
: Observasi, wawancara, pemeriksaan fisik
Alat pengumpul data
: Spighnomanometer, stetoskop, dan alat tulis
A. STRUKTUR DAN SIFAT KELUARGA 1.
Identitas Kepala Keluarga a. Nama
: Ny. S
b. Umur
: 65 tahun
c. Jenis Kelamin
: Perempuan
d. Agama
: Islam
e. Pendidikan Terakhir
: Tamat SD
f. Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
g. Alamat
: Jetis Prenggan RT 003/rw 019
h. Suku / Kebangsaan
: Jawa/ Indonesia
i. Jumlah Anggota Keluarga: 2 orang
2.
Daftar Anggota Keluarga No. 1
Nama Ny. S
Umur 65
Agama
L/P
Hub.dgn KK
Islam
P
Kepala
tahun 2
Tn. Y
26 tahun
Pendk.
Pekerjaan
Tamat SD
IRT
SLTA
Buruh
Keluarga Islam
L
Anak
3.
Genogram
Keterangan Riwayat penyakit keluarga : -
Keterangan Gambar :
4.
: Perempuan meninggal
: Perempuan hidup
: Laki – laki meninggal
: Laki – laki hidup
: Garis Keturunan
: Garis Perkawinan
: Tinggal bersama
: Klien teridentifikasi
Anggota Keluarga yang Meninggal Dalam satu tahun terakhir, tidak ada anggota keluarga Ny. S yang meninggal dunia.
5.
Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga Semua anggota keluarga Ny. S tinggal dalam satu rumah.
6.
Struktur Keluarga Keluarga Ny. S menganut struktur keluarga single parent family atau terdiri dari satu oraang tua (ibu) dengan anak. Keluarga Ny. S berada pada tahap VIII yakni keluarga dengan usia lanjut.
7.
Hubungan antar anggota keluarga Hubungan Kepala Keluarga - Anak : Ny. S mengatakan hubungan dengan anaknya baik-baik saja. Bila ada masalah selalu dibicarakan dan diselesaikan bersama dengan musyawarah.
8.
Anggota Keluarga yang berpengaruh dalam mengambil keputusan Ny. S mengatakan dalam keluarga, Ny. S sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan.
9.Tugas Perkembangan Lansia Tahap perkembangan pada keluarga Ny. S adalah tahap perkembangan lansia. Tugas perkembangan keluarga yang telah dipenuhi keluarga Ny. S diantaranya : menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia dengan bercengkrama dengan tetannga yang sama sama lanjut usia
10. Kebiasaan Anggota Keluarga sehari-hari a. Nutrisi 1) Frekuensi makan
: 3 kali sehari
2) Waktu makan
: pagi, siang dan malam
3) Porsi makan
: 1 piring
4) Jenis makanan
: nasi dengan porsi cukup, lauk tahu dan tempe. Sayuran
bervariasi, kadang gori, bayam, kangkung, daun singkong, bunga pisang, dan lain-lain. Buah-buahan yang sering dikonsumsi adalah buah pisang dan papaya. Ny. S mengatakan dilarang makan cabe, mengurangi garam, so dan melinjo. Sedangkan Tn. Y lebih menyukai gorengan seperti bakwan dan mendoan serta tidak ada pantangan. 5) Cara pengolahan makanan : Ny. S mengatakan sering memasak caranya mengurangi garam. Sebelum dimasak dipotong terlebih dahulu baru dicuci, dan dimasukkan ke dalam air yang mendidih. Setiap hari terdapat variasi menu makanan agar tidak bosan. 6) Cara penyajian makanan
: disajikan langsung setelah selesai masak, jika
ada sisa makanan dibuang, kecuali makanan tertentu yang kadang dihangatkan kembali kalau ada makanan yang berlebih, tergantung dari jenis makanannya.
