LAPORAN PRAKTIK ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.J DI RUANG MAWAR PANTI WREDHA HARAPAN IBU NGALIYAN KOTA SEMARANG Disusun untuk Memenuhi tugas Profesi Ners Mata Ajar Keperawatan Gerontik Dosen Pembimbing
: Rita Hadi Widyastuti, M.Kep, Sp.Kep.Kom
Disusun Oleh : DWI SAPUTRA 22020118210042
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXXII DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2018
1
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Nama
: Dwi Saputra
NIM
:-
E-mail
:
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan akhir gerontik saya bebas dari plagiarism dan bukan hasil karya orang lain. Jika dikemudian hari saya terbukti melakukan tindakan plagiarisme, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan akademik Universitas Diponegoro.
Semarang, September 2018
Dwi Saputra
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua system muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan nyeri sendi. Yang sering di alami pada usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah nyeri sendi (Tamher, 2011). Setiap orang pernah merasakan nyeri. Nyeri (Pain) adalah kondisi perasaan tidak menyenangkan yang dialami seseorang. Perasaan nyeri berbeda pada setiap orang baik dalam hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya maka dari itu nyeri sangat bersifat subjekif (Hidayat, 2008). Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial dalam tubuh yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif dimana jaringan rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut dan mual (Judha, 2012). Penyakit nyeri sendi dianggap sebagai satu keadaan sebenarnya terdiri atas lebih dari 100 tipe kelainan yang berbeda. Penyakit ini terutama mengenai otot–otot skelet, tulang, ligamentum, tendon dan persendian pada laki–laki maupun wanita dengan segala usia. Sebagian gangguan lebih besar kemungkinannya untuk terjadi pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien atau lebih menyerang jenis kelamin yang satu dibandingkan lainnya. Dampak keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan, dan
3
masalah yang disebabkan oleh penyakit nyeri sendi tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari – hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas tetapi dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur (Kisworo, 2008) Prevalensi nyeri pada lansia berdasarkan beberapa penelitian besarnya 65-80% dan sebagian besar diantaranya memerlukan perawatan di rumah sakit karena menderita nyeri yang dirasakan. Sebenarnya kondisi tersebut tidak menjadi hal yang sangat mengejutkan karena pada populasi lansia terdapat peningkatan risiko terjadinya nyeri yang sering sulit diobati, seperti yang disebabkan oleh penyakit artritis, neuropati diabet, nyeri pasca herpetik, neuropati pasca strok, parkinson dan penyakit terminal (Racmawati, 2006). Berbeda dengan data di Amerika Serikat pada semua usia menunjukkan bahwa penyebab nyeri kronis adalah nyeri punggung bawah (70 juta orang), artritis (30 juta orang), migraine (20 juta orang), kanker (1 juta orang) (Clark, 1998). Hasil pengkajian melalui wawancara dan observasi pada Ny.J yang merupakan salah satu lansia di Panti Wredha Harapan Ibu, menunjukkan bahwa klien memiliki keluhan nyeri di lutut sebelah kiri. Klien tidak mengetahui penyakit yang di deritanya. Ny. J memiliki riwayat jatuh sebanyak 3 kali yang menyebabkan aktivitas klien terbatas. Nyeri lutut bagian kiri yang menyebabkan aktivitas klien terhambat dan mengalami resiko untuk jatuh. Pemberian asuhan keperawatan pada Ny.J secara tepat dapat membantu menurunkan skala nyeri, sehingga klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Intervensi yang dilakukan diharapkan dapat memberikan motivasi kepada klien untuk lebih rutin melakukan terapi massage.
4
B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan gerontik pada Ny. J sesuai dengan masalah keperawatan yang telah ditemukan serta memperhatikan proses penuaan yang dilihat dari bio-psiko-spiritual dan sosial 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Ny. J meliputi dimensi biofisik, dimensi psikologis, dimensi fisik, dimensi sosial, dimensi tingkah laku dan dimensi sistem kesehatan. b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai hasil pengkajian yang sudah dilakukan pada Ny. J c. Mahasiswa mampu menentukan prioritas masalah, tujuan dan kriteria hasil berdasarkan diagnosa keperawatan yang sudah dirumuskan. d. Mahasiswa mampu menerapkan intervensi sesuai dengan masalah yang ditemukan. e. Mahasiswa mampu menerapkan terapi nonfarmakologis pada implemantasi yang dilakukan. f. Mahasiswa mampu merumuskan evaluasi dan rencana tindak lanjut dari asuhan keperawatan yang sudah diberikan.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Pengertian Lansia merupakan manusia lanjut usia dengan usia mulai 65 tahun ke atas (Setianto,2004). Lanjut usia adalah tahap lanjut kehidupan manusia yang ditandai dengan penurunan kemampuan dan fungsi tubuhnya baik secara fisik maupun psikologis (Munawwarah, 2015). Lansia merupakan tahapan akhir dari suatu proses dengan ditandai adanya penurunan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya (Efendi, 2009). Proses menua merupakan proses yang terjadi sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. 2. Batasan umur lansia Menurut World Health Organization (WHO) terdapat 4 kategori lansia berdasarkan batasan usia Lansia, yaitu: a.
pertengahan (middle age)
: 45 – 59 tahun
b.
lanjut (fiderly)
: 60 – 74 tahun
c.
Lansia tua (old)
: 75 – 90 tahun
d.
Lansia sangat tua(very old)
: > 90 tahun
3. Karakteristik lansia Menurut Budi Anna Keliat, lansia memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut : (Maryam,2008). a. Berusia lebih dari 60 tahun yang sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.12 tentang kesehatan.
6
b. Kebutuhan hidup dan masalah yang muncul bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial hingga spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif. c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi. 4. Tugas perkembangan lansia Adapun tugas perkembangan lansia sebagai berikut: a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun. b. Mempersiapkan diri untuk pensiun. c. Membentuk hubungan Dinik dengan orang seusianya. d. Mempersiapkan kehidupan baru. e. Melakukan
penyesuaian
terhadap
kehidupan
sosial
serta
masyarakat secara santai. f. Mempersiapkan
diri
untuk
kematiannya
dan
kematian
pasangannya. 5. Perubahan pada lansia Proses menua pada lansia ini mengalami banyak perubahan diantaranya (Darmojo Boedhi, 2006): a.
Perubahan fisik 1) Sistem endokrin: produksi semua hormone menurun, menurunnya produksi aldosteron,
menurunnya
sekresi
hormone
kelamin
(progesteron, estrogen, dan testosteron), kelainan sekresi insulin dan gangguan kerja hormon insulin. 2) Sistem integumen: kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, perubahan bentuk sel epidermis, kulit kepala dan rambut menipis berwarna putih kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku
7
lebih lambat, kulit jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya. 3) Sistem muskuloskeletal: Tulang kehilangan density dan makin rapuh, pergerakan pinggang, jari dan lutut menjadi terbatas, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot sehingga sering kram dan tremor, kifosis. 4) Sistem kardiovaskuler : Peningkatan tekanan darah pada lansia, umumnya terjadi akibat penurunan fungsi organ pada sistem kardiovaskular. Katup jantung menebal dan tingakt elastisitas menurun, serta terjadi penurunan elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya (Ismayadi, 2004). Selain itu, terjadi peningkatan resistensi pembuluh darah perifer ketika ventrikel kiri memompa, sehingga tekanan sistolik dan afterload meningkat (Gunawan, 2009). b.
Perubahan psikologis Terdapat perubahan psikologis pada lansia di antaranya yaitu : 1) Kenangan (memori) : Kenangan jangka panjang : berjam-jam atau berhari-hari yang lalu mencakup beberapa perubahan Kenangan jangka pendek atau seketika : 0-10 menit, kenangan buruk 2) Inteligenta Quantion (IQ) : Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal Berkurangnya
penampilan,
persepsi
dan
ketrampilan
psikomotor, terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
8
3) Kualitas hidup Secara umum kualitas hidup mencakup semua area kehidupan : komponen material dan lingkungan, komponen fisik, mental, dan sosial. Konsep kualitas hidup selalu dikaitkan dengan kesehatan fisik, kemandirian dan kemamuan fungsional, penerimaan diri, optimism, pencapaian tujuan hidup. 4) Depresi Merupakan masalah mental yang sering terjadi dan jarang terdeteksi karena sering dianggap sebagai efek dari proses menua.atau penyakit kronis. c.
Perubahan-perubahan Psikososial 1) Pensiun: nilai seseorang sering dihitung oleh produktifitasnya dan identitas dikatakan dengan peranan dalam pekerjaan. Akibat dari pensiun yang akan dialami: a) Kehilangan financial (income berkurang) b) Kehilangan status dalam pekerjaan c) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan 2) Merasakan atau sedar akan kematian (sense of awareness of mortality) 3) Perubahan dalam cara hidup 4) Ekonomi
akibat
permberhentian
jabatan
(economic
deprivation) 5) Menignkatnya biaya hidup dan biaya pengobatan 6) Penyakit kronis dan kualitas hidup menurun 7) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik 6. Aktivitas dan latihan pada lansia Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan menurun. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat lansia kemampuan akan turun antara 30 – 50%. Olah raga pada lanjut usia perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara
9
lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding. Upaya yang dilakukan oleh lansia dalam mempertahankan kesehatanya dengan melakukan perawatan, pengobatan, pola hidup sehat dan juga upaya lain seperti olahraga. Olahraga yang dapat dilakukan oleh lansia antara lain dengan cara latihan fisik yang sesuai dengan lansia diantaranya berjalan-jalan, bersepeda, berenang, melakukan pekerjaan rumah dan senam (Maryam dkk, 2008).
B. Nyeri 1. Pengertian Nyeri (Pain) adalah kondisi perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang baik dalam hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan dan mengefakuasi rasa nyeri yang dialaminya (Muttaqin, 2008). Internasional
Association
for
Study
of
Pain
(IASP),
mendefenisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenagkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat akut yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2005) 2. Etiologi Etiologi nyeri merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikroplasma dan virus. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab nyeri sendi yaitu: a. Mekanisme imunitas. Penderita nyeri sendi mempunyai auto anti body di dalam serumnya yang di kenal sebagai faktor rematoid anti bodynya
10
adalah suatu faktor antigama globulin (IgM) yang bereaksi terhadap perubahan IgG titer yang lebih besar 1:100, Biasanaya di kaitkan dengan vaskulitis dan prognosis yang buruk. b. Faktor metabolik. Faktor metabolik dalam tubuh erat hubungannya dengan proses autoimun. c. Faktor genetik dan faktor pemicu lingkungan. Penyakit nyeri sendi terdapat kaitannya dengan pertanda genetik. Juga dengan masalah lingkungan, Persoalan perumahan dan penataan yang buruk dan lembab juga memicu pennyebab nyeri sendi. d. Faktor usia. Degenerasi dari organ tubuh menyebabkan usia lanjut rentan terhadap penyakit Dinik yang bersifat akut maupun kronik (Brunner & Sudarth, 2002). 3. Patofisiologi Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain. Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jarak multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah lokal, sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini
11
mengakibatkan
pelepasan
histamin
dari
sel-sel
mast
dan
mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat. Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat inzput dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).
1. Batasan Karakteristik (NANDA 2015-2017) a. Anoreksia b. Ekspresi wajah (mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar, meringis) c. Fokus pada diri sendiri d. Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya e. Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri f. Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrument nyeri g. Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas h. Perubahan pola tidur
12
2. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi a. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan berlangsung untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013). Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang tanpa pengobatan setelah area yang rusak pulih kembali (Prasetyo, 2010). b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap sepanjang suatu priode waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan (McCaffery, 1986 dalam Potter &Perry, 2005). 3. Pengukuran Intensitas Nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat subjektif dan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri, namun pengukuran dengan pendekatan objektif juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Andarmoyo, 2013). Beberapa skala intensitas nyeri: 1. Skala intensitas nyeri deskriptif sederhana
Skala pendeskripsi
verbal
(Verbal
Descriptor
Scale
(VDS))
merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih
13
objektif. Alat ini memungkinkan klien memilih sebuah ketegori untuk mendeskripsikan nyeri (Andarmoyo, 2013). 2. Skala intensitas nyeri numeric
Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale (NRS)) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi (Andarmoyo, 2013). 3. Skala intensitas nyeri visual analog scale
Skala analog visual (Visual Analog Scale) merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya (Andarmoyo, 2013).
4. Manajemen Penatalaksanaan Nyeri 1. Manajemen Non Farmakologi Manajemen nyeri nonfarmakologi merupakan tindakan menurunkan respon
nyeri
melakukan
tanpa
menggunakan
intervensi
agen
farmakolgi.
keperawatan/kebidanan,
Dalam
manajemen
nonfarmakologi merupakan tindakan dalam mengatasi respon nyeri klien (Sulistyo, 2013). Metode yang digunakan untuk mengurangi
14
nyeri antara lain dengan teknik vokalisasi atau mendengarkan bunyibunyian
untuk
menurunkan
ketegangan,
relaksasi
dengan
menggunakan imajiner (imagenery-assisted relaxation), kompres panas, mendengarkan musik santai serta pencahayaan yang baik (Bobak, 2005). 2. Manajemen Farmakologi Manajemen
nyeri
farmakologi
merupakan
metode
yang
menggunakan obat-obatan dalam praktik penanganannya. Cara dan metode ini memerlukan instruksi dari medis (Sulistyo, 2013).
C. Resiko Jatuh 1. Pengertian Jatuh
adalah
kejadian
tiba-tiba
dan
tidak
sengaja
yang
mengakibatkan seseorang terbaring atau terduduk dilantai yang lebih rendah tanpa kehilangan kesadaran (Maryam, 2010). Menurut NANDA (2012-2014) resiko jatuh adalah peningkatan kerentanan untuk jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik. 2. Faktor Resiko Jatuh Faktor resiko jatuh menurut NANDA (2012-2014) yaitu usia 65 tahun atau lebih, memiliki riwayat jatuh, tinggal sendiri, prosthesis ekstremitas bawah, penggunaan alat bantu (tongkat, walker), penggunaan kursi roda, penurunan kognitif atau status mental. Sedangkan faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh, antara lain: lingkungan yang tidak teratur, ruang dengan pencahayaan yang redup, lantai yang licin, keset atau karpet yang tertekuk, tidak adanya handrail di kamar mandi atau di shower. Faktor lain yaitu medikasi, seperti: penggunaan alkohol, anti ansietas, anti hipertensi, diuretik, obat penenang, dan anti depresi. 3. Penyebab dan Faktor Resiko Jatuh (Miller, 2012): a. Perubahan fisik karena menua
15
Penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran, osteoporosis, melambatnya lansia dalam berespon atau bereaksi terhadap stimulus dari lingkungan, perubahan gaya berjalan, mudah goyah atau gangguan keseimbangan, hipotensi postural, dan nokturia. b. Masalah kesehatan yang umum terjadi pada lansia Dimensia atau bingung, penyakit jantung (aritmia, miokardiak infark), gangguan saraf (parkinson, hemiplegi), gangguan metabolik (dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, hipotiroid), masalah musculoskeletal (osteoartitis), serangan iskemik yang sementara, katarak, dan glaucoma. c. Faktor psikologis Depresi, anxietas, dan distraksi d. Obat-obatan Anticholinergic, obat penenang, anti depresan, antihipertensi, vasodilator, obat-obatan anti inflamasi nonsterod, dan interkasi obat. e. Faktor ekstrinsik Alat pengikat fisik, cahaya yang silau, pencahayaan yang kurang atau redup, handrail yang rusak, lantai yang licin, karpet atau keset yang tertekuk, lingkungan yang tidak dikenal lansia, lantai atau keramik yang tidak rata (ada undakan), ukuran atau tinggi tempat tidur, kursi dan toilet yang tidak tepat. 4. Komplikasi Menurut Darmojo (2004), komplikasi jatuh adalah a. Perlukaan (injury) Perlukaan (injury) mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena, patah tulang atau fraktur misalnya fraktur pelvis, femur, humerus, lengan bawah, tungkai atas. b. Disabilitas
16
Disabilitas
mengakibatkan
penurunan
mobilitas
yang
berhubungan dengan perlukaan fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu kehilangan kepercayaan diri dan pembatasan gerak. c. Meninggal dunia 5. Pencegahan Jatuh pada Lansia Pencegahan jatuh pada lansia di rumah sakit dan panti (Miller, 2012): a. Identifikasi lansia yang beresiko jatuh. Selama pengkajian awal, identifikasi resiko jatuh (seperti; obatobatan, riwayat jatuh, kerusakan kognitif, penurunan fungsi penglihatan, gangguan mobilisasi, lansia yang berumur 75 tahun atau lebih). Kaji dan dokumentasikan faktor resiko jatuh menggunakan pengkajian khusus resiko jatuh pada lansia (Morse Fall Scale atau Berg Balance Test). Kaji kembali resiko jatuh secara regular untuk mengantisipasi (misalnya tiap shift, setiap hari, saat terjadi perubahan fungsi dan status kesehatan lansia). Gunakan kode warna (misalnya menggunakan stiker berwarna terang, menggunakan pita atau gelang berwarna pada lengan lansia yang beresiko jatuh, atau meletakkan tanda tersebut di tempat tidur atau di pintu kamar) yang mengindikasikan lansia beresiko jatuh dan sedang mengikuti program pencegahan jatuh. b. Beri pendidikan kesehatan pada petugas, lansia, dan keluarga. Instruksikan
pada
lansia
dan
keluarga
tentang
program
pencegahan jatuh menggunakan brosur yang berisi informasi tentang cara pencegahan jatuh dan cara memperoleh bantuan jika terjadi jatuh pada lansia. Berikan pelatihan dan pendidikan kesehatan tentang program pencegahan jatuh, faktor resiko jatuh pada lansia, terutama faktor- faktor tersebut berpengaruh terhadap petugas (misalnya pemasangan restraints, penggunaan sepatu). Pasang poster tentang pencegahan jatuh pada lansia, agar petugas atau karyawan menjadi lebih peduli terhadap masalah tersebut.
