KONSEP DASAR A. Pengertian Gonore adalahinfeksi akut, hampir selalu akibat kontak seksual, disebabkan olehNeisseria gonore. (Lindon Saputra, 2009 : 499).Gonore adalah infeksi menular seksual pada permukaan selaput lendir disebabkan oleh mikroorganisme Neisseria gonore. (Arif Muttaqin, 2012 : 178). B. Epidemiologi Angka gonore di Amerika Serikat lebih tinggi daripada di Negara-negara industry lainnya, dengan perkiraan 50 kali lebih banyak daripada Swedia dan 80 kali daripada Kanada (CDC,2002). Setelah infeksi oleh neisseria gonorrhoeae tidak timbul imunitas alami, sehingga infeksi dapat terjangkit lebih dari 1 kali. Angka gonorea di Amerika Serikat terus memperlihatkan penurunan sejak pertengahan tahun 1970-an,sampai 1997 dan 1999. Angka infeksi paling tinggi pada kaum muda, dengan yang tertinggi pada perempuan berusia 15-19 tahun dan lakilaki berusia 20-24 tahun, dan pada laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama jenis. C. Etiologi a. Organisme gonokokus (gonococcus, GC) adalah bakteri diplokokus berbentuk kacang merah, yang bersifat pathogen pada epitel. b. infeksi sebelumnya memberikan antibody, namun bukan imunitas. Baik virulensi bakteri maupun daya tahan tubuh individu bervariasi. D. Patofisiologi Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus, konjungtiva danfarings. Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate, vas deferens, vesikula seminalis,epididimis dan testis pada pria dan kelenjar Skene, Bartholini, endometrium, tuba fallopi danovarium pada wanita.Tanda-tanda penyakitnya adalah nyeri, merah dan bernanah.Gejala pada laki-laki adalahrasa sakit pada saat kencing, keluarnya nanah kental kuning kehijauan, ujung penis tampak merah dan agak bengkak. Pada perempuan, 60% kasus tidak menunjukkan gejala.Namun ada juga rasa sakit pada saat kencing dan terdapat keputihan kental berwarna kekuningan.Akibat penyakit GO, pada laki-laki dan perempuan seringkali berupa kemandulan pada perempuan. E. Komplikasi Pada laki-laki: a) Tysonitis Biasanya terjadi pada pasien dengan preputium yang sangat panjang dan kebersihan yang
kurang
baik.Diagnosis
dibuat
berdasarkan
ditemukan
butir
pus
atau
pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan menjadi abses dan merupakan sumber infeksi laten. b) Parauretritis Sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipospadia.Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra. c) Radang kelenjar littre (littritis) Tidak mempunyai gejala khusus.Pada urin ditemukan benang-benang atau butirbutir.Bila salah satu saluran tersumbat dapat terjadi abses folikular.Diagnosis komplikasi ini ditegakkan denganuretroskopi. d) Infeksi pada kelenjar cowper (cowperitis) Dapat menyebabkan abses.Keluhan beruypa nyeri dan adanya benjolan didaerah perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan disuria. Jika tidak diobati, abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra atau rectum dan mengakibatkanproktitis. e) Prostatitis akut, ditandai dengan perasaan tidak enak didaerah perineum dan suprapubis, malaise, demam, nyeri kencing sampai hematuria, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi urin,tenesmus ani, sulit BAB, dan obstipasi. Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konstitensi kenyal, nyeri tekan dan adanya fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika tidak diobati abses akan pecah, masuk ke uretra posterior atau kearah rektum mengakibatkan proktitis. f)
Infeksi asendes dari uretra posterior dapat mengenai trigonumvesika urinaria. Gejalanya berupa poliuria, disuria terminal dan hematuria
Pada wanita: a) Parauretritis. Kelenjar parauretra dapat terkena tetapi abses jarang terjadi. b) Kelenjar bartholin dn labium mayor pada sisi yang terkana membengkak, merah dan nyeri sekali bila pasien berjalan dan pasien sukar duduk. Abses dapat timbul dan pecah melalui mukosa atau kulit. Bila tidak diobati dapat rekurens atau menjadi kista. c) Salpingitis, dapat bersifat akut, subakut dan kronis. Ada beberapa factor predisposisi yaitu masa puerpurium, setelah tindakan dilatasi dan kuretase, dan pemakaian IUD. Infeksi langsung terjadi pada serviks melalui tuba falopii ke daerah salping atau ovum sehingga dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PRP).Gejalanya terasa nyeri di daerah abdomen bawah dan menstruasi tidak teratur ayau abnormal.PRP yang simtomatik atau asimtomatik dapat menyebabkan jaringan parut pada tuba sehingga dapat mengakibatkan intertilitas atau kehamilan diluar kandungan.
