LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN DEPARTEMEN EMERGENSI Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Clinical Study II KASUS 2 Cerebro Vaskular Accident (CVA)
Disusun oleh:
Rara Prastika Wibawa A
155070207111013
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian I.
II.
Identitas klien Nama
: Lay Rudi Gunawan
Usia
: 57 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Sukun Malang
No. reg
:
Diagnosa medis
: Cerebro vascular accident CVA/ stroke
Tanggal MRS
: 23-03-19
Jam MRS
: 10.00
Tanggal pengkajian
: 23-03-19
Jam pengkajian
: 10.00
Status kesehatan saat ini Keluhan utama
: klien mengalami penurunan kesadaran
Lama keluhan
: klien mengalami penurunan kesadaran sejak ± 30 menit yang
lalu Kualitas keluhan
: klien tidak berespon saat bangunkan keluarga
Faktor pencetus
: stroke
Faktor pemberat
:-
Upaya yang dilakukan: tidak ada
III.
Riwayat penyakit saat ini Pasien datang ke rumah sakit dengan kondisi tidak sadarkan diri setelah dibangunkan oleh keluarga sejak ± 30 menit yang lalu. Pasien datang dengan kondisi tidak sadar, terdapat hipersaliva dan ekstremitas tampak kaku. Keluarga juga mengatakan pasien memiliki riwayat stroke pada tahun 2015, parkinson, hipertensi, BPH dan batu empedu. Keluarga mengatakan ektremitas kaku setelah terkena stroke dan progesif hingga klien hanya dapat duduk dan berbaring. Pasien membutuhkan bantuan untuk aktivitas sehari-hari, kesulitan menelan dan tidak dapat berkomunikasi dengan lancar. Pasien muntah ssekitar 30 menit setelah sadar.
IV.
Riwayat penyakit terdahulu Klien memiliki riwayat penyakit stroke yang diderita sejak tahun 2015, parkinson tidak lama setelah mengalami stroke, hipertensi, BPH dan batu empedu.
V.
Pemeriksaan fisik Airway
: paten
Breathing
: sesak dengan RR: 28, diberikan O2 via nasal canule
Circulation
: adekuat
Disability
: AVPU: pain, GCS 234
Head to toe: -
Keadaan umum: pasien mengalami penurunan kesadaran GCS 234
-
Kepala dan wajah:
Kepala
: normal
Mata
: konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor
Telinga
: normal
Hidung
: normal
Mulut
: adanya hipersaliva
Leher
: normal
Kulit
: terdapat luka dekubitus 3x3 cm, luka bersih tidak ada
discharge dan sering dirawat -
Dada: pernapasan simetris, tidak terdapat penggunaan otot-otot bantu pernapasan,batuk (-) ronkhi (+) di seluruh lapang paru, wheezing (-) tidak ada suara napas tambahan.
-
Perut dan pinggang: normal
-
Pelvis dan perineum: terpasang kateter dari rumah, pasien terpasang kateter sejak kesulitan mobilisasi.
-
Ekstremitas: seluruh ektremitas kaku setelah terkena stroke dan progesif hingga klien hanya dapat duduk dan berbaring, kedua tangan fleksi. Klien memiliki riwayat stroke dan Parkinson. Akral hangat.
VI.
Pemeriksaan penunjang -
TTV
TD
: 140/80
N
: 103
RR
: 28
S
: 38
SaO2 : 93%
-
EKG normal
-
Pengeluaran urine: 250cc (kantong kateter yang sudah terpasang dari rumah terakhir dikosongkan saat malam hari) urin berwarna kuning gelap, tidak berbusa.