17
6. Intervensi untuk diimplementasikan pada semua lansia yang beresiko jatuh Pertahankan agar bel berada dalam posisi yang mudah dijangkau lansia, dekat tempat tidur. Pastikan posisi tempat tidur lansia rendah dan roda tempat tidur dalam keadaan terkunci. Jika menggunakan reistraint, evaluasi kembali penggunaannya setiap shift. Orientasikan lansia terhadap lingkungan sekitarnya setiap shift. Tawarkan lansia untuk memiliki asisten atau caregiver untuk membantu aktivitas sehari-hari dan untuk mengantisipasi kebutuhan lansia sebelum memanggil perawat untuk meminta bantuan. Memberitahukan lansia untuk memencet bel atau memanggil perawat jika
membutuhkan
pertolongan.
Dokumentasikan
intervensi
pencegahan jatuh pada status lansia. Peran perawat pada masalah resiko jatuh, yaitu: perawat panti memulai implementasi dengan memberikan perhatian khusus pada lansia yang beresiko jatuh dan melakukan program pencegahan jatuh. Kunci utama pada pencegahan jatuh adalah mengidentifikasi lansia yang beresiko jatuh dan secara konsisten melakukan implementasi tindakan pencegahan oleh semua petugas atau karyawan. Program yang penting adalah memberikan pendidikan kesehatan pada semua petugas yang professional ataupun petugas yang tidak professional yang kontak dengan lansia. Pendidikan kesehatan tentang strategi untuk meningkatkan kepedulian petugas terhadap masalah resiko jatuh dan cara untuk menurunkan resiko jatuh lansia. Perawat juga melakukan pengkajian identifikasi resiko jatuh lansia, misalnya adanya hewan peliharaan di rumah, penggunaan restraint. Pencegahan jatuh pada lansia dengan memodifikasi lingkungan agar tidak membahayakan lansia, melatih fisik lansia untuk meningkatkan kekuatan otot, sendi dan keseimbangan postural lansia. Salah satu latihan yang bisa dilakukan adalah latihan keseimbangan
18
19
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
A. DATA UMUM 1. Nama Lansia
: Ny. J
2. Usia
: 71 tahun
3. Agama
: Islam
4. Suku
: Jawa
5. Jenis Kelamin
: Wanita
6. Nama Wisma
: Wisma Mawar Panti Wredha Harapan Ibu
7. Pendidikan
: SD (Sekolah dasar)
8. Riwayat Pekerjaan
: karyawan pabrik kaos dan roti di kota Semarang
9. Status Perkawinan
: belum kawin
10. Pengasuh wisma
: Ny R
B. ALASAN BERADA DI WISMA Ny. J berkata : “dadi ngene nang critane, biyen aku iki sak omah nunggoni emakku, soale dulur-dulurku 3 iki wis omah dewe, terus emakku sedo, aku nek omah dewekan. Aku kan wis ora nduwe sopo-sopo. Aku wedi nek omah dewekan. Aku terus jaluk surat pindah nek pak RT. Terus aku nginep nek kene nang”. Klien mengatakan bahwa dulu dia tinggal bersama ibunya. Karena saudarasaudaranya sudah berumah tangga sendiri. Suatu hari ibunya meninggal dunia. Dia akhirnya tinggal dirumah sendiri. Dia takut dirumah sendirian sehingga dia meminta surat pindah kepada Pak RT untuk tinggal ke panti wredha harapan ibu. C. DIMENSI FISIK 1. Riwayat Penyakit (6 bulan terakhir) Klien berkata : “sikil nggon dengkulku niki rasane loro to nang. Rasane senutsenut nang, skalane yo 4 nang. niki biyen tau tibo, terus aku rubuh ngiwo nek dapur nang. Aku tibo nak ra salah ono ping 3 nan nang. Sing terakhir aku tibo pas nganggo alat kaki 4. Makane sampek sak niki rasane nggih loro nang, nek di nggo gerak tambah nemen rasane. Biasane aku kie yo mlaku-mlaku, ngewangi masak ng dapur karo belanja, saiki ora iso opo-opo, nek mlaku kudu
20
nganggo sikil papat nang. Nek arep mandi karo eek di tumpakne kursi roda, nek pipis nek ember ngisore kasur nang..” Klien mengatakan bahwa lutut kaki sebelah kiri terasa sakit. Rasanya itu kemeng dan senut-senut dan skalanya 4. Dulu klien pernah jatuh gara-gara didapur dan terakhir di alat kaki 4. Akibatnya sampai saat ini beliau susah berjalan dan kakinya terasa sakit di sebelah kiri. Setiap kali akan mandi harus didorong dengan kursi roda. 2. Riwayat Penyakit Keluarga Klien berkata : “Sak ngertiku nang keluargaku rak ono sing duwe penyakit gawan nang. Emakku lan sedulur-sedulurku sedo yo mergo wis tuwo. Gak enek sing nduwe loro jantung, darah tinggi, lan kencing manis nang”. Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus maupun penyakit jantung. Orang tua klien meninggal karena usia yang sudah tua. Begitu juga dengan saudarannya. 3. Riwayat Pencegahan Penyakit a. Riwayat Vaksinasi Klien berkata : “kawit cilik aku gak tau disuntik vaksin kok nang soale jamanku cilik wong-wong ra nganggo kue”. Klien mengatakan sejak kecil belum pernah di vaksin. b. Skrining Kesehatan yang Dilakukan Klien berkata :”biasane soko puskesmas iku mrene meriksa mbah-mbah sing nang kene nang. kadang yo mahasiswa koyo sampean iki sing meriksa mbah-mbah kayak meriksa tensi ngono kui nang”. Pengasuh Panti berkata :.
4. Status Gizi Berat badan : 55 kg Tinggi badan : 155 cm IMT
= BB/(TB dalam meter)2 = 55/(1,55)2 = 22,9
5. Masalah kesehatan terkain status gizi a. Masalah pada mulut
21
Klien berkata : “bonten wonten masalah nopo-nopo nang mulute mbah nang, nek maem nggih telas. Sariawan utawa loro untu yo ora tau nang.” Klien mengatakan bahwa tidak ada masalah pada mulutnya b. Perubahan berat badan Klien tidak mengalami perubahan berat badan c. Masalah pada nutrisi Klien tidak mengalami masalah nutrisi 6. Masalah Kesehatan yang dialami saat ini Klien berkata :”yo kyok ngene iki nang dengkulku sing sebelah kiri rasane sakit. Susah di gawe mlaku. Nek arep mandi yo di bantu nganggo kursi roda. Nek arep pipis yo di sediakke ember nek ngisore kasur nak meh jupuk barang nang lemari kui paling yo rambatan senajan lantaine licin bar dipel.” Klien mengatakan bahwa dia mengalami sakit pada lututnya yang sebelah kiri. Dia dalam menjalankan aktivitas ke kamar mandi dibantu oleh petugas menggunakan kursi roda dan ketika mengambil sesuatu dilemarinya dia rambatan.
7. Obat – obatan yang dikonsumsi saat ini Klien berkata :”iki wingi aku dikei obat iki nang pas lebar diperiksa karo pak dokter nang”. Klien mengatakan dikasih obat simvastratin, allopurinol, nerofamin,dan piroxicam. 8. Tindaan spesifik yang dilakukan saat ini Klien berkata :”biyen pas bar tibo niku aku yo wis dipijetke nang. Paling yo senam mung melu-melu tok nang. Tapi yo mbuh nang, sampek saiki kok yo gak mari-mari. Wis tak ben wae. Aku wis pasrah Klien mengatakan bahwa dulu mendapatkan terapi pijat pasca terjatuh. Selain itu klien biasanya mengikuti senam yang diadakan di panti. 9. Status fungsional Indeks KATS pada Ny.J Mobilisasi
: dibantu
Berpakaian
: mandiri 22
Makan dan Minum
: mandiri
Toileting
: dibantu
Personal Hygiene
: dibantu
Mandi
: dibantu
10. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari a. Mobilisasi Klien berkata : “kulo kie bisane pas sak durunge tibo yo sering mlakumlaku nek ngarep karo ngerewangi belanja ng pasar tuku bahan masakan nang. Tapi saiki wis rak kayak mbien maneh soale sikilku loro nak nggo melaku”. Klien mengatakan bahwa klien sebelum jatuh masih sering jalan-jalan ke halaman depan dan belanja dipasar. Namun sekarang sudah tidak seperti dulu karena kakinya sakit. b. Berpakaian Klien berkata :”nek nganggo baju ngene iki aku wis iso dewe nang”. Klien mengatakan bahwa dirinya bisa menggunakan baju secara mandiri c. Makan dan Minum Klien berkata “kulo saget maem dewe nang. 1 piring telas terus. nak nang kene maeme ping telu nang” Klien mengatakan bahwa klien mampu untuk makan dan minum secara mandiri. Klien biasa menghabiskan 1 porsi makan dan sehari 3 kali. d. Toileting. Klien berkata :”kulo nek pipis karo nak meh ngising diwadahi ember sing nang ngisor kasur iki nang soale nak meh maring WC wis rak bisa nang. Paling ngko angger bar ngising aku jaluk tulung pengasuhe kon guwakno taine” Klien mengatakan bahwa untuk BAK dan BAB di ember yang terletak dibawah kasur karena klien sudah tidak bisa berjalan ke toilet dan setelah buang air klien biasanya minta tolong pengasuh panti untuk membuang kotorannya. e. Personal Higiene Klien berkata :”semenjak sikilku loro nang kulo nak meh mandi nganggo kursi roda terus digowo mburi kono njuk adus, ngko nak wis nembe nganggo anduk terus balik nang kamar”. 23
Klien mengatakan bahwa semenjak kakinya sakit kalau mandi pakai kursi roda untuk ke kamar mandi. f. Mandi Klien berkata :”semenjak sikilku loro nang kulo nak meh mandi nganggo kursi roda terus digowo mburi kono njuk adus, ngko nak wis nembe nganggo anduk terus balik nang kamar”. Klien mengatakan bahwa semenjak kakinya sakit kalau mandi pakai kursi roda untuk ke kamar mandi. No 1
2
Pengkajian Riwayat jatuh : apakah lansia pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir? Diagnosa sekunder : apakah lansia memiliki lebih dari satu penyakit?
Skala Tidak
0
Ya
25
Tidak
0
Ya
15
Alat Bantu Jalan :
3
-
Bed rest/dibantu perawat
-
Kruk/tongkat/walker
-
Berpegangan pada benda – benda di
Terapi Intravena : apakah saat ini terpasang infus?
Ket
25 0
0 15
30
30
sekitar (kursi, lemari, meja) 4
Nilai
Tidak
0
Ya
20
0
Gaya berjalan/cara berpindah: 5
Normal/bed rest/immobile (tidak dapat bergerak sendiri)
-
Lemah (tidak bertenaga)
-
Gangguan/tidak normal (pincang/diseret)
Status mental 6
0
-
Lansia menyadari kondisi dirinya
-
Lansia mengalami keterbatasan daya ingat
Total Nilai
10
10
20
0 0 15 65
Resiko tinggi
Keterangan
: 24
Nilai 0- 24
: tidak beresiko jatuh
Nilai 25- 50
: resiko jatuh rendah
Nilai ≥ 51
: resiko jatuh tinggi
1. Pengkajian keseimbangan No
Data
Skor (0-4)
1
Berdiri dari posisi duduk
1
2
Berdiri tanpa bantuan
3
3
Duduk tanpa bersandar dengan kaki bertumpu ke lantai
4
4
Duduk dari posisi berdiri
1
5
Berpindah tempat
1
6
Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup
1
7
Berdiri tanpa bantuan dengan kaki dirapatkan
0
8
Menjangkau kayu/sedotan dengan tangan lurus ke depan pada posisi berdiri Mengambil barang di lantai dari posisi berdiri
0
Menengok ke belakang melewati bahu kiri dan kanan ketika berdiri Berputar 360 derajat
0
0
13
Menempatkan kaki bergantian pada anak tangga/bangku kecil ketika berdiri Berdiri dengan satu kaki di depan kaki lain
14
Berdiri dengan satu kaki
0
9 10 11 12
0
0
0
11
Total Keterangan : 0-20
: Harus menggunakan kursi roda
21-40 : Keseimbangan cukup (berjalan dengan bantuan) 41-56 : Keseimbangan baik Hasil pengkajian keseimbangan tubuh Ny. J dengan menggunakan skala berg menunjukkan bahwa klien memiliki gangguan keseimbangan, klien harus menggunakan kursi roda.
25
D. DIMENSI PSIKOLOGI 1. Status kognitif SPMSQ PERTANYAAN 1. Tanggal berapa hari ini? 2. Hari apakah hari ini? 3. Apa nama tempat ini? 4. Dimanakah alamat rumah anda? 5. Berapa usia anda? 6. Kapan anda lahir? (Tgl/Bln/Thn) 7. Siapakah nama presiden sekarang? 8. Siapakah nama presiden sebelumnya? 9. Siapakah nama ibu anda? 10. 6+5
JAWABAN BETUL SALAH √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Berdasaran pengkajian stats kognitif menggunakan Short Portable Mental State Quessionnaire klien tidak memiliki gangguan kognitif. 2. Perubahan yang Timbul terkait status kognitif Klien berkata :”nang jupukke foto-fotoku nek lemari.” Kemudian klien menjelaskan tiap foto dalam satu album : “iki fotoku pas mergawe nek pabrik kaos, terus iki fotoku pas di ajak jalan-jalan nek pantai jogjakarta. Terus iku fotoku pas nikahan anaknya bosku di pabrik roti. wong chino”. Klien mampu menunjukkan foto dan menjelaskan dengan baik tiap kenangan yang ada dalam foto, seolah-olah kembali ke masa lalu. 3. Dampak yang timbul terkait status kognitif. Hasil pengkajian yang Ny.J menunjukkan bahwa tidak ada masalah kognitif dan klien mampu menceritakan masa lalunya dengan baik. 4. Status Depresi The Geriatric Depresion Scale No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pertanyaan Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda? Sudahkan anda meninggalkan aktivitas dan minat anda? Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong? Apakah anda sering bosan? Apakah anda mempunyai semangat setiap waktu? Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda?
Jawaban TIDAK
Hasil YA
YA
TIDAK
YA
TIDAK
YA TIDAK
TIDAK YA
YA
TIDAK 26
7. 8. 9.
10.
11. 12. 13. 14. 15.
Apakah anda merasa bahagia disetiap waktu? Apakah anda merasa jenuh? Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari, daripada pergi melakukan sesuatu yang baru? Apakah anda merasa bahwa anda lebih banyak mengalami masalah dengan ingatan anda daripada yang lainnya? Apakah anda berpikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini? Apakah anda merasa tidak berguna saat ini? Apakah anda merasa penuh berenergi saat ini? Apakah anda saat ini sudah tidak ada harapan lagi? Apakah anda berpikir banyak orang yang
TIDAK
TIDAK
YA YA
YA YA
YA
TIDAK
TIDAK
YA
YA TIDAK
TIDAK YA
YA
YA
YA
TIDAK
lebih baik dari anda? 5. Skor= 2 perubahan yang Timbul Terkait Status Depresi Tidak ada perubahan yang terjadi pada Ny.J saat ini. 6. Dampak yang Timbul Terkait Status Depresi Klien tidak mengalami depresi, sehingga tidak ada dampak yang ditimbulkan.
