ASFIKSIA Annisa Aprina Handayani Isra Yasha Utami Loli Rasita Ginting Novita Saragih
Pembimbing
dr. H. Mistar Ritonga, Sp.F
ت ِ ُك ُّل نَ ْف ٍس َذا ِئقَةُ ْال َم ْو Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Qs. Ali Imran: 185 Rusaknya salah satu atau lebih dari: • Sistem Saraf • Sistem Kardiovaskuler • Respirasi
Asfiksia
gangguan pertukaran udara pernapasan
oksigen (O2) dalam darah berkurang (hipoksia) + peningkatan kadar karbondioksida (CO2) (hiperkapneu) organ tubuh
mengalami kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik).
Hal tersebut berhubungan dengan terjadinya obstruksi
(sumbatan) pada saluran pernapasan atau gangguan yang diakibatkan karena terhentinya sirkulasi.
Etiologi Afiksia
Alamiah
Keracunan bahan kimiawi
Trauma mekanik
Patogenesis Afiksia Fisiologi ASFIKSIA Anoksia Anoksik (Anoxic anoxia) Anoksia Anemia (Anemia anoxia) Anoksia Hambatan (Stagnant anoxia) Anoksia Jaringan (Hystotoxic anoxia) • Ekstraseluler • Intraseluler • Metabolik
Patofisiologi asfiksia 1. Primer (akibat langsung dari asfiksia) 2. Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari tubuh) Penutupan mulut dan hidung (pembekapan). Obstruksi jalan napas seperti pada mati gantung, penjeratan, pencekikan dan korpus alienum dalam saluran napas atau pada tenggelam karena cairan menghalangi udara masuk ke paru-paru. Gangguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesakan (traumatic asphyxia). Penghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pusat pernafasan, misalnya pada luka listrik dan beberapa bentuk keracunan.
Fase Dyspnea
Fase Klinis
Fase Kejang Fase Apnea Fase Akhir
Tardieu’s Spot
Tanda Kardinal
Kongesti dan Edema Sianosis Tetap cairnya darah
Pem. Luar Gambaran Post Mortem Pem. Dalam
JENIS ASFIKSIA
Sufokasi
Penyumbatan (Gagging dan Choking)
Pembekapan (Smothering)
Hanging
Strangulation
Drowning
• Sufokasi oksigen Kurang Memadai hipoksia + keracunan karbondioksida + hawa panas + kemungkinan cedera. • Pembekapan obstruksi mekanik jalan napas luar
Sebab Kematian
Pemeriksaan
• Bunuh Diri • Kecelakaan • Pembunuhan
• Luar • Dalam • Mikroskopis
Pemeriksaan Luar Jenazah 1. 2. 3. 4.
5.
Tanda kekerasan yang dapat ditemukan tergantung dari jenis benda yang digunakan dan kekuatan menekan. Kekerasan yang mungkin dapat ditemukan adalah luka lecet jenis tekan atau geser, jejas bekas jari/kuku di sekitar wajah, dagu, pinggir rahang, hidung, lidah dan gusi, yang mungkin terjadi akibat korban melawan. Luka memar atau lecet dapat ditemukan pada bagian atau permukaan dalam bibir akibat bibir yang terdorong dan menekan gigi, gusi dan lidah. Ujung lidah juga dapat mengalami memar atau cedera. Bila pembekapan terjadi dengan benda yang lunak, misal dengan bantal, maka pada pemeriksaan luar jenazah mungkin tidak ditemukan tandatanda kekerasan. Memar atau luka masih dapat ditemukan pada bibir bagian dalam. Selanjutnya ditemukan tanda-tanda asfiksia baik pada pemeriksaan luar maupun pada pembedahan jenazah.
Pemeriksaan Dalam Jenazah
• Tetap cairnya darah • Kongesti pada paru-paru yang disertai dengan dilatasi jantung kanan. Pada pengirisan organ mengeluarkan banyak darah. • Edema pulmonum • Tardieu’s spot • Busa halus dalam saluran pernafasan.
