PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN SIKAP POSITIF SISWA DALAM PELAJARAN MATEMATIKA
Disusun Oleh: NOPRI YANTO 105017000431
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH Skripsi berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Untuk Meningkatkan Sikap Positif Siswa Dalam Pelajaran Matematika” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 3 Desember 2010 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Matematika.
Jakarta, Desember 2010 Panitia Ujian Munaqasah Tanggal
Tanda Tangan
.............................
.............................
.............................
.............................
.............................
.............................
.............................
.............................
Ketua Panitia (Ketua Jurusan) Maifalinda Fatra, M.Pd NIP. 19700528 199603 2 002 Sekretaris (Sekretaris Jurusan) Otong Suhyanto, M.Si NIP. 19681104 199903 1 001 Penguji I Dr. Kadir, M.Pd NIP. 19670812 199402 1 001 Penguji II Otong Suhyanto, M.Si NIP. 19681104 199903 1 001 Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyadah, MA NIP. 19571005 198703 1 003
ABSTRACT Nopri Yanto (105017000431), "Application of Learning Model Advance Organizer to enhance students' positive attitude in mathematics." Thesis Department of Mathematics Education, Faculty of Science and Teacher Training Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, September 2010. The purpose of this study was to determine 1) What is the Advance Organizer of Learning model to increase positive attitudes of students in math, 2) How do students 'response to the implementation of Advance Organizer on the Learning models of mathematics lessons, 3) What is the Advance Organizer of Learning model to improve students' mathematics learning outcomes . This research was carried out in SMP N 3 Ciputat, South Tangerang, Banten in Academic Year 2009/2010. The method used in this study is the Classroom Action Research (CAR), which consists of four stages, namely planning, execution, observation, and reflection. The research instrument used was a positive attitude student observation sheet, the daily student journals, interviews, and tests. Research results revealed that the implementation of Advance Organizer of Learning model to increase positive attitudes of students in mathematics, from the average percentage of 67.12% in the first cycle increased to 87.62% in cycle II. Give a positive response by an average of 55.624% in the first cycle increased to 78.75% in the second cycle, and can improve learning outcomes math average of 69 in the first cycle increased to 79.37 on the second cycle Hopefully the results of this research was useful in efforts to improve the quality of education in Indonesia. Keywords: Learning Advance Organizer and Students' Positive Attitude
i
ABSTRAK NOPRI YANTO (105017000431), ”Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer untuk meningkatkan sikap positif siswa dalam pelajaran Matematika”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, September 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Apakah model Pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam pelajaran matematika, 2) Bagaimanakah respon siswa terhadap penerapan model Pembelajaran Advance Organizer pada pelajaran matematika, 3) Apakah model Pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP N 3 Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten Tahun Ajaran 2009/2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi sikap positif siswa, jurnal harian siswa, wawancara, dan tes. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penerapan model pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam pelajaran matematika, dari persentase rata-rata sebesar 67,12% pada siklus I meningkat menjadi 87,62% pada siklus II. Memberikan respon positif rata-rata sebesar 55,624% pada siklus I meningkat menjadi 78,75% pada siklus II, dan dapat meningkatkan hasil belajar matematika rata-rata sebesar 69 pada siklus I meningkat menjadi 79,37 pada siklus II. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dalam upaya meningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Kata Kunci: Pembelajaran Advance Organizer dan Sikap Positif Siswa
ii
KATA PENGANTAR Alhamdulilahi robbil’alamin, Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Untuk Meningkatkan Sikap Positif Siswa Dalam Pelajaran Matematika” ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 2. Ibu Dra. Maifalinda Fatra, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika serta pembimbing akademik. 3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika. 4. Bapak H. Drs, M.Ali Hamzah, M.Pd, pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 5. Ibu Lia Kurniawati, M.Pd pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika. 7. Bapak Maryone SE, kepala SMP N 3 Ciputat Kota Tangerang Selatan, Banten, yang telah banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung. 8. Ibu Wiwit Turtonowati. S.Pd, guru pamong tempat penulis mengadakan penelitian. 9. Ayahanda (Arsil) dan Ibunda (Sumarni) tercinta yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan yang tidak terbatas kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
iii
10. Kakak, adik-adik tercinta (Armai Susanto, Arida, Arina, Ronal Regen, Jeje dan Toto Singo Utomo) tercinta, yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Besti Verawati, yang selalu menemani saat suka dan duka. selalu ada saat peneliti mengalami kesulitan. 12. Keluarga besar Gerakan Mahasiswa Kuantan Singingi (GEMAKUSI) Jakarta, yang menjadi keluarga kedua bagi peneliti. Lebih khusus kepada, Amrizaldi, Rocky Gustiawan, Irwan Siska, Imam Maryoko, Radinal fauzi, Harry Muswen, Febrian Sudarta, Oktamiadi, M.Ikbal fikri, Ridho, Ari Kusnadi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. 13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten, yang telah bersikap baik selama penulis mengadakan penelitian. 14. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi jurusan pendidikan matematika angkatan 2005, (Wasnila, Dhani, Maryatul, Dhini, Huda, Rani, dll), semoga kebersamaan kita menjadi kenangan terindah untuk menggapai kesuksesan dimasa mendatang. 15. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan informasi serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangankekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amin.
Jakarta, Oktober 2010 Penulis
Nopri Yanto
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................
i
ABSTRACT ....................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
ix
DAFTAR BAGAN ..........................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................
8
C. Pembatasan Fokus Penelitian ......................................................
8
D. Perumusan Masalah Penelitian ...................................................
8
E. Tujuan Penelitian ........................................................................
9
F. Manfaat Penelitian ......................................................................
10
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN ..........................................................
11
A. Deskripsi Teoritis ........................................................................
11
1. Pembelajaran Matematika .....................................................
11
a. Pengertian Matematika....................................................
11
b. Pengertian Belajar dan Pembelajaran .............................
14
2. Sikap Positif Siswa Terhadap Pelajaran Matematika............
19
3. Pembelajaran Advance Organizer .........................................
23
4. Langkah – Langkah Penerapan Pembelajaran Advance Organize .................................................................
v
28
5. Hubungan Antara Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer dengan Sikap Positif Siswa ...................
29
B. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan............................
31
C. Hipotesis Tindakan......................................................................
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
33
A. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................
33
B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan....................
33
1. Metode Penelitian....................................................................
33
2. Desain Penelitian....................................................................
35
C. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ...............................
36
D. Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian...................................
37
E. Peran dan posisi Peneliti dalam Penelitian..................................
37
F. Tahapan Intervensi Tindakan ......................................................
38
G. Data dan Sumber Data ................................................................
43
H. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
44
I. Instrumen Penelitian....................................................................
44
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthinees) Study ............................................................................................
45
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis..............................
46
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan .......................................
47
BAB IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....
48
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ...............................................
48
1. Survei Pendahuluan...............................................................
48
2. Tindakan Pembelajaran pada Siklus I ...................................
51
3. Tindakan Pembelajaran pada Siklus II...................................
74
B. Pemeriksaan Keabsahan Data .....................................................
93
C. Analisis Data ...............................................................................
94
D. Interprestasi Hasil Analisis .........................................................
97
E. Pembahasan Temuan Penelitian ..................................................
99
vi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 101 A. Kesimpulan ................................................................................. 101 B. Saran ............................................................................................ 102
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 103 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 105
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Hasil Observasi Sikap Positif Siswa pada Siklus I .........................................................................................
Tabel 2
Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Advance Organizer Siklus I ………………………………....
Tabel 3
65
69
Rekapitulasi Respon Siswa Selama Siklus I ........................................................................................
70
Tabel 4
Nilai Tes Akhir Siklus I................................................................
72
Tabel 5
Refleksi & Rencana Perbaikan Kegiatan Tindakan Siklus I..........................................................................................
73
Tabel 6
Hasil Observasi Sikap Positif Siswa Siklus II .............................
86
Tabel 7
Rekapitulasi Respon Siswa Selama Siklus II...............................
91
Tabel 8
Hasil Belajar Matematika pada Akhir Siklus II...........................
92
Tabel 9 Rekapitulasi Ketercapaian Sikap Positif Siswa ...........................
94
Tabel 10 Rekapitulasi Persentase Respon Siswa Siklus I dan II................
96
Tabel 11 Statistik Deskriftif Peningkatan Hasil Belajar Siswa ..................
97
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Proses
Pembelajaran
Matematika
pada
Penelitian
Pendahuluan................................................................................... Gambar 2 Proses
Pembelajaran
Matematika
pada
Penelitian
Pendahuluan................................................................................. Gambar 3 Siswa yang Berani Mengeluarkan Pendapat . ............................... Gambar 4 Peneliti
Memberikan
Kesempatan
Kepada
50
Siswa
51 71
untuk
Bertanya..........................................................................................
71
Gambar 5 Siswa yang Beranai Mengeluarkan Pendapat........ ........................
91
Gambar 6 Siswa yang Merespon Pertanyaan dari Peneliti .............................. .
91
ix
DAFTAR BAGAN
Bagan 1
Alur Prosedur Pelaksanaan PTK ...................................................
36
Bagan 2
Desain Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas .................................
38
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)............................... 106
Lampiran 2
Lembar Kerja Siswa (LKS)....................................................... 122
Lampiran 3
Lembar Observasi Sikap Siswa dalam Proses Pembelajaran Advance Organizer..................................................................
159
Lampiran 4
Lembar Jurnal Harian Siswa..................................................... 183
Lampiran 5
Lembar Wawancara Pra Penelitian dengan Guru..................... 184
Lampiran 6
Lembar Wawancara Pra Penelitian dengan Siswa.................... 185
Lampiran 7
Lembar Wawancara Setelah Penelitian dengan Guru............... 186
Lampiran 8
Lembar Wawancara Setelah Penelitian dengan Siswa............. 187
Lampiran 9
Rekapitulasi Sikap Positif Siswa Setiap Pertemuan................. 188
Lampiran 10 Hasil Observasi Sikap Positif Siswa Setiap Siklus........................................................................................ 204 Lampiran 11 Tes Setiap Siklus....................................................................... 206 Lampiran 12 Respon Siswa Terhadap Tindakan Pembelajaran Setiap Siklus..................................................................................
210
Lampiran 13 Rekapitulasi Respon Siswa Selama Pembelajaran Siklus I dan II..................................................................................
212
Lampiran 14 Hasil Wawancara Pra Penelitian dengan Guru......................... 213 Lampiran 15 Hasil Wawancara Pra Penelitian dengan Siswa........................ 215 Lampiran 16 Hasil Wawancara dengan Guru Setelah Penelitian................... 219 Lampiran 17 Hasil Wawancara dengan Siswa Setelah Penelitian…............. 220 Lampiran 18 Daftar Nilai Tes Siklus I dan II……………………………… 224
xi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu dan teknologi yang dewasa ini semakin berkembang tidak terlepas dari peran matematika sebagai ilmu dasar. Untuk itu manusia sebagai insan yang berhubungan dengan kemajuan teknologi tersebut, sudah selayaknya perlu menguasai matematika sampai batas tertentu. Matematika merupakan sarana untuk menanamkan kebiasaan bernalar dalam pikiran seseorang, karena matematika merupakan ilmu terapan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian
pembelajaran
matematika
adalah
kegiatan
pendidikan
yang
menggunakan matematika sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Selanjutnya dinyatakan dalam kurikulum 2004 (Depdiknas Jakarta, 2003) disebutkan tujuan pembelajaran matematika adalah: 1.
Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistensi.
2.
Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3.
Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4.
Mengembangkan
kemampuan
menyampaikan
informasi
atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.1
1
Sri Anita W. Janet Trineke Manoy. Strategi Pemebelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008). hlm 7.3.
1
2
Pencapaian nilai hasil belajar siswa Indonesia untuk bidang studi matematika, cukup mengkhawatirkan. Hasil tes diagnostik yang dilakukan oleh Suryanto dan Somerset di 16 sekolah menengah beberapa provinsi di Indonesia menginformasikan bahwa hasil tes pada mata pelajaran matematika sangat rendah. Hasil tes dari TIMSS-Third International Mathematics And Science Study menunjukkan Indonesia pada mata pelajaran matematika berada diperingkat 34 dari 38 negara.2 Beberapa ahli matematika seperti Ruseffendi, mensinyalir kelemahan matematika pada siswa Indonesia, karena pelajaran matematika di sekolah ditakuti bahkan dibenci siswa. Menurut Sriyanto sikap negatif seperti ini muncul karena adanya persepsi bahwa pelajaran matematika sulit. Selain itu pengalaman belajar matematika bersama guru yang tidak menyenangkan atau guru yang membingungkan, turut membentuk sikap negatif siswa terhadap pelajaran matematika. Mengingat pentingnya peranan matematika dan melihat hasil belajar matematika siswa yang kurang memuaskan, maka sudah selayaknya penanganan yang dimaksud adalah peningkatan kualitas pengajaran dengan memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran. Guru sebagai faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran hendaknya memilih pendekatan pembelajaran yang dapat mengantarkan kepada tujuan yang ingin dicapai dan dapat merangsang partisipasi dari siswa, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat An-Nahl ayat 125:
..ُحسَن ْ ي َأ َ ِي ه ْ ِحسَنَةِ َوجَا ِدلْ ُهمْ ّبِالَت َ عظَةِ ا ْل ِ ْحكْمَةِ وَالْمَى ِ ع ِإلَى سَبِيْلِ رَّبِكَ ّبِا ْل ُ ْاُد ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik...” (Q.S. An-Nahl [16] : 125). Pada ayat tersebut mengandung tiga hal pokok yang berkaitan dengan mengajar yang baik, pertama guru bersikap bijaksana dalam menyampaikan bahan ajaran kepada murid. Kedua, guru menggunakan cara yang baik dan tepat dalam menyampaikan ajarannya yang dapat mengantarkan kepada tujuan yang ingin 2
Jakarta).
http://Rbaryans, wordpress.com. (Seminar internasional di UIN Syarif Hidayatullah
3
dicapai, dan yang ketiga, guru membina sikap siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Oleh karena itu dalam pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan berbagai aspek sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sikap siswa terhadap matematika itu sendiri. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi, serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan.3 Jika siswa bersikap senang terhadap matematika, tentu sikapnya itu mempengaruhi tingkah lakunya terhadap matematika. Sedangkan sikap siswa yang tidak senang merupakan suatu hambatan untuk belajar matematika. Ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki sikap senang terhadap matematika, maka dalam dirinya akan tumbuh keinginan atau dorongan untuk belajar matematika dengan baik. Hal ini juga sebaliknya bahwa siswa yang bersikap kurang senang terhadap matematika maka dari dalam dirinya muncul suatu sikap penolakan atau anti dengan pelajaran matematika. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan guru bidang studi matematika ibu Wiwit Turtinowoti pada tanggal 1 Maret 2010 di SMP N 3 Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten, diperoleh gejala-gejala sebagai berikut : 1.
Dalam menyampaikan materi pelajaran, sistem pembelajaran masih bersifat menoton yaitu berpusat pada guru, sehingga siswa lebih banyak diam dan menerima apa adanya, siswa tidak punya inisiatif untuk mengembangkan potensinya.
2.
Selama pembelajaran berlangsung, beberapa siswa izin untuk keluar kelas secara bergantian. Hal ini dapat berdampak kurang baik bagi siswa tersebut, karena tidak mendengarkan penjelasan guru secara keseluruhan.
3.
Masih banyak siswa yang tidak mengikuti pembelajaran dengan baik, seperti berbicara dengan teman sebangkunya dan menganggu teman yang belajar.
3
Slameto. Belajar dan Fakto-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) hlm. 188
4
4.
Respon siswa dalam proses pembelajaran terlihat biasa-biasa saja, tidak ada yang aktif mengemukakan pendapatnya, malah kebanyakan siswa acuh tak acuh terhadap pelajaran matematika. Bahkan sebagian besar siswa jarang mencatat materi yang sudah guru sampaikan, hanya beberapa saja dari mereka yang mencatat materi yang guru sampaikan dan itu pun kurang lengkap. Mereka akan mencatat materi jika disuruh atau ditegur guru saja.
5.
Siswa cepat putus asa jika diberikan latihan yang agak sulit, sehingga ketika mengalami kesulitan dalam belajar matematika mereka tidak mau bertanya kepada guru atau teman, hal ini mempengaruhi pelajaran materi berikutnya.
6.
Siswa cenderung mengandalkan jawaban dari guru dalam mengerjakan latihan. Ketika guru menunjuk salah satu siswa untuk menyelesaikan soal – soal ke
7.
depan kelas, ada sebagian siswa yang menolak kemudian menunjuk teman yang lain untuk menyelesaikan. 8.
Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika dapat dikatakan kurang. Ini terlihat dari respon siswa yang kurang menyukai ketika guru memberikan tugas pada saat materi selesai. Sehingga ada beberapa siswa menyalin tugas temannya dengan alasan tidak mengerti dan malas mengerjakan.
9.
Pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, sebagian besar siswa hanya diam dan menunduk. Fakta di atas menunjukkan sikap dan perbuatan siswa ketika menerima
pelajaran dari guru kurang senang terhadap matematika. Gejala adanya siswa yang kurang senang menerima pelajaran dari guru tidak seharusnya terjadi, karena hal itu akan menghambat proses belajar mengajar. Kurang senangnya seorang siswa terhadap pelajaran matematika bisa jadi disebabkan gaya mengajar guru yang kurang bervariasi dan metode mengajarnya itu-itu saja.4 4
Syaiful Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006). hlm.163.
5
Beberapa usaha yang telah dilakukan guru untuk menciptakan suasana kelas sehingga siswa senang belajar matematika, diantaranya adalah membimbing siswa mengerjakan latihan, meminta siswa mengerjakan latihan/menuliskan hasil kerjanya ke depan untuk menumbuhkan persaingan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, belajar, dan memberikan penghargaan kepada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya. Namun hal ini belum mampu menumbuhkan sikap siswa menjadi senang terhadap matematika. Bertolak dari kondisi sikap siswa yang kurang senang dalam belajar, sebagaimana yang dikemukakan di atas
khususnya dan dalam pelajaran
matematika pada umumnya, maka perlu diperbaiki proses dalam pembelajaran, sehingga dapat menumbuhkan rasa senang siswa terhadap matematika. Karena perasaan merupakan faktor psikis yang nonintelektual. Sikap yang positif akan terungkap dalam ”perasaan senang” (rasa puas, rasa gembira, rasa simpati, dan lain sebagainya). Sikap negatif akan terungkap dalam ”perasaan tidak senang” (rasa benci, rasa takut, dan lain sebagainya).5 Munculnya rasa senang terhadap matematika, mendorong siswa bersikap positif terhadap matematika, sehingga siswa akan terdorong untuk belajar dengan baik. Berkaitan dengan pembelajaran, bahwa untuk mencapai suatu tujuan sangat diperlukan pemikiran tentang siasat, prosedur atau cara yang akan digunakan dalam pembelajaran matematika. Demikian juga untuk mencapai tujuan pengajaran diperlukan strategi, pendekatan atau metode, serta teknik tertentu dalam pembelajaran atau kata lain keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada bagaimana suatu bahan ajar disampaikan. Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis mencoba menerapkan model Advance Organizer. Advance Organizer untuk mengaktifkan skemata siswa (eksistensi pemahaman siswa) untuk mengetahui apa yang telah dikenal siswa dan untuk membentuknya mengenal relevensi pengetahuan yang dimiliki. Advance Organizer memperkenalkan pengetahuan baru secara umum yang dapat digunakan siswa sebagai kerangka untuk memahami isi informasi baru secara 5
W.S.Winkel S.J.M.Sc. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia 1984), edisi pertama, cet 3. hlm. 30-31.