F. Gejalah Klinik
a) Pada laki-laki: -
Muncul rasa sakit dan atau panas pada saat kencing
-
Keluar cairan seperti nanah dari penis
-
Kelenjar parauretral (skene): pus dapat terlihat pada meatus uretra
-
Kelenjar bartholin: gonore dapat menyebabkan abses (kemerahan, edema, nyeri) yang mungkin memerlukan insisi dan drainase atau sembuh, namun mengakibatkan kista
-
Buah pelir bisa menjadi bengkak, panas, merah dan terasa sakit
-
Disuria yang timbul mendadak,rasa ingin buang air kecil yang tak tertahan, sering buang air kecil disertai dengan keluarnya lender mukoid dari uretra.
-
Retensi urin akut mungkin akibat inflamasi prostat
b) Pada wanita: -
Sering tanpa gejala atau gejala sulit dilihat
-
Serviks: leukorea berwarna hijau atau kuning kehijauan yang dikeluarkan dan mengiritasi jaringan vulva
-
Keluar berwarna kekuning-kuningan dan berbau (seperti nanah) dari vagina
-
Alat kelamin terasa sakit dan atau gatal
-
Sakit bila melakukan hubungan seksual
-
Muncul rasa sakit pada saat kencing
-
Penyakit mungkin mulai dengan disuria, rasa ingin dan sering buang airkecil setelah masa inkubasi 2-8 hari tetapi uretritis sering kali ringan atau tanpa gejala
-
Manifestasi salpingitis berupa demamtimbul mendadak dan nyeri abdomen bagian bawah.
G. Pemeriksaan Diagnostik 1. Sediaan langsung Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negative, intraselular dan ekstra selular, leukosit PMN. Bahan duh tubuh pada pria diambil
dari daerah setelah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari serviks, uretra, muara kelenjar bartholin dan rectum. 2. Kultur Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang dapat digunakan:
media transport, misalnya media stuart dan media transgrow (merupakan gabungan media transport dan pertumbuhan yang selektif dan nutritive untuk neisseria gonorrhe dan neisseria meningitidis)
media pertumbuhan misalnya media Thayer martin (selektif untuk mengisolasi gonokok)
3. Tes definitive : tes oksidasi, semua neisseria memberi reaksi positif dan tes fermentasi, kuman gonokok hanya meragikan glukosa. 4. Tes Thomson: dengan menampung urin pagi dalam 2 gelas, tes ini digunakan untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung. H. Penatalaksanaan 1. Medikamentosa a) Pilihan utama dan kedua adalah siprofloksasin 500mg dan oflaksasin 400mg. berbagai rejimen yang dapat di berikan adalah -
Siprofloksasin 500mg per oral
-
Oflaksasin 400mg per oral
-
Seftriakson 250mg injeksi intarmuskuler
-
Spektinomisin 2g injeksi intramuscular
-
Dikombinasikan dengan
-
Doksisiklin 2x100mg, selama 7 hari
-
Tetrasiklin 4x500mg, selama 7 hari
-
Eritromisin 4x500mg, selama 7 hari
b) Pada kasus gonore dengan komplikasi dapat diberikan salah astu obat dibawah ini: -
Siprofloksasin 500mg/hari per oral, selama 5 hari
-
Oflaksasin 400mg/hari per oral, selama 5 hari
-
Seftriakson 250mg/ hari injeksi intramuscular, selama 3 hari
-
Spektinomisin 2g/ hari injeksi intramuscular, selama 3 hari
-
Dikontraindikasikan untuk wanita hamil, menyusui, dan anak-anak berusia kurang dari 12 tahun
2. Nonmedikamentosa Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dengan menjelaskan tentang:
-
Bahaya penyakit menular seksual (PMS) dan komplikasinya
-
Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
-
Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
-
Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tak dapat dihindarkan
-
Cara-cara menghindari infeksi PMS dimasa datang
ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian a. Anamnesa -
Identitas pasien Gonerea lebih sering terjadi pada wanita berumur 15-19 tahun,sedangkan laki-laki 20-24 tahun
-
Keluhan utama: rasa sakit atau panas saat kencing
-
Riwayat kesehatan dahulu: Organisme gonokokus (gonococcus, GC) ,infeksi sebelumnya memberikan antibody, namun bukan imunitas. Baik virulensi bakteri maupun daya tahan tubuh individu bervariasi.