-
Pemeriksaan lab
Hb
: 11,7
Leukosit
: 6.310
Trombosit
: 219.000
GDA
: 132 gr/dL
PCV
: 33,1
Na
: 117,6
K
: 3,75
Cl
: 85,8
Ureum
: 60
Kreatinin
:1,48
Urine
Protein/reduksi : +/-
Bilirubin/urobilin : - /-
pH/BJ
: 8,0/1,015
VII. Terapi -
O2 via nasal kanul 4 liter
-
Pemasangan monitor jantung
-
IVDL RL
-
Pengecekan EKG
Analisa data No 1
Data DS: -
Pasien memiliki riwayat hipertensi Klien mengalami
dan stroke
akumulasi sputum Menimbulkan iritasi pembuluh darah
Klien memiliki riwayat
intima
luka pada jaringan pembuluh darah
2015 Klien kesulitan
respon inflamasi
berkomunikasi Penumpukan platelet pada luka DO:
-
bersihan jalan napas
sejak ± 30 menit yang
diderita sejak tahun
-
Ketidakbersihan
berdasarkan dengan
penyakit stroke yang
-
Masalah keperawatan
penurunan kesadaran
lalu -
Etiologi
TTV
Menyumbat pembuluh darah pada
TD: 140/80
N: 103
RR: 28
S: 38
SaO2: 93%
Klien mengalami
otak
Sel sel otak kekurangan oksigen dan nutrisi
Iskemia serebri
penurunan kesadaran -
GCS 234
-
AVPU: pain
-
Dispnea
-
Pernapasan simetris, tidak terdapat
Cerebro vascular accident / stroke
Terbentuknya lesi di otak
Perubahan tingkat kesadaran
penggunaan otot-otot bantu pernapasan,batuk (-) ronkhi (+), wheezing (-)
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
2
DS: -
Risiko Klien mengalami penurunan kesadaran
-
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan stroke
ketidakefektifan perfusi jaringan otak
sejak ± 30 menit yang
berdasarkan
lalu
penurunan kesadarn
Klien memiliki riwayat
Menimbulkan iritasi pembuluh darah
penyakit stroke yang
intima
diderita sejak tahun 2015 dan hipertensi
DO: -
-
respon inflamasi TTV
TD: 140/80
N: 103
RR: 28
S: 38
SaO2: 93%
Klien mengalami penurunan kesadaran
3
luka pada jaringan pembuluh darah
-
GCS 234
-
AVPU: pain
Penumpukan platelet pada luka
Menyumbat pembuluh darah pada otak
Sel sel otak kekurangan oksigen dan nutrisi
Risiko ketidakefektifan perfusi
-
jaringan serebral
DS:
Pasien memiliki riwayat hipertensi
-
Klien mengalami
dan stroke
penurunan kesadaran
-
Klien memiliki riwayat
Menimbulkan iritasi pembuluh darah intima
penyakit stroke yang diderita sejak tahun
luka pada jaringan pembuluh darah
2015 -
Klien memiliki penyakit
respon inflamasi
Parkinson -
Klien terakhir makan 3 jam yang lalu
berdasarkan penurunan kesadaran
sejak ± 30 menit yang lalu
Risiko aspirasi
Penumpukan platelet pada luka
-
Klien mengalai
Menyumbat pembuluh darah pada
gangguan menelan
DO -
otak
Sel sel otak kekurangan oksigen dan Klien mengalami
nutrisi
penurunan kesadaran -
GCS 234
-
AVPU: pain
-
Kedua tangan dan
Iskemia serebri
Cerebro vascular accident / stroke
kedua kaki tidak dapat digerakan karena
Terbentuknya lesi di otak
mengalami kekakuan -
Batuk (-)
-
Hipersalivasi
Perubahan tingkat kesadaran
-
Prioritas diagnosa keperawatan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas 2. Ketidakefektifan pola napas 3. Risiko aspirasi
Risiko aspirasi
I.
Intervensi Keperawatan Dx
Tgl/
Kep
Jam
1
Tujuan
Intervensi Keperawatan &
Ttd
Rasionalisasi
23/03/
Tujuan: setelah dilakukan intervensi 1x24 jam
NOC: Status Pernapasan: Kepatenan Jalan Nafas
2019
menunjukkan kepatenan jalan nafas membaik,
no
indikator
10.00
dengan kriteria hasil:
1
frekuensi pernapasan
Jalan nafas efektif
2
kedalaman inspirasi
Sekret bisa dikeluarkan
3
kemampuan untuk
Pasien tidak ada kesulitan bernafas
RR dalam batas normal 12-20x/menit
Ekspansi dada simetris
Tidak ada penggunaan otot bantu
Tidak ada bunyi nafas tambahan
2
3
4
5
mengeluarkan secret 4
suara napas tambahan
5
Penggunaan otot
pernafasan
1
bantu nafas 6
Dipsnea saat istirahat
NIC: Monitor Pernafasan
Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernafas R: untuk memantau agar pasien tetap bernafas dalam batas normal
Monitor suara nafas tambahan seperti mengi dan ngorok R: mejaga agar lidah pasien tidak jatuh
kebelakang dan menghambat pernafasan
Monitor saturasi O2 pada pasien yang tersedasi atau tidak sadar (seperti SaO2, SvO2, SpO2) sesuai dengan protokol yang ada R: untuk memonitor pernafasan pasien masih dalam rentang yang normal atau tidak
Palpasi kesimetrisan ekspansi lapang paru R: untuk mengetahui kemaksimalan kerja paru dan mengetahui area mana yang bermasalah
Auskultasi suara nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi dan keberadaan suara nafas tambahan R: pemantauan lapang paru untuk mengetahui yang mengalami masalah dalam menganggu pernafasannya
Kaji perlunya penyedotan dan jalan nafas dengan auskultasi suara ronkhi di paru R: untuk mengurangi sekret yang menghambat pernafasan dan mengurangi
suara ronkhi di lapang dada
2
23/03/
Tujuan: setelah dilakukan perawatan 1x24 jam
2019
perfusi jaringan otak pasien membaik
No
Indikator
10.00
kriteria hasil:
1
tekanan intrakranial
2
tekanan darah
Tidak ada tanda-tanda peningkatan
NOC: perfusi jaringan: serebral
tekanan intrakranial
Tekanan systole dn siatole dlaam
Tidak ada otorstatik hipertensi
2
3
4
5
sistolik 3
tekanan darah
rentang normal
1
diastolik 4
penurunan tingkat kesadaran
5
refleks saraf terganggu
NIC: Monitor Neurologi
Monitor tingkat kesadaran R: untuk mengetahui status neurologi pasien yang lainnya
Monitor TTV (suhu, tekanan darah, nadi, RR) R: untuk memantau dan pencegahan pasien jatuh dalam kondisi buruk
Pantau ukuran pupil, bentuk, bentuk,
kesimetrisan dan reaktivtas dan reaktivitas R: memantau kesadaran pasien dan respon terhadap rangsangan
Monitor tingkat orientasi R: memonitor sejauh mana pasien dapat merepon dalam bentuk verbal
Monitor bentuk otot, gerakan motorik, dll R: untuk mengetahui kemampuan otot etremitas
3
23/03/
Tujuan: setelah dilakukan intervensi, tidak
2019
terjadi aspirasi pada pasien
10.00
kriteria hasil:
Tidak ada tanda-tanda terjadinya
NOC : Pencegahan Aspirasi No. 1.