6
terperinci.6 Advance Organizer dapat memperkuat struktur kongnitif dan meningkatkan penyimpanan materi baru7. Ausubel mendeskripsikan Advance Organizer sebagai materi pengenalan yang disajikan pertama kali dalam tugas pembelajaran dalam tingkat abstraksi dan inklusivitas yang lebih tinggi dari pada tugas pembelajaran itu sendiri. Advance Organizer pernyataan yang dibuat guru sebelum sebuah presentasi atau sebelum memerintahkan siswa untuk membaca bahan-bahan tekstual yang memberikan struktur bagi informasi baru untuk dikaitakan dengan prior knowledge siswa.8 Tujuannya adalah menjelaskan, mengintegrasikan, dan menghubungkan materi baru dalam tugas pembelajaran dengan materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya. Kemudian Ausubel mengemukakan, bahwa belajar dikatakan menjadi bermakna, bila informasi yang akan dipelajari peserta didik itu dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Ausubel menggunakan istilah ”Advance Organizer” dalam penyajian informasi yang dipelajari peserta didik agar belajar menjadi bermakna. Kekuatan model ini ialah mempermudah siswa dalam mempelajari materi baru, karena dengan adanya model pembelajaran Advance Organizer ini siswa dapat dengan mudah mengingat kembali materi yang pernah diperoleh sebelumnya yang berhubungan dengan materi baru. Model pembelajaran ini juga terjadinya proses pengaitan informasi berikutnya. Dari pernyataan di atas dapat dikemukakan bahwa Advance Organizer adalah kumpulan materi pelajaran yang berfungsi mengaitkan pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Sedangkan tujuan Advance Organizer adalah untuk memperkuat struktur kognitif yang dimiliki siswa sebagai bekal untuk memahami materi yang disajikan. Dengan pengetahuan awal yang lebih baik akan mempermudah siswa untuk menerima materi yang baru. Kondisi pembelajaran yang demikian akan memberikan rasa
6
Sri Anita dan Suzanah. Op. Cit, hlm 1.5. Joyce, B. dan Weil, M. Model Of Teaching, (Yongyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), edisi kedelapan, hlm 281. 8 Richard I. Arends, Learning To Teach, (Yongyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), edisi ketujuh, hlm 221. 7
7
senang bagi siswa dalam belajar matematika. Selanjutnya dengan rasa senang tersebut akan tumbuh dan berkembangnya sikap siswa yang positif terhadap matematika. Dengan memperhatikan fungsi dan tujuan penerapan model pembelajaran Advance Organizer, yakni mempersiapkan siswa menerima materi baru, maka siswa akan lebih mudah menerima/memahami materi yang akan disampaikan guru. Dengan adanya kemudahan ini akan mendorong siswa untuk tetap dalam tugasnya dan akan mendorong siswa untuk mandiri serta mengurangi kegagalankegagalan yang dapat memicu sikap siswa yang kurang positif terhadap matematika. Artinya siswa tidak mudah putus asa dalam menghadapi berbagai kesulitan dan sejalan dengan itu, maka keuletan siswa akan tumbuh dan berkembang. Tumbuh dan berkembangnya sikap siswa yang menunjukkan, (1) siswa mengikuti pelajaran dengan sunguh-sungguh, (2) siswa menyelesaikan tugas dengan baik, (3) siswa berpartisipasi aktif dalam diskusi, (4) siswa mengerjakan tugas rumah dengan tuntas dan tepat waktu, (5) siswa merespon dengan baik tantangan yang datang dari bidang studi, (6) siswa percaya diri dalam belajar matematika, (7) siswa mempunyai keyakinan bahwa matematika berguna buat dirinya. Tumbuhnya sikap untuk selalu yang terbaik dalam belajar matematika menunjukkan bahwa dalam diri siswa telah tumbuh sikap positif siswa terhadap matematika. Memahami masalah dan kutipan di atas, maka peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran Advance Organizer pada topik bangun datar segi empat, sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran. Karena pada setiap sub pokok bangun datar segi empat membutuhkan materi awal yang sudah dipelajari siswa untuk dikaitkan pada materi yang akan dipelajari. Sehingga mempermudah siswa untuk menerima materi yang akan disajikan, dengan demikian akan memberikan rasa senang bagi siswa dalam belajar matematika. Melalui penerapan model pembelajaran Advance Organizer ini diharapkan adanya perubahan sikap siswa kelas VII-4 SMP N 3 Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten tahun pelajaran 2009/2010 kearah yang lebih baik terhadap matematika.
8
Agar siswa dapat membangun pengetahuan awalnya secara lebih bermakna, maka dalam penerapan model Advance Organizer fokusnya terletak pada siswa dan guru hanya berfungsi sebagai fasilitator.
B. Identifikasi Masalah Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah bahwa pokok kajian ini adalah Pembelajaran Model Advance Organizer dapat meningkatkan sikap positif siswa. Berdasarkan permasalahan pokok tersebut maka persoalan-persoalan yang mengintari kajian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Kurangnya keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran. 2. Siswa cepat putus asa dalam mengerjakan latihan yang agak sulit dalam belajar serta cenderung mengandalkan jawaban dari guru. 3. Banyak siswa yang takut dan malu menjawab pertanyaan yang diberikan guru, serta persepsi siswa bahwa pelajaran matematika sulit dan menakutkan. 4. Metode mengajar guru yang kurang bervariasi sehingga belum dapat meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika.
C. Pembatasan fokus Penelitian Dengan banyaknya masalah di sekitar kajian ini, maka penulis menfokuskan pada kajian tentang meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran Advance Organizer terhadap siswa kelas VII-4 berjumlah 40 orang, Laki-laki 18 orang dan Perempuan 22 orang di SMP N 3 Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten. Tahun Ajaran 2009/2010 pada pokok bahasan bangun datar segiempat.
D. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan pembatasan masalah dan fokus penelitian di atas, maka peneliti merumuskan masalah “Apakah penerapan model pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam pelajaran matematika”
9
siswa kelas VII-4 SMP N 3 Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten. Tahun ajaran 2009/2010. Dari perumusan masalah maka dijabarkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah model pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam pelajaran matematika? 2. Bagaimana Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran Advance Organizer pada pelajaran matematika? 3. Apakah Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka secara umum tujuan penelitian ini adalah ”Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam pelajaran matematika kelas VII-4 pada pokok bahasan bangun datar segiempat di SMP N 3 Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Advance Organizer pada pembelajaran matematika kelas VII-4 di SMP N 3 Ciputat, Tenggerang Selatan, Banten.
2.
Mengetahui peningkatan sikap positif siswa setelah dilakukan proses pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Advance Organizer.
3.
Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran Advance Organizer.
4.
Mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran Advance Organizer.
10
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, peneliti, siswa, maupun sekolah. Adapun manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut: a.
Bagi guru, sebagai informasi bahwa penerapan model pembelajaran Advance Organizer dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan sikap positif siswa yang menguntungkan terhadap matematika.
b.
Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan sikap positif siswa dalam mata pelajaran matematika dan juga meningkatkan kualitas pengajaran di sekolah.
c.
Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran matermatika.
d.
Bagi peneliti, menjadi ilmu yang berharga dalam penulisan yang berikutnya.
11
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A. Deskripsi Teoritis 1.
Pembelajaran Matematika a.
Pengertian Matematika Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, Mathematike, yang
berarti “relating to learning”. Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berfikir).1 Dalam kamus besar bahasa Indonesia, matematika adalah ilmu yang memuat bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah.2 Beberapa pendapat juga muncul tentang pengertian matematika, ada yang mengatakan matematika simbol, matematika adalah bahasa numerik, matematika adalah bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional; matematika adalah metode berfikir logis; matematika adalah sarana berfikir logis; matematika adalah sarana berfikir; matematika adalah ratunya ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya; matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang; matematika adalah ilmu yang mempelajari pola, bentuk, dan struktur.3 Menurut Johnson dan Rissing (1972), matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, akurat, refresentasinya dengan simbol dan padat. James dan James 1
Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontempore, (Bandung: JICAUPI. 2001), hlm. 18. 2 Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) edisi ketiga, h.723. 3 Erna Suwangsih danTiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI, 2006), hlm 3.
11
12
(1976), dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Menurut pendapat kelompok matematikawan, matematika adalah ilmu tentang struktur yang bersifat deduktif atau aksiomatik, akurat, abstrak, ketat, dan sebagainya. Reys , dkk (1984), dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.4 Kemudian matematika merupakan pelajaran yang sangat penting dalam dunia pendidikan sekolah, jadi matematika sekolah dapat diartikan sebagai salah satu ilmu dasar. Matematika sekolah tersebut terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuh kembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi serta berpandu pada perkembangan IPTEK. Hal ini menunjukan bahwa matematika sekolah tetap memiliki ciri-ciri yang dimiliki matematika, yaitu memiliki objek kajadian yang abstrak serta berpola pikir deduktif konsisten.5 Sedangkan fungsi pelajaran matematika sekolah ada tiga, pertama sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lainnya, kedua matematika sekolah juga merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan di antara pengertian itu, dan fungsi matematika yang ketiga adalah ilmu atau pengetahuan. Ketiga fungsi matematika tersebut hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika sekolah.6 Sedangkan matematika sekolah mempunyai peran yang sangat penting baik bagi siswa, supaya punya bekal pengetahuan dan untuk pembentukan sikap serta pola pikirnya, warga negara pada umumnya
4
Erman Suherman, dkk, Op. Cit, hlm.15. Sri Anita W. Janet Trineke Manoy dan Suzanah. Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm.7.23. 6 Erman Suherman, dkk. Op. Cit, hlm. 55. 5
13
supaya dapat hidup layak, untuk kemajuan negaranya, dan matematika itu sendiri dalam rangka melestarikan dan mengembangkannya. Sedangkan tujuan umum diberikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menurut Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) meliputi dua hal yaitu: Mempersiapkan agar siswa sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.7 Dari uraian dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu pengetahuan tentang ilmu bilangan, logika mengenai bentuk, susunan besaran dan konsep-konsep dimana dalam mempersentasikannya menggunakan simbol-simbol, matematika ratu ilmu, matematika ilmu deduktif, terstruktur dan matematika sekolah merupakan salah satu ilmu dasar dengan fungsi sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam pelajaran lain, bagi siswa pembentukan pola pikir, dan sebagai ilmu pengetahuan bahwa matematika merupakan suatu ilmu mengenai bilangan-bilangan yang diperoleh dengan bernalar, terorganisasikan dengan baik yang dapat diterapkan di sekolah untuk mengembangkan cara berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama baik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) maupun pada jenjang pendidikan menengah (SMU dan SMK) dan dapat digunakan sebagai pemecahan masalah dalam kehidupan seharihari.
7
Erman Suherman, dkk, Ibid, hlm. 56.
14
b. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.8
Belajar
adalah
proses
perubahan
perilaku
berkat
pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.9 Kemudian Lester D. Crow mengemukakan, belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap.10 Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya, maka belajar seperti itu disebut ”rotelearning”. Kemudian, jika yang telah dipelajari itu mampu
disampaikan dan
diekspresikan dalam bahasa sendiri, maka disebut ”overlearning”. Secara umum belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap.11 James O. Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar sering juga diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan.12 Sedangkan definisi belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.13
8
Muhibbin Syah. Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 59. Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.10. 10 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.13. 11 Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press, 2006), hlm.117. 12 Udin S. Wiranataputra, dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm. 1.8. 13 Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 2. 9
15
Beberapa definisi para ahli tentang belajar, diantaranya adalah sebagai berikut: Skiner (dalam Barlow,1985) mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara prograsif. M. Sobry Sutikno dalam bukunya Menuju Pendidikan Bermutu (2004), mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Thursan Hakim dalam bukunya belajar secara efektif (2002), mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pemahaman,
kecakapan,
pengetahuan,
keterampilan,
daya
sikap,
fikir,
kebiasaan,
dan
lain-lain
kemampuannya.14 Witherington,
belajar
adalah
suatu
perubahan
di
dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaain atau suatu pengertian. Menurut Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang.15
14
Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Rineka Aditama, 2007), hlm 5. 15 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidika, (Bandung: Remadja Karya, 1984), hlm. 81.
16
James O Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.16 Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah ”perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas tertentu. Peruhahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga mengarah ketingkah laku yang lebih buruk. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut.17 Bertitik tolak dari berbagai pandangan sejumlah ahli tersebut mengenai belajar, meskipun diantara para ahli tersebut ada perbedaan mengenai pengertian belajar, namun baik secara eksplisit maupun implisit diantara mereka terdapat kesamaan maknanya, yaitu definisi manapun konsep belajar itu selalu menunjukan kepada ”suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan peraktek atau pengalaman tertentu”. Hal-hal pokok dalam pengertian belajar adalah belajar itu membawa perubahan tingkah laku, karena pengalaman dan latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkanya kecakapan baru, dan perubahan itu didapat karena usaha yang sengaja.18 Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku dapat berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada dan dapat berupa yang positif atau negatif dan bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian menghilang. Perubahan itu didapat melalui mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman. Tingkah laku yang mengalami perubahan menyangkut
16
semua
aspek
kepribadian/tingkah
laku
individu,
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.104. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 30. 18 Syaiful Sagala, Op. Cit, hlm. 37. 17
17
pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, dan aspek lainnya. Proses yang terjadi yang membuat seseorang melakukan proses belajar disebut pembelajaran. Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.19 Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya kita menggunakan istilah “proses belajar-mengajar” dan “pengajaran”. Menurut Gagne, Bringgs, dan Wager (1992), pembelajaran adalah “serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa”.20 Pembelajaran
lebih
mengacu
pada
segala
kegiatan
yang
berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa. Kalau kita menggunakan kata “pengajaran”, kita membatasi diri hanya pada konteks tatap muka antara guru dan siswa di dalam kelas. Sedangkan dalam istilah pembelajaran, interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik. Siswa dapat belajar melalui bahan ajar cetak, program radio, program televisi atau media lainnya. Guru tetap memainkan peranan penting dalam merancang setiap kegiatan pembelajara. Dengan demikian pengajaran merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran. Pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi tersebut antara siswa yang belajar dengan lingkungan belajarnya, baik dengan guru, siswa lainnya, tutor, media, atau sumber lainnya. Ciri lain dari pembelajaran
19
adalah
“adanya
komponen-komponen
yang
saling
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemudah, 2003 ), hlm. 74. 20 Udin S. Wiranataputra, Op. Cit, hlm 1.19
18
berkaitan satu sama lain dan komponen-komponen tersebut adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran”.21 Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi
pengetahuan
baru
sebagai
upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.22 Sedangkan yang dimaksud dengan kegiatan pembelajaran adalah suatu usaha dan proses yang dilakukan secara sadar dengan mengacu pada tujuan (pembentukan kompentensi), yang dengan sistematik dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah laku.23 Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu: pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktifitas siswa dalam proses berfikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memberbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada giliranya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.24 Tujuan pembelajaran mengacu pada kemampuan atau kompetensi yang diharapkan, dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran tertentu. Pandangan behavioristik tentang tujuan pembelajaran ditentukan tentang penambahan pengetahuan sedangkan pandanga konstruktivisme tujuan pembelajaran
ditentukan
tentang
bagaimana
belajar.
Kegitan
pembelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi, metode, 21
Ibid, hlm. 1.19. Syaiful, Op. Cit, hlm. 62. 23 Zurinal, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: LP UIN Jakarta, 2006). Loc. Cit. 24 Syaiful, Op. Cit, hlm 63. 22
19
dan teknik, serta media dalam rangka membangun proses belajar, antara lain membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.25 Setiap tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran matematika pada dasarnya merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai hasil dari proses pembelajaran matematika tersebut, karena sasaran tujuan pembelajaran matematika tersebut dianggap tercapai, bila siswa telah memiliki sejumlah pengetahuan dan kemampuan dibidang matematika yang dipelajari. Bahan pelajaran matematika yang harus dipelajari harus bermakna, artinya bahan pelajaran harus sesuai dengan kemampuan dan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Dengan kata lain, pelajaran matematika yang baru perlu dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap dengan baik.26 Dari urain di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang disengaja atau upaya yang dirancang oleh pendidik dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar, serta terjadinya interaksi optimal antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa. Sedangkan proses pembelajaranya bersifat exsternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku atau perubahan perilaku siswa. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman dalam belajar matematika. 2.
Sikap Positif Siswa Terhadap Pelajaran Matematika. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sikap. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi, serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Berbicara tentang sikap, telah didefinisikan
25
Mark K. Smith dkk, Teori Pembelajara dan Pengajaran, (Yogyakarta: Mirza Media Pustaka, 2009), hlm 29-30. 26 Hamzah, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 32.
20
dalam berbagai versi oleh para ahli. Berkowitz menemukan adanya lebih dari tigapuluh definisi sikap. Puluhan definisi dan pengertian pada umumnya dapat dimaksudkan kedalam tiga kerangka pemikiran. Pertama adalah kerangka yang diwakili oleh Louis Thurstone (1928), Rensis Likert (1932), dan Charles Osgood (tokoh terkenal di bidang pengukuran sikap). Menurut mereka, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (Favorable), maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada suatu objek. Secara lebih spesifik, Thurstone sendiri memformulisasikan sikap sebagai ”derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek psikologis” (Edwards,1957).27 Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap dapat bersifat positif, cenderung tindakan mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sikap negatif, cenderung tindakan menjauhi, menghindar, membenci, tidak mnyukai objek tertentu.28 Kelompok pemikir yang kedua diwakili oleh para ahli seperti Chave (1928), Bogardus (1931), Lapierre(1934), Meaad (1934), dan Gordon Allport (1935; tokoh terkenal dibidang psikologi sosial dan psikologi kepribadian). Menurut kelompok pemikiran ini, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Sedangkan kelompok pemikir yang ketiga adalah kelompok yang berorientasi kepada skema triadik (triadic schema) Secord & Backman (1964), menurut kerangka pemikir ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang salain berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek.29 27
Syaifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukuran, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 4-5. 28 Zikri Neni Iska, Psikologi, (Jakarta, 2006), hlm. 109. 29 Syaifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukuran, (Jakarta : Pustaka Pelajar, 2005). Loc. Cit.
21
Pada umumnya rumusan-rumusan mengenai sikap mempunyai persamaan unsur, yaitu adanya kesedian untuk merespon terhadap suatu situasi. Triandis (1971), mendefinisikan “An attude is an idea charged with emotion which predisposes a class of actions to a particular class of social situations”. Rumusan ini menyatakan bahwa sikap mengadung tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek dan sikap terhadap objek ini disertai dengan perasaan positif dan negative.30 Selanjutnya Azwar menyatakan struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective), dan komponen konatif (conative). Slameto menyatakan bahwa terdapat tiga metode yang mempengaruhi siswa mengubah sikap, antara lain: a.
Dengan
mengubah
komponen
kognitif
dari
sikap
yang
bersangkutan. Caranya dengan memberi informasi-informasi baru mengenai objek sikap, sehingga komponen kognitif menjadi luas. b.
Dengan cara mengadakan kontak langsung dengan objek sikap. Dengan cara ini komponen afektif turut pula dirangsang cara ini paling sedikit akan merangsang orang-orang yang bersikap anti untuk berfikir lebih jauh tentang objek sikap yang tidak mereka senanginya.
c.
Dengan memaksa orang menampilkan tingkah laku-tingkah laku baru yang tidak konsisten dengan sikap-sikap yang sudah ada. Sikap memegang peranan yang penting dalam belajar, baik sikap
terhadap pengajar maupun terhadap materi yang akan diajarkan, karena sikap sangat berpengaruh terhadap prestasi. Oleh sebab itu sikap positif siswa terhadap matematika perlu ditumbuh kembangkan, dengan menciptakan kondisi belajar matematika yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa belajar dengan baik. Jika ada perubahan dalam
30
Slameto. Op. Cit, hlm 188.
22
sikap berarti adanya tekanan yang kuat dan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap melalui proses tertentu. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek, sikap terhadap objek ini disertai dengan perasaan positif dan negatif. Sikap positif terhadap mata pelajaran tertentu merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, jika siswa bersikap negatif terhadap mata pelajaran tertentu apalagi ditambah dengan timbulyan rasa kebencian terhadap mata pelajaran tertentu, akan menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa yang bersangkutan. Telah dikemukakan bahwa siswa perlu memiliki sikap positif terhadap matematika. Sehubungan itu maka guru semestinya memiliki pengetahuan tentang ciri–ciri siswa yang bersikap senang terhadap matematika, yang ditunjukkan siswa dalam aktifitasnya saat proses pembelajaran, menunjukkan bahwa siswa tersebut menyenangi pelajaran matematika atau memiliki yang positif terhadap matematika. Bertolak dari urain di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan perilaku yang menunjukkan kecendrungan untuk memberikan respon, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Sikap yang positif adalah sikap yang sungguh-sungguh dalam belajar baik di sekolah maupun di rumah, Misalnya merasa senang dalam belajar, kesungguhan dalam belajar, dan sebagainya. Sebaliknya sikap yang negatif adalah sikap yang tidak senang dalam belajar, dapat dilihat melalui gejala-gejala yang ditimbulkan dalam belajar. Misalnya tidak tertarik dalam belajar, sering menganggu temannya dalam belajar dan sebagainya. Berdasarkan kesimpulan ini, maka sikap terhadap matematika dalam penelitian ini
didefinisikan sebagai
kecendrungan untuk
memberikan respon, baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif terhadap matematika. Siswa yang memiliki sikap positif terhadap matematika yang dianggapnya bernilai dalam pandangannya, berarti seseorang siswa mengetahui dan menyadari bahwa matematika itu
23
bermanfaat dalam kehidupan sehari–hari maupun dalam menunjang untuk mempelajari ilmu lain. Sebaliknya, jika siswa bersikap negatif terhadap matematika maka motivasi siswa untuk memepelajari matematika rendah, akhirnya hasil belajarnya tidak memuaskan. 3.
