A. GLAUKOMA Glaukoma adalah suatu penyakit yang di tandai dengan adanya peningkatan tekanan intraocular,pengangguran dan degenerasi saraf optic serta defek lapang pandang yang khas.Istilah glaukomadi berikan untuk setiap kondisi gangguan kompleks yang meliba tkan banyak perubahan gejala dan tanda patologik,namun memiliki satu karakteristik yang cukup jelas yaitu adanya peningkatan tekanan intaokoli,yang menyebabkan kerusakan diskus optic (optic disc),menyebabkan atrofi,dan kehilangan pandangan perifer.Glaukoma umumnya terjadi pada orng kulit hitam di bandingkan pada orang kulit putih. B. ETIOLOGI Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan anatomi sebagai bentuk gangguan mata atau sistemik lainya,trauma mata dan predisposisi factor genetic.Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses patologik dan system tubuh lainya.Adapun factor resiko timbulya glukoma antara lain riyawat glaucoma pada keluarga,diabetes mellitus dan pada orang kulit hitam. C. Patopisiologi Tingginya tekanan intrukular bergantung pada besarya produksi humor aques oleh badan siliari dan mengalikarkanya keluar.Besarnya aliran keluar humor aques melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada kedaan keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan episklera.Apabila terjadi peningkatan tekanan intraocular,akan timbul penanggunan dan degenerasi saraf optikus yang dapat di sebabkan oleh beberapa factor. 1. Gangguan pendarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi berkas serabut saraf pada papil saraf oftik . 2. Tekanan intarukular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optic yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. 3. Sampai saat ini,patopisiologi sesunggunya dari kelainan ini masih belum jelas. 4. Kelainan lapang pandang pada glaucoma di sebabkan oleh kerusakan serabut saraf optic. D. Klasifikasi Berdasarkan penyebabnya,glaucoma di bedakan dalam:
1. Glaukoma primer,yaitu glaucoma yang tidak di ketahui penyebabnya. 2. Glaukoma sekunder,adalah glaucoma yang di sebabkan oleh trauma,inflamasi dan kelainan vaskuler. 3. Glaukoma kongenital Berdasarkan pada kondisi klinis glukoma di bedakan dalam glaucoma sudut terbuka dan glukoma sudut tertutup dan berdasarkan pada awitan penyakit,di bedakan dalam glaucoma akut dan glaucoma kronis. Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaucoma 9% yang terjadi di kedua mata .Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat.Di sebut sudat terbuka karena humor aqueus mempunyai pintu terbuka kejaringan trabecular. Glaukoma sudut tertutup biasanya terjadi sebagai suatu episode akut,meskipun dapat juga subakut atau kronik.Disebut sudut terbuka karena ruang anterior (bilik mata depan) secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong kedepan,menempel jaringan trabikular dan menghambat aliran humor aques kesaluran Schelman.Pergerakan iris kedepan dapat meningkatkan tekanan viterus.Gejalanya dapat nyeri mata berat,penglihatan kabur,dan terlihat halo.Bila tidak segera ditangani,dapat terjadi kebutaan (total atau persial). E. Manifestasi Klinis 1. Nyeri pada mata dan sekitarnaya (orbita,kepala,gigi,telinga) 2. Pandangan kabut,melihat halo sekitar lampu 3. Mual,muntah,berkeringat 4. Mata merah hipermia konjugtiva,dan siliar 5. Visus menurun 6. Edema kornea 7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak di temui pada glaucoma sudut terbuka) 8. Pupil lebar lonjong,tidak ada reflex terhadap cahaya 9. TIO meningkat
F. Penatalaksanaan Pengobatan di lakuakan dengan prinsif untuk menurunkan TIO,membuka sudut yang tertutup (pada glaucoma sudut tertutup),melakukan tindakan suportif (mengurangi nyeri,mual,muntah serta mengurangi radang),mengcegah adanya sudut tertutup ulang serta mengcegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya). Upaya menurunkan TIO di lakukan dengan memberikan cairan hiperosmotif seperti gliserin peroral atau dengan menggunakan manitol 20% intravena. Untuk melancarkan aliran humor aquades,di lakukan konstriksi pupil dengan miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% sitiap 3-6 jam. Penangan nyeri,mual,muntah,dan peradangan di lakukan dengan memberikan analgesic seperti pethidine (Demoral),anti muntah atau kortikosteroid untuk reaksi radang.
ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian a.
Riwayat ocular: -Tanda peningkatan TIO:nyeri tumpul,mual,muntah,pandangan kabur -Pernah mengalami infeksi: uveitis, trauma,pembedahan.
b.