Cara makan lesehan menggunakan tangan atau sendok,
tergantung makan apa. Keluarga lebih senang dengan makanan yang disajikan selagi hangat. 7) Makanan pantangan keluarga Ny. S mengatakan dilarang makan cabai, mengurangi garam, so dan melinjo. Ny. S mengtakan Tn. Y tidak ada pantangan dalam makanan. 8) Makanan kesukaan keluarga Ny. S mengatakan suka makanan apa saja, tetapi tidak boleh makan cabai dan mengurangi garam, so dan melinjo. b. Kebiasan Minum Keluarga Jenis minuman Keluarga Ny. S suka minum air putih dan teh manis dengan jumlah 1500 cc-2000 cc setiap hari. Ketika pagi hari kadangkala minum teh manis, dan dari siang sampai malam minum air putih kurang lebih 1500 cc. c. Pola Istirahat Keluarga Ny. S tidak memiliki gangguan pola tidur. Rata-rata anggota keluarga tidur kurang lebih 7 jam setiap hari. d. Rekreasi Keluarga Ny. S tidak mempunyai jadwal rekreasi yang teratur karena keluarga tidak memiliki anak kecil, keluarga memiliki aktivitasnya masing-masing. Tn. Y bekerja sebagai buruh. e. Pemanfaatan waktu senggang Ny. S mengatakan jika ada waktu senggang lebih sering digunakan untuk istirahat, dan berkumpul dengan keluarga atau dengan tetangga. f. Pola Eliminasi 1) Miksi Seluruh anggota keluarga Ny. S b.a.k di WC. Ny. S b.a.k dengan frekuensi > 6 kali dalam sehari, urin berwarna kuning jernih, bau khas urin, tidak ada darah.. Tidak ada gangguan selama b.a.k. Ny. S b.a.k 7-8 kali dalam sehari, urin berwarna kuning jernih, bau khas urin, tidak ada darah. 2) Defekasi Seluruh anggota keluarga Ny. S b.a.b di WC jongkok. Tidak ada gangguan selama b.a.b. Ny. S b.a.b 3x dalam sehari dengan feses berwarna kuning, bau khas feses, tidak ada darah. Ny. S b.a.b 2x dalam sehari dengan feses berwarna kuning, bau khas feses, tidak ada darah.
g. Hygiene Perorangan Keluarga Ny. S mandi 2 kali dalam sehari menggunakan sabun mandi. Keluarga Ny. S menggosok gigi 2 kali sehari setelah mandi. Keluarga Ny. S keramas 3 kali dalam seminggu. Keluarga Ny. S memotong kuku 2 kali dalam seminggu.
h. Kebiasaan Keluarga yang merugikan Tidak ada keluarga yang mempunyai kebiasaan yang merugikan.
B. FAKTOR SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA 1. Penghasilan Penghasilan keluarga Ny. S berasal dari Tn. S dan Ny. S yang sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak kurang lebih Rp 500.000/ bulan. Penghasilan yang didapat dikelola oleh Ny. S. 2. Penggunaan / Pemanfaatan dana keluarga/bulan: Penggunaan dana : pas-pasan karena keluarga Ny. S tidak mempunyai pekerjaan tambahan, namun mereka terbantu dengan adanya anak yang pertama yang bekerja sebagai buruh. Penggunaan biaya seperti listrik, kebutuhan rumah tangga, dan makanan. 3. Hubungan anggota keluarga dalam masyarakat Keluarga Ny. S tampak terbuka, tampak ketika akan dilakukan pengkajian Ny. S sedang berada di luar rumah sedang mengobrol dengan tetangganya. Ny. S mengatakan sering mengikuti perkumpulan RT/ RW, seperti arisan dasa wisma, pengajian malam Minggu, dll. 4. Fasilitas untuk pertemuan masyarakat Pertemuan biasa dilakukan di masjid (untuk pengajian), rumah kader (untuk Posyandu) dan rumah warga untuk arisan. Ny. S mengatakan keluarganya sering mengikuti pertemuan tersebut.