Pembelajaran Advance Organizer. Mengingat sikap merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar, oleh sebab itu sebagai pengelola pembelajaran harus mampu memilih dan menerapkan strategi pembelajaran sebagai upaya menumbuhkan sikap siswa yang positif terhadap matematika. Salah satu strategi pembelajaran yang penting diterapkan
dalam
pembelajaran
matematika
adalah
bagaimana
mempersiapkan peserta didik menerima materi baru dengan mudahh yang akan diajarkan guru. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa jika siswa tidak siap menerima pelajaran maka ia tidak akan mengikuti penjelasan guru dengan baik. Sebagai akibatnya siswa malas belajar dan seiring dengan itu muncul perilaku-perilaku siswa yang tidak diinginkan dalam pembelajaran. Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut ”Pengatur kemajuan (belajar)” (Advance Organizer) didefinisikan dan dipersentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengaturan kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Ausubel percaya bahwa ”Advance Organizer” dapat memberikan tiga macam manfaat yakni:31 1. Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan dipelajari oleh siswa. 2. Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang dipelajari siswa”saat ini” dengan apa yang ”akan” dipelajari siswa. 31
Prasetya Irawan, Suciati, dkk, Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar, (Jakarta: PEKERTI, 1994), hlm.10.
24
3. Mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudahh. Untuk itu, pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus sangat baik, hanya dengan demikian seorang guru akan mampu menemukan informasi, yang menurut Ausubel ”sangat abstrak, umum dan inklusif”, yang mewadahi apa yang akan diajarkan itu. Selain itu, logika berfikir guru juga dituntut sebaik mungkin. Tanpa memiliki logika berfikir yang baik, maka guru akan kesulitan memilah-milah materi pelajaran, merumuskanya dalam rumusan yang singkat dan padat, serta menguratkan materi demi materi itu ke dalam struktur urutan yang logis dan mudahh dipahami. Model pembelajaran yang menekankan pentingnya memperkuat pengetahuan awal siswa sebagai upaya persiapan untuk menerima materi baru
adalah
model
pembelajaran
Advance
Organizer.
Model
pembelajaran ini dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa, seperti fakta–fakta, konsep–konsep, dan generalisasi–generalisasi yang telah dipelajari siswa. Dengan kata lain struktur kognitif merupakan jenis pengetahuan tertentu yang ada di dalam pikiran yang berfungsi sebagai kerangka konseptual bagi pengetahuan berikutnya yang lebih rinci dan abstrak. Lebih lanjut Ausubel menyatakan bahwa faktor tunggal yang sangat penting dalam proses mengajar belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa berupa materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Apa yang telah dipelajari siswa dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai titik tolak dalam mengkomunikasikan informasi atau ide baru dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat melihat keterkaitan antara materi pelajaran yang telah dipelajari dengan informasi atau ide baru. Dalam kegiatan ini, sangat diperlukan adanya alat penghubung yang dapat menjembatinya informasi atau ide baru
25
dengan materi pelajaran yang telah diterima oleh siswa. Alat penghubung dimaksud adalah Advance Organizer. 32 Guru menggunakan Advance Organizer
untuk mengaktifkan
skemeta siswa (eksistensi pemahaman siswa), untuk mengetahui apakah yang telah dikenal siswa dan untuk membantunya mengenal relevansi pengetahuan yang telah dimilki. Advance Organizer memperkenalkan pengetahuan baru secara umum yang dapat digunakan siswa sebagai kerangka untuk memahami isi informasi baru secara terperinci.33 Joyce dan Weil menyatakan, bahwa Advance Organizer berfungsi untuk menjelasakan, mengintegrasikan, dan mengaitkan pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh pelajar. Strategi pembelajaran ini konsisten dengan pemikiran Ausubel bahwa struktur kognitif yang sudah ada bertindak sebagai alat pengait informasi baru. Sedangkan Ausubel mengemukakan, bahwa tujuan Advance Organizer adalah mengaitkan bahan bermakna yang akan dipelajari (pengetahuan baru) dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Namun perlu digaris bawahi bahwa Advance Organizer bukan merupakan sebuah rangkuman umum materi bahan ajar yang akan dipelajari. Advance Organizer merupakan penyajian singkat informasi visual atau verbal yang tidak mengandung isi atau bahan tertentu dari materi baru yang akan dipelajari. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikemukakan
bahwa
Advance Organizer merupakan seperangkat materi bahan ajar yang dirancang dengan baik dan logis, dan merupakan jembatan bagi materi yang akan diajarkan. Advance Organizer berfungsi menjelaskan, mengintegrasikan, dan mengaitkan pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengetahuan atau pengalaman belajar yang telah dimiliki peserta didik. Sedangkan tujuannya adalah untuk memperkuat struktur kognitif 32
Bruce Joyce, dkk, Model of Teaching. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), edisi kedelapan, hlm. 287. 33 Sri Anita. Op. Cit, hlm. 1.5.
26
yang dimiliki siswa, sehingga memudahhkan siswa dalam memahami materi yang disajikan. Dalam penerapan model pembelajaran Advance Organizer terdiri dari tiga tahap kegiatan yaitu : a. Tahap pertama adalah persentasi Advance Organizar (penyajian materi awal). Tahap pertama, terdiri dari tiga aktifitas yaitu : pertama, menentukan tujuan pembelajaran umum merupakan salah satu cara untuk menarik perhatian siswa dan membawa mereka pada tujuan khusus pembelajaran. Tujuan ini penting untuk memfasilitasi pembelajaran yang bermakna (menentukan tujuan umun yang bermanfaat bagi guru dalam merancang pembelajaran). Kedua, penyajian materi awal. Dalam penyajian materi awal, guru memberikan dorongan kapada siswa untuk mempelajari kembali konsep–konsep, prinsip–prinsip, dan aturan–aturan yang sudah dipelajari siswa sebelumnya yang ada kaitannya dengan materi yang dibahas, serta memahami contoh–contohnya.
Ketiga
untuk
mengetahui
tingkat
pemahaman dan penguasaan siswa tentang materi awal, guru perlu memberikan latihan yang bertujuan untuk mendorong siswa agar konsep–konsep, prinsip–prinsip dan aturan yang telah dipelajari diingat dan dikuasai dengan baik, selanjutnya siap untuk menerima materi baru. b. Tahap kedua adalah penyajian materi pembelajaran. Tahap kedua, adalah penyajian materi utama. Kegiatan ini diawali dengan menarik perhatian siswa terhadap materi yang akan disajikan dengan cara menginformasikan manfaat materi yang akan dipelajari. Selanjutnya guru menyajikan materi pembelajaran secara jelas dan tuntas serta memberikan contohcontoh. Akhir tahap ini, guru memberikan latihan sebagai upaya untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menyerap materi yang disajikan.
27
c. Tahap ketiga memperkuat pengelolahan kognitif. Tahap ketiga menjadi 4 aktifitas yaitu, (1) memanfaatkan prinsip rekonsilisi integratif. Maksudnya adalah memanfaatkan suatu pola penyesuaian hubungan antara struktur kognitif materi lama dengan materi baru yang akan dipelajari, (2) meningkatkan pembelajaran dengan melibatkan siswa aktif, (3) memperoleh pendekatan kritis (umpan balik) dari siswa, (4) mengklarifikasihkan.34 Joyce dan Weil mengemukakan terdapat beberapa cara untuk memadukan materi baru dengan struktur kognitif yang ada. Untuk itu guru dapat menempuh cara–cara seperti : 1. Mengingatkan siswa pada ide–ide (gambaran umun). 2. Meminta siswa meningkatkan pemahaman pada hal–hal penting dan materi baru. 3. Mengulangi definisi–definisi utama. 4. Meminta siswa membedakan beberapa aspek penting materi. 5. Meminta siswa menguraikan materi pembelajaran yang mendukung konsep atau pertanyaan yang digunakan sebagai materi awal. Selanjutnya pembelajaran aktif dapat ditingkatkan dengan cara meminta siswa untuk menguraikan kaitan materi baru dengan materi awal, meminta siswa membuat contoh-contoh tambahan tentang konsep dan pernyataan dalam materi pembelajaran, meminta siswa mengulangi istilah– istilah dengan menggunakan kata–kata pada bagian yang penting, dan meminta siswa untuk menguji dengan yang berbeda. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Advance Organizer adalah kumpulan materi pelajaran yang berfungsi mengaitkan pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Sedangkan tujuan Advance Organizer adalah untuk memperkuat struktur kognitif yang dimiliki siswa sebagai bekal untuk 34
Bruce Joyce, dkk. Op. Cit hlm. 289.
28
memahami materi yang disajikan. Dengan pengetahuan awal yang lebih baik akan mempermudahhkan siswa untuk memerima materi yang baru. Kondisi pembelajaran yang demikian akan memberikan rasa senang bagi siswa dalam belajar matematika. Selanjutnya dengan rasa senang tersebut akan tumbuh dan berkembangnya sikap siswa yang positif terhadap matematika. 4.
Langkah – Langkah Penerapan Pembelajaran Advance Organizer Penerapan model Advance Organizer dalam penelitian dirancang sebagai berikut : 1. Tahap Pertama Presentasi Advance Organizer. Tahap pertama ini terdiri dari tiga aktivtas yaitu: mengklarifikasikan tujuan-tujuan pelajaran, menyajikan Advance Organizer, dan mendorong kesadaran pengetahuan yang relevan. Mengklarifikasaikan tujuan adalah salah satu cara untuk memperoleh perhatian siswa dan mengarahkan mereka pada tujuan-tujaun pembelajaran, diawali dengan menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran khusus materi yang akan dipelajari siswa. Selanjutnya dilanjutkan dengan penyajian materi awal yang dirancang, agar pusat pembelajaran terletak pada siswa dan guru hanya memberi bantuan jika diminta. Hal ini ditempuh agar pengalaman belajar diperoleh lebih bermakna. Sehubungan dengan itu, maka pada tahap ini, siswa belajar memahami materi awal dengan memberikan pelajaran sebelumnya. Melalui soal yang diberikan oleh guru, siswa didorong untuk membangun kembali pengalaman
belajarnya
yang
diperlukan
sebagai
upaya
mempersiapkan diri untuk mempelajari materi baru. Misalnya dalam belajar matematika sebelum masuk materi utama seperti bangun datar segi empat maka terlebih dahulu guru memberi dorongan kepada siswa untuk mempelajari materi awal yang ada kaitanya dengan materi bangun datar segi empat.
29
2. Tahap kedua Materi Pembelajaran Dalam tahap ini, aktifitas guru adalah menyajikan materi utama yang diawali dengan menarik perhatian siswa. Hal ini bertujuan untuk memfokuskan perhatian siswa terhadap materi yang akan disampaikan. Selanjutnya guru menyajikan materi pelajaran secara jelas dan tuntas disertai contoh–contoh, kemudian memberikan latihan. Selama presentasi, pengelolaan materi pelajaran dibuat dengan jelas pada siswa sehingga siswa memiliki seluruh indera petunjuk dan dapat melihat urutan logis dari materi yang disampaikan. 3.
Tahap ketiga Memperkuat Struktur Kognitif Siswa Dalam kegiatan ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Guru meminta siswa untuk mengaitkan konsep–konsep, prinsip- prinsip, dan aturan yang diperoleh lewat penyajian materi pembelajara dari konsep–konsep, prinsip–prinsip yang diperolehnya melalui penyajian materi awal. b. Mengintensifkan proses pembelajaran dengan melibatkan siswa aktif. c. Mendapatkan pendekatan kritis (umpan balik) tentang suatu materi. d. Membuat kesimpulan atau rangkuman.
5.
Hubungan
antara
Penerapan
Model
Pembelajaran
Advance
Organizer dengan Sikap Positif Siswa Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa sikap adalah satu
faktor
yang berperan
dalam
menentukan
kualitas
proses
pembelajaran yang dikelola oleh guru. Hal ini mengidentifikasikan bahwa semakin terbukanya kemungkinan tumbuh dan berkembangnya sikap positif siswa dalam pelajaran matematika menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dikelola guru semakin baik. Sehubungan dengan itu, maka guru sebagai fasilitator berperan sebagai pembantu
30
dalam pengalaman belajar, membantu perubahan lingkungan serta membantu terjadinya proses belajar yang serasi dengan kebutuhan dan keinginan.35 Artinya guru sebagai pengelolah pembelajaran harus mampu dan terampil dalam memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang cocok dan sesuai dengan karekteristik siswa dan materi yang akan dipelajari. Dengan demikian, Sikap positif besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila siswa tidak memiliki sikap positif dalam belajar, maka materi yang dipelajari tidak akan dapat diterima oleh siswa dengan sebaik-baiknya, disebabkan tidak ada daya tarik bagi siswa tersebut. Oleh karena itu, diharapkan guru dapat meningkatkan sikap positif belajar siswa tersebut. Berdasarkan teori Gagne dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek langsung antara lain, kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana mestinya belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan aturan. Menurut Teori Edward L Thorndike (1874-1947) belajar akan lebih berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan. Rasa senang atau kepuasan ini bisa timbul sebagai akibat siswa mendapat pujian atau ganjaran. Menurut Teori Ausubel, teori ini terkenal dengan belajar bermakn dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Sehubungan dengan hal di atas maka penerapan strategi pembelajaran
untuk
mempersiapkan
siswa
menerima
pelajaran
merupakan hal yang sangat penting. Model pembelajaran Advance Organizer merupakan seperangkat materi pelajaran yang berfungsi menjelaskan, mengintegrasikan, dan mengaitkan pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengetahuan siswa dan bertujuan untuk
35
Oemar Hamalik. Op. Cit. hlm 47-48
31
memperkuat struktur kognitif yang dimiliki siswa untuk memahami materi yang disajikan.36 Memperhatikan fungsi dan tujuan penerapan model pembelajaran Advance Organizer yaitu mempersiapkan siswa menerima materi baru, maka siswa akan lebih mudahh menerima atau memahami materi yang akan disampaikan guru. Dengan adanya kemudahhan ini akan mendorong siswa untuk mandiri serta mengurangi kegagalan–kegagalan yang dapat memicu sikap siswa yang kurang positif terhadap matematika. Artinya siswa tidak mudah putus asa dalam menghadapi berbagai kesulitan dan sejalan dengan itu maka keuletan siswa akan tumbuh dan berkembang. Tumbuh dan berkembang perilaku siswa yang menunjukkan siswa berminat dan senang belajar matematika, ulet dalam menghadapi kesulitan, tidak cepat putus asa, dan tumbuhnya sikap untuk selalu yang terbaik dalam belajar matematika, menunjukkan bahwa dalam diri siswa telah tumbuh sikap positif siswa terhadap matematika. Dengan
demikian
penerapan
Advance
Organizer
dapat
menumbuhkembangkan sikap positif siswa dalam pelajaran matematika. B. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan Tugas Guru untuk memperhatikan siswanya agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar merupakan proses yang menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Peran guru sangat penting dalam mengatur dan memilih model dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswanya. Berkaitan dengan pembelajaran, bahwa untuk mencapai suatu tujuan sangat diperlukan pemikiran tentang siasat, prosedur atau cara yang akan digunakan dalam pembelajaran matematika. Demikian juga untuk mencapai tujuan pengajaran diperlukan strategi, pendekatan atau metode serta teknik tertentu dalam pembelajaran atau kata lain keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada bagaimana suatu bahan ajar disampaikan.
36
Bruce Joyce dan Weil, M, dkk. Op. Cit hlm. 291.
32
Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen yang ada di dalamnya tidak tercapai. Salah satu dari komponen tersebut adalah model pembelajaran. Model pembelajaran adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Model pembelajaran memudahhkan jalan pengajaran menuju tujuan yang akan dicapai oleh guru kepada siswa. Antara model pembelajaran dan tujuan harus saling berhubungan. Model pembelajaran sebagai penunjang untuk pencapaian tujuan tersebut. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal, pemilihan model pembelajaran menjadi suatu tantangan bagi para pengajar. Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan minat, perhatian, dan keaktifan siswa atau mempunyai sikap positif terhadap matematika. Salah satunya dengan melakukan model pembelajaran Advance Organizer. Advance Organizer adalah kumpulan materi pelajaran yang berfungsi mengaitkan pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Sedangkan tujuan Advance Organizer adalah untuk memperkuat struktur kognitif yang dimiliki siswa sebagai bekal untuk memahami materi yang disajikan. Dengan pengetahuan awal yang lebih baik akan mempermudah siswa untuk memerima materi yang baru. Dengan memperhatikan fungsi dan tujuan penerapan model pembelajaran Advance Organizer yakni mempersiapkan siswa menerima materi baru, maka siswa akan lebih mudahh menerima/memahami materi yang akan disampaikan guru. Dengan adanya kemudahhan itu diduga dapat meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika dan akan akan mendorong siswa untuk tetap dalam tugasnya serta akan mendorong siswa untuk mengurangi kegagalan. Artinya siswa tidak mudah putus asa dalam menghadapi berbagai kesulitan dan sejalan dengan itu maka keuletan siswa akan tumbuh dan berkembang. C. Hipotesis Tindakan Dengan bertitik tolak pada kajian teoritis yang diuraikan di atas maka peneliti mengajukan Hipotesis tindakan sebagai berikut: Penerapan model pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam pelajaran matematika.
33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1) Tempat Penelitian Tempat yang digunakan sebagai penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Advance Organizer untuk meningkatkan sikap positif siswa dalam pelajaran matematika Kelas VII-4 di SMP N 3 Ciputat Kota Tanggerang Selatan Banten. Karena sekolah ini tempatnya strategis dan jarak antara sekolah dengan rumah peneliti dekat. 2) Waktu Penelitian Pelaksanan penelitian di mulai dengan pra penelitian pada tanggal 8, 9, 12 April 2010 observasi di sekolah, wawancara di sekolah pada tanggal 14 dan 15 April 2010. Perencanaan dan
jadwal
penelitian 2 kali seminggu yaitu pada hari Rabu dan Kamis, dan pelaksanaan pengamatan di mulai dengan pertemuan pertama pada hari Rabu tgl 14 April 2010 dan selesai pada tgl 29 Mei Tahun ajaran 2009/2010. B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan 1. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau lebih dikenal dengan Classroom Action Research yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut dilakukan oleh Guru atau dengan arahan dari Guru yang dilakukan oleh siswa.1 Penelitian Tindakan Kelas dapat juga diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas 1
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007) Cet ke-4, hlm. 3
32
34
melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari pelaksanaan tersebut.2 Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidikan dalam menangani proses pembelajaran semakin meningkat kualitas pendidikan. Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutka dengan beberapa siklus. Dalam hal ini, yang dimaksud siklus adalah satu putaran kegiatan beruntun yang kembali kelangkah semula, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: 3 a. Perencanaan (Planning) Pada tahap perencanaan penelitian menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Dalam tahap ini penelitian
menentukan
titik
fokus
peristiwa
yang
perlu
mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian bekerja sama dengan kolaborator (Guru kelas) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan disajikan dalam proses pembelajaran di kelas. Pada tahap ini juga peneliti membuat instrument penelitian yang terdiri dari lembar observasi, jurnal harian, lembar wawancara, dan soal tes untuk akhir siklus. b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pada tahap ini, adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan tindakan kelas. c. Pengamatan (Observing) Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersama dengan pelaksanan tindakan untuk memperoreh data yang akurat 2 3
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 26. Suharsimi Arikunto, dkk. Op. Cit, hlm, 16.