Riwayat kesehatan: -Menderita diabetses mellitus,hipertensi,penyakkardiovaskuler,serebrovaskuler
gangguan
tiroid. -Keluarga menderita glaukoama -Penggunaan kortikosteroid jangka lama:topical/ ssistemik -Penggunan anti depresan trisiklik antihistamin,fenotiazine. c.
Psikososial: Kemanpuan aktivitas,gangguan membaca,resiko jatuh,berkendaraan.
d.
Pengkajian umum: -Usia -Gejala
penyakit
sistemik:diabetet
kardiovaskular,hiperteroid. -Gejala gastrointestinal:mual,muntah. e. Pengkajian khusus Mata -Pengukuran TIO dengan tenometer (TIO>23 mm Hg) -Nyeri tumpul orbita -Premetri:menunjudkan penurunan luas lapang pandang. -Kemerahan (hyperemia mata) -Goniskopi menunjudkan sudut mata tertutup atau terbuak.
mellitus,hipertensi,gangguan
B. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan 1. Penurunan tajam penglihatanyang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan. Subjektif: Menyatakan penglihatan kabur, tidak jelas penurunan area penglihatan. Objetif: a. Pemeriksaan lapang pandang menurun b. Penurunan kemanpuan identifikasi lingkungan ( benda orang,tempat) Tujuan: Klien melaporkan kemanpuan yang lebih baik untuk proses rangsang penglihatan
dan mengemunikasiakan perubahan visual.
Kriteria hasil: a. Klien mengidentifikasi factor-faktor yang memengaruhi fungsi penglihatan. b. Klien mengidentifikasi dan menunjudkan pola-pola alternative untuk meningkatkan penerimaan rangsangan penglihatan.
Intervensi
Rasional
1. Kaji ketajaman penglihatan klien
sehat.
2. Memberikan sensori,mengurangi
3. Identifikasi alternative untuk sumber
rangsangan.
rangsangan rasa
isolasi/terasing. 3. Memberikan
keakuratan
penglihatan dan perawatannya.
4. Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan: Orientasiakan
kemanpuan
visual klie
2. Dekati klie dari sisi yang
optimalisasi
1. Mengidentifikasi
klien
terhadap ruang rawat.
4. Meningkatkan presepsi sensori.
kemanpun
Letakkan alat yang sering di gunakan di dekat klien atau pada sisi mata yang lebih sehat. Berikan
pencahayaan
cukup. Letakkan alat di tempat yang tetap. Hindari
cahaya
menyilaukan.
Intervensi Keperawatan untuk diagnosis penurunan presepsi sensorik penglihatan: penglihatan. Intervensi
Rasional
Anjurkan penggunaan alternative
Meningkatkan
kemanpuan
rangsang lingkungan yang dapat di
terhadapat stimulus
respons
terim:auditorik,taktil.
2. Ansites yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan prognosis. Subjetif: Klien mengatakan takut tidak akan dapat melihat lagi setelah di lakukan tindakan operasi. Objektif:
a. Klien terlihat kebingungan dan selalu bertanya perihal tindakan operasi b. Tingkat konsentari klien berkurang. c. Terdapat perubahan pada tanda vital,tekanan darah meningkat.
Tujuan: Tidak terjadi kecemasan. Kriteria hasil: a. Klien mengungkapkan kecemasan berkurang atau hilang b. Klien berpartisipasi dalam kegiatan pengobatan Intervensi Keperawatan untuk diagnose ansietas. Intervensi 1. Kajiderajat
Rasional
kecemasan,factor
yang
mengyebabkan
kecemasan,tingkat pengetahuan
dan
ketakutan
tentang
yang
dialami
dan
tahapan
perawatan yang akan di jalani klien. 3. Berikan
yang
menyebabkan kecemasan adalah pengetahuan
dan
ancaman actual terhadap diri. 2. Meningkatkan pemahaman klien
2. Orientasiakan
klien,pronesis
factor
kurangnya
klien akan penyakit.
penyakit
1. Umunya
akan penyakit, 3. Menimbulkan rasa aman dan perhatian bagi klien. 4. Dukungan berupa
kesempatan
psikologis penguatan
dapat tentang
pada
kondisi klien peran serta aktif
klien untuk bertanya tentang
klien dalam perawatan maupun
penyakitnya.
mengorientasikan
4. Beri dukungan psikologis.
kondisi
5. Terangkan
menimpa klie yang lain.