7. Keadaan Emosi a. Ansietas Klien berkata “biyen kulo sek iso mlaku-mlaku nang, tapi bar sikilku loro aku wis rak bisa mlaku-mlaku koyo mbien. Kulo yo wis tau di dipijetke, tapi sampek saiki yo kok ora mari-mari, sedih aku ngrasakno. Tapi yo piye meneh to nang. Kulo yo sampun pasrah mawon, wong pancen wis tuo”.”iki ponakanku kok yo ora tau nilik’i, sak jane nek ndi yo bocahe?” Klien terlihat pasrah dengan kondisi kakinya saat ini. klien merasa tindakan menyembuhan apapun sudah tak mampu untuk menyembuhkan. klien menceritakan keadaannya sambil menangis. Klien merasa sedih karena sudah lama tidak dijenguk oleh keponakannya. b. Perubahan Perilaku Klien terlihat sedih dan terkadang menangis ketika menceritakan kisah masa lalunya. c. Mood
27
Klien mengatakan perasaannya tidak menentu. Terkadang senang dan terkadang juga sedih. Klien sedih karena tidak bisa berjalan normal lagi. Klien sedih karena sudah lama tidak dikunjungi keponakannya.
E. DIMENSI FISIK 1. Luas Wisma Luas panti Weredha Harapan ibu secara keseluruhan ± 2.800 m2. 2. Keadaan Lingkungan dalam Wisma
Penerangan Berdasaran hasil obaservasi yang dilakukan di lingkungan panti Wredha, dapat di gambarkan bahwa kondisi penerangan untuk siang hari baik, karena cahaya matahari langsung masuk melalui kaca cendela dan dua lampu Emergency ketika listrik mati.. Keadaan penerang di malam hari cukup baik dengan lampu penerangan di sisi tengah ruangan.
Kebersihan dan Kerapian Berdasarkan hasil observasi di sekitar lingkungan panti dapat digambarkan bahwa lingungan panti sudah cukup bersih. Setiap hari ada petugas yang membersihkan lingkungan panti. Halaman depan dan samping panting tertata dengan rapi. Tersedia tempat penampungan dan pembakaran sampah di samping panti. Ruang dapur kurang bersih. Kamar mandi di bagian belakang sudah bersih. Walaupun lantai ruangan bersih setelah dipel tapi lantai menjadin licin
Pemisah Ruang antara Pria dan Wanita Berdasarkan observasi yang dilakukan di panti menggambarkan bahwa panti Wredha “harapan Ibu dihuni oleh lansia wanita sebanyak 35 dan 1 lansia laki-laki.
Sirkulasi Udara Menurut hasil observasi, sirkulasi udara di panti terdapat 6 pintu, satu pintu utama, dua pintu pembatas aula dan ruang tidur lansia, satu pintu samping dan dua pintu belakang. Terdapat pula ventilasi di sepanjang ruang tidur lansia, ventilasi udara yang terdapat di sekitar panti rutin dibuka setiap pagi hari an akan ditutup ketika menjelang malam guna menjaga sirkulasi udara.
Keamanan 28
Panti Wredha “Harapan Ibu” tidak memiliki petugas satpam, hanya ada beberapa pegawai yang menginap di panti untuk menjaga lansia dan memberi pertolongan kepada lansia di malam hari.
Sumber Air Minum Sumber air minum yang ada pada panti yaitu menggunakan sumur untuk kebutuhan mencuci dan mandi. sedangkan untuk kebutuhan minum dari pihak panti sudah menyediakan air bersih dalam galon.
Ruang Berkumpul Bersama Panti Wredha “harapan ibu” memiliki ruang serba guna yang biasa digunakan untuk berbagai kegiatan seperti senam lansia, penyuluhan, penerimaan mahasiswa, acara dari donatur untuk lansia, hiburan karaoke bagi lanisa dan sebagainya.
3. Keadaan Lingkungan di Luar Wisma a. Pemanfaatan Halaman Pada halaman depat terdapat beberapa pohon kecil, sehingga tidak terlalu rundang. Pada samping wisma terdapat 6-8 pohon buah-buahan. Pohon buah di samping wisma cukup rindang. b. Pembuangan Air Limbah Terdapat saluran irigasi yang langsung menuju ke sungai, sehingga tidak ada genangan air. c. Pembuangan Sampah Jenis pembuangan sampah adalah sampah rumah tangga. Pembuangan sampah tidak dipisah antara organik dan non-oraganik. Sampah kering di bakar di halaman bagian samping kiri. Jarak tempat pembuangan sampah ± 100 m d. Sanitasi Lingkungan wisma setiap pagi dibersihkan dengan disapu dan dipel dengan menggunakan cairan disinfektan, pakaian kotor dicuci oleh penghuni wisma yang bisa melakukan. Air yang digunakan untuk kebutuhan MCK dengan menggunakan air sumur. d. Sumber Pencemaran Sumber pencemaran di sekitar wisma terdapat dari depan wisma yang merupakan jalan raya yang cukup ramai dengan kendaraan, sehingga 29
terdapat banyak polusi dari depan terlebih ada pembangunan jalan tol, menambah bising dan debu berterbangan. Selain itu juga terdapat polusi dari sampah yang sering dibakar di samping kiri wisma.
F. DIMENSI SOSIAL 1. Hubungan Lansia dengan Lansian lain di dalam Wisma Klien berkata :”kulo kalih konco mriki ora ono masalah kok nang. Biasane kulo ngobrol kaleh rencang sebelah kasur tapi nak dis koncoku metu aku yo dewekan nang soale ra bisa melaku”. Klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan teman-temannya yang di panti tapi klien merasa kesepian jika temanna keluar karena dirinya tidak bisa jalan 2. Hubungan Antara Lansia di Luar Wisma Klien berkata : “kulo sak niki mpun jarang metu dolan karo koncoku sejak sikilku susah di gawe mlaku nang. Dadine kulo yo istirahat teng kasur terus” Klien menatakan bahwa semenjak tidak mampu berjalan dengan normal, klien tidak pernah berhubungan dengan orang di luar panti.
3. Hubungan Lansia dengan Anggota Keluarga Klien berkata : “dulur e mbah jum sampun sedo nang. Biasane mbah jum di tiliki kaleh ponakan, tapi pirang-pirang wulan iki durung di tilik. Mbah jum sedih nang.” Klien mengatakan bahwa seluruh saudaranya sudah meninggal. Klien memiliki keponakan namun sudah lama tidak mengunjungi klien. Klien tampak sedih. 4. Hubungan Lansia Dengan Pengasuh Wisma Klien berkata : “ pengasuh panti kulo nggih kenal to nang. Iku ono mas W sing biasane resik, bu R sing biasane ngrumat, Mbak R sing biasane resik-resik” Klien mengatakan mengenal semua pegawai yang ada di dalam panti. 5. Kegiatan Organisasi Sosial Klien berkata : “kegiatane yo senam nang, tapi karo lenggah.” Klien mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan seperti senam G. DIMENSI TINGKAH LAKU 1. Pola Makan 30
Klien berkata : “mbah maem sedina ono ping telu nang biasane sego karo lauke wis dijupukke karo pengasuh panti terus dibagiake maring mbah-mbah sing nang kene, nak minume wis ono banyu nang kenen nang.” Klien mengatakan bahwa dalam sehari makan 3x dan sudah diambilkan sama pengasuh sama air minumnya. 2. Pola Tidur Klien berkata :”mbah nak turu paling jam 21.00 WIB nang tapi nak jam 08.00 biasane mbah wis ngantuk, njuk nak tangi kadang jam 02.00 soale kadang pas turu ngelilir tapi nak ora tangine jam 04.30 soale wis rame.” Klien mengatakan bahwa biasanya tidur pukul 21.00 dan bangun pukul 02.00 karena terbangun kalau tidak biasanya klien bangun pukul 04.30. 3. Pola Eliminasi Klien berkata :”Nek berak kadang yo 2 dino pisan nang terus nak pipis ora mesti sidane ping piro nang kadang yo sedino ping 4-6.” Klien mengatakan bahwa BAB 2 hari sekali. BAK 4-6 kali dalam sehari. 4. Kebiasaan Buruk Lansia Klien tidak memiliki kebiasaan buruk seperti mabuk alkohol, merokok, maupun narkoba. 5. Pelaksanaan Pengobatan Klien berkata : “mbah biasane nak loro ngumbe obat sing biasane dikei puskesmas iki nang.” Klien mengatakan kalau sakit minum obat yang diberi oleh puskesmas. 6. Kegiatan Olah raga Klien berkata : “sak niki olahragane yo senam karo lunggu nang, soale sikilku loro. Nek biyen yo iso mlaku-mlaku.” Klien mengatakan bahwa olahraga yang dilakukan adalah senam sambil duduk. 7. Rekreasi Klien berkata : “aku paling rekreasine pas diajak senam apa dolanan kambi cah-cah mahasiswa sing nang kene, ngono kui wae aku wis seneng nang kambi nonton cah-cah mahasiswa nyanyi”. Klien mengatakan rekreasinya kalau diajak senam atau bermain dengan anakanak mahasiswa sambil bernyanyi disini. 8. Pengambilan Keputusan
31
Klien mengatakan jika ada sesuatu akan bertanya kepada pengasuh panti terlebih dahulu.
H. DIMENSI SISTEM KESEHATAN 1. Perilaku Mencari Pelayanan Kesehatan Klien berkata : “aku nak pas awake ra penak nang biasane aku jaluk obat nang pengasuh panti nang.” Klien mengatakan bahwa ketika sakit, klien meminta obat ke pengasuh panti. 2. Sistem Pelayanan Kesehatan a. Fasilitas kesehatan yang tersedia Pihak Panti bekerja sama dengan Puskesmas Pembantu Ngaliyan yang terdekat dari Panti. Jika perlu penanganan lebih lanjut maka akan dibawa ke rumah sakit Tugurejo b. Jumlah tenaga kesehatan Tidak ada tenaga kesehatan di Panti Wredha Harapan Bunda.Hanya ada pengasuh saja. Pengasuh inilah yang akan merawat lansia yang ada di oanti ini c. Tindakan pencegahan terhadap penyakit Tindakan pencegahan yang dilakukan oleh panti adalah menjaga kebersihan d. Jenis pelayanan kesehatan yang tersedia Jenis pelayanan kesehatan yang tersedia didalam panti ini adalah posyandu lansia. e. Frekuensi kegiatan pelayanan kesehatan Pemeriksaan kesehatan rutin dilakukan selama satu bulan sekali saja.
I. PEMERIKSAAN FISIK 2. Pemeriksaan Fisik No
Bagian
Hasil pemeriksaan
1.
Kepala
Mesocephal, rambut bersih, rambut berwarna
Masalah keperawatan yang muncul Tidak ada 32
2.
3.
4.
5.
6.
7.
putih / beruban, tidak ada lesi, dan tidak ada nyeri tekan dan benjolan, persebaran rambut tidak merata. Wajah/ muka Bentuk muka bulat, kurus, keriput dan tidak ada lesi. Bibir masih simetris ketika tersenyum, warna kulit sawo matang. Mata Mata masih dapat melihat dengan baik, simetris, tidak anemis, tidak ikterik, terdapat kantung mata, tidak ada benjolan, dan tidak ada nyeri tekan, sklera berwarna putih Telinga Kemampuan pendengaran masih baik, bersih, tidak ada nyeri tekan di kedua telinga, tidak ada lesi. Mulut dan gigi Bibir kering, gigi atas berjumlah 2, gigi bawah berjumlah 6 dan sudah keropos, gigi berwarna kuning dan kehitamhitaman pada gigi yang keropos, lidah bersih, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada sariawan Leher Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tiroid, reflek menelan baik Dada I : dada simetris, tulang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
dada terlihat jelas P: Taktil fremitus sama antara
kanan dan kiri,
depan dan belakang. Perkusi dada redup. P: tidak ada nyeri tekan A : Bunyi nafas vesikuler, tidak terdengar 33
8.
Jantung
wheezing ataupun ronchi. I: Warna kulit sesuai
Tidak ada
degan warna kulit bagian tubuh lainnya, IC tidak terlihat. P: Tidak ada pembesaran jantung. IC teraba di interkosta ke 5 mid 2 cm klavikula sinistra. P: Suara redup. A: Tidak terdapat bunyi jantung tambahan. 9.
Abdomen
I :Cekung.
Tidak ada
A: Bising usus 10 x/menit. P: Timpani. P : Tidak ada nyeri tekan 10.
Ekstremitas atas
11.
Ekstremitas bawah
Tidak ada edema, turgor Tidak ada kulit 2 detik, capillary refill <2 detik, warna kulit sama seperti sekitarnya, kekuatan otot 5/5, tidak ada nyeri, kuku bersih Warna kulit sama dengan Nyeri akut, resiko warna kulit sekitar, tidak jatuh ada lesi, tidak ada edema, turgor kulit kurang, capillary refill 2 detik, kekuatan otot 2/5, tidak ada fraktur, dan terdapat nyeri pada lutut kiri skala 4
34
A. ANALISA DATA Tanggal Senin, 20 Februari 2017
Data Fokus DS:
Diagnosa Keperawatan Nyeri aku b.d. agen cidera biologis (proses asam urat)
Klien mengatakan “loro dengkulku iki wis ono 1 tahun luwih nang’.
-
(00132)
P: Klien mengatakan nyeri saat kaki kirinya bergerak atau tersenggol Q: Klien mengatakan nyeri seperti di tusuk-tusuk R: nyeri pada sendi lutut kiri S: Skala 4 dari 10 T: nyeri hilang timbul, terjadi 30 menit -1 jam -
Klien mengatakan “biasane samben sasi ono kunjungan seko puskesmas nang, aku biasane yo jaluk obat ng kono”
-
Klien mengatakan “nak aku sakit yo ngumbe obat iki nang” (Sambil menunjukan obat tablet piroxicam)”.
-
Klien mengatakan Lutut kiri saya sering sakit nang
35
DO:
Senin, 20 Februari 2017
-
TD: 130/80 mmHg
-
Klien tampak menunjukkan lutut kaki yang sakit
DS: -
Klien mengatakan “ dengkul sikilku sing sebelah kiri loro nang”
-
Klien mengatakan “mbah wis tau tibo ping telu nang”
-
Klien mengatakan “mbah nak meh jupuk sesuatu yo rambatan nang senajan
Resiko jatuh b.d. usia >65 tahun, dan kelemahan otot ekstremitas bawah
lantaine licin lebar dipel” -
DO: -
Usia 71 tahun
-
Pengkajian keseimbangan lansia (dengan berg balance scale) skor 11 ( 020 harus menggunakan kursi roda)
-
Pengkajian resiko jatuh lansia (dengan morse fall scale) skor 65 (≥51 resiko jatuh tinggi)
-
Kekuatan otot Ektremitas atas 5│5│5│5│ Ektremitas bawah 5│5│5│2│
-
Lantai menjadi licin setelah dipel
36
Senin, 20 Februari 2017
DS : -
Klien berkata “Biasane kulo ngobrol kaleh rencang sebelah kasur tapi nak dis
Ketidakefektifan koping b.d sumber yang tersedia tidak adekuat (00069)
koncoku metu aku yo dewekan nang soale ra bisa melaku” -
Klien berkata “mbien aku kerja nang pabrik roti karo kaos saiki ra bisa apa apa nang”
DO -
Ny. J hanya menghabiskan waktu di tempat tidur dan jarang keluar untuk sekedar jalan-jalan atau rekreasi
-
Ny. J mampu bercerita tentang kegiatan sebelum masuk panti namun tiba-tiba Ny. J sedih karena terkadang merasa bosan di panti dan tidak punya siapa-siapa
-
Ny. J tampak sedih ketika ditinggal teman-temannya untuk kegiatan
B. PRIORITAS MASALAH Diagnosa Keperawatan Nyeri aku b.d. agen cidera biologis (proses asam urat)
Pembenaran
Prioritas HIGH
Urgency: Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
37
(00132)
kerusakan jaringan yang actual dan potensil. Faktor resiko yang dapat menyebabkan nyeri adalah usia diatas 55 tahun dan faktor penyakit seperti yang dialami klien yaitu hipertensi.. Dampak: Apabila masalah ini dibiarkan maka dapat mengganggu aktivitas klien dan kegiatan sosialisasi. Intervensi: Kompres hangat dengan jahe pada area yang mengalami nyeri dapat digunakan untuk mengurangi skala nyeri. Massage yang diberikan dapat memperlancar peredaran darah di area leher,pundak hingga ke kepala. Masase juga bisa di lakukan di area kaki. Massage selain berguna sebagai relaxan agar pasien menjadi lebih rileks juga berguna untuk menurunkan tekanan darah.