C. FAKTOR RUMAH DAN LINGKUNGAN 1. Rumah a. Denah rumah: 7
6
4 3 2
1 Keterangan: 1. Teras 2. Ruang tamu 3. Ruang keluarga 4. Kamar tidur Ny. S dan Tn. Y 5. Kamar tidur 6. Sumur, kamar mandi 7. Dapur
b. Status kepemilikan
: Sendiri
c. Dinding rumah
: Permanen
d. Lantai
: Semen
e. Langit-langit
: tidak terdapat langit-langit rumah
f. Atap rumah
: genting
g. Ventilasi ruangan
: lebih dari 10% kali luas lantai
h. Jenis ventilasi
: Melalui pintu, jendela dan lubang angin
i. Pemanfaatan jendela
: dibuka setiap hari
j. Penenerangan
: Listrik ketika malam hari
k. Ukuran rumah
: 200 m2
l. Kebersihan rumah
: kurang
2. Sarana Memasak Bahan bakar untuk memasak menggunakan gas dan dapurnya berada di dalam rumah, ventilasi berupa pintu dapur dan lubang angin. Tempat menyimpan peralatan dapur yaitu pada rak piring. Dapur tampak kotor karena debu. 3. Sampah Sarana pembuangan sampahnya ada di belakang samping rumah. Cara pengelolaan sampahnya biasanya dibakar di belakang samping rumah. Jarak sampah dengan sumber air minum lebih dari 10 meter. 4. Sumber air Sumber air minum keluarga Ny. S adalah sumur gali dan PDAM. Jarak antara sumber air dengan septik tank adalah 10 meter. Tidak ada pencemaran air. Warna airnya jernih, tidak berbau, dan tidak berasa (tawar). Kebersihan sumber airnya baik, permukaan sumur tidak ditutup, dan area sekitar sumur disemen. 5. Jamban Keluarga Keluarga Ny. S sudah mempunyai jamban sendiri, jenisnya adalah WC leher angsa yang terletak di dalam rumah, dengan jarak antara jamban-sumur 10 meter. Vector yang sering ada adalah nyamuk. Jamban Ny. S tampak bersih dan terdapat ember penampungan yang bebas jentik karena tiap 2 kali dalam seminggu dibersihkan. 6. Pembuangan air limbah Jenis limbah yang dihasilkan oleh keluarga Ny. S adalah limbah rumah tangga. Limbah tersebut dialirkan melalui melalui saluran (penampungan) Konstruksinya permanen, saluran limbahnya tertutup, jarak limbah dengan sumur lebih dari 10 meter, letaknya jauh dari rumah. Kebersihannya baik, tidak ada vektor maupun bau limbah. 7. Kandang ternak Keluarga Ny. S tidak mempunyai hewan ternak. 8. Halaman a. Pemilikan
: ada, 8 m2
b. Pemanfaatan
: tidak dimanfaatkan
c. Letak
: di samping rumah
9. Kebersihan
: halaman tampak kotor, terlihat sampah berserakan dan berdebu
10. Kamar mandi a. Pemilikan
: ada, 1,5 x 1,5 m dan berjumlah 1 buah
b. Letak
: di dalam rumah
c. Ember penampungan
: ada dalam kamar mandi, terbuat dari plaastik,
tidak ada jentik nyamuk d. Kebersihan
: tampak kotor dan gelap
11. Lingkungan a. Geografi rumah
: desa
b. Jarak dengan tetangga
: saling berdekatan
c. Suasana
: sepi
d. Lokasi
: dekat rumah, di Dusun Jetis Prenggan RT 003/ 019
12. Fasilitas Perdagangan
: warung ± 10m,
13. Fasilitas peribadatan : ± 100 m 14. Fasilitas kesehatan
: Posyandu ± 500m, PUSTU Godean I ± 1,5 km,
15. Sarana hiburan
: ada, berupa radio
16. Fasilitas transportasi : ada, 1 buah sepeda motor