Gambaran Mikroskopis
• Pemeriksaan mikroskopik melihat reaksi intravitalitas (reaksi tubuh manusia yang hidup terhadap luka) • Pemeriksaan secara histopatologi pada parenkim paru dapat meminimalisir diagnosis banding dari beberapa kasus kematian yang disebabkan karena asfiksia.
S T R A N G U L A T I O N
Definisi
Terdapat beberapa tipe : 1. Penjeratan dengan tali 2. Dicekik (manual strangulation) 3. Ditekan leher dengan bahan selain tali (misalnya potongan kayu, lengan) 4. Mugging, leher ditekan dengan lutut atau siku Dua jenis pertama sering didapati, sementara yang lain jarang.
Kematian sering terjadi karena kombinasi beberapa sebab berikut: 1. Asfiksia, karena saluran nafas tertutup 2. Venous congestion, aliran arteri masih masuk ke otak, sementara aliran vena tertutup. 3. Iskemia otak, darah arteritidak mengalir lagi ke otak. 4. Refleks vagal (Vagal reflex)
Sebab Kematian
Pemeriksaan Post Mortem Pemeriksaan Luar
Bekas jeratan di leher berwarna merah kecoklatan, bersambung (continous) di bawah atau setentang cartilage thyroid, kadang-kadang ada vesikel halus. Muka terlihat bengkak dan membiru, mata melotot, begitu juga lidah menjulur. Bintik perdarahan pada kening, temporal, kelopak dan bola mata lebih jelas. Bisa didapati keluar feces dan urin. Karena strangulasi umumnya karena pembunuhan maka sering didapati tanda-tanda perlawanan. Bila terdapat kejang mayat, maka perhatikan apakah ada benda yang digenggam seperti rambut, kancing atau robekan baju pelaku, hal ini penting untuk mengetahui siapa pelaku.
Pemeriksaan Dalam
Paling penting pemeriksaaan daerah leher di mana terdapat lebam di setentang dan sekitar penjeratan. Dijumpai fraktur tulang krikoid dan tulang rawan trachea lainnya. Mucosa laring dan trachea menebal dan berwarna merah, kadang disertai perdarahan kecil. Paru-paru congested dengan tanda-tanda perbendungan, Tardieu’s spot, begitu juga tanda perbendungan pada organ lain.
Medikolegal • Umumnya karena pembunuhan. Dapat juga terjadi karena bunuh diri dengan melilitkan tali beberapa kali sampai ia kehilangan kesadaran dan akhirnya mati karena ia tidak bisa lagi melepaskan ikatan. Atau pakai kawat waja yang tetap terbentuk seperti waktu dililitkan atau setelah dililit dengan tali beberapa kali kemudian diperketat dengan mengunci dengan sepotong kayu. • Kecelakaan sering pula terjadi karena leher terbelit oleh dasi yang terjerat oleh mesin yang diputar. Bayi terbelit leher oleh tali pusat waktu dilahirkan bukanlah hal yang jarang
Perbedaan mati gantung dan penjeratan OBSERVASI
MATI GANTUNG
PENJERATAN
Motif
Bunuh diri
Pembunuhan
Tanda asfiksia
Kurang jelas
Jelas
Tanda jeratan di leher
Miring, tidak kontinu
Horizontal dan kontinu
Letak jeratan
Antara dagu dan laring
Di bawah tiroid
Bekas tali
Keras, kering, coklat tua seperti Lunak dan kemerahan kulit disamak
Lecet setentang tali
Jarang dijumpai
Umunya ada
Tanda perlawanan
Tidak ada
Sering ada
Fraktur laring dan trachea
Jarang
Sering
Fraktur os hyoid
Sering
Jarang
Dislokasi vertebra
Ada pada juricicial hanging
Jarang
Perdarahan
pada
saluran Sangat jarang
pernafasan Air ludah
Ada, bersama buih dari mulut dan hidung
Mengalir dari salah satu sisi sudut Tidak ada mulut
Tardieu’s spot
Jarang
Sering
Pencekikan
Pencekikan adalah penekanan leher dengan tangan, yang menyebabkan dinding saluran nafas bagian atas tertekan dan terjadi penyempitan saluran nafas sehingga udara pernafasan tidak dapat lewat. Pada dasarnya semua kasus pencekikan merupakan pembunuhan.