35
untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, mengadili, dan mendokumentasikan semua gejala indikator yang terjadi selama proses penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan dengan dibantu oleh guru kelas yang bertugas sebagai observer dan kolaborator. Sebagai observer yaitu mengamati sikap siswa selama proses pembelajaran dan member penilaian terhadap peneliti dalam menerapkan model Pembelajaran Advance Organizer. d. Refleksi (Reflecing) Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan apa yang sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti dan observer, sehingga diketahui apakah kegiatan yang telah dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Tahap ini dilaksanakan dengan maksud untuk memperbaiki
kegiatan
penelitian
sebelumnya,
yang
akan
diterapkan pada penelitian berikutnya. 2. Desain Penelitian Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Apabila dengan hasil siklus II sudah menunjukan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan kesiklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya. Secara lebih rinci prosedur pelaksanaan PTK itu dapat digambarkan dengan alur sebagai berikut.
36
Bagan 1. Alur Prosedur Pelaksanaan PTK
Alternatif pemecahan (Rencana Tindakan)
Permasalahan
Pelaksanaan Tindakan
Selesai ?
Siklus I
Anaslisis Data
Refleksi
Masalah belum selesai
Observ asi
Alternatif pemecahan Pengamatan dan
Pelaksanaan
(Rencana Tindakan) pengumpula
Tindakan
n data
Selesai ?
Siklus II
Perencanaan II Refleksi
Anaslisis Data
us 2
Observasi
Siklus selanjutnya
Masalah belum selesai
C. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Hasil
penelitian
yang
diharapkan
adalah
dengan
indikator
keberhasilan sebagai berikut: 1.
Hasil pengamatan melalui lembar observasi sikap positif siswa dalam belajar matematika menunjukkan peningkatan sikap positif. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil persentase sikap positif siswa mencapai rata-rata 75%.
2.
Rata-rata persentase respon positif siswa dapat mencapai minimal 70%.
37
3.
Rata-rata tes hasil belajar yang diberikan kepada siswa pada setiap akhir siklus harus mencapai lebih dari atau sama dengan 75.
D. Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian Partisipan yang terlibat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas VII-4 yang berjumlah 40 orang yang terdiri dari 22 perempuan dan 18 laki SMP N 3 Tanggerang Salatan Banten dan guru kelas VII sebagai observer. Pada tahap pelaksanaan tindakan guru matematika kelas membantu peneliti mengamati sikap yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran yang menggunakan lembar observasi. Selain itu guru matematika juga melakukan observasi dan penilaian terhadap peneliti pada saat melakukan tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kualitas pengajaran yang dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan tindakan dan untuk mendapatkan informasi dalam rangka perbaikan pada saat tindakan berikutnya. E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku penelitian, yakni berperan langsung sebagai guru yang melakukan proses pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran Advance Organizer. Peneliti bekerja sama dengan guru matematika kelas sebagai kolaborator dan observer. Guru kelas Sebagai kolaborator yaitu membantu peneliti dalam hal membuat Rencana Pelaksanaa Pembelajaran (RPP), membantu peneliti dalam melakukan refleksi dan menentukan tindakan–tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya. Guru kelas sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam mengajar dengan menerapkan pembelajaran Advance Organizer dan mengamati seluruh sikap siswa dalam belajar matematika selama proses pembelajaran matematika berlangsung. Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, maka kerja sama antara guru matematika kelas dan peneliti menjadi hal yang sangat penting dan memiliki kedudukan yang setara, dalam arti masing-masing
38
mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan.4 F. Tahap Intervensi Tindakan Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilakukan, peneliti melakukan penelitian pendahuluan (Pra Penelitian), kemudian akan dilanjutkan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan atau observasi, dan tahap refleksi terhadap tindakan. Jika pada saat refleksi dari siklus I terdapat masalah dalam tindakan, dan indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilakukan tindakan ulang melalui siklus berikutnya (siklus II) yang meliputi perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan atau observasi, dan tahap refleksi terhadap tindakan dengan hasil dari siklus I sebagai acuannya. Jika pada saat refleksi dari siklus II masih terdapat masalah dalam tindakan dan indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilanjutkan siklus III, dimana hasil refleksi siklus II sebagai acuannya. Tetapi, jika pada saat refleksi dari siklus II sudah tidak ditemukan masalah, dan indikator keberhasilan sudah tercapai, maka penelitian diberhentikan. Bagan kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut : Kegiatan Pendahuluan 1. Observasi proses pembelajaran di kelas 2. Wawancara dengan guru kelas 3. Wawancara dengan siswa
4
Suharsimi Arikunto. Ibid, hlm. 63
39
SIKLUS I 1. Tahap Perencanaan
a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model pembelajaran Advance Organizer b. Membuat pedoman observasi c. Membuat pedoman wawancara d. Membuat jurnal harian e. Membuat soal tes Siklus I untuk siswa
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar metematika dengan menerapkan pembelajaran Advance Organizer kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes Siklus . 3. Tahap Observasi a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran Advance Organizer b. Kolaborator mengamati sikap positif siswa selama proses pembelajaran. c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran
4. Tahap Refleksi Peneliti bersama kolaborator mengevalusi proses pembelajaran siklus I. Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan hasil evaluasi siklus I digunakan sebagai acuannya.
Siklus II 1. Tahap Perencanaan a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model pembelajaran Advance Organizer berdasarkan hasil refleksi siklus 1 b. Menyiapkan pedoman observasi c. Menyiapkan pedoman wawancara d. Menyiapkan lembar jurnal harian siswa e. Membuat soal tes Siklus II untuk siswa
40
2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika dengan menerapkan pembelajaran Advance Organizer kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes Siklus II.
3. Tahap Observasi a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran Advance Organizer b. Kolaborator mengamati sikap positif siswa selama proses pembelajaran. c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran
4. Tahap Refleksi Mengevalusi proses pembelajaran Siklus II. Apabila indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.
Bagan 2 Desain Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
Adapun uraian rencana kegiatan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pra penelitian a. Pengamatan keadaan kelas Waktu pelaksanaan : 8, 9, 12 April 2010 Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran di kelas VII-4 SMP N 3 Ciputat. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran matematika dan dan sikap siswa terhadap pelajaran matematika. b. Wawancara Waktu pelaksanaan : 14 dan 15 April 2010 Pada kegiatan ini peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas dan siswa untuk mengetahui sikap siswa terhadap pelajaran matematika, respon siswa terhadap pelajaran matematika dan permasalahan yang
41
dihadapi guru maupun siswa dalam pembelajaran matematika di kelas tersebut. 2. Siklus I a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan model pembelajaran Advance Organizer dan membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi sikap positif siswa, lembar jurnal harian siswa, pedoman wawancara untuk guru, serta lembar pertanyaan untuk siswa, LKS dan soal untuk tes pada akhir siklus I ini. b. Tahap pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan skenario dan rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer yang telah dibuat sebelumnya. Dalam pembelajaran Advance Organizer peneliti berperan sebagai Guru akan melakukan beberapa tindakan yaitu : Tahap Pertama: Persentasi Advance Organizer Mengklarifikasikan tujuan –tujuan pelajaran Memberi contoh-contoh atau latihan Menyajikan konteks mengulang Mendorong kesadaran pengetahuan siswa atau memberikan motivasi Tahap Kedua: Presentasi Materi Pembelajaran Menyajikan materi pembelajaran Mempertahankan perhatian siswa Memperjelas pengolahan materi pelajaran Memperjelas aturan materi Pembelajaran yang masuk akal Taha Ketiga: Memperkuat pengelolahan kongnitif Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi interagtif Menganjurkan pembelajaran resefsi aktif
42
Membangkitkan pendekatan kritis pada materi yang sedang dipelajari Mengklarifikasi c. Tahap observasi Pada tahap ini guru matematika kelas (observer) melakukan pengamatan tentang
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran Advance Organizer dan sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan pengamatan berdasarkan indikator yang telah ditentukan oleh peneliti melalui lembaran observasi. d. Tahap analisis dan refleksi Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada Siklus I, kemudian hasil refleksi digunakan untuk perbaikan pada tahap perencanaan Siklus II. 3. Siklus II a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti membuat skenario dan rencana pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus II. Pada kegiatan ini peneliti mempersiapkan hal-hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan siklus II sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I . b. Tahap pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan skenario dan rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer yang telah dibuat sebelumnya. Tahap Pertama : Persentasi Advance Organizer Mengklarifikasikan tujuan –tujuan pelajaran Memberi contoh-contoh atau latihan Menyajikan konteks mengulang Mendorong kesadaran pengetahuan siswa atau memberikan motivasi
43
Tahap Kedua: Presentasi Materi Pembelajaran Menyajikan materi pembelajaran Mempertahankan perhatian siswa Memperjelas pengelolahan materi pembelajaran Memperjelas aturan materi Pembelajaran yang masuk akal Tahap Ketiga: Memperkuat pengelolahan kognitif Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi interagtif Mengajurkan pembelajaran resefsi aktif Membangkitkan pendekatan kritis pada materi yang sedang dipelajari mengklarifikasi c. Tahap observasi Pada tahap ini guru matematika kelas (observer) melakukan pengamatan tentang
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran Advance Organizer dan sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan pengamatan berdasarkan indikator yang telah ditentukan oleh peneliti. d. Tahap analisis dan refleksi Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya. G. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. 1.
Data Kualitatif: Hasil observasi sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika, hasil wawancara terhadap guru dan siswa, Jurnal harian dan hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran).
44
2.
Data Kuantitatif: Nilai hasil tes tiap siklus Sumber data: Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dan peneliti.
H. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1.
Hasil observasi sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika: Data diperoleh dari lembar observasi yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan.
2.
Jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa dengan diterapkannya model pembelajaran Advance Organizer.
3.
Nilai hasil belajar diperoleh dari tes hasil belajar siswa yang dilakukan pada setiap akhir siklus.
4.
Hasil wawancara: Peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas dan siswa pada tahap pra penelitian dan pada tahap akhir siklus.
5.
Hasil dokumentasi: Dokumentasi yang dimaksud adalah berupa fotofoto yang diambil pada saat proses pembelajaran yang diperoleh dari setiap siklus. Setelah semua data terkumpul, peneliti bersama guru kolaborator
melakukan analisis dan evaluasi data untuk mengambil kesimpulan tentang perkembangan sikap siswa terhadap pelajaran matematika, tentang kelebihan dan kekurangan penelitian tindakan kelas
yang telah
dilaksanakan. I. Instrument-Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu: 1. Instrumen Tes Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada akhir pembelajaran, tes ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan hasil belajar matematika siswa dan ketuntasan belajar siswa terhadap seluruh materi yang telah diberikan pada kedua siklus sebagai implikasi dari PTK.
45
2. Instrumen Non Tes Dalam instrumen non tes ini digunakan instrumen sebagai berikut: a. Lembar observasi sikap positif siswa dalam belajar matematika Lembar observasi sikap positif siswa dalam belajar matematika digunakan untuk mengetahui peningkatan sikap positif siswa dalam belajar matematika. Lembar observasi ini juga digunakan untuk menganalisa dan merefleksi setiap siklus untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya. b. Lembar jurnal harian siswa Lembar jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa
dengan
diterapkannya
model
pembelajaran
Advance
Organizer c. Lembar wawancara Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalahmasalah yang dihadapi di kelas. J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ( Trusworthines) Study Untuk memperoleh data yang valid digunakan teknik triangulasi dan saturasi, yaitu : 1. Menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tentang sikap positif siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa, wawancara siswa, dan memeriksa hasil kerja siswa dalam mengerjakan soal. 2. Menggali data dari sumber yang berbeda untuk informasi tentang hal yang sama. Untuk memperoleh informasi tentang pemahaman siswa dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan siswa dan mengadakan wawancara dengan guru. 3. Memeriksa kembali data-data yang terkumpul, baik tentang kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya.
46
4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul. Saturasi adalah ”situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan, maka waktunya peneliti untuk mengambil keputusan untuk mengakhiri siklus”.5 Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas rasional ataukah belum, dilakukan dengan penelusuran dari segi isinya (content). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.6
Validitas
isi
dilakukan
dengan
mengkonsultasikan
instrument tes tersebut kepada para pakar (ahli) dalam hal ini yaitu dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang merupakan pakar di bidang evaluasi pendidikan matematika. K. Analisis Data dan Interprestasi Hasil Analisis Proses analisis data terdiri atas data pada saat di lapangan yaitu pada saat pelaksanaan kegiatan dan analisis data yang sudah terkumpul. Data yang sudah terkumpul berupa hasil lembaran observasi, hasil tes siswa, hasil wawancara, dan
hasil pengisian jurnal harian siswa. Data yang
berupa sikap siswa yang tercantum dalam lembar observasi didiskusikan terlebih dahulu dengan observer. Semua data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis data ini berguna untuk membuat perbaikan pada kegiatan siklus selanjutnya. Tahap menganalisa data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber, kemudian mengadakan reduksi data, menyusunnya dalam satuan-satuan, dan mengkategorikannya. Data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat dan sikap siswa diubah menjadi kalimat yang bermakna dan alamiah. Analisis data tersebut berlangsung pada saat pengumpulan data dengan pertimbangan analisis berdasarkan analisis logis. Kriteria keberhasilan peningkatan sikap positif siswa terhadap
5
Rochiati Wiriatmadja, Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. I, hlm. 170. 6 Suharsimi Arikunto. Op. Cit, hlm, 67.
47
pelajaran matematika ditunjukkan dengan rata-rata lembaran observasi siswa telah mencapai 75 setelah siklus. L. Pengembangan Perencanaan Tindakan Setelah tindakan pertama (silklus I) dilakukan dan hasil yang diharapkan belum mencapai Kriteria keberhasilan yaitu peningkatan sikap positif siswa dalam pembelajaran matematika maka ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah berhasil menguji penerapan model pembelajaran Advance Organizer dalam meningkatkan
sikap Positif siswa dalama belajar
matematika. Kegiatan penelitian yang penulis akan lakukan memerlukan perencanana dan persiapan yang cukup panjang. Adapun perencanaan tindakannya adalah peneliti mempersiapkan instrument penelitian seperti lembar observasi sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika, lembar jurnal harian siswa, soal-soal yang dipergunakan untuk latihan, dan soal-soal tes formatif untuk menilai hasil belajar matematika siswa, serta lembar wawancara untuk guru dan siswa. Peneliti juga dapat menggunakan lembar kerja siswa yang dibuat oleh peneliti sendiri atau yang dianjurkan oleh sekolah. Dalam melakukan penelitian, guru bidang studi berkolaborasi dengan observer yang dalam hal ini adalah teman seprofesi untuk membantu kelancaran penelitian dan dapat juga sebagai kolaborator untuk berdiskusi membicarakan kegiatan pada siklus selanjutnya.
48
BAB IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan 1. Survei Pendahuluan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dimulai dengan melakukan penelitian pendahuluan yang dilakukan dengan observasi pembelajaran serta wawancara terhadap guru kelas. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 8, 9 dan 14 April 2010 di SMP N 3 Ciputat pada tanggal 8 April 2010 peneliti menemui wakil Kepala sekolah untuk menjelaskan tujuan kedatangan peneliti ke SMP N 3 Ciputat serta bertemu dengan guru bidang studi matematika kelas VII di SMP N 3 Ciputat dan pada tanggal 9 April 2010 peneliti menemui guru bidang studi matematika kelas VII yang bernama ibu Wiwit Turtonowati untuk melaksanakan wawancara. Kemudia pada tanggal 14 April peneliti mengikuti guru mengajar di kelas VII-4. Observasi yang dilakukan pada tanggal 8 April adalah untuk mengetahui selabus yang digunakan di SMP N 3 Ciputat sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan proses penelitian dan mencatat kelender yang berlaku disekolah tersebut. Kemudian pada hari Jum’at tanggal 9 April 2010, peneliti bersama guru bidang studi matematika menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian dan terpilih kelas VII-4. Selain itu peneliti melakukan wawancara terhadap guru bidang studi matematika untuk mengetahui gambaran kegitan pembelajaran yang biasa dilakukan dan untuk mengetahui permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam pembelajaran matematika di kelas tersebut. Kemudian pada hari rabu, 14 April 2010 peneliti mengikuti guru bidang studi mengajar di Kelas VII-4 serta mengamati proses pembelajaran siswa. Adapun hasil pengamatan peneliti dalam proses pembelajaran dikelas VII-4 sebagai berikut:
48
49
a) Dalam menyampaikan materi pelajaran, sistem pembelajaran masih bersifat menonton yaitu berpusat pada guru, sehingga siswa lebih banyak diam dan menerima apa adanya, siswa tidak punya inisiatif untuk mengembangkan potensinya. b) Setiap pertemuan selama pembelajaran berlangsung, beberapa siswa izin untuk keluar kelas secara bergantian. Hal ini dapat berdampak kurang baik bagi siswa tersebut karena tidak mendengarkan penjelasan guru secara keseluruhan. c) Masih banyak siswa yang tidak mengikuti pembelajaran dengan baik, seperti berbicara dengan teman sebangkunya, menganggu teman yang belajar. d) Siswa cepat putus asa jika diberikan latihan yang agak sulit, sehingga ketika mengalami kesulitan dalam belajar matematika mereka tidak mau bertanya kepada guru atau teman, hal ini mempengaruhi pelajaran materi berikutnya. e) Siswa cenderung mengandalkan jawaban dari guru dalam mengerjakan latihan. f) Respon siswa dalam proses pembelajaran terlihat biasa-biasa saja, tidak
ada
yang
aktif
mengemukakan
pendapatnya
malah
kebanyakan siswa acuh tak acuh terhadap pelajaran matematika. Bahkan sebagian besar siswa jarang mencatat materi yang sudah guru sampaikan, hanya beberapa saja dari mereka yang mencatat materi yang guru sampaikan dan itu pun kurang lengkap. Mereka akan mencatat materi jika disuruh atau ditegur guru saja. g) Ketika guru menunjuk salah satu siswa untuk menyelesaikan soal– soal ke depan kelas, ada sebagian siswa yang menolak kemudian menunjuk teman yang lain untuk menyelesaikan. h) Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika dapat dikatakan kurang. Ini terlihat dari respon siswa yang kurang menyukai, ketika guru memberikan tugas pada saat materi selesai.
50
Sehingga ada beberapa siswa menyalin tugas temannya dengan alasan tidak mengerti dan malas mengerjakan. i) Pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, sebagian besar siswa hanya diam dan menunduk. Berdasarkan hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa tidak banyak siswa yang menyukai pelajaran matematika dengan alasan karena matematika itu pelajaran yang sulit dan memusingkan. Siswa terlihat bosan pada saat mengikuti pelajaran matematika serta sering mintak izin keluar secara bergantian pada saat proses pembelajaran. Dokumentasi proses belajar siswa kelas VII-4 pada saat penelitian pendahuluan.
Gambar 1 Proses pembelajaran matematika pada penelitian pendahuluan
51
Gambar 2 Proses pembelajran matematika pada penelitian pendahuluan
Hasil observasi pembelajaran matematika di kelas tersebut digunakan sebagai bahan untuk merencanakan tindakan pada siklus I nanti.
2. Tindakan Pembelajaran Siklus I Tindakan pembelajaran siklus 1 merupakan tindakan awal yang sangat penting, hal ini dikarenakan analisis dari hasil tindakan pembelajaran tahap ini akan dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada tindakan pembelajaran selanjutnya. Pada tindakan pembelajaran siklus I sub pokok bahasan yang disampaikan yaitu menjelaskan pengertian, sifat-sifat serta menurunkan, menghitung rumus keliling dan luas bangun datar persegi panjang, persegi, jajargenjang dan belah ketupat. a). Tahap Perencanaan Tahap Perencanan ini peneliti berkonsultasi dan berdiskusi dengan guru
matematika
untuk
mempersiapkan
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya untuk disesuaikan dengan kondisi kelas penelitian sehingga peneliti dapat melaksanakan setiap tindakan pembelajaran sesuai dengan sebagaimana mestinya. Sebelum proses pembelajaran disepakati bahwa guru matematika kelas
52
bertindak sebagai kolaborator dan peneliti sebagai guru, peneliti menyusun dan merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), membuat instrumen-instrumen penelitian atau lembar Ovservasi sikap positip siswa terhadap pelajaran matematika, alat dokumentasi, membuat jurnal harian untuk tiap pertemuan. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Semua persiapan ini peneliti lakukan sendiri agar dapat menerapak model pembelajaran Advance Organizer rencana pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan di SMP N 3 Ciputat. Lembar Kerja Siswa (LKS) dibuat sendiri oleh peneliti sebagai alat bantu proses pembelajaran agar model pembelajaran Advance Organizer bisa lebih terarah. Lembar observasi digunakan untuk mengukur sikap positip siswa terhadap pelajaran matematika selama proses
pembelajaran
berlangsung
yang
menggunakan
model
pembelajaran Advance Organizer. Lembar observasi siswa digunakan untuk mengetahui apakah sikap siswa terhadap proses belajaran matematika meningkat atau sebaliknya. Lembaran observasi sikap positif siswa ini dilakukan pada setiap pertemuan yang diisi langsung oleh observator. Pada siklus I ini peneliti ingin mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer ini dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam pelajaran matematika, target yang ingin dicapai pada siklus I ini yaitu siswa mengalami peningkatan sikap positip siswa terhadap pelajaran matematika, dan siswa memiliki respon yang positif terhadap model pembelajaran Advance Organizer yang dilaksanakan di kelas VII -4.