D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA 1. Riwayat Kesehatan anggota keluarga Keluarga Ny. S mengatakan bahwa lima tahun yang lalu Ny. S pernah mengalami operasi tumor jinak di paha kanan. Ny. S didiagnosa hipertensi sekitar 1 tahun yang lalu. Ny. S sering merasa buyer (sakit kepala) ketika tekanan darahnya tinggi dan menjadi mudah lelah ketika beraktivitas. Tn. Y tidak mengalami penyakit serupa dengan Ny. S. 2. Kebiasaan memeriksakan diri a. Waktu
: bila merasa sakit
b. Tempat
: Puskesmas Godean I
3. Kebiasaan minum obat a. Ny. S
: Ny. S mengonsumsi obat amlodipine 5 mg dua kali sehari sesudah
makan setiap pagi dan sore
b. Tn. Y
: mengonsumsi obat jika merasa sakit
4. Riwayat Kesehatan Mental-psikososial-spiritual a. Memenuhi kebutuhan jiwa 1) Pemenuhan rasa aman : Ny. S mengatakan keluarganya merasa aman tinggal di lingkungan rumahnya 2) Perasaan bangga atau senang: Ny. S sudah merasa cukup dengan kehidupan yang dialami saat ini. Walaupun penghasilan yang didapatkan pas-pasan namun cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan keluarganya. Ny. S menyatakan merasa senang karena dapat berbincang dengan tetangganya bila ada awaktu senggang. 3) Semangat untuk maju : Ny. S dan keluarga mengatakan selalu berusaha untuk menjalani kehidupan agar nantinya lebih baik. b. Pemenuhan status sosial 1) Perasaan dilayani: Ny. S mengatakan selalu mendapatkan pelayanan yang baik jika sedang membutuhkan untuk mengurus surat-surat, dll baik dari lingkungan tempat tinggal seperti : RT, RW, Dukuh, Kelurahan, dan instansi pemerintahan lainya (puskesmas, RS, dll) 2) Perasaan dibenci: Keluarga Ny. S mengatakan selalu akrab dengan tetangga sekitar, tidak merasa dibenci dan tidak ada permasalahan dengan orang lain. 3) Perasaan diasingkan: Ny. S mengatakan walaupun hidupnya pas-pasan tetapi tetangga sekitar menghargai keluarganya dan tidak mengucilkanya. Ny. S mengatakan keluarganya akrab dengan warga sekitar. c. Riwayat kesehatan mental keluarga Keluarga Ny. S tidak ada yang mengalami gangguan jiwa dan juga tidak ada yang pernah dirawat di rumah sakit jiwa. d. Gangguan mental pada anggota keluarga Ny. S mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan mental. e. Penampilan tingkah laku anggota keluarga yang menonjol Ny. S menyatakan tidak ada anggota keluarga yang bertingkah laku agresif, ekstrim, senang pergi tanpa tujuan, suka menangis tanpa sebab dan suka mencuri tanpa sengaja.
5. Riwayat Spiritual Anggota Keluarga Ny. S mengatakan bahwa semua anggota keluarganya menjalankan sholat 5 waktu dan sering mengikuti pengajian yang ada di RT maupun di dusunnya. Tanggapan keluarga terhadap pelayanan kesehatan : Ny. S mengatakan pelayanan kesehatan di daerahnya sudah baik dan petugasnya ramah. Pelayanan yang ada yaitu Posyandu, Puskesmas, rumah sakit dan klinik kesehatan. Ny. S rutin mengikuti posyandu lansia yang diadakan di Dusun Dongkelan.
6. Keadaan Kesehatan keluarga saat kunjungan No
Nama
umur
L/P
1.
Ny. S
65 th
P
Kesehatan
Ket
Kesadaran : composmentis TD
: 160/100mmHg
Suhu
: 36,4 0C
Nadi
: 80 x/mnt
RR
: 20 x/mnt
TB
: 156 cm
Keluhan : Ny. S menyatakan kadang merasa lemas ketika tekanan darahnya tinggi
dan
kadang
merasa
mendengar suara mengung 2.
