Anti Brondong 9.docx

  • Uploaded by: Nurma Ayu Rahmaddini
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Anti Brondong 9.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,277
  • Pages: 13
Malam selalu terlihat indah bagi Anas. Lampu kerlap-kerlip kota Jakarta tak pernah gagal membuat hatinya tenang. Gedung-gedung tinggi terlihat bagai bertabur bintang di atasnya. Anas selalu suka, terlebih malam ini. Dingin menyapa kulitnya, namun tidak mampu mengubah suasana hati Anas yang menghangat.

Kendaraan beroda dua yang Anas naiki melaju menuju indekosnya. Si pengmudi mengendarai motornya dengan lambat, seperti tidak rela kebersamaan ini hilang. Tiada yang tahu bagaimana hari esok, semua terlalu misteri. Aris hanya ingin memanfaatkan semaksimal mungkin kebersamannya dengan kakak mungil kesayangannya.

“Itu di ujung gang kos-kosan saya.” Anas memberi intruksi pada Aris.

Aris menghentikan motornya tepat di depan pagar indekos yang Anas tunjuk. Anas melepaskan helm yang ia gunakan dan menyerahknnya pada Aris, tapi Aris menolak. Pemuda itu tidak ingin Anas mengembalikan helmnya.

“Kenapa?” tanya Anas dengan kening mengkerut bingung.

Aris tersenyum kecil, namun tetap terlihat manis. “Itu saya beli buat Kakak.”

Anas makin memperdalam kerutan di keningnya. Helm itu memang baru dibeli Aris tadi, setelah mereka selesai berkunjung ke makam. Aris ngotot ingin mengantar Anas pulang, tapi Anas jelas menolak. Anas mengatakan kalau indekosnya memiliki jarak cukup jauh, harus menggunakan helm dua untuk mencapai tempatnya, sedangkan Aris hanya membawa helm satu. Itu adalah

alasan paling logis yang dapat Anas berikan, karena sebenarnya, Anas hanya tak ingin pemuda itu tahu di mana ia tinggal.

Tapi nyatanya Anas salah, Aris tidak menyerah sampai disitu. Aris justru membeli helm berwarna biru degan motif kupu-kupu untuk dikenakan Anas. Lelaki itu, Anas tidak mengerti lagi dengan kekeraskepalaannya.

“Saya gak butuh helm,” kata Anas. “Saya gak naik motor dan gak punya motor juga. Jadi mending, ini kamu yang simpen.”

Anas kembali mengangsurkan helm itu, tapi lagi-lagi Aris menolaknya. “Mulai sekarang Kakak pasti butuh helm itu,” ucap Aris santai.

Anas sebal. Apa lagi sih maunya bocah satu ini? Bisa-bisa Anas mati muda di dekatnya karena kesal. “Atas dasar apa kamu ngomong gitu? Kamu pikir saya butuh helm buat naik angkot atau jalan kaki, gitu? Aish … kalau kayak gitu jadi berasa karma buat saya gara-gara bulan lalu ngejek ibu-ibu pakai helm di atas kereta.”

Anas tidak berbohong. Satu bulan yang lalu, Anas dan ketiga sahabatnya pergi ke Pasar Senen untuk membeli buku yang diminta dosen mata kuliah akuntansi sektor publik mereka menggunakan jasa transportasi commuter line. Saat di stasiun Jatinegara, ada seorang ibu-ibu yang masuk ke dalam gerbong kereta menggunakan helm di kepalanya.

“Ya kali! Gak gitu juga kali, Kak. Saya suruh Kakak simpen helm itu karena mulai besok, saya akan anter jemput kak Anas ke tempat bimbel.”

Anas melotot tidak percaya. Apa lagi ini?

“Saya gak mau!” tolak Anas langsung tanpa berpikir.

Aris menggerakkan jari telunjuknya ke kiri dan ke kanan, tanda menolak gagasan Anas barusan. “Saya gak peduli Kakak mau apa enggak. Yang pasti, saya bakal tetep jemput Kakak mulai besok. Saya mana tega? Jarak kosan Kakak ke tempat bimbel tuh lumayan jauh. Apa lagi Kakak ngajar sampai jam setengah sembilan malam, naik angkutan umum pula. Pokoknya keputusan saya udah bulat.”

Anas meniup poninya jengkel. Ayo lah, Anas sudah dewasa. Tapi bocah kecil ini memperlakukannya seakan-akan dia yang anak kecil. Harusnya tadi ia tidak membiarkan pria kecil ini mengantarnya sehingga dia bisa tahu di mana Anas tinggal.

“Saya tetep gak mau! Lagi pula, kamu gak tau jadwal ngajar saya, dan saya gak akan kasih tau kamu.” Anas melipat tangan di depan dada, menantang Aris.