53
b). Tahap Pelaksanaan Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam lima kali pertemuan yang terdiri dari empat kali pertemuan untuk memberikan materi dan satu kali pertemuan untuk tes siklus 1 dengan alokasi waktu (2x40 menit) tiap pertemuannya, yang berlangsung tiap Rabu dan Kamis, mulai tgl 14 April s/d 5 Mei 2010 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dapat dilihat (Terlampir halaman 106). 1) Pertemuan Pertama (Rabu, 14 April 2010) Pertemuan pertama pokok bahasa yang akan dipelajari persegi panjang yang dibahas adalah tentang
pengertian persegi panjang,
sifat-sifat persegi panjang serta menurunkan rumus keliling dan luas persegi panjang. Pada pertemuan pertama ini, seluruh siswa hadir di kelas. Guru mata pelajaran hadir sebagai observer untuk mengamati dan mengisi lembaran observasi yang telah disediakan dan memberikan penilaian ketika proses pembelajaran berlangsung, kemudian diisi pada lembar observasi. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi
tentang sikap siswa terhadap proses
pembelajaran serta perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya. Observer juga mengoreksi tugas rumah yang telah dikumpulkan oleh siswa yang sebelumnya sudah diberikan tugas. Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan mengenai penerapan model pembelajaran Advance Organizer dan memperagakan langkah-langkah yang terdapat pada pembelajaran tersebut serta menjelaskan bahwa model pembelajaran Advance Organizer ini, struktur pengajaranya atau model pengajaranya dibagi atas tiga tahap kegiatan yaitu, tahap pertama, penyajian materi awal, dimana guru memotivasi siswa untuk mempelajari kembali materimateri pendukung serta contoh-contohnya yang ada kaitannya dengan materi utama. Pada saat proses pembelajaran ini masih banyak yang
54
bingung karena model pembelajaran ini belum pernah diterpkan sebelumnya dan sebagian siswa masih banyak yang ribut. Proses pembelajaran selanjutnya, peneliti memberikan materi pembelajaran materi utama tentang persegi panjang. Pada penyajian materi
utama,
peneliti
menjelaskan
dan
membimbing
siswa
memahami materi utama beserta contoh yang diiringi dengan siswa melakukan
aktifitas
memperhatikan,
bertanya,
membaca
dan
mengerjakan LKS 1 (Terlampir halaman 122). Pada saat mengerjakan LKS 1 peneliti bersama observer berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa. Sebagian siswa ada yang ribut ketika mengerjakan LKS 1. Namun, sebagian siswa ada yang terlihat antusias dan aktif bertanya kepada peneliti, apa saja yang mereka tidak mengerti walaupun kelas menjadi berisik. Observer berusaha menenangkan siswa untuk tidak berisik dalam mengerjakan tugas tersebut. Pada saat siswa bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan memberi petunjuk kepada siswa tersebut agar siswa menjadi paham. Beberapa siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan soal pada lembar tugas tersebut. Namun sebagian siswa masih ada yang mencontoh ketemanya, ada juga beberapa siswa yang hanya mengobrol dan mengganggu siswa yang lain, walaupun sudah ditegur berulang-ulang siswa hanya diam sejenak tetapi tetap mengulanginya. Akhirnya peneliti mendampingi siswa tersebut untuk mengerjakan tugasnya. Berikut ini kutipan dialog antara peneliti dengan siswa pada saat mengerjakan soal latihan. Peneliti
: Dari beberapa soal latihan yang bapak berikan no
berapakah yang sulit dikerjakan? Siswa
: No lima pak (Kebanyakan siswa menjawab no 5 tidak
mengerti). Peneliti
: Siapakah yang bisa mengerjakan no lima?
Siswa
: Saya bisa mengerjakan no lima bapak (salah seorang
siswa mengajukan diri).
55
Peneliti
: Silahkan mengerjakan didepan kelas (soal tersebut
dibahas secara bersama). Soalnya : Halaman sekolah berbentuk persegi panjang, jika panjang halaman dua kali lebarnya dan kelilingnya 48 m, hitunglah a. Berapakah panjang dan lebar halaman ? b. Berapakah luas halaman tersebut ? Jawabanya : Panjang dua kali lebar Misalnya lebar = l makanya panjangnya = 2l Keliling = 48m Maka K = 2 (p + l) = 48 2 (2l + l) = 48 2 (3l)
= 48
6l
=48
l
= 48:6 = 8 m
jadi lebar
=8m
panjang
= 2 x 8 = 16 m
luas
=pxl = 6 x 16 =96m2 Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi
dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, dan mengajukan pertanyaan seputar materi yang dipelajari. Kemudian peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Peneliti juga memberi tugas untuk membaca materi tentang persegi. Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh siswa. Berdasarkan hasil pengamatan 10 indikator yang di amati oleh observator pada pertemuan pertama terhadap 40 siswa. Persentase indikator yang paling sedikit adalah 50% siswa yang berani mengemukan pendapat, 55% siswa memusatkan perhatian dalam belajar matematika, 56,66% siswa mengerjakan pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru, 57,5% siswa mengikuti
56
pelajaran matematika dari awal hingga akhir, 58,33% siswa tidak mengerti bertanya kepada Guru, 60% siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang, 60% siswa mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru, 60,83% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran matematika yang sedang dipelajari. 62,5% siswa membuat catatan setiap belajar, 69,16% siswa mempunyai kesiapan mengikiti pelajaran matematika. 2). Pertemuan kedua (Kamis, 15 April 2010) Peneliti mengawali pembelajaran dengan menanyakan kabar siswa yang masuk dan siswa yang tidak masuk hari ini. Tercatat seluruh siswa hadir. Pertemuan kedua ini pokok bahasa yang akan dipelajari persegi yang dibahas adalah tentang pengertian persegi, sifat-sifat persegi, serta menurunkan rumus keliling dan luas persegi. Guru mata pelajaran hadir sebagai observer untuk mengamati dan memberikan penilaian ketika proses pembelajaran berlangsung, kemudian dicatat pada lembar observasi. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya. Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan mengenai penerapan model pembelajaran Advance Organizer, dimana proses pembelajaranya sama dengan pembelajaran sebelumnya. Peneliti memotivasi siswa untuk mempelajari kembali materi-materi pendukung serta contoh-contohnya yang ada kaitannya dengan materi utama. Pada materi ini yang dibahas adalah tugas rumah yang sebetulnya ada kaitanya dengan materi utama. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa siapa yang berani mengerjakan di depan kelas,
ternyata
kebanyakan
siswa
masih
malu-malu
untuk
mengerjakannya, peneliti akhirnya menyuruh salah satu siswa yang berani mengerjakan didepan kelas dan memberikan kata pujian kepada siswa tersebut.
57
Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti menjelaskan dan membimbing siswa memaham materi utama beserta contoh yang diiringi dengan siswa melakukan aktifitas memperhatikan, bertanya, membaca dan mengerjakan LKS 2 (Terlampir halaman 127). Pada saat mengerjakan LKS 2 peneliti bersama observer berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa. Sebagian siswa masih saja ada yang ribut ketika mengerjakan LKS 2. Namun, sebagian siswa antusias dan aktif bertanya kepada peneliti apa saja yang mereka tidak mengerti walaupun kelas menjadi berisik. Observer berusaha menenangkan siswa untuk tidak berisik dalam mengerjakan tugas tersebut. Pada saat siswa bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan memberi petunjuk kepada siswa tersebut agar siswa menjadi paham. Beberapa siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan soal pada lembar tugas tersebut. Namun sebagian siswa masih ada yang mencontek ketemanya, ada juga beberapa siswa yang hanya mengobrol dan mengganggu siswa yang lain, walaupun sudah ditegur berulang-ulang, siswa hanya diam sejenak tetapi tetap mengulanginya. Akhirnya peneliti mendampingi siswa tersebut untuk mengerjakan tugasnya. Berikut ini kutipan dialog antara peneliti dengan siswa pada saat mengerjakan soal latihan. Siswa
: Bapak.! No empat susah banget, g ngerti pak?
Peneliti
: Siapakah yang bisa mengerjakan no empat?
Siswa
: G ada yang bisa mengerjakan no empat pak
Peneliti
:Kalau begitu kita kerjakan bersama-sama y, coba
perhatikan soalnya baik-baik. Soalnya : Pada persegi ABCD panjang AB = (3x-5) cm dan CD = (2x+2) cm. hitunglah : a. Keliling ABCD b. Luas ABCD
58
Jawabanya a. Dik panjang AB = (3x-5) cm dan CD = (2x+2) cm. 3x – 5 = 2x + 2 3x-2x = 2 + 5 x=7 jadi AB = 3x 7-5= 16cm karna persegi jadi 2x7 + 2 = 16cm keliling ABCD = 4 x s = 4 x 16 = 64 cm luas ABCD = s2 = 162 = 256m2 Peneliti
: Apakah semua sudah paham ?
Siswa
: Sudah pak!
Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, dan mengajukan pertanyaan seputar materi yang dipelajari. Kemudian peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Peneliti juga memberi tugas, serta menyuruh siswa untuk membaca materi tentang jajargenjang. Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh siswa. Pada pertemuan kedua ini sikap siswa terhadap pelajaran matematika masih rendah walaupun sudah ada peningkatan dari pertemuan pertama, bisa dilihat dari persentasi setiap indikator yang di amati oleh observator, persentase indikatornya adalah 63,33% siswa mempunyai kesiapan mengikuti pelajaran matematika. 58,33% siswa mengerjakan pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru. 63,33% siswa mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir. 65,83% siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang. 66,66% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran matematika yang sedang dipelajari. 65% siswa mengerjakan tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 64,16% siswa memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 63,33% siswa membuat catatan setiap belajar matematika. 59,16% siswa tidak
59
mengerti bertanya kepada guru. 63,33% siswa berani mengemukakan pendapat. 3). Pertemuan Ketiga (Rabu 28 April 2010) Pada pertemuan ketiga ini terlebih dahulu peneliti mengabsen siswa ternyata sudah tiga kali pertemuan semua siswa hadir 100%. Sebelum masuk penyajian materi pelajaran, terlebih peneliti mengharapkan untuk mengumpulkan PR serta menayakan kepada siswa siapa yang belajar di rumah tentang materi yang akan dipelajari tentang pengertian, sifat-sifat, serta keliling dan luas jajargenjang, dengan memberikan kata pujian bagi siswa yang belajar di rumah. Siswa sudah mulai mengerti tentang pembelajaran Advance Organizer, dimana peneliti memotivasi siswa untuk mempelajari kembali materi-materi pendukung atau materi sebelumya serta contohcontoh yang ada kaitannya dengan materi utama. Pada bagian ini siswa melakukan aktifitas berupa mendengar, bertanya, dan mengerjakan latihan yang diberikan peneliti yang berkenan dengan materi sebelumnya atau materi telah dipelajari siswa sebelumnya. Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti menjelaskan dan membimbing siswa memaham materi jajargenjang beserta contoh yang diiringi dengan siswa melakukan aktifitas memperhatikan, bertanya, membaca dan mengerjakan LKS 3
(Terlampir halaman
132). Pada saat mengerjakan LKS 3 peneliti bersama observer berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa karena masih ada sebagian siswa yang tidak serius untuk mengerjakan tugas yang diberikan peneliti. Keadaan kelas pada saat itu tidak seribut pertemuan-pertemuan yang sebelumnya. Sebagian siswa ada yang antusias dan aktif bertanya kepada peneliti, apa saja yang mereka tidak mengerti walaupun kelas menjadi berisik. Observer tetap saja berusaha menenangkan siswa untuk tidak berisik dalam mengerjakan tugas tersebut. Pada saat siswa bertanya kepada peneliti, peneliti
60
berusaha mengarahkan dan memberi petunjuk kepada siswa tersebut agar siswa menjadi paham. Beberapa siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan soal pada lembar tugas tersebut. Namun sebagian siswa masih ada yang mencontoh ketemanya dengan alasan yang bermacam-macam ada juga beberapa siswa yang hanya mengobrol dan mengganggu siswa yang lain, walaupun sudah ditegur berulang-ulang, siswa hanya diam sejenak tetapi tetap mengulanginya. Peneliti mendampingi siswa yang kurang paham tentang tugas yang diberikan. Setelah itu peneliti memberikan kesempatan kepada siswa yang suka ribut untuk mempersentasikan tuganya di depan kelas. Peneliti
: taufiq (nama siswa) kamu yang sering ribut serta menggu
teman tolong kerjakan latihan no 1 Siswa
: Bukan saya yang mulai duluan gangu andi pak!, tapi andi
duluan pak yang sering ganggu saya, jadi yang mengerjakan soal no 1 andi. Peneliti
: Sekarang yang mengerjakn soal no 1 taufiq, karena taufiq
sudah selesai, taufiq pasti bisa mengerjakanya. Siswa
: Tulisan saya jelek pak, jadi malu.
Peneliti
: G usah malu, yang penting berani dan yakin pasti bisa
mengerjakanya. karena taufig pintar. Siswa
: (Taufig tertawa) karena dibilang pintar dan dia pun
mengerjakan didepan kelas. Soalnya Gambar dibawah ini adalah jajargenjang PQRS. S
P
R
Q
Tentukan: a. 2 buah pasang sisi yang sama panjang ?
61
b. 2 buah pasang sisi yang sejajar ? c. 2 buah garis yang merupakan diagonal jajargenjang PQRS? d. 2 pasang sudut-sudut yang berhadapan sama besar? e. 4 pasang sudut-sudut yang berdekatan saling berpelurus? jawab. a. Dua pasang sisi yang sama panjang PQ = SR SP = RQ b. 2 pasang sisi yang sejajar PQ.//SR SP.//RQ. c. 2 buah garis yang merupakan diagonal jajargenjang PQRS PR dan SQ d. 2 pasang sudut yang berhadapan sama besar u P = u R u S. = u Q e. 4 pasang sudut yang berdekatan saling berpelurus u P + u Q. = u P. + u S. = u Q. + u R. = u R. + u S. = 180. Peneliti
: (memberikan kata pujian kepada taufiq karna sudah
berani mengerjakan tugas didepan kelas dengan benar). Siswa
: benar kan pak, saya ternyata bisa mengerjakn dengan
benar. Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, dan mengajukan pertanyaan seputar materi yang dipelajari. Kemudian peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Peneliti juga memberi tugas, serta menyuruh siswa untuk membaca materi tentang belahketupat. Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh siswa.
62
Pertemuan ketiga yang di amati oleh observator terhadap 40 siswa. Persentase indikatornya
adalah 81,66% siswa mempunyai
kesiapan mengikuti pelajaran matematika. 72,50% siswa mengerjakan pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru. 75,83% siswa mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir. 75,00% siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang. 70,00% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran matematika yang sedang dipelajari. 67,50% siswa mengerjakan tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 66,66% siswa memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 66,66% siswa membuat catatan setiap belajar matematika. 63,33% siswa tidak mengerti bertanya kepada guru. 52,50% siswa berani mengemukakan pendapat. 4). Pertemuan Keempat (Kamis 29 April 2010) Pada pertemuan keempat ini terlebih dahulu peneliti mengabsen siswa ternyata pertemuan keempat ini semua siswa hadir 100%. Sebelum masuk penyajian materi pelajaran, terlebih dahulu guru menayakan kepada siswa siapa yang belajar di rumah tentang materi yang akan dipelajari dengan memberikan kata pujian bagi siswa yang belajar di rumah, serta yang mengumpulkan PR. Seperti biasa peneliti memberikan motivasi siswa untuk mempelajari
kembali
materi-materi
pendukung
atau
materi
sebelumnya, serta contoh-contoh yang ada kaitannya dengan materi utama. Siswa sudah begitu mengerti tentang model pembelajaran Advance Organizer sehingga peneliti tidak perlu banyak menjelaskan kepada siswa. Pada tahap ini siswa dimintak mengerjakan soal latihan tahap pertama, dimana soal tahap pertama ini mencakup materi yang telah dipelajarinya.
63
Peneliti memberikan LKS 4 (Terlampir halaman 136) kepada masing-masing siswa. Setiap siswa harus membaca dengan cermat LKS 4 tersebut, siswa terlihat sungguh-sungguh mengerjakan tugasnya sudah mulai terlihat. Ovservator juga juga mengamati siswa yang sedang mengerjakan tugas
yang diberikan. Disela-sela
mengerjkan tugas timbul pertanyaan dari seorang siswa yang kurang paham
dengaan
soal
yang
terdapat
pada
LKS
4,
berikut
pertanyaannya: Siswa
; ”Pak, soal no lima g ngerti pak, caranya gimana?”.
Soalnya: Bangun KLMN adalah belah ketupat dengan OM = 12 cm dan ON = 16 cm ,tentukanlah : Keliling dan Luas belah ketupat Peneliti
: Pertama kita bikin skesta belah ketupat, kemudian untuk
menentukan panjang salah satu sisi belah ketupat digunakan teorema pythagoras. Karena panjang setiap sisi belah ketupat merupakan sisi miring dari segitiga siku-siku maka. .
MN
= 𝑂𝑀2 + 𝑂𝑁 2 = 122 + 162 = 144 + 256 = 400 = 20
Keliling belah ketupat KLMN = 4 x MN Jadi, keliling belah ketupat = 4 x 20 =80 cm Peneliti
: Kalau kita mencari luasnya sekarang tinggal masukin
rumusnya, mengerti kan. Siswa
1
: Jadi rumus luas belah ketupat 2 𝑥 𝐾𝑀 𝑥 𝐿𝑁, y pak.? 1
= 2 𝑥 12 + ! 2 𝑥 (16 + 16) 1
= 2 𝑥 24 𝑥 32 = 384 cm2 Peneliti
: Iya benar sekali
64
Ternyata tidak hanya seorang siswa saja yang belum mengerti tentang soal yang terdapat pada LKS 4 no lima, siswa-siswa lainpun juga tidak paham. Tetapi setelah guru menjelaskan, siswa menjadi mengerti dan mulai melanjutkan aktivitasnya lagi. Sebagian Siswa mulai sibuk mengerjakan tugas yang belum selesai. Terlihat siswa tidak mengalami kesulitan lagi pada saat mengerjakan soal latihan yang lainya. Selanjutnya, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari ini. Penelitipun memberitahukan kepada siswa bahwa hari Rabu, 05 Mai 2010 akan diadakan tes siklus 1. Siswa harus lebih giat belajar agar tes siklus 1 nanti mendapat nilai yang baik. Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh siswa. Pada pertemuan keempat persentase indikatornya adalah 81,66% siswa mempunyai kesiapan mengikiti pelajaran matematika. 72,50% siswa mengerjakan pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru. 75,83% siswa mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir. 75,00% siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang. 70,00% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran matematika yang sedang dipelajari. 67,50% siswa mengerjakan tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 66,66% siswa memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 66,66% siswa membuat catatan setiap belajar matematika. 63,33% siswa tidak mengerti bertanya kepada guru. 52,50% siswa berani mengemukakan pendapat. 5). Pertemuan Kelima (Rabu 5 Mei 2010) Kegiatan pembelajaran dimulai dengan memeriksa absensi siswa, dan semua siswa hadir. Pertemuan kali ini akan dilaksanakan tes akhir siklus 1. Tes ini berbentuk soal essay yang telah di uji validitas isinya, soal berjumlah 6 yang terdiri dari mencari luas dan keliling persegi, persegi panjang, jajargenjang dan belah ketupat. Tes ini dimaksudkan
65
untuk mengetahui tingkat hasil belajar matematika siswa terhadap materi yang telah diajarkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Sebelum dilaksanakan tes, 10 menit dilakukan review sekilas materi yang sudah diajarkan dan membahas kesulitan-kesulitan yang masih ada. Tes ini dilaksanakan selama 70 menit. Selama proses berlangsung, suasanapun menjadi sepi dan hening namun masih ada beberapa siswa yang masih mencontoh dengan teman sebangkunya dan peneliti segera menegurnya. Setelah waktu habis siswa segera mengumpulkan lembar jawaban tes dan pada pertemuan ini ovservator tidak memberikan penilian pada lembaran pengamatan sikap siswa selama proses pembelajaran dan pada pertemuan ini siswa tidak diberikan lembar jurnal harian. c). Tahap Observasi dan analisis Tahap ini pada dasarnya berlangsung bersama dengan pelaksanaan tindakan. Guru kelas (observer) melakukan pengamatan langsung tentang pelaksanaan model pembelajaran Advance Organizer dan sikap siswa terhadap proses pembelajaran. Hasil pengamatan sikap siswa melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel IV.I berikut:
Tabel IV.1 Hasil Observasi Sikap Positif Siswa pada Siklus I
No 1
Rata –rata setiap pertemuan (%)
Indikator yang diamati Siswa mempunyai kesiapan mengikuti pelajaran matematika.
