Artikel Yanto Heri.docx

  • Uploaded by: Heri Prasetiyo
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Artikel Yanto Heri.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 691
  • Pages: 3
2. DO Oksigen terlarut (DO) merupakan oksigen yang terkandung didalam kolom perairan. Oksigen ini digunakan untuk proses pernafasan serta metabolisme tubuh organisme sehingga organisme tersebut mengalami proses tumbuh dan berkembang biak. Selain itu oksigen dalam tambak garam digunakan untuk proses oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam suatu proses yang dinamakan proses anaerobic. Oksigen ini berasal dari proses difusi dan fotosintesis organisme dialam air (Salmin 2000). Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya proses difusi yaitu kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut. Odum (1971) menjelaskan bahwa kadar oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu dan salinitas pada air tersebut. Semakin tinggi suhu air maka kadar oksigen terlarutnya rendah. Kadar oksigen juga dipengaruhi oleh salinitas. Semakin tinggi salinitas maka kadar oksigen dalam air tersebut semakin rendah. Kadar oksigen berhubungan erat dengan kedalaman air, air yang dangkal mempunyai kadar oksigen terlarut yang lebih tinggi, oksigen terlarut semakin berkurang seiring bertambahnya kedalaman suatu perairan.

Tambak garam terdiri dari beberapa bagian seperti bozem, peminihan 1, peminihan 2 dan meja garam. Setiap bagian ini mempunyai karakteristik dan fungsi yang berbeda. Dalam proses produksi garam faktor-faktor fisika dan kimia berperan penting dalam setiap alur penggaraman. Seperti pada bozem bagian ini berfungsi sebagai tempat penampungan air laut atau bisa disebut kolam yang luas mempunyai kedalaman air yang lumayan serta salinitas 3-3,5 Be atau 35 ppt. Bagian selanjutnya yaitu peminihan I, bagian ini berfungsi untuk mengendapkan dan penambahan CO2. Umumnya pada peminihan I ini mempunyai salinitas 5-10 Be ata 50 ppt. Peminihan II berfungsi sebagai tempat pengendapan lumpur dan mempunyai ketebalan air sekitar 5 cm serta salinitas air 15 Be. Kolam peminihan ini dibuat mengalir berulir karena mempunyai tujuan agar air bergerak sehingga terjadi gesekan dengan udara dan mampu mempercepat proses penguapan. Setelah air masuk kolam peminihan dan salinitas senakin meningkat kemuadian air laut yang sudah tua ini masuk pada meja kristalisasi I. Meja kristalisasi I ini merupakan tempat terbentuknya kristal-kristal garam. Air pada meja kristalisasi 1 ini mempunyai salinitas 25 Be. Berdasarkan penelitian Fauzy (2017) pengukuran DO pada bagian kolam yang berbeda pada tambak garam adalah sebagai berikut bozem 6,7 mg/l, peminihan I 6,8 mg/l, peminihan II 3,4 mg/l dan meja kristalisasi 2,3 mg/l. Berkurangnya kadar oksigen terlarut ini berbanding terbalik suhu pada setiap kolam yaitu bozem 27 0C, peminihan I 30 0C, peminihan II 36,6 0C, dan meja kristal 39,3 0C. Salinitas juga mempengaruhi suhu, semakin tinggi salinitas maka oksigen terlarutnya rendah. Pada penelitian ini hasil pengukuran salinitas pada kolam berbeda yaitu bozem 33 ppt, peminihan I 40 ppt, peminihan >100 ppt dan meja kristal > 100 ppt. Hasil ini sesuai dengan Odum (1971) bahwa kadar oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu dan salinitas pada air tersebut. Semakin tinggi suhu air maka kadar oksigen terlarutnya rendah. Kadar oksigen juga dipengaruhi oleh salinitas. Semakin tinggi salinitas maka kadar oksigen dalam air tersebut semakin rendah.

Proses pembuatan atau produksi garam memerlukan kondisi dari beberapa parameter harus sesuai guna memperoleh hasil yang diinginkan. Kondisi produksi garam di Indonesia umumnya masih tradisional. Mengingat bahwasanya diperlukan beberapa kondisi paramater tertentu untuk proses produksi garam, perlu dilakukan suatu pengukuran dari beberapa parameter tersebut. Disolved oxygen, suhu, salinitas dan pH merupakan beberapa parameter yang perlu diukur selama proses pembuatan garam (Morris et al 2013). Salah satu cara melakukan pengukuran disolved oxygen pada tambak garam secara praktis yaitu dengan menggunakan protokol UDP pada sistem Ubiquitos Mobile Sensing. Sistem ini terdiri dari mikrokontroler arduino, satu set sensor kualitas air dan smartphone android ini menyajikan visualisasi data dari UMS yang secara mudah dapat digunakan untuk lingkungan outdoor serta tahan digunakan dalam jangka panjang. Sehingga dalam proses produksi garam seluruh parameter tersebut termasuk juga DO didalamnya dapat terrecord (Widiari et al 2016). DAPUS SALMIN. 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara Karang dan Teluk Banten. Dalam : Foraminifera Sebagai Bioindikator Pencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin Sungai Dadap, Tangerang (Djoko P. Praseno, Ricky Rositasari dan S. Hadi Riyono, eds.) P3O - LIPI hal 42 – 46 Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Saunder Com. Philadelphia 125 pp. Widiarti. Y, Adianto, dan Apriani. M. 2017. Komunikasi data berbasis protokol UDP pada sistem Ubiquitous Mobile Sensing kualitas sumber air. IJCCS. 10(2): 219-228

Related Documents

Yanto Skripsi Bab Iv
April 2020 23
Yanto,s.pd.-oa.docx
June 2020 11
Artikel
April 2020 61

More Documents from ""