Resiko jatuh b.d. usia >65 tahun, dan kelemahan otot ekstremitas bawah (00155)
MEDIUM Urgensi : Lansia mampunyai resiko tinggi untuk jatuh dikarenakan berbagai faktor yatu usia, lingkungan, penurunan fungsi tubuh dan keseimbangan. Klien mengatakan memiliki riwayat jatuh sebanyak 3x tetapi klien masih membutuhkan pegangan selagi berjalan. Klien tampak gemetar ketika bangkit, duduk dan berdiri tampak gemetar. Kekuatan
38
ekstremitas bawah 5/2. Dampak: Jika klien mengalami jatuh dapat menimbulkan permasalahan kesehatan baru seperti permasalahan musculoskeletal, stroke, perdarahan yang hebat. Oleh karena itu perlu penanganan pencegahan supaya lansia tidak mengalami jatuh Ketidakefektifan koping b.d sumber yang tersedia tidak adekuat (00069)
LOW
Urgensi : Perubahan mood pada lansia apabila tidak diatasi dapat mempengaruhi perasaan lansia secara menetap seperti perasaan kesepian, depresi, maupun stress. Keefektifan intervensi : Intervensi yang tepat untuk memberikan koping yang sesuai adalah berdiskusi bersama Ny.J dan menentukan bersama kegiatan yang disukai dan tidak membuat bosan.
39
C. RENCANA KEPERAWATAN No
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan 1
Umum Setelah
berhubungan
keperawatan selama 12 hari di
dengan agen
harapkan
cidera
mengatasi nyeri yang dirasakan
(proses penyakit asam urat) (00133)
dilakukan
tindakan
klien
mampu
Setelah
dilakukan
1400
tindakan keperawatan sebanyak 4 x 1 jam menit diharapkan :
dengan kriteria hasil: Skala nyeri berkurang dari 4
Kriteria hasil: Klien
Klien tidak ada keluhan nyeri Klien
beraktifitas
dengan lancar Tekanan
darah
mengatakan
nyeri
berkurang setelah diberikan
sekitar 140/80-140/90
Kaji penyebab nyeri yang dialami klien
Klien
mampu
mengontrol
keluhan
klien
terkait
penyakitnya Berikan massage pada esktremitas bawah Kolaborasi dengan pengasuh panti dalam
jahe dan anjurkan pasien melakukannya ketika klien merasa nyeri. Managemen farmakologi untuk menurunkan
air jahe Klien menyatakan lutut kiri terasa
segala
pemberian terapi nonfarmakologi kompres
nyeri dengan terapi kompres normal
Identifikasi tingkat nyeri yang dialami klien
Anjurkan klien mengurangi aktifitas berat
intervensi dapat
Paint manajement
Dengarkan nyeri lutut berkurang dengan
menjadi 2 (1-10)
Intervensi
NIC
Khusus
Nyeri Akut
biologis
Kode
nyaman
mendapatkan
nyeri, minum obat teratur.
setelah
kompress
air
40
jahe Nyeri berkurang menjadi 3
2
Resiko jatuh b.d. usia >65 tahun, dan kelemahan otot ekstremitas bawah
Setelah
dilakukan
tindakan Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 7 hari, keperawatan selama 4 x 1 jam resiko jatuh pada klien dapat diharapkan klien mampu : dicegah dengan kriteria hasil :
(00155)
1. Monitor
resiko
berjalan.
Klien
a) Klien tidak beraktifitas ketika
menggunakan
alat
bantu jalan (kursi roda) untuk bisa
bermobilisasi
bermobilisasi
secara aman
c) Skala morse fall scale 0-21
klien tidak merasa nyeri
d) Klien mengetahui cara-cara
ketika bermobilisasi
(terutama
menggunakan
tongkat
ketika
3. Ajarkan pasien bagaimana jika jatuh
lantai licin b) Klien
berjalan
2. Anjurkan klien untuk selalu membawa
ekstremitas bawah Klien paham faktor-faktor
gaya
kecepatan) dan keseimbangan klien
atau
jatuh
pencegahan
6940
Terdapat peningkatan otot jatuh, dengan kriteria hasil:
yang dapat menyebabkan
Mengetahui
Fall prevention (6490)
untuk mencegah resiko jatuh, seperti mengeringkan kaki setelah dari kamar mandi,
untuk meminimalkan cidera. 4. Kolaborasi dengan pengasuh panti dalam pemberian program latihan fisik rutin seperti berjalan 5. Ajarkan klien untuk duduk dan berdiri secara perlahan-lahan 6. Anjurkan klien untuk tidak beraktifitas ketika lantai licin
41
menggunakan tongkat jika 6480 mau berjalan. e) Kekuatan ekstremitass otot bawah 5l5l5l5 f) Nyeri berkurang menjadi 3
Enveiromental Management 7. Sediakan lingkungan besih, aman, dan nyaman 8. Tempatkan barang dimeja yang rapi dan dapat dijangkau oleh klien 9. Anjurkan untuk selalu mengeringkan kakinya setelah dari kamar mandi 10. Ajarkan terapi ROM pada pasien 11. Mengidentifikasi
kemampuan
kognitif
fisik klien yang dapat meningkatkan potensi jatuh dalam lingkungan tertentu 12. Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh 13. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi untuk jatuh 14. Mendorong pasien untuk menggunakan tongkat atau alat pembantu berjalan
42
15. Menyarankan alas kaki yang aman untuk klien 16. Mendekatkan
benda-benda
yang
dibutuhkan klien degan tempat tidurnya Anjurkan untuk selalu i 3
Ketidakefektif Setelah
dilakukan
tindakan Setelah
dilakukan
tindakan
an koping b.d
keperawatan selama 12 hari keperawatan selama 4 x15 menit
sumber yang
diharapkan
tersedia tidak
efetif dengan kriteria hasil :
adekuat
a. Klien
(00069)
koping
mampu
individu diharapkan
melakukan
koping yang efektif b. Klien
mengatakan
menerima keadaannya
mood
klien
stabil
dengan kriteria hasil: a. Klien mampu bercerita tanpa bersedih
telah tentang
b. Mengungkapkan secara verbal tentang koping yang efektif c. Kien tidak nampak sedih
Dicision making 1. Menginformasikan
pasien
alternatif
atau
solusi lain penanganan 2. Memfasilitasi
pasien
untuk
membuat
keputusan 3. Bantu pasien mengidentifikasi, keuntungan, kerugian dari keadaan Coping enhancement 1. Anjurkan
pasien
untuk
mengidentifikasi
gambaran perubahan peran yang realistis 2. Gunakan
pendekatan
tenang
menyakinkan
43
dan
44
D. IMPLEMENTASI TGL/ Waktu
Diagnosa
Tujuan
Keperawat
Umum
Implementasi
Khusus
Evaluasi Formatif
an
Selasa
Nyeri Akut
Setelah
dilakukan
10/7/18
berhubunga
tindakan keperawatan
Pukul
n dengan
selama 12 hari di
09.00
agen cidera
harapkan
WIB
biologis
mampu
klien
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
sebanyak 4 x 1 jam menit diharapkan :
mengatasi
(proses
nyeri yang dirasakan
penyakit
dengan kriteria hasil:
dengan Kriteria hasil:
asam urat)
Skala
nyeri
Klien
mengatakan
berkurang dari 4
nyeri
berkurang
menjadi 2 (1-10)
setelah
diberikan
Klien
tidak
ada
Klien
intervensi Klien
keluhan nyeri dapat
S:
Identifikasi tingkat nyeri yang
Kaji penyebab nyeri yang
mengontrol
Dengarkan
segala
keluhan
Anjurkan klien mengurangi aktifitas berat pada
nyeri
Ajarkan
Q: Klien mengatakan nyeri seperti di tusuk-tusuk
esktremitas
atau ataupun bawah mampu
P: Klien mengatakan nyeri saat beraktifitas
klien terkait penyakitnya
Massage
Klien berkata “terasa nyeri pada lutut sebelah kiri.”
dialami klien
dialami klien nyeri lutut berkurang
(00133)
Paint manajement
R: nyeri pada sendi lutut kiri
S: Skala 4 dari 10
T:
nyeri
hilang
timbul,
terjadi 30 menit -1 jam terapi
nonfarmakologi kompres air
-
Klien mengatakan “nak aku loro yo aku paling mung jagok
45
beraktifitas dengan
dengan
lancar
kompres air jahe
Tekanan
darah
Klien
normal
sekitar
lutut
140/80-140/90
terapi
terasa
nyaman
dan
anjurkan
pasien
tok nang”
melakukannya ketika klien
menyatakan kiri
jahe
setelah
mendapatkan
merasa nyeri. Managemen untuk
nang dikei kompres jahe” farmakologi
menurunkan
O:
nyeri,
minum obat teratur.
kompress air jahe Nyeri
Klien berkata “aku gelem
-
berkurang
menjadi 3
-
TD 130/80 MmHg
-
Nadi 90 kali/menit
-
RR 18 kali/menit
-
Klien kooperatif
-
Klien memilih terapi kompres air hangat
A: Masalah belum teratasi P: - Tindaklanjuti pemberian terapi kompres air jahe dan massage Pukul
Resiko
Setelah
dilakukan Setelah
10.00
jatuh
WIB
usia ≥ 65 selama 7 hari, resiko selama
dilakukan Fall prevention (6490)
b/d tindakan keperawatan tindakan
keperawatan 4
x
1
jam
Mengkaji kekuatan otot dan skala resiko
S: -
Klien berkata “kulo nak mlaku paling alon alon nang.”
46
tahun,
jatuh pada klien dapat diharapkan klien mampu
kelemahan
dicegah
otot
kriteria hasil :
(00155)
dengan : Mengetahui pencegahan resiko
Terdapat
ekstremitas bawah Klien
paham
dapat
Klien
tidak ketika
bantu
jalan
(kursi roda) untuk
Klien
bisa
bermobilisasi
secara aman
Skala
morse
fall
scale 0-21
klien tidak merasa ketika
bermobilisasi
Klien
mengetahui
cara-cara
untuk
nang”
menganjurkan klien untuk membawa
melakukan
mencegah
resiko
jatuh,
seperti
-
Klien berkata”aku emoh nang nak diajari mlaku nganggo
atau
kursi roda”
tongkat -
Klien berkata “aku gelem nang nak diajari ROM”
program -
Klien berkata” aku nak ngadek
berjalan
paling sedelo nang soale ra
mengajarkan klien untuk
kuat aku” -
Klien berkata”yo pie maneh
perlahan-lahan
nang nak aku meh jupuk
menganjurkan klien untuk
baarang pas lantai licin yo
tidak beraktifitas ketika
tetep tak jupuk”
lantai licin
Klien berkata “aku mbein duwe
keseimbangan klien
duduk dan berdiri secara
bermobilisasi
-
walker tapi saiki mbuh ng ndi
latihan fisik rutin seperti
Klien menggunakan alat
berjalan
ketika berjalan.
lantai licin
jatuh
nyeri
gaya
(terutama kecepatan) dan
selalu
beraktifitas
menyebabkan
dengan
Monitor
menggunakan
faktor-faktor yang
jatuh,
otot kriteria hasil:
peningkatan
-
nak barangku meh dicedakke”
Enveiromental Management
Klien berkata” ya rapopo nang
O: -
Tidak terdapat pegangan besi
47
mengeringkan kaki
menyediakan lingkungan
di lingkungan sekitar panti
besih, aman, dan nyaman
seperti kamar, arah ke kamar
Tempatkan barang dimeja
mandi, mapupun arah ke aula,
menggunakan
yang
hanya terdapat pegangan besi
tongkat
dijangkau oleh klien
setelah dari kamar
mandi,
jika mau
berjalan.
Kekuatan otot
bawah 5l5l5l5 Nyeri menjadi 3
dan
berkurang
dapat
di kamar mandi
mengajurkan untuk selalu mengeringkan
ekstremitass
rapi
kakinya
yang
dibutuhkan
J
tampak
dekat
tempat
diletakan
mengajarkan terapi ROM
tidurnya -
faktor
mempengaruhi jatuh
yang
atau
alat
di
-
-
di
Ny J masih belum paham
morse fall sclae =65
resiko A: Masalah Belum Terastasi P: lanjutkan intervensi
Mendorong pasien untuk menggunakan
Ny.
gerakan ROM
Mengidentifikasi perilaku dan
Barang-barang
setelah dari kamar mandi
pada pasien
-
ajarkan latihan ROM
tongkat pembantu
berjalan
48
Mendekatkan
benda-
benda yang dibutuhkan klien
degan
tempat
tidurnya Pukul
Ketidakefek Setelah
11.10
tifan koping tindakan keperawatan tindakan
WIB
b.d sumber
selama
yang
diharapkan
tersedia
individu efetif dengan stabil
tidak
kriteria hasil :
adekuat
(00069)
dilakukan Setelah
12
Klien
hari selama
mampu
x15
menit
dengan
kriteria
mengatakan telah menerima
Klien
mampu
tanpa
Menginformasikan
pasien
-
Ny. J berkata “aku seneng nang
alternatif atau solusi lain
nak diajak ngobrol pas jaman
penanganan
iseh enom”
Memfasilitasi pasien untuk
-
Bantu
Ny. J berkata “aku seneng nang
ngomog
mbek
mahasiswa”
pasien -
mengidentifikasi,
nak
Ny. J mengatakan ”iyo nang ng
bersedih
keuntungan, kerugian dari
panti wis ono sing ngurusi
Mengungkapkan
keadaan
dadine kene rak sah bingung
secara
verbal Coping enhancement
tentang
koping
yang efektif
S:
membuat keputusan bercerita
yang
Klien
tentang
4
hasil:
efektif
keperawatan
Dicision making
koping diharapkan mood klien
melakukan koping
dilakukan
Kien
O: Anjurkan
pasien
mengidentifikasi tidak
golek duit nang hahahaa ”
perubahan
untuk gambaran
peran
-
Ny. J nampak senang dengan berbagi
cerita
yang
49
bersama
keadaannya
nampak sedih
realistis
mahasiswa
Gunakan pendekatan tenang
-
Ny.