2
Persentase
1
2
3
4
(%)
69,17
63,33
81.67
89.17
75.83
56.67
58.33
72.5
90
69,38
57.5
63.33
75.83
90.83
71.88
Siswa mengerjakan pekerjaan rumah matematika
yang
diberikan
oleh
peneliti. 3
Siswa mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir.
66
4
Siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang.
5
60
65.83
75
86.67
71.88
60,83
66.67
70
76,67
68.54
60
65
67.5
80
68.13
55
64.17
66.67
75.83
64.42
62.5
63.33
66.67
70.83
65.83
58.33
59,17
63,33
59.17
60
50.83
63,33
52,5
50,83
54,38
Siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran matematika yang sedang dipelajari.
6
Siswa
mengerjakan
tugas/latihan
matematika yang diberikan peneliti. 7
Siswa memusatkan perhatian dalam belajar matematika.
8
Siswa membuat catatan setiap belajar matematika.
9
Jika siswa tidak mengerti bertanya kepada peneliti.
10
Siswa
berani
mengemukakan
pendapat. Rata – rata total sikap positif siswa
67,12 %
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa sikap siswa terhadap proses pelajar siswa pada siklus I adalah sebagai berikut: 1. Siswa mempunyai kesiapan mengikuti pelajaran matematika. Rata–rata siswa yang mempunyai kesiapan mengikuiti pelajaran matematika mencapai 75.83%. hal ini membuktikan bahwa siswa sudah ada kesiapan untuk belajar matematika. Aspek ini sudah baik walaupun masih ada sebagian siswa yang tidak mempunyai kesiapan untuk belajar misalkan siswa tidak membawa buku paket pelajaran matematika. 2. Siswa mengerjakan pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh peneliti. Untuk siswa yang mengerjakan tugas pekerjaan rumah, rata-rata persentase baru mencapai 69,38%. Hal ini membuktikan bahwa siswa belum begitu sungguh-sungguh untuk mengerjakan pekerjaan rumah matematika tersebut, masih belum tepat waktu dan masih asal-asalan
67
kalau mengerjakan dan sering tidak tepat waktu saat mengumpulkan. Aspek ini masih kurang karna belum tercapai 75% dan perlu rencana perbaikan di siklus II. 3. Siswa mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir Rata- rata persentase siswa yang mengikuti pelajaran dari awal hingga akhir sampai selesai pada siklus 1 ini mencapai 71,88%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mengikuti pelajaran dari awal hingga akhir karena siswa tidak ada lagi yang bolos, walaupu masih ada sebagian siswa yang tidak mengikuti pelajaran ini dengan baik karena masih ada yang mintak izin keluar kelas pada proses pembelajaran berlangsung. Aspek ini sudah menunjukkan adanya keinginan siswa untuk belajar matematika. 4. Siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang. Rata-rata persentase siswa yang mempunyai rasa antusias terhadap pelajaran yang mudah dan berulang-ulang mencapai 71.88%. Aspek ini sudah menunjukkan kreteria baik karena pada proses pembelajaran berlangsung antusias siswa sudah meningkat. 5. Siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran matematika yang sedang dipelajari. Rata-rata persentase siswa yang mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran yang sedang dipelajari mencapai.68,54% masih kurang karena siswa tidak begitu semangat untuk belajar pelajaran yang agak sulit, serta belum mencapai ketercapai indikator maka perlu perbaikan di siklus II. 6. Siswa mengerjakan tugas/ latihan matematika yang diberikan peneliti. Rata-rata persentase siswa yang mengerjakan LKS pada siklus I ini hanya 68,13%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang mengerjakan dan membaca LKS belum begitu banyak dan masih banyak yang cuek terhadap LKS yang peneliti berikan. Apabila LKS
68
muda, baru siswa mau mengerjakan dan siswa cepat putus asa apa mengerjakan LKS yang sulit dan lebih mengadalkan jawaban dari guru. Aspek ini perlu berbaikan di siklus II. 7. Siswa memusatkan perhatian dalam belajar matematika. Rata- rata persentase siswa yang memperhatikan peneliti pada saat menjelaskan materi pada siklus 1 ini sebanyak 64.22%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memperhatikan peneliti pada saat menjelaskan materi masih kurang baik, karena masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi, karena masih banyak siswa yang bercanda sama teman sebangkunya. Aspek ini perlu perbaikan pada siklus II. 8. Siswa membuat catatan setiap belajar matematika. Rata-rata persentase siswa yang membuat catatan materi yang peneliti sampaikan hanya mencapai 65,83%. Dalam membuat catatan siswa dinyatakan masih kurang dan perlu berbaiakan di siklus ke II. 9. Jika siswa tidak mengerti bertanya kepada peneliti. Rata-rata persentase siswa mengajukan pertanyaan ketika siswa tidak mengerti pada saat proses belajar berlangsung hanya mencapai 60%. Persentase ini masih kurang baik karena siswa belum banyak yang berani bertanya kepada peneliti, masih terlihat ada siswa yang masih malu dalam bertanya kepada peneliti. Aspek ini perlu perbaikan di siklus II. 10. Siswa berani mengemukakan pendapat. Rata-rata siswa yang beranai mengemukakan pendapat hanya 54.38%. Hal ini menunjukan bahwa pada saat proses pelajar siswa belum berani mengemukakan pendapatnya dan percaya diri akan pendapatnya. Aspek ini perlu peningkatan di siklus II.
Berdasarkan hasil observasi sikap siswa pada saat pembelajaran siklus I rata-rata sikap positif siswa yang diperoleh sebesar 67,12 %. Masih banyak yang kurang, yakni sebagian siswa masih terlihat main-
69
main, tidak peduli dan tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran dengan baik. Dengan kata lain siswa tidak sungguh-sungguh memusatkan perhatiannya pada pelajaran, hanya beberapa orang
saja yang
mempunyai catatan setiap belajar matematika. Siswa juga belum berani memberikan pendapat hanya beberapa orang saja yang mau bertanya tentang pelajaran yang dianggap sulit, antusia belajar bisa dikatakan masih kuran baik. Ada juga siswa yang masih mencontek ketemanya pada saat mengerjakan latihan. Pada siklus I ini ada beberapa soal latihan yang belum dapat diselesaikan oleh siswa. Hal ini perlu diperhatikan sebagai bahan perbaikan pada siklus II. Pembelajaran masih harus dilanjutkan karena sikap positif siswa belum mencapai 75%. Pada siklus I ini sikap siswa terhadap pelajaran matematika masih rendah dan perlu perbaiakan di siklus II. Selain lembar observasi, peneliti menggunakan jurnal harian siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran Advance Organizer pada siklus I ini. Berdasarkan hasil perhitungan, siswa yang memberi respon positif 55,625 %, siswa yang memberi respon negatif 23,75%, siswa yang bersikap netral 15%, dan siswa yang tidak berkomentar sebanyak 5,625%. Beberapa respon siswa terhadap tindakan pembelajaran pada setiap pertemuan siklus I yang diperoleh dari jurnal harian siswa dapat dilihat pada tabel IV.2 berikut: Tabel IV.2 Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Advance Organizer Pada Siklus I No
Kategori
1
Respon Siswa -
Pelajaran jadi lebih mudah dipahami.
-
Pembelajaran cukup menarik karena belum pernah diterapkan guru.
Positif
-
Menjadi berani tampil di depan kelas.
-
Belajar jadi lebih bersemangat.
70
-
Pembelajaran lebih menyenangkan.
-
Menjadi berani mengemukakan pendapat.
-
Belajar menjadi lebih santai dan tidak tegang. Mengingatkan kita pada pelajaran sebelumnya.
2
3
4
Netral
Negatif
-
Biasa-biasa saja.
-
Soal LKS ada yang susah dan gampang.
-
Tidak seru.
-
Membosankan.
-
Sulit dan berbelit-belit.
-
Sedikit membingungkan.
Tidak Berkomentar
Rekapitulasi persentase respon siswa terhadap pembelajaran selama siklus I dapat dilihat pada tabel IV.3 berikut : Tabel IV. 3 Rekapitulasi Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Advance Organizer Selama Siklus I
No
Kategori
1
Persentase pada Pertemuan Ke-
Rata-rata
1
2
3
4
(%)
Positif
(45 %)
(50 %)
(60%)
(67,5%)
55,625
2
Netral
(17,5%)
(15%)
(15%)
(12,5%)
15
3
Negatif
(30%)
(27,5%)
(20%)
(17,5%)
23,75
(7,5%)
(7,5%)
(5%)
(2,5%)
5,625
4
Tidak Berkomentar
Dilihat dari tabel di atas, bahwa rata-rata persentase respon positif siswa sebesar 55,625%, pada pembelajaran siklus I lebih besar dibandingkan dengan rata-rata persentase respon yang negatif, netral
71
maupun yang tidak berkomentar. Ini artinya bahwa sebagian besar siswa menyatakan respon yang positif terhadap model pembelajaran Advance Organizer. Pendapat-pendapat siswa tersebut baik yang positif, negatif, netral maupun yang tidak berkomentar akan dijadikan bahan refleksi untuk tindakan pembelajaran selanjutnya. Berikut ini adalah gambar proses pembelajaran matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran Advance Organizer pada siklus I:
Gambar 3 Siswa yang berani mengeluarkan pendapat
Gambar 4 Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, sebagian besar siswa hanya diam dan menunduk
72
Pada pertemuan kelima dilaksanakan tes siklus I. Hasil tes siklus I tersebut dapat dilihat pada tabel IV.4 berikut. Tabel IV.4 Nilai Tes Akhir Siklus I Interval
F
f relatif
f relatif kumulatif
35 – 45
3
7,5 %
100%
46 – 56
3
7,5 %
92,5 %
57 – 67
9
22,5 %
85 %
68 – 78
15
37,5 %
62,5 %
79 – 89
4
10 %
25 %
90 – 100
6
15 %
15 %
Keterangan: Nilai tertinggi
= 100
Jumlah siswa = 40
Nilai terendah
= 35
Rata-rata
= 69
Berdasarkan tabel IV.4 di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa pada siklus I ini mencapai rata-rata 69,00. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I ini cukup baik, namun masih ada 15 siswa yang mendapat nilai di bawah 70. d). Tahap Refleksi Berdasarkan hasil lembaran observasi siswa, jurnal harian dan ulangan harian matematika siswa, serta wawancara sama guru matematika kelas pada siklus I. Adapun hasil refleksi siklus I dapat dilihat pada Tabel IV.5 sebagai berikut :
73
Tabel IV. 5 Refleksi & Rencana Perbaikan Kegiatan Tindakan Siklus I Refleksi 1. Pengaturan waktu kurang optimal pada saat proses pembelajaran materi awal dan materi utama dan mengerjakan LKS. 2. Soal dalam LKS dan tes siklus I sulit dipahami.
3. Pengelolaan kelas kurang maksimal, sehingga kelas menjadi ribut dan berisik.
4. Siswa masih malu dan belum perjaya diri dalam mengerjakan tugasnya di depan kelas. 5. Siswa kurang aktif dalam bertanya dan masih sering mintak izin keluar kelas pada saat proses belajar berlangsung.
6. Beberapa siswa masih kurang lengkap dalam mencatat materi yang sudah dipelajari.
Rencana Perbaikan 1. Peneliti harus lebih tegas dalam mengatur waktu dan mengerjakan LKS. Hal ini bertujuan agar siswa dapat bekerja sesuai dengan waktu yang telah di tentukan. 2. Peneliti harus memperbaiki soal-soal dalam LKS dan tes siklus agar mudah dipahami siswa. Soal-soal yang dibuat harus jelas dan bervariasi, terdiri dari soal yang mudah sampai dengan soal yang sulit. 3. Peneliti harus lebih tegas lagi dalam mengelolah kelas dan membimbing siswa selama proses pembelajaran. Suasana kelas harus dibuat lebih santai lagi, agar siswa tidak tegang dan bosan dalam pembelajaran matematika. 4. Peneliti memberi motivasi agar siswa–siswi berani dan lebih perjaya diri untuk mengerjakan tugasnya didepan kelas. 5. Dalam bertanya, setiap siswa akan mendapat kesempatan untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya. Selian itu siswa tidak akan dikasih izin keluar tanpa alasan yang jelas, karana siswa yang keluar dapat mengganggu proses belajar. 6. Peneliti harus memotivasi siswa dalam membuat catatan dari berbagai sumber.
74
7. Siswa tidak tepat waktu dalam menyelesaikan LKS sera PR.
7.
Peneliti harus memotivasi siswa agar menyelesaikan LKS tepat waktu, yaitu dengan memberika nilai tamba bagi siswa yang menyelesaikan LKS tepat waktu, serta yang mengumpulkan PR tepat waktu. 8. Peneliti harus sering memotivasi siswa serta memberihkan arahan yang jelas pada saat proses belajar berlangsung. 9. Penelitih harus memberih arahan kepada siswa yang mencontoh
8. Siswa tidak begitu antusias dalam belajar dan tidak sungguh-sungguh dalam proses belajar. 9. Siswa masih ada yang mencontoh dalam mengerjakan LKS.
Pada tabel diatas terlihat masih banyaknya kekurangan atau kendala pada siklus I ini. Sehingga dapat dinyatakan bahwa siklus I belum mencapai hasil yang maksimal. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, peneliti akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan perbaikan dan peningkatan pada pelaksanaan pembelajaran siklus II.
3. Tindakan Pembelajaran Siklus II a) Tahap Perencanaan Tahap perencanaan siklus II ini dimulai dengan menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP Terlampir halaman 114), menyiapkan materi ajar, serta lembaran kerja siswa, serta menyipakan lembaran observasi, jurnal harian, dan keperluan pembelajaran lainnya. Berdasrkan hasil refleksi dari siklus I, pada siklus II ini proses pembelajaran harus lebih diarahkan. Pengaturan waktu harus lebih optimal untuk mengerjakan LKS. Penelitipun harus tegas kepada siswa yang tidak sungguh-sungguh dalam belajar, serta yang tidak mau mengerjakan tugas yang telah diberikan guru, apa lagi yang sering menggagu teman sebangkunya yang sedang belajar, serta siapa yang mencontoh
tidak
bakalan
dikoreksi
hasil
kerjanya.
Penelitipun
75
memberikan
pengarahan
secara
detail
dan
memberikan
suasan
pembelajaran yang santai tapi serius supaya siswa tidak tegang. Materi yang dibahas pada siklus II ini adalah layang layang dan trapezium, dimana akan dibahas tentang pengertian, sifat-sifat serta menurunkan rumus keliling, luas trapezium dan layang layang. Target pada siklus II ini adalah siswa semakin baik dalam menggunakan model pembelajaran Advance Organize dan sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika semakin meningkat dibanding dengan siklus I. Dimana rata-rata persentase sikap positif harus mencapai >75%. Tes hasil belajar siswa semakin meningkat dengan target pencapaian peneliti dimana rata-rata tes hasil belajar siswa mencapai nilai 75 dan > 75% siswa mendapat nilai lebih dari sama dengan 70. b)
Tahap Pelaksanaan Tindakan pembelajaran siklus II dilaksanakan dalam lima kali
pertemuan, empat kali pertemuan untuk memberikan materi dan satu kali pertemuan untuk tes siklus 1, dengan dengan alokasi waktu (2x40 menit), tiap pertemuannya berlangsung setiap hari Kamis dan Rabu mulai tangal 06-20 Mei 2010. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II dapat dilihat (Lampiran halaman 114). 1.) Pertemuan keenam (Kamis, 6 Mei 2010) Pertemuan keenam ini siswa hadir seluruhnya. Peneliti merivew soal tes yang belum dimengerti siswa untuk mengingatkan siswa agar menjadi paham dan mengumpulakan tugas yang telah diberikan sebelumnya. Peneliti mengkondisikan kelas dengan lebih tegas agar siswa lebih disiplin. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dari materi siklus II dan memberikan penjelasan dan pengarahan mengenai prosedur pelaksanaan model pembelajaran Advance Organizer agar proses pembelajaran lebih baik lagi dan siswa semakin aktif dalam menerapkan model Pembelajaran Advance Organizer. Serta memintak dua orang siswa untuk mengerjkan soal yang mencakup materi sebelumnya sebagai tahap pembelajaran awal.
76
Pokok bahasan yang dibasan pada pertemuan keenam ini layanglayang yang membahas tentang pengertian, sifat-sifat layang-layang ditinjau dari diagonal, sisi dan sudut, serta besar sudutnya dan juga menurunkan rumus keliling dan luas layang-layang. Selanjutnya, peneliti menjelaskan materi tentang layang–layang tersebut. Dalam menjelaskan materi layang-layang, siswa nampak tenang dan memperhatikan penjelasan peneliti. Peneliti bersama observer membagikan LKS 5 (Terlampir halaman 140) yang berisi materi layang-layang kepada setiap siswa. selanjutnya siswapun mulai mengerjakan LKS 5 sesuai dengan perinta yang telah diberikan peneliti. Saat siswa mulai mengerjakan LKS 5 siswa sudah terlihat serius untuk mengerjakan LKS 5 tersebut. Pada saat siswa mengerjakan LKS 5, seperti biasanya peneliti dan observer berkeliling untuk memantau siswa yang mengerjakan LKS 5 dari satu siswa ke siswa lainya, dan memberikan bantuan jika ada siswa yang mengalami kesulitan. Selain itu, observer melakukan observasi dan juga memberikan penilaian pada lembar observasi yang diperoleh selama pembelajaran berlangsung untuk mengetahui kegiatan siswa selama proses pembelajaran. Pada saat berkeliling, terlihat siswa nampak bingung mengerjakan LKS no dua. Penelitipun mulai menanyakan kepada siswa, Dari 40 siswa yang hadir, siapakah yang bisa dan berani mengerjakan sambil menjelasakan soal no dua di papan tulis? dari sekian banyak siswa hanya lebih kurang lima orang yang berani menawarkan diri untuk mengerjakan dan menjelasakan soal no dua tersebut, penelitipun memberikan kesempatan kepada salah seorang siswa dengan soal sebagai berikut : Diketahui layang-layang KLMN dengan panjang KO = 16 cm, LO = 12 cm, dan MO = 24 cm, seperti tampak pada gambar di bawah ini:
77
N
K
16 cm
24 cm 12 cm
L a. Tentukan panjang KL b. Tentukan panjang MN c. Hitunglah keliling KLMN d. Hitunglah luas KLMN Jawab. a.