-
Riwayat kesehatan sekarang:
Pada laki-laki: -
Muncul rasa sakit dan atau panas pada saat kencing
-
Keluar cairan seperti nanah dari penis
-
Kelenjar parauretral (skene): pus dapat terlihat pada meatus uretra
-
Kelenjar bartholin: gonore dapat menyebabkan abses (kemerahan, edema, nyeri) yang
mungkin
memerlukan
insisi
dan
drainase
atau
sembuh,
namun
mengakibatkan kista -
Buah pelir bisa menjadi bengkak, panas, merah dan terasa sakit
-
Disuria yang timbul mendadak,rasa ingin buang air kecil yang tak tertahan, sering buang air kecil disertai dengan keluarnya lender mukoid dari uretra.
-
Retensi urin akut mungkin akibat inflamasi prostat
Pada wanita: -
Sering tanpa gejala atau gejala sulit dilihat
-
Serviks: leukorea berwarna hijau atau kuning kehijauan yang dikeluarkan dan mengiritasi jaringan vulva
-
Keluar berwarna kekuning-kuningan dan berbau (seperti nanah) dari vagina
-
Alat kelamin terasa sakit dan atau gatal
-
Sakit bila melakukan hubungan seksual
-
Muncul rasa sakit pada saat kencing
-
Penyakit mungkin mulai dengan disuria, rasa ingin dan sering buang air kecil setelah masa inkubasi 2-8 hari tetapi uretritis sering kali ringan atau tanpa gejala
-
Manifestasi salpingitis berupa demam timbul mendadak dan nyeri abdomen bagian bawah
ADL (Activity daily living) -
Nutrisi:-
-
Eliminasi: muncul rasa sakit dan atau panas pada saat kencing, disuria yang timbul mendadak, rasa ingin buang air kecil yang tak tertahan, sering buang air kecil disertai dengan keluarnya lender mukoid dari uretra, retensi urin akut mungkin akibat inflamasi prostat.
-
Pola aktivitas/istrahat:-
-
Personal hiegine:bau busuk pada daerah genetalia
b. Pemeriksaan fisik -
System persarafan: nyeri abdomen bagian bawah.