J
nampak
menerima
kondisi sekarang
dan menyakinkan
A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi -
Dengarkan perasaan klien
-
Gunakan
pendekatan
yang
tenang dan meyakinkan Ajarkan sosialisasi dengan orang lain Rabu
Nyeri Akut
Setelah
dilakukan
26/9/18
berhubunga
tindakan keperawatan
Pukul
n dengan
selama 12 hari di
08.30
agen cidera
harapkan
WIB
biologis
mampu
(proses
nyeri yang dirasakan
nyeri lutut berkurang
penyakit
dengan kriteria hasil:
dengan Kriteria hasil:
asam urat)
Skala
Klien
klien
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
sebanyak 4 x 1 jam menit diharapkan :
mengatasi
nyeri
mengatakan
reaksi S:
Mengobservasi nonverbal
dari
-
Klien mengatakan “wengi iki
ketidaknyamanan
ra iso turu nang soale mau
Memonitor vital sign
mbengi loro sikilke”
Mengajarkan
teknik
non
farmakologi
(kompres
air
Meminta
klien
untuk
Klien mengatakan “iya nang ngko tak baleni pas loro”
-
jahe)
-
Klien berkata “aku ngumbe obate teratur kok nang”
50
(00133)
berkurang dari 4
nyeri
berkurang
menjadi 3 (1-10)
setelah
diberikan
Klien
tidak
ada
Klien
intervensi Klien
keluhan nyeri
meningkatkan Istirahat
mampu
-
Memonitor penerimaan klien
loro iseh podo mbek sing
tentang manajemen nyeri
wingi nang.”
nyeri
minum obat yang diberikan
beraktifitas dengan
dengan
terapi
oleh puskesmas secara teratur
lancar
kompres air jahe Klien lutut
menyatakan kiri
nyaman
terasa setelah
Menganjurkan klien untuk
mengontrol
dapat
klien
Q: Klien mengatakan nyeri seperti di tusuk-tusuk
Mengkaji tingkat nyeri secara
Mengajarkan
P: Klien mengatakan saat ini nyerinya masih sama
komprehensif
Klien berkata “lokasi sing
terapi
massage
R: nyeri pada sendi lutut kiri
S: Skala 4 dari 10
T:
nyeri
hilang
timbul,
mendapatkan
terjadi 30 menit sampai 1
kompress air jahe
jam
Nyeri menjadi 3
berkurang O: -
TD 150/100 MmHg
-
Nadi 86 kali/menit
-
RR 18 kali/menit
-
Klien kooperatif
-
Klien tampak puas terhadap
51
efek dari terapi massage
A: Masalah belum teratasi P: - Motivasi klien untuk menerapkan terapi kompres jahe secara konsisten saat nyeri Pukul
Resiko
Setelah
dilakukan Setelah
09.30
jatuh
WIB
usia ≥ 65 selama 7 hari, resiko selama
dilakukan Fall prevention (6490)
b/d tindakan keperawatan tindakan
keperawatan 4
x
1
jam
tahun,
jatuh pada klien dapat diharapkan klien mampu
kelemahan
dicegah
otot
kriteria hasil :
(00155)
faktor-faktor yang
Monitor
gaya
jatuh,
dengan
berjalan
-
Klien beraktifitas lantai licin
membawa
menggunakan
tidak
walker tapi saiki mbuh ng ndi
atau
tongkat
-
melakukan
Klien berkata “aku gelem nang nak diajari ROM”
-
Klien berkata” aku nak ngadek paling sedelo nang soale ra
ketika berjalan.
ketika
Klien berkata “aku mbein duwe
nang”
menganjurkan klien untuk selalu
Klien berkata “kulo nak mlaku paling alon alon nang.”
keseimbangan klien
otot kriteria hasil:
paham
-
(terutama kecepatan) dan
resiko
ekstremitas bawah Klien
Mengetahui pencegahan
Terdapat
Mengkaji kekuatan otot dan skala resiko
dengan :
peningkatan
S:
kuat aku” program
-
Klien berkata”yo pie maneh
52
dapat
Klien menggunakan
latihan fisik rutin seperti
nang nak aku meh jupuk
menyebabkan
alat
berjalan
baarang pas lantai licin yo
jatuh
(kursi roda) untuk
mengajarkan klien untuk
tetep tak jupuk”
Klien
bisa
bermobilisasi
Skala
duduk dan berdiri secara
morse
ketika
bermobilisasi
Klien
untuk
mencegah
resiko
jatuh,
seperti
mengeringkan kaki
setelah dari kamar mandi, menggunakan tongkat
jika mau
ekstremitass
Enveiromental
seperti kamar, arah ke kamar
Management
mandi, mapupun arah ke aula, hanya terdapat pegangan besi
menyediakan lingkungan
di kamar mandi -
Tempatkan barang dimeja rapi
dan
dapat
mengajurkan untuk selalu mengeringkan
otot
Tidak terdapat pegangan besi di lingkungan sekitar panti
dijangkau oleh klien
Kekuatan
-
lantai licin
yang
berjalan.
menganjurkan klien untuk O:
besih, aman, dan nyaman
Klien berkata” ya rapopo nang nak barangku meh dicedakke”
tidak beraktifitas ketika
mengetahui
cara-cara
-
perlahan-lahan
fall
scale 0-21
klien tidak merasa nyeri
jalan
bermobilisasi
secara aman
bantu
Ny J masih mulai paham gerakan ROM
-
morse fall sclae =55
A: Masalah Belum Terastasi P: lanjutkan intervensi
kakinya
setelah dari kamar mandi
ajarkan latihan ROM
53
bawah 5l5l5l5
Nyeri
berkurang
mengajarkan terapi ROM pada pasien
menjadi 3
Mengidentifikasi perilaku dan
faktor
yang
mempengaruhi
resiko
jatuh
Mendorong pasien untuk menggunakan atau
alat
tongkat pembantu
berjalan Pukul
Ketidakefek Setelah
10.30
tifan koping tindakan keperawatan tindakan
WIB
b.d sumber
selama
yang
diharapkan
tersedia
individu efetif dengan stabil
tidak
kriteria hasil :
adekuat (00069)
dilakukan Setelah
12
Klien
hari selama
dilakukan keperawatan 4
x15
Socialization enhancement
menit
dengan
kriteria
melakukan
Klien bercerita
mampu tanpa
berinteraksi
-
memberikan
iseh enom”
umpan
balik
yang positif ketika
klien
-
memfasilitisasi klien untuk
Ny. J berkata “aku seneng nang
nak
ngomog
mbek
mahasiswa”
berinteraksi
Ny. J berkata “aku seneng nang nak diajak ngobrol pas jaman
dengan
lansia yang lain
hasil: mampu
membuat interaksi terjadwal untuk
koping diharapkan mood klien
S:
-
Ny. J mengatakan ”aku iseh
54
koping
yang
bersedih
berkumpul dengan teman-
males nang nak melu kumpul
Mengungkapkan
temannya
mbek konco-konco ”
Klien
secara
verbal
kursi roda)
mengatakan
tentang
koping
telah menerima
yang efektif
efektif
tentang keadaannya
Kien
mengikut
(menggunakan O: sertakan
klien
-
Ny. J nampak senang dengan
berkumpul dengan teman-
berbagi
temannya ketika ada kegiatan
tidak
nampak sedih
cerita
bersama
mahasiswa -
Klien masih terhambat ketika ingin
berinteraksi
dengan
teman-temannya A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi Bantu
klien
dalam
berinteraksi
dengan yang lain Kamis
Nyeri Akut
Setelah
dilakukan
Setelah
dilakukan
12/7/18
berhubunga
tindakan keperawatan
tindakan
keperawatan
Pukul
n dengan
selama 12 hari di
sebanyak 4 x 1 jam
09.00
agen cidera
harapkan
menit diharapkan :
klien
Mengobservasi nonverbal
reaksi S: dari
-
Klien mengatakan “wengi iki
ketidaknyamanan
ra iso turu nang soale mau
Memonitor vital sign
mbengi loro sikilke”
55
WIB
biologis
mampu
(proses
nyeri yang dirasakan
penyakit
dengan kriteria hasil:
asam urat)
Skala
(00133)
mengatasi
nyeri
berkurang dari 4 menjadi 3 (1-10) Klien
tidak
ada
keluhan nyeri Klien
dapat
beraktifitas dengan lancar
nyeri lutut berkurang
Mengajarkan
teknik
non
dengan Kriteria hasil:
farmakologi
(kompres
air
Klien
mengatakan
jahe)
nyeri
berkurang
setelah
diberikan
intervensi Klien
mampu
mengontrol
nyeri
dengan
terapi
lutut
menyatakan kiri
nyaman
mendapatkan
Klien berkata “aku ngumbe
klien
obate teratur kok nang”
untuk -
loro iseh podo mbek sing
tentang manajemen nyeri
wingi nang.”
Menganjurkan klien untuk
Mengajarkan
klien
terapi
massage
R: nyeri pada sendi lutut kiri
S: Skala 4 dari 10
T:
menjadi 3
nyeri
hilang
timbul,
terjadi 30 menit sampai 1
kompress air jahe Nyeri
Q: Klien mengatakan nyeri seperti di tusuk-tusuk
Mengkaji tingkat nyeri secara komprehensif
P: Klien mengatakan saat ini nyerinya masih sama
oleh puskesmas secara teratur
Klien berkata “lokasi sing
Memonitor penerimaan klien
minum obat yang diberikan
terasa setelah
ngko tak baleni pas loro”
meningkatkan Istirahat
kompres air jahe Klien
Meminta
Klien mengatakan “iya nang
-
jam
berkurang O: -
TD 130/90 MmHg
56
-
Nadi 86 kali/menit
-
RR 18 kali/menit
-
Klien kooperatif
-
Klien tampak puas terhadap efek dari terapi massage
A: Masalah belum teratasi P: Motivasi klien untuk menerapkan terapi
kompres
jahe
secara
konsisten saat nyeri Pukul 10.00 WIB
Resiko jatuh b.d. usia >65 tahun, dan kelemahan otot ekstremitas bawah
Setelah
(00155)
dilakukan Setelah
dilakukan Fall prevention (6490)
tindakan keperawatan tindakan selama 7 hari, resiko selama
keperawatan 4
x
1
jam
jatuh pada klien dapat diharapkan klien mampu dicegah kriteria hasil : Terdapat
Mengkaji kekuatan otot
-
Monitor
gaya
berjalan
-
jatuh,
dengan
keseimbangan klien
menganjurkan klien untuk
Klien berkata “aku gelem nang nak diajari ROM”
(terutama kecepatan) dan
Mengetahui pencegahan
Klien berkata “mlakuku iseh rak seimbang nang”
dan skala resiko
dengan :
resiko
S:
-
Klien berkata” aku nak ngadek saiki iseh loro koyo wingi
57
peningkatan
otot kriteria hasil:
ekstremitas bawah
Klien
paham
jalan
(kursi roda) untuk
Klien
bisa
bermobilisasi
Skala
morse
ketika
bermobilisasi
Klien
fall
mengetahui
cara-cara
untuk
mencegah
resiko
jatuh,
seperti
melakukan
-
di lingkungan sekitar panti
duduk dan berdiri secara
seperti kamar, arah ke kamar
perlahan-lahan
mandi, mapupun arah ke aula,
Enveiromental
hanya terdapat pegangan besi
Management
di kamar mandi
menyediakan lingkungan besih, aman, dan nyaman
mengajurkan untuk selalu
setelah dari kamar
setelah dari kamar mandi
Tidak terdapat pegangan besi
mengajarkan klien untuk
mengeringkan
menggunakan
Klien berkata”aku nak bar seko reseiki sek sikile nang”
program
mengeringkan kaki
mandi,
-
kamar mandi saiki mesti tak
berjalan
scale 0-21
klien tidak merasa
tongkat
latihan fisik rutin seperti O:
bermobilisasi
secara aman
nyeri
bantu
nang”
atau
ketika berjalan.
Klien menggunakan alat
jatuh
ketika
membawa
menggunakan
tidak
lantai licin
menyebabkan
Klien beraktifitas
faktor-faktor yang dapat
selalu
kakinya
-
Ny J masih mulai paham gerakan ROM
-
morse fall sclae =55
A: Masalah Belum Terastasi P: lanjutkan intervensi ajarkan latihan ROM
mengajarkan terapi ROM pada pasien
58
tongkat
jika mau
berjalan.
dan
faktor
yang
Kekuatan
mempengaruhi
resiko
ekstremitass
otot
jatuh
bawah 5l5l5l5
Mengidentifikasi perilaku
Nyeri
berkurang
Mendorong pasien untuk menggunakan
menjadi 3
atau
alat
tongkat pembantu
berjalan Pukul
Ketidakefek Setelah
11.00
tifan koping tindakan keperawatan tindakan
WIB
b.d sumber
selama
yang
diharapkan
tersedia
individu efetif dengan stabil
tidak
kriteria hasil :
adekuat (00069)
dilakukan Setelah
12
Klien
hari selama
efektif
keperawatan 4
x15
menit
dengan
kriteria
Klien bercerita
yang
mampu tanpa
berinteraksi
-
memberikan
kok meh lungo ae”
umpan
balik
yang positif ketika
klien
-
memfasilitisasi klien untuk
Ny. J berkata “kie sebelahku mbah sulastri nang ndekne enak nak dijak ngobrol nang”
berinteraksi dengan yang lain
Ny. J berkata “ meh mendi to nang kene lagi ngobrol sedelo
dengan
lansia yang lain
hasil: mampu
S:
membuat interaksi terjadwal untuk
koping diharapkan mood klien
melakukan koping
dilakukan Socialization enhancement
-
Ny. J mengatakan” aku tak
bersedih
berkumpul dengan teman-
jajal mlaku nang tapi aku
Mengungkapkan
temannya
dicekeli yo”
(menggunakan
59
Klien
secara
verbal
mengatakan
tentang
koping
telah menerima
yang efektif
tentang keadaannya
Kien
kursi roda)
mengikut
O: sertakan
klien
-
Ny. J nampak senang dengan
berkumpul dengan temantidak
berbagi
temannya ketika ada kegiatan
nampak sedih
cerita
bersama
mahasiswa -
Klien
terlihat
sering
diam
ketika kumpul dengan temantemannya A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi Bantu klien untuk aktif berinteraksi dengan teman-temannya Jum’at 09:00 WIB 28/09/20 18
Nyeri Akut
Setelah
dilakukan
berhubunga
tindakan keperawatan
tindakan
n dengan
selama 12 hari di
sebanyak 4 x 1 jam
agen cidera
harapkan
menit diharapkan :
biologis
mampu
nyeri lutut berkurang
(proses
nyeri yang dirasakan
klien mengatasi
Setelah
dilakukan
keperawatan
reaksi S:
Mengobservasi nonverbal
dari
-
Klien
mengatakan
ketidaknyamanan
“alhamdulilla wis biso ngadeg
Memonitor vital sign
nang sikilku tapi iseh loro”
Mengajarkan
teknik
non
farmakologi
(kompres
air
-
Klien
mengatakan
“sesuk
baleni maneh yo nang ring
60
penyakit
dengan kriteria hasil:
asam urat)
Skala
(00133)
nyeri
berkurang dari 4 menjadi 3 (1-10) Klien
tidak
ada
keluhan nyeri Klien
Klien
mengatakan
nyeri
berkurang
setelah
diberikan
dapat
mampu
mengontrol
nyeri
dengan
terapi
kompres air jahe Klien lutut
jahe)
Meminta
pijet” klien
-
untuk
menyatakan kiri
nyaman
terasa setelah
loro iseh podo mbek sing
Memonitor penerimaan klien
wingi nang.”
seperti di tusuk-tusuk tetap
Mengkaji tingkat nyeri secara
klien masih kuat menahan
komprehensif
nyeri ketika berdiri
Mengajarkan
klien
terapi
massage
R: nyeri pada sendi lutut kiri
S: Skala 4 dari 10
T:
nyeri
hilang
timbul,
terjadi 30 menit sampai 1
kompress air jahe
menjadi 3
Q: Klien mengatakan nyeri
oleh puskesmas secara teratur
mendapatkan Nyeri
P: Klien mengatakan saat ini nyerinya masih sama
Menganjurkan klien untuk minum obat yang diberikan
Klien berkata “lokasi sing
meningkatkan Istirahat
tentang manajemen nyeri
intervensi Klien
beraktifitas dengan lancar
dengan Kriteria hasil:
jam
berkurang O: -
TD 130/100 MmHg
-
Nadi 86 kali/menit
61
-
RR 18 kali/menit
-
Klien kooperatif
-
Klien tampak puas terhadap efek dari terapi massage
A: Masalah belum teratasi P: Motivasi klien untuk menerapkan terapi massage secara konsisten saat nyeri 10.00 WIB
Resiko jatuh b.d. usia >65 tahun, dan kelemahan otot ekstremitas bawah
Setelah
(00155)
dilakukan Setelah
dilakukan Fall prevention (6490)
tindakan keperawatan tindakan selama 7 hari, resiko selama
keperawatan 4
x
1
jam
jatuh pada klien dapat diharapkan klien mampu dicegah
resiko
peningkatan
otot
jatuh,
dengan
-
Monitor
gaya
ngadek wis biso”
berjalan -
menganjurkan klien untuk selalu
membawa
Klien berkata “bar
diajari
gerakan ROM sikilku dadi rak
keseimbangan klien
Klien berkata “mlakuku iseh angel nang tapi nak nggo
(terutama kecepatan) dan
Mengetahui pencegahan
Terdapat
Mengkaji kekuatan otot dan skala resiko
dengan :
kriteria hasil :
S:
atau
patio lemes nang” -
Klien berkata” aku nak ngadek
62
ekstremitas bawah kriteria hasil:
Klien
paham
faktor-faktor yang
jatuh
ketika
bisa
secara aman
klien tidak merasa ketika
bermobilisasi
bantu
Skala
jalan
morse
fall
scale 0-21
Klien
nang”
melakukan
program
-
mengetahui
cara-cara
untuk
mencegah
resiko
jatuh,
seperti
nang nak ngajari aku ngadeg”
mandi, menggunakan
perlahan-lahan
seperti kamar, arah ke kamar
Enveiromental
mandi, mapupun arah ke aula,
Management
hanya terdapat pegangan besi
menyediakan lingkungan
di kamar mandi -
kakinya
mengajarkan terapi ROM
Ny J merasa lebih paham gerakan
mengajurkan untuk selalu
pada pasien
Tidak terdapat pegangan besi di lingkungan sekitar panti
setelah dari kamar mandi
-
duduk dan berdiri secara
mengeringkan
mengeringkan kaki setelah dari kamar
mengajarkan klien untuk
besih, aman, dan nyaman
Klien berkata”sing sabar yo
O:
berjalan
bermobilisasi
saiki iseh loro koyo wingi
ketika berjalan.