= KO2 + LO2 = 162 + 122 = 256+ 144 = 400 KL = 400. = 20 cm
b. MN2 = NO2 + MO2 = 122 + 242 = 144+576.= 720 MN = 720 = 26,8 c. Keliling KLMN = KL + LM + MN + KN = 20+26,8+20+26,8 = 93,6 1
d. Luas KLMN = 2 MN x LN 1
= 2 x26,8. x 24 = 321,6.cm2
M
78
Penelitipun memberikan kata pujian kepada siswa. Dari penjelasan siswa mengenai soal no dua pada LKS 5 (Terlampir halaman 142), sepertinya sebagian besar siswa mengerti sehingga peneliti tidak perlu mengulang penjelasan tersebut dari awal. Seperti pada pertemuan sebelumnya, peneliti melakukan refleksi dan bersama-sama membuat kesimpulan tetang pelajaran yang telah dipelajari, memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi selanjutnya di rumah dan mengerjakan latihan yang ada di buku paket. Kemudian peneliti mengakhiri pembelajaran hari ini dengan memberikan
arahan
agar
pada
pertemuan
selanjutnya
siswa
diharapkan lebih baik lagi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh setiap siswa. Berdasarkan hasil pengamatan 10 indikator yang terdapat dalam lembaran Ovservasi yang di amati oleh observator terhadap 40 siswa. Persentase indikatornya adalah: 95% siswa mempunyai kesiapan mengikuti
pelajaran
matematika.
93.33%
siswa
mengerjakan
pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru. 92.5% siswa mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir. 85% siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang. 85.8% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran matematika yang sedang dipelajari.
85,50% siswa mengerjakan
tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 83.33% siswa memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 73.33% siswa membuat catatan setiap belajar matematika. 69.17% siswa tidak mengerti bertanya kepada guru. 58.33% siswa berani mengemukakan pendapat. Pada pertemuan keenam ini pencapain persentase setiap indikator sudah meningkat dari setiap petemuan-pertemuan pada siklus I, pada pertemuan ini setiap indikator mengalami peningkatan.
79
2.) Pertemuan Ketujuh (Rabu, 12 Mei 2010) Pertemuan ketujuh ini pokok bahasa trapesium siku-siku yang membahas tentang pengertian, sifat-sifat trapesium siku-siku ditinjau dari diagonal, sisi dan sudut, serta besar sudutnya dan juga menurunkan rumus keliling dan luas trapesium siku-siku. Sebagaiman pada pertemuan sebelumnya, pertemuan ketujuh ini diawali dengan membuka kegiatan pembelajaran, mengabsen siswa, melakukan apersepsi dan motivasi dengan cara meriveu sedikit materi pada pertemuan
sebelumnya
dan
menyuruh
siswa
untuk
dapat
mengumpulkan tugas rumah yang telah diberikan serta mengerjakan latihan tahap awal. Selanjutnya menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada pertemuan ini semua siswa hadir. Seperti biasanya, guru mata pelajaran matematika hadir sebagai observer untuk mengamati dan memberikan penilaian ketika proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti menjelaskan dan membimbing siswa memaham materi tentang trapesium siku-siku beserta contoh yang diiringi dengan siswa melakukan aktifitas memperhatikan, bertanya, membaca dan mengerjakan LKS 6 (Terlampir halaman 144). Pada saat mengerjakan LKS 6 peneliti bersama observer berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa yang tidak serius untuk mengerjakan tugas yang diberikan peneliti. Keadaan kelas pada saat itu tidak seribut pertemuan-pertemuan yang lalu. Sebagian siswa antusias dan aktif bertanya kepada peneliti apa saja yang mereka tidak mengerti, walaupun kelas menjadi berisik. Observer tetap saja berusaha menenangkan siswa untuk tidak berisik dalam mengerjakan tugas tersebut. Pada saat siswa bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan memberi petunjuk kepada siswa tersebut agar siswa menjadi paham.
80
Beberapa siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan soal pada lembar tugas tersebut serta peneliti mendampingngi siswa yang kurang paham tentang tugas yang di berikan, terutama pada LKS 6 sola no dua penelitipun memberikan penjelasan yakni, perhatikan gambar dibawah ini. .
P
6 cm
Q
S 6 cm T 5 cm R Pada bangun trapesium PQRS di atas, 𝑃𝑄 = 6 cm , 𝑆𝑅 = 11 cm , 𝑃𝑆 = 12 cm Tentukan: a. Keliling dan luas bangun trapesium PQRS tersebut! jawaban 𝑄𝑅 dapat menggunakan dalil phytagoras
a. Untuk mencari sisi sebagai berikut: 𝑄𝑅 = 𝑄𝑇 2 + 𝑇𝑅 2 = 122 + 52 = 144 + 25
= 169. = 13cm. Keliling = jumlah keempat sisi-sisinya = 𝑃𝑄 + 𝑆𝑅 + 𝑃𝑆 + 𝑄𝑅 = 6 cm + 11 cm +12. cm + 13cm = 42 cm Luas =
1 2
× 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑗𝑎𝑟 × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 = =
1 2
1 2
× ( 𝑆𝑅 + 𝑃𝑄 ) × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
× (11. cm + 6 cm) × 12 cm 1
= × 17𝑐𝑚 × 12𝑐𝑚 2 = 102 𝑐𝑚2
81
Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, serta bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang tadi dipelajari, peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi selanjutnya di rumah dan mengerjakan latihan yang ada di buku paket. Kemudian peneliti mengakhiri pembelajaran hari ini dengan memberikan arahan, agar pada pertemuan selanjutnya siswa diharapkan lebih baik lagi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh setiap siswa. Berdasarkan hasil pengamatan 10 indikator yang terdapat dalam lembaran Ovservasi yang di amati oleh observator terhadap 40 siswa. Persentase indikatornya adalah 89.17% siswa mempunyai kesiapan mengikuti
pelajaran
matematika.
91.67%
siswa
mengerjakan
pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru. 88.33% siswa mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir. 90.83% siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang. 82.5% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran matematika yang sedang dipelajari. 87,50% siswa mengerjakan tugas/latihan matematika
yang diberikan
guru. 87.5%
siswa
memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 79.17% siswa membuat catatan setiap belajar matematika. 85.00% siswa tidak mengerti bertanya kepada guru. 69.17% siswa berani mengemukakan pendapat. 3.) Pertemuan kedelapan (Kamis, 13 mei 2010) Pertemuan kedelapan subpokok bahasan trapesium sama kaki yang membahas tentang pengertian, sifat-sifat trapesium sama kaki ditinjau dari diagonal, sisi dan sudut, serta besar sudutnya dan juga menurunkan rumus keliling dan luas trapesium siku-siku, pertama terlebih dahulu peneliti memberikan salam dan mengabsen siswa. Sebelum masuk penyajian materi, terlebih dahulu peneliti menayakan
82
kepada siswa siapa yang belajar di rumah tentang materi yang akan dipelajari dengan memberikan kata pujian bagi siswa yang belajar di rumah serta mengumpulkan tugas rumah yang telah diberikan. Peneliti memotivasi siswa untuk mempelajari kembali materimateri sebelumnya serta contoh-contoh yang ada kaitannya dengan materi trapesium sama kaki. Proses pembelajaran selanjutnya, peneliti menjelaskan dan membimbing siswa memaham materi tentang trapesium sama kaki beserta contohnya yang diiringi dengan siswa melakukan aktifitas memperhatikan dan mengerjakan latihan. Peneliti bersama observer membagikan LKS 7 (Terlampir halaman 149). Pada saat siswa mengerjakan LKS 7. Peneliti bersama observer berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa. Pada saat siswa bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan memberi petunjuk kepada siswa tersebut agar siswa menjadi paham. Beberapa siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan soal pada lembar tugas tersebut. peneliti mendampingi siswa yang kurang paham tentang tugas yang diberikan. Setelah itu peneliti memberikan kesempatan kepada siswa yang sudah selesai mengerjakan LKS 7 untuk mempersentasikan tuganya di depan kelas. Salah seorang siswa mengerjakan soal no tiga yakni : Diketahui trapesium sama kaki dengan panjang kedua sisi yang sama panjang = 10 cm, panjang sisi yang sejajar 16 cm dan 4 cm, dan tinggi 6 cm. hitunglah keliling dan luas trapesium sama kaki tersebut! Jawaban: Keliling = Jumlah keempat sisi-sisinya = 10cm + 16.cm + 10cm + 4cm = 40 cm 1
Luas = 2 × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑗𝑎𝑟 × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 = =
1 2 1 2
× (16cm + 4 cm) ×6 Cm × 20𝑐𝑚 × 6𝑐𝑚
83
= 60 𝑐𝑚2 Setelah selesai mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Peneliti memberikan kata pujian, sebagian besar siswa sudah cukup baik dalam mengerjakan LKS 7 tersebut, sehingga peneliti tidak perlu mengulang penjelasan tersebut dari awal. Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, serta bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang tadi dipelajari peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi selanjutnya di rumah dan mengerjakan latihan yang ada di buku paket. Kemudian peneliti mengakhiri pembelajaran hari ini dengan memberikan
arahan
agar
pada
pertemuan
selanjutnya
siswa
diharapkan lebih baik lagi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh setiap siswa. Berdasarkan hasil pengamatan 10 indikator yang terdapat dalam lembaran ovservasi di amati oleh observator terhadap 40 siswa. Persentase indikatornya adalah: 96.67% siswa mempunyai kesiapan mengikuiti pelajaran
matematika. 93.33%
siswa mengerjakan
pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru. 90.83% siswa mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir. 83.33% siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang. 92.5% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran matematika yang sedang dipelajari. tugas/latihan matematika
86.67% siswa mengerjakan
yang diberikan
guru. 92.5%
siswa
memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 89.17% siswa membuat catatan setiap belajar matematika. 86.67% siswa tidak mengerti bertanya kepada guru. 80% siswa berani mengemukakan pendapat.
84
4.) Pertemuan Kesembilan (Rabu, 19 Mei 2010) Pertemuan kesembilan ini terlebih dahulu peneliti mengabsen siswa, ternyata semua siswa hadir 100%. Sebelum masuk penyajian materi
pelajaran,
terlebih
peneliti
mengharapkan
untuk
mengumpulkan PR, serta menayakan kepada siswa siapa yang belajar di rumah tentang materi yang akan dipelajari tentang trapesium sembarang dengan memberikan kata pujian bagi siswa yang belajar di rumah. Peneliti memotivasi siswa untuk mempelajari kembali materimateri pendukung atau materi sebelumya serta contoh-contoh yang ada kaitannya dengan materi utama. Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti menjelaskan dan membimbing siswa memaham materi trapesium sembarang beserta contoh
yang
diiringi
dengan
siswa
melakukan
aktifitas
memperhatikan, bertanya, membaca dan mengerjakan LKS 8 (Terlampir halaman 155). Pada saat mengerjakan LKS 8 peneliti bersama observer berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa. Pada saat siswa bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan memberi petunjuk kepada siswa tersebut, agar siswa menjadi paham. Beberapa siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan LKS 8. Peneliti mendampingi siswa yang kurang paham tentang LKS 8 yang diberikan. Pada saat siswa bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan memberi petunjuk kepada siswa tersebut agar siswa menjadi paham, setelah selesai mengerjakan LKS 8, salah seorang siswa dipersilakan untuk mempersentasikan tugasanya didepan kelas, ini merupakan kutipan soal yang telah berhasil siswa kerjakan dengan benar. Gambar dibawah ini adalah trapesium sembarang KLMN, dengan panjang 𝑃𝑄 = 9 cm, 𝑃𝑇 = 24 cm, 𝑈𝑅 = 7 cm, 𝑆𝑇 = 10 cm, R = 80°, S = 55°.
85
P
9 cm
Q
24 cm
S
10 cm
T
U 7 cm
R
Tentukan: a. Panjang 𝑄𝑅, 𝑄𝑈, 𝑇𝑈, 𝑃𝑆, 𝑆𝑅 ! b. Besar Q dan P! c. Keliling dan luas Trapesium Sembarang PQRS! Selanjutnya, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari ini. Penelitipun memberitahukan kepada siswa bahwa hari Kamis, 20 Mei 2010 akan diadakan tes siklus 11. Siswa harus lebih giat lagi belajar agar tes siklus 11 nanti, mendapat nilai yang baik. Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh setiap siswa. Berdasarkan hasil pengamatan 10 indikator yang terdapat dalam lembaran ovservasi di amati oleh observator terhadap 40 siswa. Persentase indikatornya adalah: 97.5% siswa mempunyai kesiapan mengikuti
pelajaran
matematika.
94.17%
siswa
mengerjakan
pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru. 95% siswa mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir. 95.83% siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang. 98.33% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran matematika yang sedang dipelajari. 96.67% siswa mengerjakan tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 91.67% siswa memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 90.83% siswa membuat catatan setiap belajar matematika. 91.67% siswa tidak mengerti bertanya kepada guru. 85% siswa berani mengemukakan pendapat.
86
5) Pertemuan Kesepuluh (20 Mei 2010) Kegiatan pembelajaran dimulai dengan memeriksa absensi siswa, dan semua siswa hadir. Pertemuan ini akan dilaksanakan tes akhir siklus 11. Tes ini berbentuk soal essay yang telah di uji validitas isinya, soal berjumlah 6 soal yang membahas tentang layang-layang dan trapezium (Terlampir halaman 208). Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat hasil belajar matematika siswa terhadap materi yang telah diajarkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Sebelum dilaksanakan tes, 10 menit dilakukan review sekilas materi yang sudah diajarkan dan membahas kesulitan-kesulitan yang masih ada. Tes ini dilaksanakan selama 70 menit. Selama proses berlangsung, suasanapun menjadi sepi dan hening namun masih ada beberapa siswa yang masih menyontek dengan teman sebangkunya dan peneliti segera menegurnya. Setelah waktu habis siswa segera mengumpulkan lembar jawaban tes dan observator tidak memberikan penilai terhadap lembaran observasi. Pada pertemuan ini siswa tidak diberikan lembar jurnal harian. c). Tahap Observasi dan Analisis Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Guru kelas (observer) melakukan pengamatan langsung tentang pelaksanaan model pembelajaran Advance Organizer terhadap sikap positif siswa selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan observator melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel IV.6 Hasil Observasi Sikap Positif Siswa Pada Siklus II no 1
Indikator yang diamati Siswa mempunyai kesiapan mengikuti pelajaran matematika.
2
Siswa mengerjakan pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh peneliti.
Rata –rata setiap pertemuan (%)
Persentase
1
2
3
4
(%)
95
89,17
96,67
96,67
94.38
93,33
91,67
93,33
94,17
93.13
87
3
Siswa mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir.
4
Siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang.
5
92,5
88,33
91,67
95
91.88
85
90,83
88,33
95,83
90
85,83
82,5
91,67
97,5
89.38
85
87,5
87,5
95,83
88.96
83,33
87,5
91,67
91,67
88.54
73,33
79,17
89,17
90,8
83.13
70
85
86,67
90,83
83.13
50,33
69,17
78,33
85
72.71
Siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran matematika yang sedang dipelajari.
6
Siswa
mengerjakan
tugas/latihan
matematika yang diberikan peneliti. 7
Siswa memusatkan perhatian dalam belajar matematika.
8
Siswa membuat catatan setiap belajar matematika.
9 10
Jika siswa tidak mengerti bertanya kepada peneliti. Siswa berani mengemukakan pendapat. Rata – Rata Total Sikap Positif Siswa
87,62%
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa sikap positif siswa terhadap proses belajaran siswa pada siklus II adalah sebagai berikut: 1. Siswa mempunyai kesiapan mengikuiti pelajaran matematika. Rata–rata siswa yang mempunyai kesiapan mengikuiti pelajaran matematika dilihat sudah mencapai 94,38%. hal ini membuktikan bahwa siswa sudah sungguh-sunguh untuk belajar matematika. Aspek ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I hanya mencapai 75,83%. Pada siklus II ini mengalami peningkatan sebesar 18,55%.
88
2. Siswa mengerjakan pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh peneliti. Untuk siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah, Rata-rata persentase mencapai 93,13%. Hal ini membuktikan bahwa siswa sudah mampu mengerjakan soal-soal tersebut karena tingkatan soal sudah dibuat bervariasi. Aspek ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I hanya mencapai 69,38%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 23,75%. 3. Siswa mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir. Rata- rata persentase siswa yang mengikuti pelajaran dari awal hingga akhir sampai selesai pada siklus 11 ini mencapai 91,88%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah serius untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Aspek ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I hanya mencapai 71,88%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 20%. 4. Siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang. Rata-rata persentase siswa yang mempunyai rasa antusias terhadap pelajaran yang berulang-ulang mencapai 90%. Aspek ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I hanya mencapai 71,88%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 18,12%. 5. Siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran matematika yang sedang dipelajari. Rata-rata persentase siswa yang mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran yang sedang dipelajari mencapai 89,38%. Aspek ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik, bila dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I hanya mencapai 68,54%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 20,84%.
89
6. Siswa mengerjakan tugas/latihan matematika yang diberikan peneliti. Rata-rata persentase siswa yang mengerjakan LKS pada siklus II ini adalah 88,96%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang mengerjakan dan membaca LKS sudah cukup banyak dan memperoleh nilai baik. Aspek ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I hanya mencapai 68,13%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 20,83%. 7. Siswa memusatkan perhatian dalam belajar matematika. Rata- rata persentase siswa yang memperhatikan peneliti pada saat menjelaskan materi pada siklus 11 ini sebanyak 88,54%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memperhatikan peneliti pada saat menjelaskan materi sudah cukup baik, akan tetapi masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi.