-
System perkemihan : Muncul rasa sakit dan atau panas pada saat kencing, disuria yang timbul mendadak,rasa ingin buang air kecil yang tak tertahan, sering buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra,retensi urin akut mungkin akibat inflamasi prostat
-
System reproduksi : Sakit bila melakukan hubungan seksual, Keluar cairan seperti nanah dari penis, buah pelir bisa menjadi bengkak, panas, merah dan terasa sakit, serviks: leukorea berwarna hijau atau kuning kehijauan yang dikeluarkan dan mengiritasi jaringan vulva,keluar berwarna kekuning-kuningan dan berbau (seperti nanah) dari vagina,alat kelamin terasa sakit dan atau gatal
-
System integumen: Buah pelir bisa menjadi bengkak, panas, merah dan terasa sakit, Alat kelamin terasa sakit dan atau gatal
B. Diagnosa keperawatan 1) Gangguan rasa nyamannyeri berhubungan dengan peradangan pada uretra DS: Kilen mengeluh nyeri saat berkemih, mengeluh nyeri abdomen bagian bawah DO: TTV meningkat,wajah klien meringis, klien menunjukan wajah meringis (nyeri) saat berkemih 2) Hipertermia berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh vaskuler DS: klien mengeluh suhu tubuh meningkat DO: peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal 3) Retensi urin berhubungan dengan inflamasi prostat DS: Klien mengeluh sedikit berkemih DO: Haluaran urin sedikit, distensi kandung kemih
4) Disfungsi seksual berhubungan dengan peradangan organ reproduksi (uterus pada wanita) DS: Klien mengeluh sakit bila melakukan hubungan seksual, DO: Peradangan pada uterus, 5) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan peradangan pada system reproduksi DS:klien mengeluh keluarnya nanah pada organ reproduksi (penis/vagina) DO:tampak adanya nanah yang keluar dari organ reproduksi C. Perencanaan keperawatan 1) Gangguan rasa nyaman:nyeri berhubungan dengan peradangan pada uretra Goal: Nyeri klien hilang atau terkontrol Objektif: klien tidak akan mengalami peradangan uretra saat dalam perawatan Outcomes: dalam waktu 2x24 jam perawatan: Nyeri klien terkontrol atau hilang, ekspresi
wajah
tidak
meringis,
TTV
normal(tekanan
darah
120/80mmHg, nadi untuk orang dewasa 60-100x/mnt, RR 1220x/mnt,suhu 36,5-37,50c) Intervensi :
Jelaskan pada klien tentang kondisi penyakitnya R/ untuk menambah pengetahuan klien
Ajarkan klien dan keluarga tentangteknik-teknik pengendalian nyeri R/untuk mengurangi nyeri dan menimbulkan kemandirian
Kaji jenis dan tingkat nyeri klien R/ pengkajian berkelanjutan membantu menyakinkan bahwa penanganan dapat memenuhi kebutuhan pasien dalam mengurangi nyeri
Minta pasien untuk menggunakan skala 1 – 10 untuk menjelaskan tingkat
nyeri R/ untuk memfasilitasi pengkajian yang akurat tentang tingkat nyeri psien
Bantu pasien untuk mendapat posisi yang nyaman, menyokong daerah yang sakit bila diperlukan R/
untuk
menurunkan
ketegangan
atau
spasme
otot
dan
untuk
mendistribusikan kembalitekanan pada bagian tubuh
Kolaborasi pemberian obatAnalgesik R/ Menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain. Analgesic bekerja dengan memblok pelepasan prostaglandin sebagai mediator nyeri.
Observasi keefektifan pengobatan setelah 30 menit R/ untuk memantau pengurangan nyeri dan membina tingkat kepercayaan yang diperlukan untuk membina hubungan terapiotik
2) Hipertermia berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh vaskuler Goal : Suhu tubuh klien normal Objektif: klien tidak akan mengalami vasodilatasi pembuluh vaskuler selama dalam perawatan Outcomes: Dalam waktu 1x24 jam perawatan: TTV normal, (tekanan darah 120/80mmHg,
nadi
untuk
orang
dewasa
60-100x/mnt,
RR
12-
20x/mnt,suhu 36,5-37,50c)
Intervensi:
Ukur suhu tubuh klien setiap 4 jamatau lebih sering bila diindikasikan R/ untuk meyakinkan perbandingan data yang akurat
Pantau dan cacatdenyut dan irama nadi, tekananvena sentral, TD,
frekuensi napas, tingkat responsifitas dan suhu kulit minimal setiap 4 jam R/ peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan vena sentral dan penurunan tekanan darah dapat mengindikasikan hipovolemia yang mengarah pada penurunan perfusi jaringan.Kulit yang dingin dapat juga mengindikasikan penurunan
perfusi
jaringan.Peningkatan frekuensi
pernapasan berkompensasi pada hipoksia jaringan.