aspirasi
Tidak terjadi sumbatan pada jalan
2.
nafas
Indicator Menghindari factor risiko Mempertahankan kebersihan mulut Memposisikan tubuh
3.
untuk tegak saat makan dan minum Memilih makanan dan
4.
cairan dengan konsistensi yg tepat
5.
Mempertahankan posisi tegak selama
1
2
3
4
5
30 menit setelah makan
NIC : Pencegahan Aspirasi
Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk, gag reflek, kemampuan menelan R: untuk mengetahui risiko terjadinya aspirasi ketika terjadi penurunan tingkat kesadaran pada pasien
Pertahankan kepatenan jalan nafas R: untuk menghindari terjadinya aspirasi dan sumbatan pada jalan nafas
Monitor status pernafasan R: untuk mengetahui kepatenan jalan nafas karena terjadinya penurunan kesadaran
Posisikan kepala pasien tegak lurus, sama dengan atau lebih tinggi dari 30 sampai 90 derajat saat pemberian makan dan minum R: agar makanan tidak salah masuk pada saluran pernafasan pasien
Jaga kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 menit setelah pemberian makan
R : mencegah makanan naik kembali ke saluran pencernaan dan terjadi aspirasi/ masuk ke saluran nafas
Jaga perawatan suction tetap tersedia R: mengantisipasi jika terjadi aspirasi
II.
Implementasi Dx
Tgl/
Kep
Jam
Implementasi
1
23/03/
Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas
dan
2019
tambahan, kecepatan, irama, kedalaman dan
2
10.00
pengunaan otot bantu nafas dan tanda-tanmda vital lainnya Kaji tanda-tanda vital pasien (TD, suhu, nadi, RR)
3
10.00
Memposisikan pasien semi fowler
3
10.10
Kaji kepatenan jalan nafas pasien
2
10.15
Kaji respon dan refklek dari kekuatan saraf/ otot pada pasien
1
10.20
Kolaborasi pemberian O2 nasal cannula Kolaborasi pemberian IV line
2
11.00
Pemasangan alat monitor jantung Pemeriksaan EKG pada pasien
Ttd
1
11.15
Perhatikan pergerakan dinding dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot bantu pernafasan, serta retraksi otot supraklavikular dan interkosta
1
11.30
dan
Auskultasi bunyi nafas, perhatikan area penurunan/tidak adanya ventilasi dan adanya
3
bunyi nafas tambahan.
2
11.45
Pasien dilakukan foto thorak
3
12.00
Mengkaji adanya reflek gag/ tanda-tanda terjadinya aspirasi
III. Evaluasi Dx
Tgl/
Kep
Jam
1
22/03/
Evaluasi S:
2019 11.00
Pasien masih belum sadar
Status O2 pasien dalam batas normal
Status TTV membaik: TD 130/80, N 100x/mnt, RR
O:
25x/mnt, S 37
SaO2: 99%
GCS 111
Ttd
Terdengar ronkhi pada seluruh lapang paru
A: Masalah teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi 2
22/03/
S:
2019 12.00
Pasien mulai sadar dengan membuka mata dan mengeluarkan suara mengerang
O:
Status O2 pasien dalam batas normal
Status TTV membaik: TD 130/80, N 100x/mnt, RR 25x/mnt, S 37
SaO2: 99%
A: Masalah teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi 3
22/03/
S:
2019
Pasien muntah kembali
13.30
Pasien kembali mengalami penurunan kesadaran
Jalan nafas paten
Status O2 dalam batas normal
Status TTV: TD 130/80, N 100x/mnt, RR 25x/mnt, S 37
SaO2: 99%
Masalah teratasi sebagian
O:
A:
P:
Lanjutkan intervensi