Aris menyeringai licik, memusatkan seluruh perhatianya pada Anas dengan tangan yang juga sudah terlipat di depan dada. “Senin libur, Selasa setengah empat sampai setengah sembilan malam, Rabu jam lima sampai setengah sembilan malam, Kamis dan Jumat setengah empat sampai setengah Sembilan malam.”

Anas menganga lebar. Bagaimana mungkin? Anak ini, hapal jadwal mengajarnya?

“See? Saya hafal jadwal Kakak. Besok, jam setengah empat sore saya jemput.”

Anas masih menganga, tak bergerak. Aris menyentuh dagu Anas untuk menutup mulutnya, setelah itu dia mengacak pelan rambut Anas, lagi. Hal itu membuat Anas kembali mendapatkan kesadarannya dan melotot garang pada Aris.

Aris terkekeh pelan. “Sampai ketemu besok, Kak.” Aris memutar kunci dan memetik starter motornya. Sebelum benar-benar pergi, pemuda itu kembali menoleh ke arah Anas dan memberikan senyum yang akan sulit Anas lupakan. “Buat kejadian kemarin yang Kakak bilang benci saya, saya gak peduli. Saya tau itu gak bener, dan kalau pun emang Kakak benci saya, saya akan tetep ngejar Kakak.”

Aris melesat pergi, meninggalkan Anas yang mematung menatap punggungnya yang makin lama makin mengecil. Anas menghela napas, berusaha menghentikan degup jantungnya yang entah mengapa terasa menggila. Ada yang salah dengan jantungnya, mungkin Anas harus meminjam uang lagi pada Raya untuk memeriksa jantungnya ke rumah sakit.

Anas melangkah masuk ke dalam indekosnya. Saat kembali teringat semua tingkah Aris, Anas menggerutu, tapi tak ayal senyum mengembang di bibirnya. Pria kecil itu terlalu ajaib.

Setelah Anas masuk dan mentup pintu indekosnya, ponsel murahannya berbunyi, pertanda sebuah panggilan masuk. Anas mengambil ponsel yang ia letakan di dalam tas merah marunnya. Panggilan itu ternyata dari Raya. Anas segera menggeser layar ke arah kanan untuk menerima panggilan itu.

“Anas, lo di mana? Sama Syifa gak?”

Anas mengernyit mendengar nada suara Raya yang terdengar panik. Anas mencium bau-bau tidak beres.

“Gue di kosan, Ray. Syifa gak di sini. Ada apa? Kenapa lo panik gitu?”

Anas mendengar helaan napas Raya dari seberang sana. Perasaannya makin tidak enak. Ia tahu ada hal buruk yang sedang terjadi di sini.

“Syifa, Nas. Syifa kabur lagi dari rumah.”

Mata Anas terbelalak. “Kabur? Terus sekarang dia di mana? Udah nanya Indah?”

Anas tahu Syifa. Sahabatnya itu bukan sekali dua kali seperti ini. Biasanya setiap kabur, Syifa memilih tempat Raya, Indah, atau Anas sebagai pelarian. Gadis itu akan meraung, menangis sebanyak yang ia mau. Anas, Raya, dan Indah hanya bisa memeluknya.

“Udah, tapi gak ada juga. Gue takut Syifa kenapa-napa. Lo tau gimana dia kalau lagi emosi.”

Anas memejamkan mata. Serangan panik langsung melanda seluruh tubuhnya. Seluruh pikirannya langsung tersedot pada sosok Syifa yang ceria, namun di balik keceriaannya menyimpan luka yang begitu dalam.

“Kita harus cari dia sekarang, Ray!” ucap Anas terdengar bergetar.

“Indah lagi on the way ke rumah gue, nanti kalau udah sampe kita langsung ke kosan lo. Indah bawa mobil.”

“Oke, Ray. Gue tunggu!” Dan klik, sambungan mereka terputus.

Anas menyandarkan punggungnya pada pintu kayu di belakangnya. Ia mengusap wajah, sedikit frustasi. Dalam hati Anas terus berdoa untuk Syifa sahabatnya. Anas tahu Syifa, kalau gadis itu sampai memilih menyendiri, pasti masalahnya kali ini sangat berat.

“Syif, gue harap lo gak ngelakuin hal bodoh itu lagi. Kalau sampai kejadian itu ke ulang lagi, gue gak bakal diem kayak setahun yang lalu, Syif. Gue bakal balik nyakitin orang yang nyakitin lo, dengan tangan gue sendiri.”

Iya, Anas berjanji akan balik menyakitinya.

Yeaaay aku kambek.

Revisiku udah selesai kemarin malam, bimbingannya besok. Semoga bisa ikut seminar proposal bulan ini, Aamiin.