Seseorang tidak dapat melakukan bunuh diri dengan pencekikan, sebab, segera setelah kehilangan kesadaran, tekanan terlepas dan kesadaran akan kembali. Suatu genggaman erat dapat menjadi pencekikan jika dipertahankan cukup lama.
Pernah dilaporkan sebuah kasus di mana pelaku menyatakan dalam sidang pengadilan bahwa ia mencekik korban tidak dengan niat membunuh, tetapi hanya untuk menakuti dengan memegang leher korban, tetapi akibatnya korban meninggal juga. Ini bisa terjadi karena vagal reflex, di mana tekanan pada sinus karotis dapat menyebabkan jantung tiba-tiba berhenti berdenyut.
Gambaran Post Mortem Pemeriksaan Luar
Pemeriksaan Dalam 1. Perdarahan atau resapan darah.
Tanda postmortem yang khas adalah didapati adanya bekas kuku jari tangan pada banyak tempat di leher korban.
Perdarahan atau resapan darah dapat kita cari pada otot, kelenjar tiroid, kelenjar ludah, dan mukosa & submukosa pharing atau laring. Mukosa laring dan trakea menebal dan berwarna merah, laserasi otot. 2. Fraktur Fraktur yang paling sering kita temukan pada os hyoid. Fraktur lain pada kartilago tiroidea, kartilago krikoidea, dan cincin trakea. 3. Kongesti yang luas pada daerah laring, trakea dan bronkus 4. Memar atau robekan membrane hipotiroidea 5. Luksasi artikulasio krikotiroidea dan robekan ligamentum pada mugging
Penyumbatan (Gagging and Choking) Sumbatan saluran nafas bagian atas oleh benda asing. Pada gagging sumbatan pada orofaring Pada choking sumbatan pada laringofaring
Penyebab kematian pada penyumbatan: 1. Kecelakaan (paling sering) : seperti gangguan refleks batuk pada alkoholisme, pada bayi atau anak kecil yang gemar memasukksan benda asing kedalam mulutnya, kain kasa yang tertinggal pada anestesi leher. 2. Pembunuhan : bayi (infanticide), fisik lemah 3. Bunuh diri : Gangguan jiwa
Mekanisme Kematian Benda asing yang besar sangat berpengaruh pada laring dan menutupi pembukaan pada laring sehingga menghalangi jalan nafas. Benda asing yang terperangkap pada laring menghasilkan reflex cardiac inhibition.
Gambaran Postmortem: • Menemukan tanda- tanda asfiksia • Ditemukannya benda asing dalam mulut. Benda asing bisa berupa potongan kain, kertas Koran, tisu, sapu-tangan, gigi palsu dan sebagainya. (Amir, 2011)
Hanging
Hanging Suatu bentuk kematian oleh karena asfiksia, akibat terhalangnya udara masuk ke dalam paru-paru, disebabkan pengikatan pada leher dan tenaga konstriksi dari tali oleh karena pengaruh berat badan sendiri.