setiap
prosedur
yang dilakuakan dan jelaskan
penyakit
bagaiman yang sama
5. Mengurangi rasa ketidaktahuan
tahap perawatan yang akan di
dan kecemasan yang terjadi
jalani seperti riwayat kesehatn
6. Memberikan kesempatan klien
,pemeriksaan fisik foto thoraks
untuk berbagai perasaan dan
,EKG;diet;sedasi opesai dll.
pendapat
6. Bantu klien mengepresikan kecemasan
dari
ketakuatn
dan
menurunkan
ketegangan pikiran 7. Agar klien bias mengetahui
dengan mendengar aktif. 7. Beri
inpormasi
tentang
penyakit yang dialami oleh klien
yang
berhubungan
dengan kebutaan
3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra ocular. Subjekti: -Klien mengatakan mata tegang ,nyeri hebat,lebih sakit untuk melihat. Objektif: -Meringis,menagis menahan nyeri. -Sering memegangi mata Tujuan: Nyeri berkurang ,hilang atau terkontrol. Kriteria Hasil: a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri b. Klien menyebutkan factor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri. c. Klien mampu melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
Intervensi Keperawtatan untuk diagnosis nyeri. 1. Kaji derajat nyeri setiap hari atau
sesering
mungkin,jika
diperlukan. 2. Terangkan penyebab nyeri
1. Nyeri glaucoma umumnya sangat parah
terutama
pada
glaucoma
sudut tertutup. 2. Penyebab munculnya nyeri adalah
Dan factor tindakan yang dapat
peningkatan
memicu nyeri.
introkular,yang
3. Anjurkan menghindari
klien perilaku
untuk yang
dapat menprovokasi nyeri. 4. Secara kolaboratif,berikan obat analgetik. 5. Ajarkan tindakan distraksi dan relaksasi pada klien.
tekanan dapat
meningkat
akibat di picu oleh: -Mengejan (Valsalva maneuver), -Batuk -Mengangkat benda berat Penggunaankapein,(rokok,kopi,the). -Gerakan kepala tiba-tiba -Menunduk /kepala lebih rendah dari pinggang -Tidur pada sisi yang sakit -Hubungan seks -Penggunaan obat kortikosteroid 3. Untuk mengcegah peningkatan TIO lebih lanju 4. Analgetik
berfungsi
untuk
meningkatkan ambang nyeri. 5. Untuk menurunkan sensasi nyeri dan memblokir sensasi nyeri 6. menuju otak.
4. Ansietas yang berhungan dengan kurang pengetahuan tentang operasi. Subjetif: a. Mengatakan takut di opersai. b. Sering menanyakan tentang operasi. Objekti: a. Perubahan tanda vital :peningkatan nadi,tekanan darah ,frekuensi pernapasan. b. Tampak gelisah,wajah murung,sering melamun.
Tujuan: Tidak terjadi kecemasan . Kriteria Hasil: a. Klien mengungkapkan kecemasan minimal atau hilang. b. Klien Berpartisipasi dalam kegiatan persiapan operasi
Intervensi keperwatan untuk diagnosis ansietas Intervensi
Rasional
1. Jelaskan gambaran kejadian
1. Meningatkatkan
pemahaman
pre dan pascaoperasi ,dan
tentang gambaran opersi untuk
sikap yang harus di lakuakan
menurunkan ansietas.
klien selama masa operasi. 2. Jawab
pertanyaan
khusus
2. Meningkatkan dan
kerja
kepercayaan sama.Berbagai
tentang pembedahan.Berikn
perasaan
waktu untuk mengepresikan
menurunkan
perasaan.
ketengan.informasi
Informasiakan
bahwa
perbaikan
penglihatan
tidak
secara
langsung,tetapi
bertahap bengkak
sesuai pada
terjadi
penuran mata
dan
perbaiakan kornea.Perbaikan penglihatan
memerlukan
waktu enam bulan atau lebih.
perbaikan
membantu
tentang penglihatan
terhadap di perlukan untuk antisipasi kekecewaan
depresi setelah
atau fase
opersi dan memberikan akan hasil operasi.
Diagnosis Keperawatn Pascaoprasi 5. Resiko Cedera yang berhubungan dengan peningkatan TIO,perdarahan ,kehilngan viterus. Subjektif: a. Keinginan untuk memegang mata b. Menanyakan nyeri sangat. Objektif: a. Perilakuh tidak terkontrol b. Kecenderungan memegang daerah operasi Tujuan: -Tidak terjadi cedera mata pascaopersai Kriteria Hasil: a. Klien menyebutkan factor yang menyebabkan cedera. b. Klien tidak melakukan aktivitas yng meningkatkan resiko cedeara.