Btw, ternyata nulis di laptop enak juga ya? Wkwk Selama ini aku selalu nulis di hape karena males buka laptop. Dan karena hape aku masih rusak, aku nulis di laptop. Aku gak bisa balesin komen orang dulu selama hape masih rusak. Paling weekend nanti aku benerin, ganti layar yang retak doag sih.

Dah ah, kebanyakan curhat. Bodo amat ye kan? Wkwk

Selamat membaca 

Secara garis besar, ada dua sistem kurs, yaitu sistem kurs mengambang (floating exchange rate system) dan sistem kurs tetap (fixed exchange rate system). Sistem kurs mengambang sering juga di sebut dengan freely fluctuating exchange rate system atau sistem kurs bebas flexible exchange rate system namun yang paling popular adalah floating exchange rate system.[1] Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus mengemukakan bahwa sistem kurs ada 3 (tiga) macam: 1.

Cara kerja standar emas

Adalah suatu sistem kurs dengan menggunakan standar emas. Sistem ini memberikan kurs tukar valuta asing yang tetap untuk setiap Negara dan relatif mudah dipahami.

2.

Kurs valuta asing yang mengambang “penuh”

Adalah kurs yang sepenuhnya di tentukan oleh kekuatan pasar (penawaran dan permintaan) 3.

Sistem kurs valuta asing yang mengambang “terkendali”

Dalam sistem ini terdapat beberapa mata uang yang mengambang bebas bersama – sama mata uang yang dikaitkan dengan dollar (mengambang bersama – sama dengan dollar). Mata uang suatu Negara dibiarkan mengambang bersama – sama dengan dollar secara bebas di pasaran. Tetapi pemerintah suatu Negara akan melakukan intervensi jika pasar dalam keadaan kacau atau kurs sedang dianggap terlalu jauh dari yang diperkirakan sebagai kurs yang tepat.

Di dalam sistem kurs mengambang terkandung dua macam variasi. Pertama dirty float yaitu apabila pemerintah secara aktif melakukan usaha stabilitas nilai tukar valuta asing. Kedua Clean float yaitu jika pemerintah tidak melakukan usaha stabilitas kurs.[3] Suatu sistem dinyatakan menggunakan dan atau menerapkan sistem kurs bebas apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:[4]

1.

Mata uang yang beredar tidak konvertibel terhadap emas

2.

Kurs valuta asing ditentukan sepenuhnya oleh pasar. Apabila pemerintah melakukan

intervensi maka yang dilakukan adalah bagaimana kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi sisi permintaan dan penawaran valuta asing.

3.

Tidak ada pembatasan penggunaan valuta asing.

2.

Kurs Dalam Pendekatan Tradisional

Penjelasan mengenai fluktuasi Kurs dengan model pendekatan tradisional didasarkan pada kajian terhadap pertukaran barang dan jasa antar Negara. Artinya sejauh mana nilai kurs antara dua mata uang dari dua Negara ditentukan berdasarkan besarnya nilai perdagangan barang dan jasa diantara dua Negara tersebut.[5] Oleh karena itulah model ini disebut sebagai model pendekatan perdagangan (trade approach) atau pendekatan elastisitas terhadap pembentukan kurs (elasticity approach to exchange rate determination)[6]

Menurut pendekatan ini, equilibrium kurs adalah kurs yang akan menyeimbangkan nilai ekspor dan nilai impor suatu negara.[7] Dalam pendekatan ini kurs ditentukan dari keseimbangan nilai ekspor dan nilai impor. Jika nilai ekspor lebih kecil dari pada nilai impor, maka nilai mata uang suatu Negara akan mengalami depresiasi (penurunan). Begitu sebaliknya, jika nilai ekspor lebih besar, maka nilai kurs akan mengalami apresiasi (peningkatan) terhadap nilai tukar mata uang mitra dagangnya secara internasional.[8]

Dalam sistem kurs bebas dan atau mengambang kurs yang mengalami depresiasi atau apresiasi akan mendorong terjadinya arus perubahan ekspor dan impor dari barang dan jasa suatu Negara, sehingga akan tercapai keseimbangan nilai kurs di mana nilai ekspor sama besarnya dengan nilai impor.[9]

Secara gamblang Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus menjelaskan hal ini. Menurutnya: “meningkatnya kurs pound (Inggris) akan menjadikan impor barang dan jasa dari Inggris akan lebih mahal bagi Amerika, sehingga permintaan Amerika terhadap barang – barang ekspor dari Inggris menjadi turun. Karena kurs dollar lebih murah bagi Negara – Negara Eropa

terutama Inggris, maka mereka (Negara – Negara Eropa) akan mengimpor lebih banyak barang – barang dan jasa dari Amerika”.[10]

Jadi teori ini menjelaskan bahwa keseimbangan nilai tukar mata uang antar Negara terjadi karena adanya perubahan jumlah ekspor dan impor dari barang dan jasa suatu Negara.

3.

Kurs Dalam Pendekatan Moneter

a.