Berdasarkan letak tubuh ke lantai
1. Complete hanging 2. Partial hanging
Berdasarkan letak simpul/titik gantung
1. Typical hanging 2. Atypical hanging
Penyebab Kematian
Asfiksia
Iskemi serebral
Kongesti vena
Syok vagal
Fraktur vertebra servikal 2 dan 3
Pemeriksaan Luar 1. Bekas jeratan : bentuk oblik, seperti huruf V terbalik, tidak bersambung (uncontinuous)
2. Lebam mayat : di ekstremitas.
3. Urin, sperma, dan feses keluar 4. Lidah menjulur
5. Air liur ditemukan menetes dari sudut mulut.
6. Tanda asfiksia tidak jelas
Pemeriksaan dalam 1. Resapan darah pada arteri carotis interna 2. Tardieu’s spot
Perbedaan hanging dengan strangulation Hanging
Strangulation
Perbedaan hanging antemortem dan post mortem
Perbedaan
Penggantungan antemortem
Penggantungan post mortem
Vesikel
Ada, di sekitar jejas jeratan
Tidak ada
Air liur
Menetes dari sudut mulut
Tidak ditemukan menetes
TENGGELAM (DROWNING)
DROWNING???
Proses tenggelam di mulai pada fase pertama yaitu menahan nafas, diikuti dengan inspirasi tak disengaja, terengah-engah dan kehilangan kesadaran. Durasi fase tergantung pada berbagai faktor, seperti usia, penyakit sebelumnya, toleransi menahan nafas para korban dan suhu air. Kesadaran biasanya hilang dalam waktu 3 menit setelah korban tenggelam.
Dry drowning
mati tenggelam tanpa adanya air di saluran pernafasan.
Wet drowning
tenggelam dalam pengertian sehari-hari baik di air tawar (Drowning type 2a) maupun air asin (Drowning type 2b).
Immersion drowning
mati tenggelam karena masuk ke air dingin yang menyebabkan inhibisi vagal
Secondary drowning
merupakan mati tenggelam yang bukan sebenarnya, tetapi mati sesudah dirawat akibat tenggelam
Drowning
Proses tenggelam di mulai pada fase pertama yaitu menahan nafas, diikuti dengan inspirasi tak disengaja, terengah-engah dan kehilangan kesadaran. Durasi fase tergantung pada berbagai faktor, seperti usia, penyakit sebelumnya, toleransi menahan nafas para korban dan suhu air. Kesadaran biasanya hilang dalam waktu 3 menit setelah korban tenggelam.
Proses Kematian • AIR TAWAR Menahan nafas -> break point -> Air masuk paru-paru hingga alveolus -> konsentrasi darah > air -> cairan paru masuk sirkulasi -> hemodilusi -> hemolisis -> K dalam serum darah meningkat -> Na turun+peningkatan volume darah -> beban jantung bertambah -> hipoksia+fibrilasi ventrikel -> anoksi otak -> kematian
Proses Kematian • AIR LAUT Air laut yang hipertonik -> menarik air dari pembuluh darah -> oedem paru -> hemokonsentrasi -> kadar ion chlor jantung kiri meningkat & kadar ion Mg darah meningkat -> RBC mengkerut -> hipoksia
Pemeriksaan Luar •Sianosis pada kuku, bibir •Mata merah karena perdarahan subconjungtiva •Dari mulut dan hidung terdapat buih halus yang sukar pecah •Lebam mayat lebih banyak di bagian kepala, muka dan leher (karena posisi kepala di air lebih rendah) •Cadaveric spasme •Washer Woman’s Hand •Cutis Anserine •Terdapat lumpur
Pemeriksaan Dalam •Adanya lumpur di saluran pernafasan •Rongga mulut dan pernafasan berisi buih halus •Paru-paru tampak lebih besar •Oesofagus dan lambung dapat terisi cairan Pada dry drowning tidak didapati air atau kelainan di paru maupun di lambung.
Pemeriksaan Lab •Diatom Test •Bilas Paru
47
Tes Diatome
21 Juli 2017
48
Cara DIATOME TES • Jaringan paru bagian perifer di destruksi dengan H2SO4, kemudian diberi HNO3 disentrifuge sedimen diobjek glass dilihat dibawah mikroskop apakah ada diatome
21 Juli 2017