Berikan antipiretik sesuai indikasi, cata keefektifannya R/
mengurangi
demam
dengan
aksi
sentral
pada
hipotalamus,
mengakibatkan vasodilatasi perifer dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai keluarnya banyak keringat. 3) Retensi urin berhubungan dengan inflamasi prostat Goal: klien bebas dari retensi urin Objektif: klien tidak akan mengalami inflamasi prostat selama dalam perawatan Outcomes: dalam waktu 2x24 jam perawatan: berkemih dengan jumlah yang cukup, tidak teraba distensi kandung kemih Intervensi:
Ajarkan klien dan anggota keluarga atau pasangan tentang teknik berkemih yang akan digunakan di rumah R/ pemahaman tentang prosedur dan rasionalnya akan mengurangi ansietas dan meningkatkan kenyamanan
Bantu pasien dalam melakukan prosedur eliminasi kandung kemih yang diprogramkan seperti manuver crede atau valsava setiap 2 jam atau 3 jam R/Untuk mengeluarkan urin
Pantau pola berkemih pasien R/catat waktu,tempat, jumlah,dan kesadaran berkemih pasien diperlukan untuk menetapkan pola kontinensia
4) Disfungsi seksual berhubungan dengan peradangan organ reproduksi (uterus pada wanita) Goal : klien bebas dari disfungsi seksual Objektif: klien tidak akan mengalami peradangan organ reproduksi selama dalam perawatan Outcomes: dalan waktu 3x 24 jam perawatan: klien bebas dari rasa sakit saat bersenggama, peradangan pada uterus hilang/terkontrol Intervensi:
Anjurkan pasien untuk mendiskusikan keluhannya dengan suami atau istri atau pasangan. Sediakan waktu dan lingkungan yang kondusif untuk komunikasi antara pasien dan suami/istri atau pasangan R/ untuk berbagi keluhan dan memperkuat hubungan
Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan secara terbuka dalam lingkungan yang tidak mengancam R/ tindkan ini meningkatkan komunikasi dan pemahaman diantara pasien dan pemberi asuhan.
Berikan dukungan untuk suami istri atau pasangan R/intervensi
yang
mendukung
seperti
mendengar
aktif,
mengkomunikasikan keluhan, perhatian dan penerimaan
Berikan edukasi kepada pasien dan suami/istri atau pasangan tentang keterbatasan akibat kontak fisik pasien saat ini R/ edukasi mengenai keterbatasan akibat penyakit yang berdampak pada
aktivitas
seksual
komplikasi atau cedera
dapat
membantu
pasien
menghindari
5) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan peradangan pada system reproduksi Goal:klien bebas dari gangguan citra tubuh Objektif:klien tidak akan mengalami peradangan pada system reproduksi selama dalam perawatan Outcomes:dalam waktu 2x24 jam perawatan klien: nanah yang keluar dari vagina atau penis berkurang atau tidak ada. Intervensi:
Ajarkan dan dorong strategi koping yang sehat R/untuk membantu pasien mengatasi perilaku yang tidak produktif
Bombing dan kuatkan focus pasien pada aspek-aspek positif dari penampilannya dan upayanya dalam menyesuaikan diri dengan perubahan cutra tubuhnya R/ untuk mendukung adaptasi dan kemajuan yang berkelanjutaan
Diskusikan kemajuan pasien dan tunjukan bagaimana kondisinya telah meningkat atau stabil R/untuk meningkatkan sikap positif
6) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pluritus Goal : klien tidak menunjukan tanda-tanda kerusakan kulit Objektif: klien tidak akan mengalami pluritus selama dalam perawatan Outcomes:Intervensi:
Jelaskan kepada pasien dan keluarga atau pasangan tentang perlunya tindakan perawatan kulit preventif R/ untuk mendorong kepatuhan terhadap program perawatan kulit
Inspeksi kulit pasien setiap pergantian tugas jaga, dokumentasikan kondisi kulit dan laporkan setiap perubahan keadaan R/ deteksi dini terhadap perubahan kulit dapat mencegah atau meminimalkan kerusakan kulit
Bantu pasien dalam melakukan tindakan hygiene dan kenyamanan R/ untuk meningkatkan kenyamanan dan kondisi kesehatan
kolaborasi pemberian antihistamin R/ Untuk mengatasi rasa gatal
D. Implementasi keperawatan Implementasi/
tindakan
keperawatan
dilakukan
sesuai
dengan
rencana
intervensi yang telah ditetapkan E. Evaluasi keperawatan Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan tersebut tidak teratasi,teratasi sebagian atau teratasi sepenuhnya. Untuk tujuan itu evaluasi dapat dilakukan dengan metode SOAPIE