Pendekatan Teori Kuantitas Uang

Teori kuantitas uang yang dikemukakan oleh Irving Fisher yang secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut:[13]

MV = PT Di mana :

M (money)

: jumlah uang yang beredar

V (velocity)

: Kecepatan peredaran uang

P (Price)

: Tingkat harga barang

T (Trade)

: Jumlah barang yang diperdagangkan.

Menurut Fisher harga barang tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar saja tetapi juga kecepatan peredaran uang. Semakin cepat peredaran uang maka akan berakibat pada harga barang dan jasa yang semakin mahal yang menyebabkan permintaan akan barang dan jasa dari luar negeri turun dan secara tidak langsung akan melemahkan nilai tukar uang, sebaliknya jika kecepatan peredaran uang semakin lambat maka harga barang akan turun yang secera tidak langsung nilai uang naik.[14]

b.

Pendekatan Keynes

Keynes membedakan 3 motivasi memegang uang, yaitu:[15]

1.

Untuk transaksi

Motivasi transaksi menunjukkan perlunya uang untuk memenuhi kebutuhan transaksi untuk memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa, baik perorangan maupun secara kelompok/ perusahaan. Permintaan uang untuk transaksi dipengaruhi oleh pendapatan. Semakin tinggi pendapatan, semikin tinggi pula permintaan atas uang dengan tujuan transaksi.

2.

Untuk berjaga – jaga

Berhubungan dengan kaitan perencanaan keamanan yang meyangkut transaksi yang tidak terduga. Permintaan uang untuk berjaga – jaga juga dipengaruhi oleh pendapatan. Semakin tinggi pendapatan, semikin tinggi pula permintaan atas uang dengan tujuan berjaga – jaga.

3.

Untuk spekulasi

Didefenisikan sebagai motif mencari keuntungan karena mengetahui kondisi pasar lebih baik. Menurut Keynes, permintaan uang untuk spekulasi ini di sebabkan karena adanya pengharapan masyarakat akan suatu jaminan kepastian untuk mendapatkan keuntungan dari tingkat suku bunga. Jika suku bunga berubah, maka jumlah uang yang diminta akan berubah juga. Kemudian Keynes menambahkan, adanya pengharapan masyarakat akan adanya suku bunga di atas normal (obligasi) sebagai salah satu pemicu motivasi untuk spekulasi. Ia menyatakan, jika suku bunga rendah masyarakat akan memilih obligasi karena menganggap akan mendapatkan keuntungan, demikian sebaliknya.

Teori Keynes ini diaplikasikan kepada proses permintaan uang yang kemudian mempengaruhi aggregat demand akan suatu mata uang atas mata uang lainnya sedangkan, penawaran akan jumlah uang ditentukan oleh pemerintah dan otoritas moneter yang ada.

Teori Paritas Daya Beli

Salah satu teori yang diterima oleh umum adalah teori paritas daya beli atau dikenal dengan Purchasing Power Parity (PPP). Teori ini dianalisa oleh David Ricardo pada tahun 1817 dan Gustav Cassel pada tahun 1916.[16] Pendekatan teori ini menggunakan harga relatif di berbagai negara sebagai petunjuk bagi nilai tukar dalam sistem yang fleksibel.[17]

Menurut teori ini sejumlah barang di Jerman bernilai 25 Deutschemark (DM) sedangkan di Amerika barang yang sama laku seharga $10, maka dalam jangka panjang kurs akan mendekati harga 2,5 DM per Dollar.[18] Dari contoh di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa teori

Purchasing Power Parity adalah teori yang merumuskan dan menjelaskan fluktuasi nilai mata uang dalam jangka panjang. Secara absolut teori paritas daya beli adalah Kurs antara dua mata uang merupakan rasio dari tingkat harga umum dari dua Negara yang bersangkutan.[19]

Teori Purchasing Power Parity dirumuskan berdasarkan asumsi implisit bahwa dalam konteks perdagangan dan hubungan keuangan internasional tidak ada biaya transportasi, tarif atau kendala lainnya yang dapat menghalangi laju perdagangan barang dan jasa secara bebas. Juga diasumsikan bahwa semua jenis komoditas dapat diperdagangkan secara bebas dan tidak terjadi gangguan struktural di setiap Negara. [20]

Related Documents

Anti Brondong 9.docx
November 2019 13
Anti
June 2020 23
Anti
June 2020 22
Anti Psikosis.docx
June 2020 4

More Documents from "M Alvin Anugerah"

Tugas Anti Korupsi.docx
November 2019 13
Tugas Akuntabilitas 1.docx
November 2019 15
Skripsi Kumpul.docx
November 2019 14
10. Kejutan Untuk Mili.docx
November 2019 18
Anti Brondong 9.docx
November 2019 13
Askep_dermatitis.docx
June 2020 8