BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Transkultural Nursing mengetahui bagaimana seorang perawat itu dalam melaksanakan tugasnya yang berhubungan dengan nilai budaya dalam masyarakat. Dimana kebudayaan itu mempengaruhi seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya atau dalam perawatan pasiennya. dalam hal ini konsep transkultural sangat diperlukan, konsep keperawatan tersebut merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dan seni perawat meliputi pengetahuan ilmu humanistic, philosopi perawatan, praktik klinis keperawatan, komunikasi dan ilmu sosial. oleh karena itu tindakan keperawatan harus didasarkan pada tindakan yang komperhensip sekaligus holistik. Dalam hal ini transkultural nursing mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap kehidupan individu, hal ini sangat penting bagi perawat untuk mengetahui latar belakang budaya seorang pasien dalam melaksanakan asuhan keperawatan, misalnya kita mengetahui kebiasaan hidupnya sehari-hari, seperti tidur, makan, kebersihan dirinya.Pandangan agama dan kepercayaan sangat mempengaruhi pandangan klien tentang kesehatan dan kondisi sakitnya.
2. Rumusan masalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Apa pengertian transcultural nursing? Apa konsep yang mendasari transcultural nursing? Bagaimana keperawatan jenazah menurut beberapa agama? Apa peran penting Transkultural nursing? Apa peran Agama dan budaya dalam transkultural nursing? Apa aplikasi Agama dalam pelayanan keperawatan? Bagaimana paradigma agama yang berhubungan dengan kesehatan?
3. Tujuan Tujuan dalam pembuatan makalah ini agar mahasiswa keperawatan dapat mengerti definisi agama dalam keperawatan. Bagaimana menerapkan ilmu keperawatan pada masing-masing agama yang berbeda dan mendapat perlakuan yang tidak sama. 4. Manfaat 1. Mengetahui akan manfaat dari peran agama dalam keperawatan dari segi masing-masing agama. 2. Bisa menerapakan peran-peran agama dalam keperawatan tersebut.
1
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian transcultural nursing Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensidari keperawatan,membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya. B. Konsep Dalam Transcultural Nursing 1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. 2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan. 3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan
keperawatan
yang dibutuhkan
untuk
memberikan
asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu,kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985). 4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanyaa dalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. 5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim. 2
6.
Ras
adalah
perbedaan
macam-macam
manusia
didasarkan
pada
mendiskreditkan asal muasal manusia. 7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian
etnografi
memungkinkan
perawat
untuk
mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya. 8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. 9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaanyang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia. 10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaandan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai. 11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimilikioleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
C. Perawatan Jenazah Menurut Beberapa Agama di Indonesia Perawatan Jenazah menurut Agama Islam Perawatan jenazah menurut Islam meliputi memandikan
jenazah,
mengkafani, menyolatkan dan menguburkan. 1. Memandikan jenazah Syarat-syarat jenazah wajib dimandikan adalah: a. Jenazah itu harus orang Islam b. Didapati tubuhnya walaupun sakit c. Bukan mati syahid d. Bayi lahir sebelum waktunya dan belum ada tanda-tanda hidup, misalnya belum menangis, belum bernafas dan denyut nadi belum bergerak. e. Orang yang meninggal karena kecelakaan yang fatal sehingga tubuhnya 3
