Artikel Banjir Di Tebing Tinggi.docx

  • Uploaded by: Meii Sinurat
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Artikel Banjir Di Tebing Tinggi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 869
  • Pages: 3
Banjir di Tebing Tinggi, Ribuan Warga Mengungsi TEMPO.CO, Medan - Ketua Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara, Wahid Sitorus mengatakan ketinggian air yang menggenangi empat kecamatan hingga Sabtu malam, 19 Oktober 2013, terus meningkat. Sedikitnya 6.000 warga terpaksa mengungsi. "Ketinggian air sudah mencapai 170 sentimeter," kata Wahid Sitorus kepada Tempo. Akibatnya, kata Wahid, jumlah pengungsi bertambah. "Kami masih terus mendata dan mendirikan posko untuk pengungsi," Wahid menjelaskan. Sebagian warga mengungsi di rumah saudara mereka yang tidak terkena banjir. Banjir yang melanda kota berjuluk 'Lemang' itu, kata Wahid, karena meluapnya dua aliran sungai; Padang dan Bahilang. Sejak Jumat hingga Sabtu siang, hujan turun deras. "Air di kedua sungai meluap dan menggenani empat kecamatan. Diantaranya Kecamatan Kota Tebing, Padanghulu," ujar Wahid. Kondisi malam, Wahid melanjutkan tidak hujan. "Tapi ketinggian air bertambah hampir 2 meter. Ini akibat di bagian hulu sedang hujan," kata dia. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, adanya pusaran angin (Eddy) di sebelah Samudera Hindia sebelah barat Sumatera Utara telah menyebabkan hujan deras di Sumatera bagian utara. "Ditambah dengan kondisi sungai dangkal, kerusakan lingkungan, dan pasang laut maka terjadi banjir di di Kota Tebing Tinggi," kata Sutopo. https://nasional.tempo.co/read/523026/banjir-di-tebing-tinggi-ribuan-warga-mengungsi/full&view=ok

Medan, Tebingtinggi, Sergai, Simalungun Dilanda Banjir By Admin Rabu, 14 Desember 2017

Memasuki Bulan Desember, Sumatera Utara mengalami cuaca yang cukup ekstrim. Terhitung sejak Jumat (1/12) hingga Minggu (3/12), intensitas hujan cukup tinggi. Akibatnya, sejumlah daerah di Sumatera Utara, seperti Kota Medan, Tebingtinggi, Serdangbedagai, Simalungun, dan lainnya dilanda banjir. Di Medan, Sungai Babura meluap mengakibatkan sejumlah kawasan terendam banjir, khususnya di daerah aliran sungai. Selain itu, tiga orang tewas terseret derasnya arus banjir. Sementara di Tebingtinggi, air Sungai Bahilang dan Sungai Padang meluap, mengakibatkan Kota Tebingtinggi terendam sejak Jumat (1/12) malam. Dari 35 Kelurahan di Lima Kecamatan, sedikitnya 25 kelurahan dilanda banjir dengan ketinggian air 50 hingga 150 centimeter. Akibatnya, 8.421 KK atau 33.825 jiwa harus mengungsi. Sementara kerugian material diperkirakan Rp21.777.500.000 seperti sawah, dan lahan pertanian lainnya. Di Simalungun, sedikitnya 104 unit rumah milik warga yang berada di Pasar Bawah, Kelurahan Serbalawan, Kecamatan Dolok Batu Naggar, diterjang banjir, Jumat (1/12) malam sekira pukul 22.00 WIB. Bencana banjir tersebut dipicu turunnya hujan deras di hulu Sungai Bawah yang tak mampu menampung besarnya debit air hingga meluap ke sisi bantaran sungai yang dihuni ratusan rumah penduduk. Kabupaten Serdang Bedagai juga dilanda banjir, Minggu (3/12). Sebanyak 2.468 rumah terendam banjir di 7 kecamatan yakni Kecamatan Tebing Tinggi, Bandar Khalifah, Sipis pis, Sei Rampah, Tebing Syahbandar, Dolok Masihul, dan Bintang bayu. Data sementara, dari 7 kecamatan yang mengalami banjir akibat luapan sungai adalah, Kecamatan Tebingtinggi sebanyak 984 KK, Sipispis sebanyak 70 KK, Bandar Khalipah sebanyak 690 KK, Sei Rampah sebanyak 350 KK, Tebing Syahbandar sebanyak 35 KK, Dolok Masihul sebanyak 339 KK,Bintang bayu 25 KK. Balai Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan memprediksi, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) masih berpotensi dilanda hujan. Kondisi cuaca tersebut diperkirakan akan terjadi hingga sepekan. Karenanya, masyarakat pun perlu mewaspadai terjadinya bencana banjir dan longsor. Kepala BBMKG Wilayah 1 Medan, Edison Kurniawan melalui Kepala Bidang Data dan Informasi, Syahnan mengungkapkan, secara umum potensi hujan di Sumut memang masih tinggi. Hujan yang akan terjadi pada pagi, siang, sore, malam dan dini hari. “Dalam beberapa hari ke depan diperkirakan pola cuaca masih berpotensi terjadinya pertumbuhan awan-awan konvektif yang menyebabkan terjadinya hujan. Sehingga, masih perlu diwaspadai akan terjadinya banjir dan tanah longsor di wilayah kabupaten/kota di Sumut,” ujar Syahnan, Minggu (3/12). http://bpbd.sumutprov.go.id/single/medan-tebingtinggi-sergai-simalungun-dilanda-banjir