(kursi roda) untuk
bermobilisasi
tongkat
latihan fisik rutin seperti
Klien menggunakan alat
Klien
nyeri
tidak
lantai licin
menyebabkan
Klien beraktifitas
dapat
menggunakan
ROM
dari
pada
kemarin -
morse fall sclae =55
-
kekuatan ekstremitas otot kiri bawah 5I5I5I3
A: Masalah Belum Terastasi
Mengidentifikasi perilaku
63
tongkat
jika mau
mempengaruhi
Kekuatan
jatuh
otot
menggunakan
Nyeri
atau
berkurang
WIB
Ketidakefe ktifan koping b.d sumber yang tersedia tidak adekuat (00069)
Setelah
dilakukan Setelah
12
diharapkan
hari selama
kriteria hasil :
Klien
efektif
Klien
x15
menit
mampu
dengan
Klien bercerita
yang
alat
tongkat pembantu
kriteria
berinteraksi
memberikan
Ny. J berkata “ dino iki aku seneng
dengan
nang
kegiatan
umpan
balik
yang positif ketika
klien
bisa
melu
mahasiswa
kambi
ngobrol mbek konco-koncoku” -
Ny. J berkata “permainanane
berinteraksi dengan yang lain
nyenengake nang sesuk maneh
memfasilitisasi klien untuk
yo nang”
bersedih
berkumpul dengan teman-
Mengungkapkan
temannya
secara
kursi roda)
verbal
-
lansia yang lain
mampu tanpa
S:
membuat interaksi terjadwal untuk
hasil:
melakukan koping
keperawatan 4
ajarkan latihan ROM
berjalan
koping diharapkan mood klien
individu efetif dengan stabil
resiko
dilakukan Socialization enhancement
tindakan keperawatan tindakan selama
yang P: lanjutkan intervensi
Mendorong pasien untuk
bawah 5l5l5l5
menjadi 3 08.00
faktor
berjalan.
ekstremitass
dan
(menggunakan
-
Ny. J mengatakan ”aku rak males
nang
nak
kayak ngene”
64
kegiatane
mengatakan
tentang
telah menerima
yang efektif
tentang keadaannya
Kien
koping
tidak
mengikut
sertakan
klien
Ny.
-
J
mengatakan”
berkumpul dengan teman-
alhamdulillah dino iki aku bisa
temannya ketika ada kegiatan
melu senam nang” O:
nampak sedih
-
Ny. J nampak senang dengan berbagi
cerita
bersama
mahasiswa -
Klien masih terhambat ketika ingin
berinteraksi
dengan
teman-temannya A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi Bantu klien dalam berjalan untuk mendekat ke teamnnya Sabtu
Nyeri Akut
Setelah
29/09/20
berhubunga
tindakan keperawatan
tindakan
n dengan
selama 12 hari di
sebanyak 4 x 1 jam
18
dilakukan
Setelah
dilakukan keperawatan
Mengobservasi nonverbal ketidaknyamanan
reaksi S: dari
-
Klien mengatakan “saiki aku nak meh ngadeg wis bisa
65
agen cidera
harapkan
biologis
mampu
(proses
nyeri yang dirasakan
penyakit
dengan kriteria hasil:
asam urat)
Skala
(00133)
klien mengatasi
menit diharapkan : nyeri lutut berkurang
Klien
mengatakan
berkurang dari 4
nyeri
berkurang
menjadi 3 (1-10)
setelah
diberikan
tidak
ada
mampu nyeri
beraktifitas dengan
dengan
terapi
lancar
kompres air jahe
dapat
Mengajarkan teknik non
Klien lutut
kiri
nyaman
terasa
setelah
mendapatkan kompress air jahe berkurang
-
Klien
mengatakan
farmakologi (kompres air
“matursuwun yo nang aku wis
jahe)
mbok ajari terapine”
Meminta
klien
untuk
-
Klien berkata “lokasi sing
meningkatkan Istirahat
loro iseh podo mbek sing
Memonitor
wingi nang.”
penerimaan
Menganjurkan
P: Klien mengatakan saat ini nyerinya masih sama
nyeri
menyatakan
Nyeri
dewe nang”
klien tentang manajemen
mengontrol
Klien
intervensi Klien
keluhan nyeri
Memonitor vital sign
dengan Kriteria hasil:
nyeri
Klien
klien
Q: Klien mengatakan nyeri
untuk minum obat yang
seperti di tusuk-tusuk tetap
diberikan oleh puskesmas
klien masih kuat menahan
secara teratur
nyeri ketika berdiri
Mengkaji tingkat nyeri
R: nyeri pada sendi lutut kiri
secara komprehensif
S: Skala 4 dari 10
Mengajarkan klien terapi
T:
massage
nyeri
hilang
timbul,
terjadi 30 menit sampai 1 jam
menjadi 3
66
O: -
TD 130/100 MmHg
-
Nadi 86 kali/menit
-
RR 18 kali/menit
-
Klien kooperatif
-
Klien tampak puas terhadap efek dari terapi massage
A: Masalah belum teratasi P: Berikan intervensi massage jahe 10.00 WIB
Resiko jatuh b.d. usia >65 tahun, dan kelemahan otot ekstremitas bawah
Setelah
(00155)
dilakukan Setelah
dilakukan Fall prevention (6490)
tindakan keperawatan tindakan selama 7 hari, resiko selama
keperawatan 4
x
1
jam
jatuh pada klien dapat diharapkan klien mampu dicegah kriteria hasil : Terdapat
Mengkaji kekuatan otot
Monitor
gaya
Mengetahui pencegahan dengan
nang, soale wedi tibo”
berjalan
keseimbangan klien
Klien berkata “aku iseh males nang nak nggo alat bantu
(terutama kecepatan) dan jatuh,
-
dan skala resiko
dengan :
resiko
S:
menganjurkan klien untuk
-
Klien berkata “bar
diajari
gerakan ROM sikilku dadi rak patio lemes nang”
67
peningkatan
otot kriteria hasil:
ekstremitas bawah
Klien
paham
jalan
(kursi roda) untuk
Klien
bisa
bermobilisasi
Skala
morse
ketika
bermobilisasi
Klien
fall
mengetahui
cara-cara
untuk
mencegah
resiko
jatuh,
seperti
tongkat
melakukan
program
mengajarkan klien untuk
nang nak ngajari aku ngadeg”
-
Tidak terdapat pegangan besi
perlahan-lahan
seperti kamar, arah ke kamar
Enveiromental
mandi, mapupun arah ke aula,
Management
hanya terdapat pegangan besi
menyediakan lingkungan
di kamar mandi -
kakinya
setelah dari kamar mandi mengajarkan terapi ROM pada pasien
Ny J merasa lebih paham gerakan
mengajurkan untuk selalu
setelah dari kamar
Klien berkata”sing sabar yo
di lingkungan sekitar panti
mengeringkan
menggunakan
-
duduk dan berdiri secara
mengeringkan kaki
mandi,
saiki iseh loro koyo wingi
O:
besih, aman, dan nyaman
Klien berkata” aku nak ngadek nang”
berjalan
scale 0-21
klien tidak merasa
-
latihan fisik rutin seperti
bermobilisasi
secara aman
nyeri
bantu
atau
ketika berjalan.
Klien menggunakan alat
jatuh
ketika
membawa
menggunakan
tidak
lantai licin
menyebabkan
Klien beraktifitas
faktor-faktor yang dapat
selalu
ROM
dari
pada
kemarin -
morse fall sclae =45
-
kekuatan ekstremitas otot kiri bawah 5I5I5I3
A: Masalah Belum Terastasi
68
tongkat
jika mau
berjalan.
dan
faktor
yang
Kekuatan
mempengaruhi
resiko
ekstremitass
otot
Nyeri
ajarkan latihan keseimbangan
jatuh
bawah 5l5l5l5
Mengidentifikasi perilaku P: lanjutkan intervensi
berkurang
Mendorong pasien untuk menggunakan
menjadi 3
atau
alat
tongkat pembantu
berjalan Ketidakefe ktifan koping b.d sumber yang tersedia tidak adekuat (00069)
Setelah
dilakukan Setelah
dilakukan Socialization enhancement
tindakan keperawatan tindakan selama
12
diharapkan
hari selama
kriteria hasil : Klien
efektif
x15
menit
dengan
kriteria
mampu
Klien bercerita
yang
berinteraksi
-
dengan
lansia yang lain
mampu tanpa
membuat interaksi terjadwal untuk
hasil:
melakukan koping
4
koping diharapkan mood klien
individu efetif dengan stabil
keperawatan
S:
ngobrol
akeh
mbek
mbah
lestari
nang,
tapi
nak
iki
angel
dijak
umpan
balik
sebelahku
yang positif ketika
klien
omong soale wis rodo-rodo
memberikan
wonge”
berinteraksi dengan yang lain
Ny. J berkata “ dino iki aku
memfasilitisasi klien untuk
-
Ny. J berkata “ nang jupukke
bersedih
berkumpul dengan teman-
kursi roda kae nang aku meh
Mengungkapkan
temannya
dolan mrono”
(menggunakan
69
Klien
secara
verbal
mengatakan
tentang
koping
telah menerima
yang efektif
tentang keadaannya
Kien
kursi roda)
-
Ny. J mengatakan ”aku seneng nak
ono
ngobriol
mbek
bantu
aku
konco-konco
nang”
tidak
nampak sedih
sing
-
Ny.
J
mengatakan”lumayan
nang bisa ngomong kambi konco-konco nang” O: -
Ny. J nampak senang dengan berbagi
cerita
bersama
mahasiswa -
Klien masih terhambat ketika ingin
berinteraksi
dengan
teman-temannya A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi Bantu klien dalam berjalan untuk
70
mendekat ke teamnnya
Senin.02 Nyeri Akut /10/2018 09.00
Setelah
dilakukan
Setelah
dilakukan
berhubunga
tindakan keperawatan
tindakan
n dengan
selama 12 hari di
sebanyak 4 x 1 jam
agen cidera
harapkan
menit diharapkan :
biologis
mampu
nyeri lutut berkurang
(proses
nyeri yang dirasakan
penyakit
dengan kriteria hasil:
asam urat)
Skala
(00133)
klien mengatasi
keperawatan
mengatakan
berkurang dari 4
nyeri
berkurang
menjadi 3 (1-10)
setelah
diberikan
ada
wis
Memonitor vital sign
ngekompres
Mengajarkan teknik non
massage nang”
farmakologi (kompres air
beraktifitas dengan
dengan
terapi
lancar
kompres air jahe Klien
-
Meminta
Memonitor
klien
menyatakan
carane
jahe
kambi
mengatakan
mbok ajari terapine” -
wingi nang.”
P: Klien mengatakan saat ini nyerinya masih sama
Mengkaji tingkat nyeri
Mengajarkan klien terapi
Klien berkata “lokasi sing loro iseh podo mbek sing
penerimaan
secara komprehensif
nang
Klien
untuk
nyeri
mudeng
“matursuwun yo nang aku wis
meningkatkan Istirahat
mampu nyeri
dapat
Klien mengatakan “saiki aku
-
klien tentang manajemen
mengontrol
Klien
dari
ketidaknyamanan
intervensi Klien
keluhan nyeri
reaksi S:
jahe)
Klien
tidak
Mengobservasi nonverbal
dengan Kriteria hasil:
nyeri
Klien
Q: Klien mengatakan nyeri seperti di tusuk-tusuk tetapi klien masih kuat menahan
71
lutut
kiri
terasa
massage
nyeri ketika berdiri
R: nyeri pada sendi lutut kiri
mendapatkan
S: Skala 4 dari 10
kompress air jahe
T:
nyaman
Nyeri
setelah
berkurang
nyeri
hilang
timbul,
terjadi 10 menit sampai 30
menjadi 3
menit O: -
TD 130/100 MmHg
-
Nadi 75 kali/menit
-
RR 18 kali/menit
-
Klien kooperatif
-
Klien tampak puas terhadap efek dari terapi massagge dan kompres jahe
A: Masalah belum teratasi P: Berikan intervensi massage jahe
72
10.00
Resiko jatuh b.d. usia >65 tahun, dan kelemahan otot ekstremitas bawah
Setelah
(00155)
dilakukan Setelah
dilakukan Fall prevention (6490)
tindakan keperawatan tindakan selama 7 hari, resiko selama
keperawatan 4
x
1
jam
jatuh pada klien dapat diharapkan klien mampu dicegah
paham
Klien
bisa
wae”
Skala
morse
Klien
tongkat
melakukan
-
-
mengetahui
Klien berkata” saiki aku wis
Klien
sudah
bisa
memperagakan ROM dengan benar -
Ny J merasa lebih paham gerakan
perlahan-lahan
Management
dewe
O: program
mengajarkan klien untuk
Enveiromental
ROM
bisa ngadeg dewe nang”
duduk dan berdiri secara fall
gerakan
nangn”
berjalan
jalan
scale 0-21
atau
Klien berkata “saiki aku wis biso
latihan fisik rutin seperti
Klien menggunakan bantu
-
ketika berjalan.
ketika
bermobilisasi
secara aman klien tidak merasa
nang, mending aku kaya ngene
berjalan
membawa
menggunakan
tidak
(kursi roda) untuk
bermobilisasi
gaya
menganjurkan klien untuk selalu
Klien
alat
jatuh
dengan
lantai licin
menyebabkan
jatuh,
beraktifitas
faktor-faktor yang dapat
Monitor
Klien berkata “akumkayake wis ewmoh nak nggo alat bantu
keseimbangan klien
otot kriteria hasil:
ekstremitas bawah
-
(terutama kecepatan) dan
resiko
peningkatan
Klien
Mengetahui pencegahan
Terdapat
Mengkaji kekuatan otot dan skala resiko
dengan :
kriteria hasil :
S:
ROM
dari
pada
kemarin -
morse fall sclae =45
-
kekuatan ekstremitas otot kiri
73
nyeri
ketika
bermobilisasi
cara-cara
untuk
mencegah
resiko
jatuh,
seperti
besih, aman, dan nyaman
mengeringkan
setelah dari kamar
setelah dari kamar mandi
menggunakan tongkat
klien
untuk
melatih
ototnya dengan ROM
Mengidentifikasi perilaku dan
faktor
yang
Kekuatan
mempengaruhi
resiko
Nyeri
Anjurkan
mengajarkan terapi ROM
berjalan.
otot
jatuh
bawah 5l5l5l5
kakinya
pada pasien
jika mau
ekstremitass
A: Masalah Belum Terastasi
mengajurkan untuk selalu P: lanjutkan intervensi
mengeringkan kaki
mandi,
bawah 5I5I5I4
menyediakan lingkungan
berkurang
Mendorong pasien untuk menggunakan
menjadi 3
atau
alat
tongkat pembantu
berjalan 08.00
Ketidakefe ktifan koping b.d sumber yang
Setelah
dilakukan Setelah
dilakukan Socialization enhancement
tindakan keperawatan tindakan selama
12
hari selama
keperawatan 4
x15
menit
membuat interaksi terjadwal untuk
berinteraksi
dengan
S: -
Ny. J berkata “ dino iki aku seneng nang bisa melu terapi
74
tersedia tidak adekuat (00069)
diharapkan
koping diharapkan mood klien
individu efetif dengan stabil kriteria hasil :
Klien
mampu
mengatakan telah menerima
keadaannya
mampu tanpa
Mengungkapkan secara
verbal
tentang
koping
Kien
berkebun”
umpan
balik
yang positif ketika
klien
-
nandur terong nang karo mbah lestari”
berinteraksi dengan yang lain
mengikutsertakan kegiatan
dengan kursi roda
klien
Ny. J berkata “ dino iki aku
-
Ny. J mengatakan ”aku seneng nang melu kegiatan iki”
berkebun -
Ny.