Intervensi Keperawatan untuk diagnosis resiko cedera. Intervensi 1. Diskusikan tentang rasa sakit,pembatasan aktivitas dan pembalutan mata. 2. Tempatkan klien pada tempat tidur yang lebih rendah dan anjurkan untuk membatasi pergerakan mendadak/tiba-tiba serta menggerakkan kepala berlebihan. 3. Bantu aktivitas selama fase istirahat .Ambulasi di lakuakan dengan hatihati 4. Ajarkan klien untuk menghindari tindakan yang dapat menyebabkan cedeara 5. Amati kondisi mata;luka menonjol ,nyeri mendadak,nyeri yang tidak berkurang dengan pengobatan,mual dan muntah.Dilakuakn setiap 6 jam pascaoperasi atau seperlunya.
Rasional 1. Meningkatakan kerja sama dan pembatasan yang di perlukan 2. Istirahat mutlat di berikan 12-24 jam pascaoperasi . 3. Mencega/menurunkan resiko komplikasi cedera 4. Tindakan yang dapant menyebatkan TIO dan menimbulkan karusakan struktur mata pascaopersi antara lain: -Mengcegah (valsavamaneuver). -Menggerakkan kepala mendadak -Membungkuk terlalu lama -Batuk 5. Berbagai kondisi seperti luka menonjol ,bilik mata depan menonjol,nyeri mendadak ,hipermia,serta hipopoin mungkin menujudkan cederaa mata pascaoperasi.
5. Nyeri yang berhubungan dengan luka pascaoperasi Subjetif: -Menyatakan nyeri tegang. Objetif: -Gelisah Kecenderungan memegang daerah mata. Tujuan: -Nyeri berkurang,hilang dan terkontrol . Kriteria Hasil: a. Klien mendemostrasikan teknik penurunan nyeri b. Klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang. Intervensi Keperawatan untuk didiagnosis nyeri. 1. 2.
3.
4. 5.
Intervensi Kaji derajat nyeri setaiap hari Anjurakan untuk melaporkan perkembangan nyeri setiap hari atau segera saat terjadi peningkatan nyeri mendadak. Anjurkan pada klien untuk tidak melakuakan gerakan tiba-tiba yang dapat memicu nyeri. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi. Lakukan tindakan kolaboratif dalam pemberian analgesic topical/sistemik.
Rasional 1. Normalny,nyeri terjadi dalam waktu kurang dari lima setala operasi dan berangsur menghilang.Nyeri mendadak menunjudkan peningkatan TIO massif. 2. Meninkatkan kolaborasi;memberikan rasa aman untuk peningkatan dukungan psikilogis. 3. Beberapa kegiatan klien dapat meningakatkan nyeri seperti gerakan tiba-tiba,membungkuk,mengucek mata,batuk,dan mengejan. 4. Mengurangi ketegangan,mengurangi nyeri 5. Mengurangi nyeri dalam peningkatan
6. Gangguan perwatan diri yang berhubungan dengan penurunan,penglihatan,pembatasan aktivitas pascaoperasi. Subjektif: Mengatakan takut melakukan aktivitas tertentu. Objektif: a. Tubuh tidak terawat,kotor. b. Pergerakan terbatas,hanya ditempat. Tujuan: Kebutahan perawatan diri klien terpenuhi.
Kriteria Hasil: a. Klien mendapatkan bantuan parsial dalam pemenuhan kebutuhan diri. b. Klien memerangkan perilaku perawatan diri secara bertahap Intervensi keperawatan untuk diagnosis gangguan perawatan . Intervensi Rasional 1. Terangkan pentingnya 1. Klien di anjurkan untuk perawatan diri dan dan istirahat di tempat tidur pada pembatasan aktivitas 2-3 jam jika ada komplikasi. selamat fase pascaoperasi 2. Memenuhi kebutuhan 2. Bantu klien untuk perawatan diri. memenuhi perawatan diri. 3. Pelibatan klien dalam 3. Secara bertahap,libatkan aktivitas perawatan dirinya klien dalam memenuhi di lakuakan bertahap dengan kebutuhan diri. berpedoman pada prinsip bahwa aktivitas tersebut tidak memprovokasi peningkatan TIO dan menyebabkan cedera mata.
Daptar pustaka Tamsuri anas,.(2004). Keperwatan Medikal Bedah Klien Gangguan Mata dan penglihatan Jakarta:Buku Kedokteran EGC.