Inilah Penyebab Banjir di Sumut Kamis, 10 Mei 2018 10:36 WIB

MEDAN - Sungai-sungai di Sumatera Utara (Sumut) belum mampu keluar dari masalah, terutama pencemaran dan pendangkalan. Akibatnya, setiap kali musim hujan, beberapa daerah kerap mengalami banjir. Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera Utara II, Roy Paganom Pardede, mengatakan, masalah utama sungai di Sumut adalah sampah, pemukiman dan alih fungsi lahan. "Masyarakat masih saja membuang sampah di sungai," katanya di sela-sela acara serah terima bantuan perahu karet oleh Balai Wilayah Sungai kepada Pemrov Sumut di Jalan AH Nasution, Medan.. Masalah sampah tersebut menyebabkan sungai-sungai yang ada mengalami pendangkalan. Usaha yang dilakukan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya hingga kini belum mampu mengatasi masalah tersebut.

Banyaknya pemukiman di sisi kira dan kanan sungai juga masih menjadi faktor penyebab rusaknya sungai-sungai yang ada. Selain itu, alih fungsi lahan yang terus dilakukan menyebabkan debit air mengalami penyusutan. "Saat ini banyak hutan yang jadi gedung, perkebunan dan lainnya," ungkapnya. Kondisi demikian menyebabkan bencana banjir bandang kerap terjadi. Hutan-hutan di sekitar sungai, yang seharusnya menjadi penahan air kini terus berkurang sehingga tak mampu menahan laju air dalam jumlah banyak. Untuk mengatasi masalah itu, pihaknya mengaku tidak bisa bekerja sendiri. Kegiatan fisik maupun nonfisik terus dilakukan mulai dari membuat cekdam dan bendungan, mengelola drainase primer hingga menyadarkan masyarakat terkait keberlangsungan sungai. "Namun upaya-upaya itu belum cukup," kata dia. Adapun normalisasi sungai yang terus dilakukan tiap tahun, tanpa dukungan dari masyarakat tentu tak akan berarti apa-apa. "Intinya kita semua bekerja sama-sama, menjaga lingkungan sungai untuk masa depan," pungkasnya. Wakil Gubernur Sumut, Nurhajizah Marpaung mengakui, akhir-akhir ini sejumlah daerah di Sumut rawan banjir. Sejak awal tahun, setidaknya ada beberapa daerah yang telah mengalami banjir, mulai dari Kota Tebingtinggi, Medan, Asahan, Samosir dan beberapa daerah lainnya. "Masalahnya memang karena banyak sungai dan drainase yang tak berfungsi normal," ungkapnya.

https://www.gosumut.com/berita/baca/2018/05/10/inilah-penyebab-banjir-di-sumut

Related Documents


More Documents from "lp3y.org"

Elita.docx
November 2019 21
Sakit Perut.docx
April 2020 17
Hd.docx
December 2019 14