J
mengatakan”lumayan
nang bisa ngomong kambi konco-konco nang” O:
yang efektif
memberikan
dalam
bersedih
Klien
tentang
Klien bercerita
yang
efektif
kriteria
hasil:
melakukan koping
dengan
lansia yang lain
tidak
-
Ny. J nampak senang dengan berbagi
nampak sedih
cerita
bersama
mahasiswa -
Klien masih terhambat ketika ingin
berinteraksi
teman-temannya A : masalah belum teratasi
75
dengan
P : lanjutkan intervensi Bantu klien dalam berjalan untuk mendekat ke teamnnya
Nyeri Akut
Setelah
02/10/20
berhubunga
tindakan keperawatan
tindakan
n dengan
selama 12 hari di
sebanyak 4 x 1 jam
agen cidera
harapkan
menit diharapkan :
Memonitor vital sign
biologis
mampu
nyeri lutut berkurang
Mengajarkan teknik non
(proses
nyeri yang dirasakan
penyakit
dengan kriteria hasil:
asam urat)
Skala
18
(00133)
dilakukan
klien mengatasi
Setelah
dilakukan
Selasa
keperawatan
mengatakan
berkurang dari 4
nyeri
berkurang
menjadi 3 (1-10)
setelah
diberikan
ada
Klien
dapat
Klien mengatakan “saiki aku
-
wis penak sikilku nang”
ketidaknyamanan
farmakologi (kompres air
Klien mengatakan” aku wis ra
-
patio sakit sikilku nang” Klien mengatakan”aku rung
-
patio apal carane kompress
Meminta
klien
Memonitor
mengontrol
nyeri
dengan
terapi
P: Klien mengatakan saat ini nyerinya berkurang
penerimaan
klien tentang manajemen mampu
jahe nang”
untuk
meningkatkan Istirahat
intervensi Klien
keluhan nyeri
dari
jahe)
Klien
tidak
reaksi S:
nonverbal
dengan Kriteria hasil:
nyeri
Klien
Mengobservasi
Q: Klien mengatakan nyeri
nyeri
seperti di tusuk-tusuk tetapi
Mengkaji tingkat nyeri
klien masih kuat menahan
76
beraktifitas dengan lancar
kompres air jahe Klien lutut
menyatakan kiri
nyaman
terasa
secara komprehensif
nyeri ketika berdiri
Mengajarkan klien terapi
R: nyeri pada sendi lutut kiri
massage
S: Skala 3 dari 10
T:
setelah
nyeri
hilang
timbul,
mendapatkan
terjadi 10 menit sampai 30
kompress air jahe
menit
Nyeri menjadi 3
berkurang O: -
TD 120/90 MmHg
-
Nadi 84 kali/menit
-
RR 18 kali/menit
-
Klien kooperatif
-
Klien tampak puas terhadap efek dari terapi massagge dan kompres jahe
A: Masalah belum teratasi P: Berikan intervensi massage jahe
77
Resiko jatuh b.d. usia >65 tahun, dan kelemahan otot ekstremitas bawah
Setelah
(00155)
dilakukan Setelah
dilakukan Fall prevention (6490)
tindakan keperawatan tindakan selama 7 hari, resiko selama
keperawatan 4
x
1
jam
jatuh pada klien dapat diharapkan klien mampu dicegah
paham
Klien
bisa
tidak ketika
-
bantu
Klien
O: -
morse
fall
mengetahui
bisa
Ny J merasa lebih paham gerakan
ROM
dari
pada
kemarin -
morse fall sclae =35
-
kekuatan ekstremitas otot kiri bawah 5I5I5I4
menyediakan lingkungan A: Masalah Belum Terastasi besih, aman, dan nyaman
sudah
benar -
Management
Klien
memperagakan ROM dengan
mengajarkan klien untuk
Enveiromental
jalan
scale 0-21
program
perlahan-lahan
Klien menggunakan
Skala
melakukan
Klien berkata” saiki aku wis bisa ngadeg dewe nang”
duduk dan berdiri secara
bermobilisasi
secara aman klien tidak merasa
berdiri
ROM
(kursi roda) untuk
bermobilisasi
gaya
latihan fisik rutin seperti
Klien
alat
jatuh
dengan
lantai licin
menyebabkan
jatuh,
beraktifitas
faktor-faktor yang dapat
Monitor
Klien berkata “saiki aku wis biso gerakan ROM dewe nang”
keseimbangan klien
otot kriteria hasil:
ekstremitas bawah
-
(terutama kecepatan) dan
resiko
peningkatan
Klien
Mengetahui pencegahan
Terdapat
Mengkaji kekuatan otot dan skala resiko
dengan :
kriteria hasil :
S
mengajurkan untuk selalu mengeringkan
P: lanjutkan intervensi Anjurkan
klien
untuk
kakinya
78
melatih
nyeri
ketika
bermobilisasi
cara-cara
untuk
mencegah
resiko
jatuh,
seperti
setelah dari kamar mandi
Mengidentifikasi perilaku
setelah dari kamar
dan
faktor
yang
mandi,
mempengaruhi
resiko
menggunakan
jatuh
jika mau
berjalan.
mengajarkan terapi ROM pada pasien
mengeringkan kaki
tongkat
ototnya dengan ROM
Mendorong alat pembantu berjalan
Kekuatan ekstremitass
otot
bawah 5l5l5l5
Nyeri
berkurang
menjadi 3 Ketidakefe ktifan koping b.d sumber yang tersedia
Setelah
dilakukan Setelah
dilakukan Socialization enhancement
tindakan keperawatan tindakan selama diharapkan
12
hari selama
keperawatan 4
x15
menit
koping diharapkan mood klien
individu efetif dengan stabil
dengan
membuat interaksi terjadwal untuk
berinteraksi
lansia yang lain
dengan
S: -
Ny. J berkata “ saiki aku wis biso
cedak
mbek
koncoku nang”
kriteria
79
konco-
tidak adekuat (00069)
kriteria hasil :
Klien
mampu
melakukan koping
mengatakan telah menerima
keadaannya
mampu tanpa
bersedih
Klien
tentang
Klien bercerita
yang
efektif
hasil:
Mengungkapkan secara
verbal
tentang
koping
memberikan
umpan
balik
yang positif ketika
klien
-
nyiram tanduran nang karo mbah lestari”
berinteraksi dengan yang lain
mengikutsertakan dalam
kegiatan
dengan kursi roda
klien
-
Kien
Ny. J mengatakan ”aku seneng nang melu kegiatan iki”
berkebun -
Ny.
J
mengatakan”lumayan
nang bisa ngomong kambi konco-konco nang”
yang efektif
Ny. J berkata “ dino iki aku
tidak
-
Ny.
J
mengatakan”yo
pie
maneh nang keadaane wis
nampak sedih
koyok ngene arep diprigeprigekke maneh yo tetep kayak ngene” O: -
Ny. J nampak senang dengan berbagi
cerita
mahasiswa A : masalah teratasi
80
bersama
P : lanjutkan intervensi Nyeri Akut
Setelah
03
berhubunga
tindakan keperawatan
tindakan
n dengan
selama 12 hari di
sebanyak 4 x 1 jam
agen cidera
harapkan
menit diharapkan :
Memonitor vital sign
biologis
mampu
nyeri lutut berkurang
Mengajarkan teknik non
(proses
nyeri yang dirasakan
penyakit
dengan kriteria hasil:
asam urat)
Skala
Oktober 2018
(00133
dilakukan
klien mengatasi
Setelah
dilakukan
Rabu,
keperawatan
mengatakan
berkurang dari 4
nyeri
berkurang
menjadi 3 (1-10)
setelah
diberikan
ada
beraktifitas dengan
dengan
terapi
lancar
kompres air jahe
Klien mengatasi
mampu
farmakologi (kompres air
Klien lutut
Klien mengatakan” aku wis ra
-
patio sakit sikilku nang” Klien mengatakan”aku rung
-
patio apal carane kompress
menyatakan kiri
Meminta
klien
Memonitor
terasa
jahe nang”
untuk
meningkatkan Istirahat
mampu nyeri
dapat
wis mendingan nang”
P: Klien mengatakan saat ini nyerinya berkurang
penerimaan
klien tentang manajemen
mengontrol
Klien
Klien mengatakan “saiki aku
-
ketidaknyamanan
intervensi Klien
keluhan nyeri
dari
jahe)
Klien
tidak
reaksi S:
nonverbal
dengan Kriteria hasil:
nyeri
Klien
Mengobservasi
Q: Klien mengatakan nyeri
nyeri
seperti di tusuk-tusuk tetapi
Mengkaji tingkat nyeri
klien masih kuat menahan
secara komprehensif
nyeri ketika berdiri
Mengajarkan klien terapi
R: nyeri pada sendi lutut kiri
massage
S: Skala 3 dari 10
T:
nyeri
hilang
81
timbul,
nyerinya sendiri
nyaman
setelah
terjadi 10 menit sampai 30
mendapatkan
menit
kompress air jahe Nyeri
O:
berkurang
menjadi 3
-
TD 120/90 MmHg
-
Nadi 84 kali/menit
-
RR 18 kali/menit
-
Klien kooperatif
-
Klien tampak puas terhadap efek dari terapi massagge dan kompres jahe
A: Masalah belum teratasi P: Berikan intervensi massage jahe Resiko jatuh b.d. usia >65 tahun, dan kelemahan
Setelah
dilakukan Setelah
dilakukan Fall prevention (6490)
tindakan keperawatan tindakan selama 7 hari, resiko selama
keperawatan 4
x
1
jam
jatuh pada klien dapat diharapkan klien mampu
Mengkaji kekuatan otot
S -
Klien berkata “kie aku lagi latian ROM dewe nang”
dan skala resiko -
Klien berkata”aku ngadeg ra
82
otot ekstremitas bawah (00155)
dicegah kriteria hasil :
resiko
Terdapat
paham
dapat
jatuh
tidak ketika
ketika
bermobilisasi
melakukan
sudah
bisa
memperagakan ROM dengan
program
benar -
ROM
Klien
Ny J merasa lebih paham
mengajarkan klien untuk
gerakan
duduk dan berdiri secara
kemarin
ROM
dari
pada
perlahan-lahan
-
morse fall sclae = 35
alat
Enveiromental
-
kekuatan ekstremitas otot kiri
bantu
jalan
Skala
morse
fall
Klien
bawah 5I5I5I4
Management
A: Masalah Belum Terastasi menyediakan lingkungan
P: lanjutkan intervensi
besih, aman, dan nyaman
scale 0-21
klien tidak merasa
-
Klien menggunakan
bermobilisasi
secara aman
nyeri
(kursi roda) untuk bisa
bermobilisasi
bisa sui-su nang”
berdiri
keseimbangan klien
lantai licin
menyebabkan
Klien beraktifitas
Klien
gaya
latihan fisik rutin seperti
faktor-faktor yang
dengan
otot kriteria hasil:
ekstremitas bawah Klien
jatuh,
Monitor
(terutama kecepatan) dan O:
Mengetahui pencegahan
peningkatan
dengan :
mengetahui
cara-cara
untuk
mencegah
resiko
jatuh,
seperti
mengeringkan kaki
mengajarkan terapi ROM Anjurkan klien untuk ototnya dengan ROM pada pasien
Mengidentifikasi perilaku dan
faktor
yang
mempengaruhi
resiko
83
melatih
setelah dari kamar
jatuh
mandi, menggunakan tongkat
jika mau
berjalan.
Kekuatan ekstremitass
otot
bawah 5l5l5l5 Kamis,
Nyeri Akut
Setelah
05/10/20
berhubunga
tindakan keperawatan
tindakan
n dengan
selama 12 hari di
sebanyak 4 x 1 jam
agen cidera
harapkan
menit diharapkan :
biologis
mampu
nyeri lutut berkurang
(proses
nyeri yang dirasakan
penyakit
dengan kriteria hasil:
asam urat)
Skala
18
(00133
dilakukan
klien mengatasi
Setelah
dilakukan
keperawatan
Mengobservasi
reaksi S:
nonverbal
dari
Klien mengatakan “saiki aku
-
ketidaknyamanan
wis
Memonitor vital sign
kompres jahe kambi terapi
Mengajarkan teknik non
massage nang”
farmakologi (kompres air
dengan kriteria hasil: Klien
mengatakan
berkurang dari 4
nyeri
berkurang
menjadi 3 (1-10)
setelah
diberikan
Meminta
Memonitor
carane
patio sakit sikilku nang” klien
untuk
penerimaan
P: Klien mengatakan saat ini nyerinya berkurang
meningkatkan Istirahat
nang
Klien mengatakan” aku wis ra
-
jahe)
nyeri
mudeng
Q: Klien mengatakan nyeri
intervensi
84
Klien
tidak
ada
keluhan nyeri Klien
dapat
beraktifitas dengan
mampu
klien tentang manajemen
mampu
mengontrol
nyeri
dengan
terapi
kompres air jahe Klien
lancar Klien
Klien
lutut
menyatakan kiri
mengatasi
nyaman
nyerinya sendiri
mendapatkan
terasa setelah
sedikit terasa
nyeri
R: nyeri pada sendi lutut kiri
Mengkaji tingkat nyeri
S: Skala 2 dari 10
secara komprehensif
T:
Mengajarkan klien terapi massage
sudah
jarang
muncul O:
kompress air jahe Nyeri
nyeri
berkurang
menjadi 3
-
TD 120/90 MmHg
-
Nadi 84 kali/menit
-
RR 18 kali/menit
-
Klien tampak senang dengan terapi yang diberika
-
Klien tampak puas terhadap efek dari terapi massagge dan kompres jahe
A: Masalah sudah teratasi P: Berikan intervensi massage dan kompres jahe ketika nyeri muncul
85
lagi Resiko jatuh b.d. usia >65 tahun, dan kelemahan otot ekstremitas bawah
Setelah
(00155)
dilakukan Setelah
dilakukan Fall prevention (6490)
tindakan keperawatan tindakan selama 10 hari, resiko selama
keperawatan 4
x
1
jam
jatuh pada klien dapat diharapkan klien mampu dicegah
paham
dengan
bermobilisasi secara aman
Klien
berdiri
tidak ketika
-
bantu
Skala
morse
nang” O: -
mengajarkan klien untuk
fall
Klien
sudah
bisa
memperagakan ROM dengan benar -
Ny J merasa lebih paham gerakan
Management
Klien mengatakan “nak nggo ngadek saiki wis rodo sui
Enveiromental
jalan
bermobilisasi
-
program
perlahan-lahan
Klien berkata” ototku wis rak kaku nang”
duduk dan berdiri secara
(kursi roda) untuk bisa
melakukan
ROM
Klien menggunakan alat
jatuh Klien
gaya
latihan fisik rutin seperti
lantai licin
menyebabkan
jatuh,
beraktifitas
faktor-faktor yang dapat
Monitor
Klien berkata “saiki aku wis mudeng carane ROM nang”
keseimbangan klien
otot kriteria hasil:
ekstremitas bawah
-
(terutama kecepatan) dan
resiko
peningkatan
Klien
Mengetahui pencegahan
Terdapat
Mengkaji kekuatan otot dan skala resiko
dengan :
kriteria hasil :
S
ROM
dari
pada
kemarin
menyediakan lingkungan
-
morse fall sclae =20
besih, aman, dan nyaman
-
kekuatan ekstremitas otot kiri
86
nyeri
ketika
scale 0-21
klien tidak merasa
bermobilisasi
Klien
mengetahui
mengajarkan terapi ROM
A: Masalah belum Teratasi
pada pasien
Mengidentifikasi perilaku P: lanjutkan intervensi
cara-cara
untuk
mencegah
resiko
dan
faktor
yang
jatuh,
seperti
mempengaruhi
resiko
mengeringkan kaki
bawah 5I5I5I4
Anjurkan
klien
untuk
ototnya dengan ROM
jatuh
setelah dari kamar mandi, menggunakan tongkat
jika mau
berjalan.
Kekuatan ekstremitass
otot
bawah 5l5l5l5
87
melatih
I.
EVALUASI SUMATIF
Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis (proses penyakit asam
Evaluasi Sumatif S: Klien mengatakan “saiki aku wis mudeng nang carane kompres jahe kambi terapi
-
urat) (00133
massage nang” Klien mengatakan” aku wis ra patio sakit sikilku nang”
P: Klien mengatakan saat ini nyerinya berkurang
Q: Klien mengatakan nyeri sedikit terasa
R: nyeri pada sendi lutut kiri
S: Skala 2 dari 10
T: nyeri sudah jarang muncul
-
TD 120/90 MmHg
-
Nadi 84 kali/menit
-
RR 18 kali/menit
-
Klien tampak senang dengan terapi yang diberika
-
Klien tampak puas terhadap efek dari terapi massagge dan kompres jahe
O:
88
A: Masalah sudah teratasi P: Resiko jatuh b.d. usia >65 tahun, dan kelemahan otot ekstremitas bawah (00155)
Berikan intervensi massage dan kompres jahe ketika nyeri muncul lagi S -
Klien berkata “saiki aku wis mudeng carane ROM nang”
-
Klien berkata” ototku wis rak kaku nang”
-
Klien mengatakan “nak nggo ngadek saiki wis rodo sui nang”
O: -
Klien sudah bisa memperagakan ROM dengan benar
-
Ny J merasa lebih paham gerakan ROM dari pada kemarin
-
morse fall scale =20
-
kekuatan ekstremitas otot kiri bawah 5I5I5I4
A: Masalah belum Terastasi P: lanjutkan intervensi
Ketidakefektifan koping b.d sumber yang tersedia tidak adekuat (00069)
Anjurkan klien untuk melatih ototnya dengan ROM dan melatih keseimbangannya S: -
Ny. J berkata “ saiki aku wis biso cedak mbek konco-koncoku nang”
-
Ny. J berkata “ dino iki aku nyiram tanduran nang karo mbah lestari”
89
-
Ny. J mengatakan ”aku seneng nang melu kegiatan iki”
-
Ny. J mengatakan”lumayan nang bisa ngomong kambi konco-konco nang”
-
Ny. J mengatakan”yo pie maneh nang keadaane wis koyok ngene arep diprigeprigekke maneh yo tetep kayak ngene”
O: -
Ny. J nampak senang dengan berbagi cerita bersama mahasiswa
A : masalah teratasi P: motivasi klien untuk menerapkan koping yang adaptif dengan berkomunikasi dengan lansia-lansia yang lain supaya tidak jenuh dan mengikuti kegiatan di panti sesuai dengan kemampuannya tanpa dipaksakan
90
J. RENCANA TINDAK LANJUT
Intervensi yang telah dilakukan
Masalah Keperawatan Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Rencana Tindak Lanjut
Paint management
-
Mengidentifikasi tingkat nyeri yang dialami
massage ketika nyeri terasa kembali
klien
(proses penyakit
Mengkaji penyebab nyeri yang dialami klien
asam urat)
Mendegarkan segala keluhan klien terkait
(00133)
Lakukan kompres jahe dan
penyakitnya Menganjurkan klien mengurangi aktifitas berat Memberikan massage pada esktremitas bawah Kolaborasi
dengan
pengasuh
panti
dalam
pemberian terapi nonfarmakologi kompres jahe dan anjurkan pasien melakukannya ketika klien merasa nyeri. Managemen farmakologi untuk menurunkan nyeri, minum obat teratur.