Tn. Y
28 th
L
Tidak terkaji
E. PERSEPSI DAN TANGGAPAN KELUARGA TERHADAP MASALAH 1. Persepsi keluarga terhadap masalah yang dihadapi : a. Ny. S mengatakan bahwa penyakit yang dialaminya adalah penyakit darah tinggi atau yang sekarang disebut hipertensi b. Tn. S mengatakan jika yang beliau ketahui adalah penyakit hipertensi disebabkan karena makanan seperti banyak garam. c. Ny. S mengatakan usaha untuk memeriksakan ke pelayanan kesehatan dilakukan ketika merasa ada keluhan sakit
d. Ny. S mengatakan sering lemas ketika tekanan darahnya tinggi, sehingga menghambat aktivitasnya 2. Tanggapan / mekanisme koping keluarga terhadap masalah : Keluarga Ny. S mengatakan bahwa masalah dalam keluarga pasti ada, tetapi karena saling ada pengertian antar anggota keluarga maka masalah tersebut dapat diatasi. Setiap ada masalah pasti dilakukan musyawarah antar anggota keluarga. 3. Tugas kesehatan keluarga : Tugas Kesehatan Keluarga Kemampuan keluarga untuk mengenal masalah
1) Keluarga Ny. S mengetahui jika penyakit yang diderita Ny. S adalah darah tinggi atau hipertensi. 2) Ny. S menyatakan sudah kurang lebih 3 tahun mempunyai penyakit hipertensi 3) Ny. S mengetahui makanan apa saja yang
harus
dia
hindari
untuk
mencegah hipertensi.
Kemampuan keluarga untuk mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
1) Ny. S mengonsumsi obat amlodipine 5 mg setiap pagi dan sore hari 2) Ny. S juga mengatakan mengurangi makanan asin-asin karena tekanan darahnya yang seringkali tinggi.
Kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sakit
1) Tn. S mengatakan bahwa Ny. S sering diantar keluarga ketika berobat ke puskesmas pembantu 2) Ny. S mengonsumsi obat amlodipine 5 mg jika merasa buyer dan kurang enak badan 3) Tn. S mengatakan tidak pernah mengingatkan ibunya untuk minum obat karena dirasa ibunya sudah tahu
4) Ny. S jarang melakukan olahraga 5) Ny. S belum pernah diajari senam hipertensi Kemampuan memanfaatkan
keluarga fasilitas
kesehatan
untuk
1) Ny. S mengatakan ke puskesmas
pelayanan
pembantu jika merasa sakit 2) Keluarga Ny. S mengatakan bahwa melakukan
pengecekan
tekanan
darah bila terasa mbuyer Kemampuan
keluarga
untuk 1)
memodifikasi lingkungan
Penataan perabot rumah kurang tertata rapi
2)
halaman
tampak
kotor,
terlihat
sampah berserakan dan berdebu
F. Struktur Keluarga 1. Pola komunikasi keluarga Pola komunikasi keluarga berjalan dengan baik, bila ada perm-asalahan dimusyawarahkan. 2. Struktur Kekuatan Keluarga Keluarga mau menerima keadaan dan berusaha tetap sehat. 3. Struktur Peran
Ny. S berperan sebagai kepala rumah tangga yang bekerja sebagai karyawan swasta.
Tn. Y berperan sebagai anak yang membantu dalam penghasilan keluarga yang bekerja sebagai buruh
4. Nilai dan Norma Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai dalam agama Islam yang dianutnya serta norma masyarakat di sekitarnya.
G. Fungsi keluarga 1. Fungsi afektif Keluarga Ny. S sangat harmonis, rukun, dan tentram. Jika ada anggota keluarga yang sakit, anggota keluarga yang lain akan mengantar keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan.
2. Fungsi sosialisasi Keluarga Ny. S dalam mendidik anak sudah baik, Anggota keluarga masih aktif mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan 3. Fungsi perawatan kesehatan a. Pengetahuan
dan
persesi
keluarga
tentang
penyakit/masalah
kesehatan
keluarganya Ny. S mengetahui makanan apa saja yang harus dia hindari untuk mencegah hipertensi. Keluarga mengetahui tentang penyakit yang diderita keluarganya. b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat Ny. S mengonsumsi obat amlodipine 5 mg setiap pagi dan sore hari dan Ny. S juga mengatakan mengurangi makanan asin-asin karena tekanan darahnya yang seringkali tinggi c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit: Tn. S mengatakan bahwa Ny. S sering diantar keluarga ketika berobat ke puskesmas pembantu. Ny. S mengonsumsi obat amlodipine 5 mg jika merasa buyer dan kurang enak badan. Tn. S mengatakan tidak pernah mengingatkan ibunya untuk minum obat karena dirasa ibunya sudah tahu d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat Penataan perabot rumah kurang tertata rapid an halaman tampak kotor, terlihat sampah berserakan dan berdebu e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat Ny. S mengatakan ke puskesmas pembantu jika merasa sakit dan Keluarga Ny. S mengatakan bahwa melakukan pengecekan tekanan darah bila terasa mbuyer f. Fungsi reproduksi Ny. S sudah tidak pernah melakukan fungsi reproduksinya karena usia dan keadaannya. Ny. S dan istrinya tidak menggunakan kontrasepsi apapun karena ingin menambah momongan lagi. g. Fungsi ekonomi Penghasilan keluarga dari Ny. S perbulan rata-rata sekitar Rp.500.000/bulan.
H. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan TTV:
Ny. S
Tn. Y
TD
160/100
120/80mmHg
RR
mmHg
18 x/ menit
SUHU
19x/menit
36,5 oC
NADI
36 0C
80 x / menit
BB
85 x / menit
34 kg
TB
156 cm
168 cm
Bentuk kepala simetris, dan rambut berwarna hitam. Bentuk simtris konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus dan pupil isokor. Bentuk hidung simetris dan tidak mengalami pendarahan/ epistaksis. Bentuk telinga simetris Keadaan bibir lembab, gusi dan gigi tidak ada pendarahan, lidah tidak ada pendarahan Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid Klien tampak
Bentuk kepala simetris, dan rambut berwarna hitam.
Pemeriksaan Head to Toe Kepala
Mata
Hidung Bentuk Pendarahan/ secret
Telinga
Mulut
Leher
Integumen
Bentuk simtris konjungtiva anemis, sklera tidak ikterus dan pupil isokor.
Bentuk hidung simetris dan tidak mengalami pendarahan/ epistaksis.
Bentuk telinga simetris Keadaan bibir lembab, gusi dan gigi tidak ada pendarahan, lidah tidak ada pendarahan
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Klien tampak bersih, turgor kulit baik,
bersih, turgor kulit baik, kelembabab baik Bentuk torak simtris irama pernafasan teratur, tidak ada suara tambahan dan getaran suara terdengar dengan teratur. Kekuatan otot baik
Pemeriksaan thorax
Muskuloskeletal
kelembabab baik
Bentuk torak simtris irama pernafasan teratur, tidak ada suara tambahan dan getaran suara terdengar dengan teratur
Kekuatan otot baik
II. ANALISA DATA NO
DATA
MASALAH
PENYEBAB
DO: TD 160/ 100 mmHg
Manajemen
Ketidakmampuan
DS:
kesehatan
keluarga
untuk
Tn. S merawat
anggota
-
Tn. S mengatakan jika yang beliau keluarga
ketahui adalah penyakit hipertensi dengan hipertensi keluarga yang sakit disebabkan karena makanan yang yang tidak efektif asin-asin -
Ny. S mengatakan suka makanan gorengan, seperti
mendoan dan
bakwan -
Ny. S mengonsumsi obat amlodipine 5 mg jika merasa buyer dan kurang enak badan
-
Tn. S mengatakan tidak pernah mengingatkan istrinya untuk minum obat karena dirasa istrinya sudah tahu
-
Ny. S jarang melakukan olahraga
-
Ny. S belum pernah diajari senam hipertensi
DO : -
3.
Ketidakefektifan
Penataan perabot rumah kurang keluarga
Ketidakmampuan keluarga
dalam
tertata rapi -
memelihara
memelihara
halaman tampak kotor, terlihat lingkungan
lingkungan
sampah berserakan dan berdebu DS: -
Ny. S mengatakan hal ini sudah biasa
III.
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Manajemen kesehatan keluarga Tn. S dengan hipertensi yang tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sakit ditandai dengan: - TD 160/ 100 mmHg - Tn. S mengatakan jika yang beliau ketahui adalah penyakit hipertensi disebabkan karena makanan seperti ikan-ikanan. - Ny. S mengatakan suka makanan gorengan, seperti mendoan dan bakwan - Ny. S mengonsumsi obat amlodipine 5 mg jika merasa buyer dan kurang enak badan - Tn. S mengatakan tidak pernah mengingatkan istrinya untuk minum obat karena dirasa istrinya sudah tahu - Ny. S jarang melakukan olahraga - Ny. S belum pernah diajari senam hipertensi 2.