nyaris rusak/hancur. Bila jenazah disemayamkan lebih dari 24 jam sebaiknya tidak dimandikan tetapi cukup dilap dengan kain yang agak basah sampai kering, kemudian diberi borehan dengan alkohol atau spiritus. Sesudah itu diberi bedak dengan maksud agar mayat tetap keringan tidak mendatangkan bau yang kurang sedap. Persiapan sebelum memandikan jenazah: a. Menutup aurat si mayat dengan kain basahan atau handuk besar. b. Melepas pakaian yang masih melekat di tubuhnya. c. Menggunting kuku tangan dan kaki kalau panjang. d. Mencukur bulu ketiak dan merapikan kumis. e. Membersihkan hidung dan mulut serta menutupnya dengan kapas ketika dimandikan lalu dibuang setelah selesai. Tata cara memandikan jenazah: a. Jenazah dibaringkan di tempat yang tinggi. b. Jenazah dimandikan di tempat tertutup. c. Ketika dimandikan dipakaikan kain basah. d. Bersihkan isi perut dengan tangan kiri yang telah terbalut. e. Jenazah dibersihkan dari nazis yang melekat di tubuhnya atau yang \ keluar dari duburnya. f. Setelah dibersihkan lalu dengan menggunakan air, sabun mandi, seluruh tubuh dari rambut sampai telapak kaki dimandikan sampai bersih. Disunnahkan jenazah tersebut dimandikan tiga kali atau lima kali. g. Setelah jenazah selesai dimandikan, kemudian badannya dikeringkan dengan memakai handuk. 2. Mengkafani jenazah Tata cara mengkafani jenazah adalah: Jenazah laki-laki atau wanita minimal dibungkus dengan selapis kain kafan yang menutupi seluruh tubuhnya. Namun untuk jenazah laki-laki sebaiknya dibungkus tiga lapis dan untuk wanita lima lapis yaitu kain basahan, baju, tutup kepala, kerudung dan kain kafan yang menutupi seluruh tubuhnya. 3. Menyolatkan jenazah Syarat-syarat sah sholat jenazah adalah: a. Menutup aurat, suci dari hadas besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempatnya serta menghadap kiblat. b. Mayat sudah dimandikan dan dikafani. c. Letak mayat sebelah kiblat orang yang menyolatinya, kecuali kalau sholat dilakukan di atas kubur atau sholat gaib Perawatan Jenazah menurut Agama Kristen a. Cara merawat jenazah Tindakan ini dilakukan untuk menjaga privasi keluarga sekaligus merawat jenazah supaya tahan lama dan kelihatan bersih dan menghargai jenazah. 1. Perlengkapan memandikan jenazah 4
Adapun perlengkapan yang diperlukan dalam memandikan jenazah: a. Air bersih secukupnya b. Sabun mandi untuk membersihkan c. Sarung tangan atau handuk untuk membersihkan kotoran-kotoran d. Lidi atau sebagainya untuk membersihkan kuku e. Handuk untuk mengeringkan badan atau tubuh jenazah setelah selesai dimandikan 2. Cara-cara memandikan jenazah a. Bujurkan jenazah di tempat yang tertutup, tetapi jika jenazah dapat didudukkan di kursi bisa didudukan dikursi. b.Seandainya jenazah perempuan maka
yang
memandikan
perempuan demikian juga sebaliknya. c. Lepaskan seluruh pakaian yang melekat dan menutup d. Tutup bagian auratnya e. Lepaskan logam seperti cincin dan gigi palsu seandainya ada. f. Bersihkan kotoran nazisnya dan meremas bagian perutnya hingga kotorannya keluar, hal ini dialakukan dalam keadaan duduk. g. Bersihkan rongga mulut h. Bersihkan kuku, jari dan tangannya i. Diusahakan menyiram air mulai dari anggota yang kanan, diawali dari kepala bagian kanan terus ke bawah, kemudian bagian kiri terus kebawah dan diulang sampai bersih 3. Cara pelaksanaan memandikan jenazah a. Mulai menyiram anggota tubuh secara urut, tertib segera dan rata hingga bersih minimal 3 kali serta dimulai anggota tubuh sebelah kanan. b. Menggosok seluruh tubuh dengan air sabun. c. Menyiram beberapa kali sampai bersih. d. Setelah bersih seluruh tubuh dikeringkan dengan handuk kering hingga kering. e. Pakailah baju jenazah dengan warna gelap atau pakaian kesukaannya. f. Diangkat ke rumah di ruang tengah dimana dialasi tikar pandan. 4. Hal-hal yang diperhatikan a. Dilarang memotong rambut, hal ini dihindari karena dianggap menganiaya jenazah dengan menimbulkan kerusakan atau cacat tubuh. b. Saat menyiram air pada wajah dan muka tutuplah lubang mata, c.
hidung, mulut dan telinganya agar tidak kemasukan air. Apabila anggota tubuh terluka dalam menggosok
dan
membersihkan bagian terluka supaya hati-hati dilakukan dengan lembut seakan memperlakukan pada waktu masih hidup. b. Cara memformalin jenazah Formalin yang digunakan 70% sebab dapat membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi kekurangan air, sehingga sel
bakteri akan 5
kering dan
membentuk lapisan baru
dipermukaan, hal ini bertujuan untuk melindungi lapisan dibawah, supaya tahan terhadap serangan bakteri lain. Formalin digunakan kurang lebih 4 liter supaya tahan lama kurang lebih satu minggu, untuk tiga hari jumlah 2 liter dimana konsentrasinya sama 70%, untuk penyuntikan formalin dipercayakan kepada pihak RS atau bidan. Jika di RS penyuntikan ini dipercayakan kepada perawat sedang di luar RS dipercayakan kepada bidan. Ini disuntikan pada tubuh jenazah. Salah satu tempatnya di bagian yang banyak mengandung air dan berongga contohnya di bagian sela-sela iga. Formalin juga dapat dimasukkan ke pembuluh vena saphena magna. Pembuluh ini letaknya di atas persendian kaki supaya tidak merusak organ tubuh lainnya. Ada juga yang disuntikkan di pelipatan paha. Namun, di dunia kedokteran sudah menggunakan standar di kaki karena selain mencarinya mudah juga pembuluh sudah kelihatan. Perawatan Jenazah menurut Agama Hindu