91
Resiko jatuh b.d. usia >65 tahun, dan kelemahan otot ekstremitas bawah
Fall prevention (6490)
Kolaborasi dengan pengasuh panti dalam pemberian program latihan fisik rutin seperti
(00155)
-
Lakukan Latihan Keseimbangan setiap pagi setelah latihan ROM
berjalan
Mengajarkan klien untuk duduk dan berdiri secara perlahan-lahan
Menganjurkan klien untuk tidak beraktifitas ketika lantai licin Enveiromental Management
Kolaborasi dengan pengasuh panti dalam menyediakan lingkungan besih, aman, dan nyaman
Menempatkan barang dimeja yang rapi dan dapat dijangkau oleh klien
Menganjurkan untuk selalu mengeringkan kakinya setelah dari kamar mandi
Mengajarkan terapi ROM pada pasien
92
Mengidentifikasi kemampuan kognitif fisik klien yang dapat meningkatkan potensi jatuh dalam lingkungan tertentu
Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh
Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi untuk jatuh
Mendorong pasien untuk menggunakan tongkat atau alat pembantu berjalan
Menyarankan alas kaki yang aman untuk klien
Mendekatkan benda-benda yang dibutuhkan klien degan tempat tidurnya
Ketidakefektifan koping b.d sumber yang tersedia tidak adekuat (00069)
Dicision making
Menginformasikan pasien alternatif atau
-
Mengikut sertakan klien dalam kegiatan kelompok
solusi lain penanganan
93
Memfasilitasi
pasien
untuk
membuat
keputusan
Bantu pasien mengidentifikasi, keuntungan, kerugian dari keadaan
Coping enhancement
Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran yang realistis
Gunakan
pendekatan
tenang
dan
menyakinkan
94
BAB IV PEMBAHASAN
1. Nyeri Hasil pengkajian pada Ny. J didapatkan klien mengeluh nyeri pada kaki kiri. Nyeri ini dirasakan saat klien hendak menggerakkan kaki kirinya. Saat merasa nyeri, klien hanya minum obat dan tiduran. Saat dilakukan Pengkajian nyeri, Ny. S mengatakan, sebagai berikut:
P: Klien mengatakan lutut kiri
Q: Klien mengatakan nyeri seperti di tusuk-tusuk
R: nyeri pada sendi lutut kiri
S: Skala 4 dari 10
T: nyeri hilang timbul, terjadi 30 menit -1 jam
Berdasarkan pengkajian diatas maka masalah keperawatan yang dialami oleh Ny. J adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (proses penyakit asam urat). Adapun intervensi yang diberikan adalah berupa terapi kompres air jahe. Terapi kompres air jahe merupakan terapi yang diberikan dengan cara mencelupkan handuk pada air jahe dan di tempelkan pada permukaan kulit. Terapi kompres hangat ini bermanfaat untuk untuk menghilangkan nyeri, melancarkan peredaran darah, memperbaiki fungsi tubuh, dan menurunkan tekanan darah . Terapi kompres jahe dapat merangsang jaringan otot, menghilangkan toksin, merilekskan persendian, meningkatkan aliran oksigen, menghilangkan ketegangan otot sehingga berdampak terhadap penurunan tingkat nyeri. Pemberian terapi kompres hangat secara teratur dapat mengurangi rasa nyeri dan menurunkan tekanan darah sehingga akan meningkatkan aktivitas klien, rasa lebih rileks dan bugar setelah dilaksanakan terapi kompres air jahe. Menurut Putri (2017) terapi kompres jahe efektif falam mengurangi nyeri yang diderita pada pasien dengan diagnosa
95
osteoarthritis karena didalam jahe terdapat kandungan senyawa gingerol dan shagaol yaitu senyawa pedas dan panas yang berfungsi sebagai anti inflamasi non steroid. Kedua senyawa tersebut memiliki sifat enhancer dimana senyawa tersebut dapat meningkatkan permeabilitas oleoresin dan dapat menembus kulit tanpa menyebabkan kerusakan atau iritasi. Senyawa jahe yang sudah menembus kulit akan menekan sintesin prostaglandin dan siklooksigenasi. Sehingga ketika dikompres jahe akan mengurangi peradanagan, meredakan nyeri,kaku, dan spasme otot.(syapitri, 2018) Pemberian terapi kompres jahe pada Ny. J dapat membantu dalam upaya pengurangan nyeri yang dirasakan. Nyeri berkurang dari skala 4 menjadi skala 2. Berikut gambaran evaluasi nyeri yang dirasakan oleh Ny. J :
4,5 4 3,5 3 2,5
Series 1
2
Series 2
1,5
Series 3
1 0,5 0
Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Grafik 1.1 tersebut menunjukkan perkembangan skala nyeri Ny. J setelah diberikan asuhan keperawatan. Intervensi yang diberikan kepada Ny. J untuk mengatasi nyeri dapat dikatakan efektif hal tersebut dapat dibuktikan dengan penurunan skala nyeri dari skala 4 turun menjadi 2.
96
2. Resiko jatuh Pengkajian resiko jatuh pada lansia Ny. S (dengan morse fall scale) 65/ (≥ 51 resiko tinggi jatuh) dan kekuatan otot ekstremitas bawah 5I5I5I2. Berdasarkan masalah tersebut klien perlu dipantau dan diberikan latihan keseimbangan klien pelatihan ROM guna meningkatkan kekuatan otot klien. Hal tersebut bertujuan untuk meminimalisir terjadinya jatuh Latihan keseimbangan berfungsi untuk memandirikan lansia agar mengoptimalkan
kemampuannya,
sehingga
otak,
otot,
dan
tulang
bekerjasama menjaga keseimbangan tubuh agar tetap seimbang dan mencegah jatuh (Nurkuncoro, 2015). Interveni ini juga pernah dilakukan oleh Choy et al (2015) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh latihan keseimbangan terhadap penurunan risiko jatuh. Selain itu intervensi ini didukung oleh Gusi et al (2012) yang menyatakan bahwa memberikan program latihan keseimbangan mempu untuk mengurangi perasaan takut jatuh dan meningkatkan keseimbangan dinamis dan isometrik pada orang tua dengan rasa takut jatuh. Pemberian
latihan
ROM
aktif
merupakan
latihan
untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan masa otot dan tonus otot. Latihan ini diberikan untuk mengurangi kekakuan pada sendi sehingga dapat mengurangi nyeri pada pasien (Taufandas dkk, 2018). Menurut penelitian Hermina dkk (2016) menyebutkan bahwa latihan ROM memberikan pengaruh positif terhadap perubahan mobilitas fisik lansia yang meliputi peningkatan rentang gerak, kenyamanan dan cara berjalan. Pemberian latihan ROM dalam waktu 15-45 menit selama 14 hari berturutturut efektif menurunkan nyeri sendi (Ayu, 2012). Hal serupa juga dilakukan oleh Hermina dkk (2016) bahwa pemberian latihan ROM sebanyak 6 kali memberikan perubahan mobilitas fisik lansia. Untuk itu lansia diharapkan mampu untuk melakukan ROM secara aktif dan mandiri serta sesuai kemampuan.
97
Penerapan latihan ROM dan keseimbangan pada Ny. J selama 9 hari berturut-turut selama 15-20 menit didapatkan hasil kekuatan otot ekstremitas bawah kiri tetap 4, Ny. J terlihat tidak tremor dan Ny. J kuat saat berdiri , Ny. J dapat mengambil sesuatu di lemari tanpa tremor, Ny.J mampu mengambil barang di lemari bagian bawah, Ny. J dapat berdiri 5 detik tanpa bantuan saat bangun. Dengan peningkatan otot tersebut dapat meminimalisir terjadinya resiko jatuh pada Ny.J. Berikut gambaran perubahan skala resiko jatuh dengan menggunakan morse fall scale dalah bentuk diagram setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 9 hari: 60 50 40 Series 1
30
Column2 20
Column1
10 0 Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Grafik 1.2 menunjukkan perkembangan
morse fall scale Ny. J setelah
diberikan asuhan keperawatan. Intervensi yang diberikan kepada Ny. J untuk mengatasi resiko jatuh dapat dikatakan efektif.
98
Grafik 1.3 Perubahan kekuatan otot sebelum dan sesudah intervensi 4,5 4 3,5 3
2,5
Series 1
2
Series 2
Series 3
1,5 1 0,5 0 Sebelum
Sesudah
3. Ketidakefektifan koping Pada saat pengkajian pada Ny. J didapatkan hasil bahwa Ny. J memiliki memiliki pengalaman kerja dimasa lalu yang dia rindukan dan Ny. J rindu dengan anggota keluarganya. Ny. J terakhir kali bertemu dengan keluarganya ketika dia diantar ke panti Jika hal tersebut dibiarkan maka akan berdampak pada psikis Ny. J Intervensi yang diberikan pada Ny. J untuk membantu Ny.J berinteraksi dengan teman-temannya adalah dengan membantu mobilitas Ny. J. Pada saat pemilihan intervensi ditemukan bahwa intervensi yang cocok untuk Ny. J adalah dengan mengajarkan Ny. J berjalan dengan walker tetapi Ny. J menolak karena jika menggunakan walker bisa sakit dan akhirnya intervensi yang diberikan adalah membantu mobilisasi Ny.J dengan kursi roda karena permintaaan dari Ny. J sendiri. Ketika ada kegiatan dari mahasiswa Ny. J selalu diikut sertakan dengan mengguanakan kursi roda supaya ketika kegiatan Ny.J bisa berinteraksi dengan teman-temannya. Ny. J mengatakan senang dibantu dengan kursi roda dan bisa berinteraksi dengan teman-temannya.
99
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Ny. J berusia 72 tahun yang tinggal di Panti Werda Harapan Ibu. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan masalah keperawatan pada lansia yaitu: 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (00133), menjadi masalah yang pertama. Klien merasakan nyeri di lutut sebelah kiri. Intervensi yang telah dilakukan adalah dengan memberikan terapi kompres jahe dan massage sehingga nyeri dapat teratasi. Respon nyeri pasien menunjukan adanya penurunan nyeri dari skala 4 menjadi 2. Saat ini klien bisa menggerak-gerakkan kaki sebelah kirinya. 2. Masalah yang kedua adalah Resiko Jatuh berhubungan dengan kelemahan otot ekstremitas bagian bawah.
Intervensi yang telah
diberikan untuk mengatasi resiko jatuh adalah dengan latihan keseimbangan dan ROM. Latihan keseimbangan dan ROM yang dilakukan selama 9 hari dapat menurunkan skor morse fall risk dari 65 menjadi 20 tetapi untuk kekuatan otot masih belum maksimal tetapi terjadi peningkatan dari 5I5I5I2 menjadi 5I5I5I4. 3. Masalah yang ketiga adalah Ketidakefektifan koping b.d sumber yang tersedia tidak adekuat. Hasil yang diperoleh setelah intervensi adalah Ny. J mempunyai penerimaan yang baik terhadap keadaan yang sekarang. Ny. J nampak lebih bahagia dan mampu bersosialisasi dengan lansia lain maupun orang baru. Ny. J menjadi lebih menerima dengan keadaan saat ini walaupun terkadang masih merindukan keluarganya yang sampai saat ini belum menjenguknya.
.
100
B. Saran 1. Lansia Lansia diharapkan mampu melaksanakan tindakan yang telah diajarkan secara mandiri atau meminta pertolongan kepada pengasuh panti ketika dirinya mengalami kesulitan. 2. Pengasuh dan Pengurus Panti Pengasuh panti diharapkan berperan sebagai fasilitator lansia dalam melakukan rencana tindak lanjut (RTL) yang telah disepakati oleh lansia supaya tindakan tetap berjalan sampai masalah teratasi. 3. Mahasiswa Keperawatan Mahasiswa keperawatan yang sedang menjalankan praktik klinik stase gerontik selanjutnya diharapkan menerapkan intervensi sesuai dengan kebutuhan klien.
101
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, F & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika. Munawwarah, M dan Nindya, P. (2015). “Pemberian Latihan Pada Lansia Dapat Meningkatkan Keseimbangan dan Mengurangi Resiko Jatuh Lansia”. Jurnal Fisioterapi, 15(1). Setianto. (2004) . Pengaruh Aktifitas Sehari-hari Terhadap Keseimbangan Pada Lansia. Jakarta : Unit Press. Tamher,S.O. (2011).Kesehatan Usia Lanjut dengan pendekatan Asuhan Keperaw atan. Salemba Medika : Jakarta. Kisworo. (2008). Rematik. Fitramaya : Yogyakarta Blazer DG, Hybels CF. Origins of depression in later life. Cambridge University Press. (2005); 35(9):1241-1252. Blazer DG. Depression in Late Life: Review and Commentary. Journal of Gerontology: Medical Sciences. (2003); 58A(3):249–265. Darmojo & Martono, (2004). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. FKUI: Jakarta, 9, 22 Departemen Kesehatan RI. (200)3. Menyongsong Lanjut Usia Tetap Sehat dan Berguna. Diakses di www.depkes.g.id, 4 januari 2017 Dewi, Sofia Rhosma. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish Efendi, Ferry ; Makhfudli.(2009). keperawatan kesehatan komunitas : teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta : salemba medika. Gunawan. (2009). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yoyakarta: Kanisius. Hawari, Dadang. (2008). Manajemen Stress, Cemas dan Depresi, Jakarta : FKUI. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification, 2015–2017. 10nd ed. Oxford: Wiley Blackwell.
102
Ibrahim. (2011). Gangguan Alam Perasaan: Tangerang: Jelajah Nusa. Maryam, Siti. Ekasari, Mia Fatma. Rosidawati,dkk. 2008. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta : Salemba Medika. Nurkuncoro, I. D. (2015). Pengaruh Latihan Keseimbangan Terhadap Risiko Jatuh Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul. Naskah Publikasi. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan‘Aisyiyah National Institute of Mental Health, (2010), Depression and College Students, NIMH, 1-8. Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta. Nugroho, H. Wahjudi. (2009). Komunikasi dalam keperawatan gerontik. Jakarta : buku kedokteran EGC Putri, dkk.(2017). Pengaruh Pemberian Kompres Jahe Terhadap Intensitas Nyeri Gout Arthritis Pada Lansia Di PSTW Kalimantan Selatan. Dunia Keperawatan. Vol 5(2) Syapitri H. (2018)). Kompres Jahe Berkhasiat Dalam Menurunkan Intensitas Nyeri Pada Penderita Rheumatic Arthritis. Jurnal Mutiara Ners. Vol 1(1) Ayu. (2012). Pemberian Intervensi Senam Lansia Pada Lansia dengan Nyeri Lutut.Jurnal Nursing Student . Volume. I.. Taufandas, dkk. (2018). Pengaruh Range Of Motion Untuk Menurunkan Nyeri Sendi Pada Lansia Dengan Osteoarthritis di Wilayan Puskesmas Godean I Sleman Yogyakarta. Jurnal Care. 6(1): 36-45. Hermina, D.U., dkk. (2016). Latihan Range of Motion Berpengaruh terhadap Mobilitas Fisik pada Lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso Yogyakarta. Journal Ners And Midwifery Indonesia. 4(3): 169-177
103
104
105
106
107