Aspek ini
sudah menunjukkan adanya
peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I hanya mencapai 64,42%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 24,12%. 8. Siswa membuat catatan setiap belajar matematika. Rata-rata persentase siswa yang membuat catatan materi yang peneliti sampaikan sebanyak 83,13%. Dalam membuat catatan siswa dinyatakan sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I hanya mencapai 65,83%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 17,29%, karena sebagian besar siswa tidak hanya mencatat dari materi yang peneliti jelaskan di papan tulis dan LKS, tetapi siswa sudah menambah catatannya dari buku paket matematika sekolah. 9. Jika siswa tidak mengerti bertanya kepada peneliti. Rata-rata persentase siswa mengajukan pertanyaan ketika siswa tidak mengerti pada saat proses belajar berlangsung mencapai 83,13%. Persentase ini terbilang sudah cukup baik karena siswa
90
sudah berani bertanya kepada guru, meskipun masih terlihat ada siswa yang masih malu dalam bertanya kepada peneliti. Aspek ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I hanya mencapai 60%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 23,13%. 10. Siswa berani mengemukakan pendapat. Rata-rata siswa yang berani mengemukakan pendapat sebanyak 72,71%. Hal ini menunjukan bahwa pada saat proses pelajar siswa sudah berani mengemukakan pendapatnya dan percaya diri akan pendapatnya. Aspek ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I hanya mencapai 54,38%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 18,33%. Berdasarkan hasil observasi sikap positif siswa pada saat pembelajaran siklus II, rata-rata sikap positif siswa yang diperoleh sebesar 87,62%. Rata-rata sikap positif siswa pada siklus II ini mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I yang hanya mencapai 67,12%. Hal ini menunjukkan bahwa sikap positif siswa ketika proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Advance Organizer sudah cukup baik. Selain lembar observasi, peneliti menggunakan jurnal harian siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Beberapa respon siswa terhadap tindakan pembelajaran pada setiap pertemuan siklus II yang diperoleh dari jurnal harian siswa dapat dilihat pada tabel IV.7 berikut:
91
Tabel IV.7 Rekapitulasi Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Advance Organizer Siklus II No
Kategori
Persentase pada Pertemuan
Rata-rata
6
7
8
9
(%)
1
Positif
(72,5%)
(77,5%)
(80%)
(85%)
78,75
2
Netral
(7,5%)
(7,5%)
(5%)
(2,5%)
5,625
3
Negatif
(17,5%)
(15%)
(15%)
(12,5)
15
4
Tidak
(2,5%)
(0%)
(0%)
(0%)
0,625
Berkomentar
Dilihat dari diatas, terlihat siswa merespon dengan baik proses pembelajaran yang telah diterapkan. Ini artinya bahwa sebagian besar siswa menyenangi pembelajaran matematika dengan penggunaan model Pembelajaran Advance Organizer. Berikut ini adalah gambar proses pembelajaran matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran Advance Organizer pada siklus II:
Gambar 5 Siswa yang berani mengeluarkan pendapat
92
Gamabar 6 Siswa yang merespon pertanyaan dari peneliti
Hasil belajar selama siklus II diperoleh dari tes akhir siklus II pada pertemuan ke sepuluh. Hasil tes akhir siklus II tersebut dapat dilihat pada Tabel IV.8 berikut ini: Tabel IV.8 Hasil Belajar Matematika pada Akhir Siklus II
Interval
Frekuensi
frelatif
frelatif Kumulatif
65 – 70
11
27,5%
100 %
71 – 76
8
20 %
72,5 %
77 – 82
5
12,5%
52,5 %
83 – 88
7
17,5%
40 %
89 – 94
5
12,5 %
22,5 %
95 – 100
4
10 %
10 %
Keterangan : Xmin = 65
Jumlah siswa
= 40
Xmax = 100
Rata-rata
= 79,37
93
d). Tahap Refleksi Dalam pelaksanaan proses pembelajaran model yang digunakan oleh peneliti pada setiap tindakan pembelajaran telah sesuai yaitu model pembelajaran Advance Organizer walaupun dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan tetapi hal tersebut dapat diatasi pada tindakan pembelajaran selanjutnya dengan adanya kegiatan refleksi pada setiap akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi diperoleh rata-rata persentase sikap positif siswa mencapai 87,62%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase sikap positif siswa dalam belajar pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan penelitian ini, dimana rata-rata persentase sikap positif siswa dalam belajar matematika harus mencapai 75%. Berdasarkan tes hasil belajar matematika yaitu tes akhir siklus II ini mencapai rata-rata 79,37 dengan nilai terendah 65. Adapun hasil wawancara terhadap guru dan siswa memberikan informasi bahwa siswa sangat merespon baik model pembelajaran Advance Organizer ini dan guru kelas juga menganggap bahwa penerapan model pembelajaran Advance Organizer ini telah dilaksanakan dengan sangat baik, sehingga dapat dikatakan berhasil. Berdasarkan hasil refleksi siklus II ini, indikator keberhasilan telah tercapai maka penelitian tindakan kelas ini dihentikan sampai dengan siklus II. B. Pemeriksaan Keabsaan Data Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri atas instrument tes dan non tes. Untuk tes digunakan tes formatif yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada akhir pembelajaran berupa soal latihan pada LKS. Tes ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan hasil belajar matematika siswa pada tiap siklus sebagai implikasi dari PTK. Sedangkan instrumen non tes berupa lembar observasi, jurnal harian dan wawancara yang ditujukan untuk guru
94
dan siswa. Lembar observasi diisi pada setiap pertemuan sedangkan wawancara dilakukan pada akhir siklus II. Untuk mengetahui apakah hasil wawancara dengan siswa tentang persepsi siswa terhadap penerapan model pembelajaran Advance Organizer, bagaimana sikap positif siswa dan dampaknya terhadap hasil belajar siswa didapat informasi dari keadaan yang sebenarnya, wawancara dilakukan kepada 10 siswa yang diambil berdasarkan prestasi belajarnya yang rendah, sedang, dan tinggi. Hal ini bertujuan agar informasi yang diperoleh dapat mewakili siswa dalam kelas secara keseluruhan. C. Analisis Data Tahap analisis data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber. Diantaranya sebagai berikut: 1. Sikap positif siswa dalam belajar matematika Setiap melaksanakan tindakan pembelajaran, peneliti didampingi oleh observer, observer tersebut adalah guru mata pelajaran yang diberikan lembaran observasi yang berfungsi untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang terdapat pada setiap indikator yang telah ditentukan peneliti. Lembaran observasi juga digunakan untuk menganalisis dan merefleksi setiap siklus tindakan pembelajaran. Hasil dari observasi sikap siswa terhadap indikator yang telah ditentukan dapat dilihat pada tabel IV.9 berikut: Tabel IV 9 Rekapitulasi Ketercapaian Sikap Positif Siswa Siklus I dan Siklus II
No 1
Rata –rata setiap pertemuan (%)
Indikator yang diamati Siswa
mempunyai
kesiapan
mengikuti
pelajaran matematika. 2
Siswa
mengerjakan
pekerjaan
rumah
matematika yang diberikan oleh peneliti.
Siklus I
Siklus II
75.83 %
94.38 %
69,38 %
93.13 %
95
3
Siswa mengikuti pelajaran matematika dari
71.88 %
91.88 %
71.88 %
90 % %
68.54 %
89.38 %
68.13 %
88.96 %
64.42 %
88.54 %
65.83 %
83.13 %
60 %
83.13 %
Siswa berani mengemukakan pendapat.
54,38 %
72.71 %
Rata – Rata Total Siakp Positif Siswa
67,12 %
87,62%
awal hingga akhir. 4
Siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang.
5
Siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran matematika yang sedang dipelajari.
6
Siswa mengerjakan tugas/latihan matematika yang diberikan peneliti.
7
Siswa memusatkan perhatian dalam belajar matematika.
8
Siswa
membuat
catatan
setiap
belajar
matematika. 9
Jika siswa tidak mengerti bertanya kepada peneliti.
10
Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa rata-rata persentase sikap positif siswa pada siklus I hanya mencapai 67,12% dan mengalami peningkatan sebesar 20,5%, pada siklus II mencapai 87,62. Pada tabel tersebut juga menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan pada siklus II telah dapat memperbaiki atau meningkatkan sebagian besar sikap siswa yang masih rendah pada siklus I, setiap indikator mengalami
peningkatan,
rata-rata
indikator
sudah
mengalami
ketercapaian penelitian yaitu sikap positif siswa mencapai 87,62% dan sudah melebihi batas ketercapaian 75%. Peneliti melakukan wawancara dengan guru dan dengan 10 orang siswa dalam waktu yang berbeda. Dari hasil wawancara dengan guru dan siswa pada siklus II (Terlampir halaman 213), didapat informasi bahwa siswa sangat merespon baik model pembelajaran Advance Organizer dan guru juga menganggap bahwa penerapan model pembelajaran Advance
96
Organizer ini telah dilaksanakan dengan sangat baik karena sikap positif siswa menjadi meningkat sehingga dapat dikatakan berhasil. 2. Respon Siswa terhadap model pembelajaran Advance Organizer Respon siswa terhadap pembelajaran dalam setiap tindakan penting untuk dijadikan sebuah pertimbangan ataupun perbaikan bagi penyusunan rencana pembelajaran berikutnya. Respon siswa tersebut disusun dalam sebuah jurnal harian siswa yang diberikan kepada siswa pada akhir tindakan pembelajaran. Respon yang dikemukakan beragam, ada yang berkomentar positif, komentar negatif, komentar netral bahkan ada yang tidak berkomentar. Jurnal harian yang telah disusun kemudian dihitung, persentase jenis pendapatnya dan hasilnya dirangkum pada Tabel IV.10 Tabel IV.10 Rekapitulasi Persentase Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Advance Organizer Rata-Rata persentase tiap siklus
Kategori
Rata rata (%)
Siklus I
Siklus II
Positif
55,625
78,75
67,18
Netral
15
5,625
10,31
Negative
23,75
15
19,37
Tidak berkomentar
5,625
0,625
3,12
Hasil wawancara dengan guru dan siswa diperoleh informasi bahwa siswa senang mengikuti model pembelajaran Advance Organizer. Hal ini terlihat dari hasil persentase respon siswa pada tabel IV.10. Rata-rata persentase
respon
positif
yang
diberikan
siswa
selama
proses
pembelajaran, sebesar 67,18%. Rata-rata persentase ini sudah terbilang baik dibanding dengan rata-rata persentase negatif, netral dan tidak berkomentar yang hanya mendapat tanggapan sebesar 19,37%, 10,31%, dan 3,12%.
97
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa senang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya persentase siswa yang memberikan respon positif dari setiap siklus, menurunya persentase siswa yang berkomentar negatif. Peningkatan ini tentunya berdampak positif terhadap sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika yang dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. 3. Hasil Belajar Matematika Untuk tes hasil belajar digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Adapun hasil tes tersebut dapat dilihat pada tabel IV.11 berikut. Tabel IV.11 Statistik Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar Siswa Statistik
Siklus I
Siklus II
Nilai tertinggi
100
100
Nilai terendah
35
65
Rata-rata
69
79,37
Berdasarkan tabel IV.11, diperoleh informasi bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan 10,37, yaitu dari yang sebelumnya 69 menjadi 79,37. Pada siklus I masih ada siswa yang mendapat nilai dibawah 70 sebanyak 15 siswa dan pada siklus II nilai terendahnya adalah 65 dan masih ada 8 siswa yang mendapat nilai dibawah 70. Walaupun demikian, hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan yang cukup baik. D. Interprestasi Hasil Analisis Dari hasil pengamatan dan jurnal harian siswa pada siklus I menunjukkan bahwa siswa cukup senang dan semangat dalam belajar dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer. Dengan adanya semangat dan antusias siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan model
98
pembelajaran Advance Organizer menunjukkan bahwa model pembelajaran ini dapat menciptakan sikap yang positif pada siswa terhadap pembelajaran matematika. Siswa juga terlihat semakin pandai dan terbiasa dalam menerapkan model pembelajaran Advance Organizer di kelas. Hal ini ditunjukkan dengan siswa dapat menyelesaikan Lembar Kerja Siswa (LKS), serta siswa dapat menuliskan hasil kerjanya didepan kelas dengan baik dan benar. Apabila siswa tidak mengerti maka siswa tersebut tidak takut untuk menanyakan kepada peneliti. Dari keterangan yang telah dikemukakan, menunjukkan bahwa sesungguhnya sikap positif siswa semakin meningkat pada setiap siklusnya. Hambatan dan kesulitan yang dialami peneliti pada awal-awal pembelajaran siklus I yaitu siswa belum mengerti model pembelajaran Advance Organizer tersebut dan siswa ingin pembelajaran seperti biasanya. Tapi hal ini dapat diatasi dengan memberikan pengarahan dan motivasi kepada siswa. Sehingga proses pembelajaran akhirnya dapat berjalan sesuai dengan rencana yang diharapkan. Hasil yang diperoleh dari lembar observasi sikap positif siswa selama proses pembelajaran dari siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa skor ratarata sikap positif pada siklus I 67,12%, dan mengalami peningkatan pada siklus II mencapai 87,62%. Selain itu, jurnal harian siswa melengkapi data yang sudah ada, tujuannya agar data yang diperoleh kuat keberadaannya yaitu untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran Advance Organizer. Berdasarkan hasil jurnal harian siswa yang diperoleh bahwa persentase siswa yang memberikan respon positif terhadap pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Advance Organizer pada siklus I sebesar 55,625% sedangkan pada silkus II mecapai 78,75%. Ini mengalami peningkatan sebesar 23,125%. Sedangkan persentase siswa yang memberikan respon yang negatif pada siklus I sebesar 23,75%. Namun pada siklus II siswa yang memberikan respon menjadi 15%, dan persentase siswa yang berkomentar negatif turun 8,75%. Ini artinya sebagian besar siswa
99
merespon positif terhadap proses pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Advance Organizer. Pembelajaran seperti ini memberikan pengaruh terhadap sikap positif siswa terhadap pelajaran matematik. Namun ada juga yang memberikan respon atau pendapat yang negatif terhadap model pembelajaran Advance Organizer ini, namun ini dijadikan sebagai refleksi terhadap kegiatan pembelajaran selanjutnya. Dalam proses pembelajaran ini belum semua siswa dapat menyelesaikan masalah matematik secara mandiri. Berdasarkan hasil pengamatan lembaran Observasi, dokumentasi, jurnal harian siswa dan wawancara guru, terlihat dari hasil siklus terlihat bahwa penerapan model pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatakan sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru matematika yang bersangkutan bahwa penerapan model pembelajaran Advance organizer dikelas ini sudah cukup baik dan dengan penerapan model pembelajaran Advance Organizer siswa dapat meningkatan sikap positif terhadap pelajaran matematika.
E. Pembahasan Temuan Penelitian Selama penelitian berlangsung, peneliti mencatat semua kegiatankegiatan siswa yang terjadi selama pembelajaran. Hal-hal terjadi tentu sangat banyak, namun ada beberapa temuan penelitian yang unik yang ditemukan selama penelitian. Temuan-temuan
unik
yang terjadi
antara
lain,
yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran Advance Organizer siswa-siswa yang sebelumnya cenderung terlihat pendiam dan pasif menjadi aktif . Kemudian selama pembelajaran berlangsung sebelumnya beberapa siswa izin untuk keluar kelas secara bergantian. Hal ini dapat berdampak kurang baik bagi siswa tersebut karena tidak mendengarkan penjelasan guru secara keseluruhan hal ini terbukti tidak ada lagi siswa-siswi yang keluar kelas secara bergantian tanpa alasan yang tidak jelas pada proses pembelajaran berlangsung.
100
Respon siswa sebelumnya dalam proses pembelajaran terlihat biasabiasa saja, tidak ada yang aktif mengemukakan pendapatnya malah kebanyakan siswa acuh tak acuh terhadap pelajaran matematika. Tetapi setelah penerapan model pembelajaran Advance Organizer semuanya menjadi antusia terhadap pelajaran matematika. Pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, sebagian besar siswa hanya diam dan menunduk. Begitu pula pada saat teman yang lain bertanya, kebanyakan siswa acuh terhadap pertanyaan temannya. Jarang sekali siswa yang menjawab atau menanggapi pertanyaan teman atau guru. Bahkan sebagian besar siswa jarang mencatat materi yang sudah guru sampaikan, hanya beberapa saja dari mereka yang mencatat materi yang guru sampaikan. Setelah menerapakan model pembelajaran Advance Organizer semuanya berubah kearah yang lebih baik yakninya, siswa sekarang sudah aktif bertanya maupun menjawap pertanyaan dari guru serta mencatat materi yang guru sampaikan. Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika sebelumnya dapat dikatakan kurang. Ini terlihat dari respon siswa yang kurang menyukai ketika guru memberikan tugas pada saat materi selesai. Sehingga ada beberapa siswa menyalin tugas temannya dengan alasan tidak mengerti, malas mengerjakan dan mengadalakan jawaban dari guru. Tetapi pada saat penerapan pembelajaran Advance Organizer semua siswa merespon positif semua tugas yang diberikan guru dan jarang sekali siswa yang menyalin tugas temanya, dan apabila ada soal yang sulit siswa tidak lagi mengandalkan jawaban dari guru.
101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1.
Model pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan Sikap positif siswa dalam pelajaran matematika. Peningkatan sikap positif siswa ini dapat terlihat dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa rata-rata persentase sikap positif siswa pada siklus I adalah 67,12% dan setelah dilakukan perbaikan selama pembelajaran pada siklus II ratarata persentase sikap positif siswa meningkat menjadi 87,62%. Penelitian ini dihentikan karena sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal yaitu 75%.
2.
Siswa memiliki respon yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer. Hal ini terlihat dari meningkatnya respon positif siswa dari siklus I sebesar 55,625% menjadi 78,75% pada siklus II. Sehingga mengalami peningkatan sebesar 23,125%.
3.
Model pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan ratarata nilai tes hasil belajar yang diberikan pada setiap akhir siklus. Pada siklus I nilai rata-ratanya sebesar 69 dan pada siklus II meningkat menjadi 79,37
101
102
B.
Saran 1.
Apabila pembelajaran ini akan dilakukan maka guru perlu melakukan persiapan yang matang agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, oleh
karena
itu,
perlu
dipersiapkan
beberapa
diantaranya,
mempersiapkan RPP, soal latihan, lembar observasi sikap positif siswa, jurnal harian untuk mengetahui respon siswa tersebut. 2.
Siswa sebaiknya bisa dilibatkan dalam merumuskan kegiatan pembelajaran pada siklus berikutnya agar peneliti mengetahui keinginan siswa sebagai bahan pertimbangan perencanaan yang akan dipakai.
3.
Berhubungan dengan penelitian ini dilakukan pada pokok bahasan bangun datar segiempat, peneliti menyarankan model pembelajaran Advance Organizer dapat diterapkan pada pokok bahasan lain.
4.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan berpijak bagi peneliti yang berminat mengembangkan hasil penelitian dalam ruang lingkup yang lebih luas.
103
DAFTAR PUSTAKA Sri Anita W. Janet Trineke Manoy. 2008. Strategi Pemebelajaran Matematika. Jakarta : Universitas Terbuka. http://rbaryans.wordpress.com. (Seminar Internasional di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Slameto. 2003. Belajar dan Fakto-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Syaiful Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. W.S.Winkel S.J.M.Sc.1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia. edisi pertama. cet 3. Joyce, B. dan Weil, M. 2009 Model Of Teaching. Yongyakarta: Pustaka Pelajar. Edisi kedelapan. Richard I. Arends. 2008. Learning To Teach. Yongyakarta: Pustaka Pelajar. Edisi ketujuh. Erman Suherman, dkk. 2002. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA-UPI. Depertemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Erna Suwangsih dan Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI. Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Syaiful Sagala. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Zurinal Z dan Wahdi Sayuti. 2006. Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Syarif hidayatullah Jakarta. Press. Udin S. Wiranataputra, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. 103
104
Pupuh Fathurrohman. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Rineka Aditama. M.Ngalim Purwanto. 1984. Psikologi Pendidika. Bandung: Remadja Karya. Wasty Soemanto. 2006. Psikologi Pendidikan.(Jakarta, Rineka Cipta: 2006). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Mark K. Smith, dkk. 2009. Teori Pembelajara dan Pengajaran. Yogyakarta: Mirza Media Pustaka. H.Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Syaifuddin Azwar. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukuran. Jakarta: Pustaka Pelajar. Zikri Neni Iska. 2006. Psikologi. Jakarta: Kizi Brother. Prasetya Irawan, Suciati, dkk. 1994. Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar. Jakarta: PEKERTI. H.Alisuf Sabri. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. Suharsimi Arikunto. 2007. Peneltian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Cet ke-4. Wina Sanjaya. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.
Lampiran 4 .jurnal harian siswa
JURNAL HARIAN SISWA Nama : 1.
No. Absen :
Apa yang telah kamu pelajari hari ini?
2. Bagaimana Pendapat kamu tentang pembelajaran hari ini? (saran/kritik) 3. Apa yang kamu rasakan setelah mengikuti pelajaran hari ini?
183
212 Lampiran 13
Rekapitulasi Respon Siswa selama Pembelajaran Siklus I
Respon
Pertemuan Ke-
Rata-rata
Siswa
1
2
3
4
Positif
18
20
24
27
( 50 %)
(60%)
(67,5%)
7
6
6
5
(17,5%)
(15%)
(15%)
(12,5%)
12
11
8
7
(30%)
(27,5)
(20%)
(17,5%)
Tidak
3
3
2
1
Berkomentar
(7,5%)
(7,5%)
(5%)
(2,5%)
( 45 %) Netral
Negatif
(%) 55,625
15 23,75
5,625
Rekapitulasi Respon Siswa selama Pembelajaran Siklus II
Respon
Pertemuan Ke-
Rat-rata
Siswa
7
8
9
10
Positif
29
31
32
34
(72,5%)
(77,5%)
(80%)
(85%)
3
3
2
1
(7,5%)
(7,5%)
(5%)
(2,5%)
7
6
6
5
(17,5%)
(15%)
(15%)
(12,5%)
Tidak
1
0
0
0
Berkomentar
(2,5%)
(0%)
(0%)
(0%)
Netral
Negatif
(%) 78,75 5,625
15 0,625
224 Lampiran 18 DAFTAR NILAI TES SIKLUS I DAN II
No
Kode siswa
1
Nilai Tes Siklus I
II
A1
75
90
2
A2
100
100
3
A3
90
100
4
A4
60
75
5
A5
70
85
6
A6
70
75
7
A7
85
75
8
A8
75
85
9
A9
70
85
10
A10
60
75
11
A11
65
75
12
A12
90
90
13
A13
60
65
14
A14
70
75
15
A15
60
65
16
A16
90
100
17
A17
70
85
18
A18
50
65
19
A19
70
80
20
A20
95
100
21
A21
65
85
22
A22
60
65
23
A23
80
70
24
A24
80
90
225
25
A25
80
90
26
A26
70
75
27
A27
35
65
28
A28
70
80
29
A29
60
65
30
A30
70
70
31
A31
90
90
32
A32
70
85
33
A33
50
65
34
A34
50
70
35
A35
40
65
36
A36
70
85
37
A37
35
75
38
A38
75
80
39
A39
60
80
40
A40
75
80
Nilai Minimum
35
65
Nilai Maksimum
100
100
Rata-rata
69
79,37