Ketidakmampuan keluarga Ny. S dalam memelihara lingkungan berhubungan dengan Ketidakefektifan keluarga memelihara lingkungan. Ditandai dengan: -
Penataan perabot rumah kurang tertata rapi
-
halaman tampak kotor, terlihat sampah berserakan dan berdebu
IV. PERENCANAAN Hari, Tanggal : Jumat, 22 Februari 2019 Pukul
: 09.00 WIB PERENCANAAN
NO 1
Diagnosa Kep Manajemen
Tujuan 1. Kaji
TUPAN
kesehatan keluarga Setelah Ny.
Intervensi
S
dengan keperawatan
hipertensi tidak
dilakukan 4
kali
asuhan
pengetahuan
keluarga
Rasional tentang 1. Mengetahui
perawatan pada pasien hipertensi
kunjungan
mana
sejauh
pemahaman
keluarga
yang selama 7 hari manajemen kesehatan
perawatan
efektif keluarga Tn. S dengan hipertensi
hipertensi
mengenai pada
berhubungan
menjadi efektif, dengan kriteria
2. Memberikan
dengan
tekanan darah Ny. S dalam batas
pengetahuan
ketidakmampuan
normal (sistolik 120-139 mmHg dan 2. Bersama keluarga diskusikan pengelolaan
keluarga
keluarga merawat
untuk diastolik 80-89 mmHg)
makanan untuk penderita hipertensi
anggota
keluarga yang sakit
tentang
pengaturan makanan bagi
penderita
hipertensi
TUPEN : Setelah
pada
dilakukan
asuhan 3. Motivasi Ny. S untuk minum obat secara 3. Memberikan
keperawatan selama 4x 30 menit Keluarga dapat merawat anggota
rutin
penguatan pada Ny. S agar dapat teratur
keluarga
yang
sakit
hipertensi
dan
dengan kriteria : - Keluarga makanan penderita
dapat yang
dalam
pengobatan menyajikan 4. Ajarkan pada keluarga Ny. S tentang 4. Untuk meningkatkan sesuai
hipertensi
untuk
senam hipertensi
daya tahan jantung dan paru-paru serta
(rendah
membakar
garam, lemak, dan kolesterol) - Ny. W rutin dalam minum obat
lemak
yang berlebihan di tubuh
hipertensi - Keluarga
rutin
senantiasa
memberi 5. Berikan
dukungan untuk kesehatan Ny. S
reinforcement
positif
pada 5. Reinforcement
keluarga atas usaha melakukan perawatan
mampu
hipertensi untuk Ny. S
motivasi positif dari dalam
membuat
diri
sehingga
sendiri
seimbang
dengan
perilaku
kesehatannya Ketidakmampuan keluarga
Ny.
· S
dalam memelihara
1.kaji pengetahuan kluarga tentang
1.
perawatan rumah
mana
Mengetahui sejauh
keluarga
pemahaman mengenai
perawatan rumah
lingkungan 2. Beri pengetahuan kepada keluarga
2. pengetahuan dapat
dengan
bagaimana cara memelihara rumah dan
memberikan
Ketidakefektifan
lingkungan
yang lebih banyak
berhubungan
·
informasi
keluarga memelihara
·
lingkungan
3. Diskusikan manfaat memodifikasi rumah
3.
dan lingkungan
rumah
memodifikasi dan
lingkungan
dapat
menngkatkan kenyamanan
di
lingkungan rumah · ·
4. Motivasi keluarga untuk pola hidup sehat
4.
keluarga
dapat
lebih melakukan apa yang telah diberikan
·
5. Beri pujian atas usaha keluarga
5. Reinforcement mampu
membuat
motivasi positif dari dalam sehingga
diri
sendiri seimbang
dengan kesehatannya
perilaku