a. Terlebih dahulu jenazah harus dimandikan dengan air tawar yang bersih dan sedapat mungkin dicampur dengan wangi- wangian. b. Setelah itu diberi secarik kain putih untuk menutupi bagian muka wajah dan bagian alat kelaminnya. c. Kemudian barulah diberi pesalin dengan kain atau baju yang baru (bersih), rambutnya dirapikan (perempuan : rambutnya digulung sesuai dengan arah jarum jam), posisi tangan dengan sikap "menyembah" ke bawah. Setelah itu dibungkus dengan kain putih. d. Pada saat membungkus jenazah tersebut supaya diperhatikan hal-hal sebagai berikut: Bila jenazah itu laki- laki maka lipatan kainnya: yang kanan menutupi yang kiri, dan bila perempuan maka lipatan kainnya: yang kiri menutupi yang kanan. Setelah terbungkus rapi ikatlah bagian ujung (kepala dan kaki) serta bagian tengah jenazah yang bersangkutan dengan benang atau sobekan kain pembungkus tadi. Setelah selesai perawatan di atas, barulah jenazah tersebut disemayamkan di tempat yang telah ditetapkan. Cara Perawatan Jenazah menurut Agama Budha 1. Mempersiapkan perlengkapan memandikan jenazah a. Meja atau dipan untuk tempat memandikan jenazah b. Air basah c. Air kembang d. Air yang dicampur dengan minyak wangi e. Sabun mandi dan sampo f. Sikat gigi g. Handuk. 6
Mempersiapkan pakaian: a. Pakaian harus bersih dan rapi, dan yang paling penting adalah bahwa baju yang dikenakan pada jenazah merupakan pakaian yang paling disenanginya sewaktu masih hidup. Sarung tangan dan kaos kaki yang berwarna putih b. Pakaian yang disesuaikan dengan adat masing-masing, misalnya dengan menggunakan kain putih 3. Tindakan Perawatan Jenazah a. Sesaat setelah almarhumah/almarhum menghembuskan nafas yang terakhir, badannya digosok dengan air kayu cendana, atau dengan menaruh es balokan di bawahnya agar jenazah tidak kaku b. Setelah itu jenazah diletakkan di atas meja dan ditutupi kain setelah itu baru dibacakan paritta-paritta atau doa-doa 4. Pelaksanaan Pemandian a. Jenazah setelah disembahyangkan kemudian diusung ke tempat pemandian yang telah disiapkan b. Jenazah dimandikan dengan air bersih terlebih dahulu, kemudian air bunga, lalu dibilas dengan air yang sudah dicampur dengan minyak wangi. c. Jenazah dikramasi rambutnya dengan sampo, kemudian disabun seluruh badannya dan giginya disikat dan kukunya dibersihkan, setelah itu dibilas lagi dengan air bersih d. Sehabis itu jenazah dilap dengan handuk. 5. Pemakaian pakaian a. Jenazah laki-laki Pakaian jenazah laki-laki, baju lengan panjang, celana panjang, dan yang paling disenangi oleh almarhum sewaktu masih hidup, rambut disisir rapi, bila perlu diberi minyak rambut, lalu kedua tangannya dikenakan sarung tangan, dan juga kedua kakinya diberi kaos kaki berwarna putih. b. Jenazah Perempuan Pakaian jenazah perempuan adalah pakaian nasional, misalnya kebaya dan memakai kain (pakaian adat daerah) dan khuusnya pakaian yang disenangi olehnya sewaktu dia hidup. Mukanya diberi bedak, rambutnya disisir rapi, bila rambutnya panjang bisa disanggul. Lalu kedua tangannya diberi sarung tangan, dan kedua kakinya diberi kaos kaki berwarna putih. c. Jenazah Khusus Pandita Pakaian khusus Pandita adalah memakai jubah berwarna kuning dan tangannya diberi sarung tangan, dan kedua kakinya diberi kaos kaki berwarna putih. 6. Sikap Tangan Jenazah
7
Sikap tangan diletakkan di depan dada, tangan kanan di atas tangan kiri, dan sambil memegang tiga tangkai bunga, satu pasang lilin berwarna merah, tiga batang dupa wangi, yang sudah diikat dengan benang merah. Sikap kedua kakinya biasa, dengan telapak kaki tetap ke depan. Perawatan jenazah menurut agama konghucu Perlengkapan-perlengkapan dalam Perkabungan 1. Pakaian Pakaian orang mati Pakaian ini mulai disediakan tatkala seseorang anggota keluarga itu lanjut usia. Biasanya karena penyakit ketuaan yang diderita bertahuntahun, sehingga si sakit meminta anak cucunya untuk menyediakan pakaian itu baginya. Untuk membeli pakaian ini, harus memeilih hari dan bulan baik yang dibaca melalui buku Thong Su (semacam ensiklopedi Tioinghoa). Nama pakaian itu Sui I (Baju panjang umur). Mernurut Martin C. Yang, pakaian tersebut dapat segera dikenakan pada
si
sakit
apabila
diperkirakan
orang
itu
sudah
hampir
menghembuskan nafasnya yang terakhir. Pakaian Berkabung Orang yang berkabung (istilahnya Hao Lam) mengenakan pakaian serba putih, topi putih yang terbuat dari kain blacu. Mereka yang lebih kental tradisinya lagi memakai pakaian serba hiam. Selain itu juga dipasang Ha di lengan baju kiri tanda berkabung. Tujuan mereka memakai pakaian berkabung adalah untuk meringankan penderitaan orang yanag meninggal, semakin kental tradisi itu dijalankan maka semakin ringan penderitaannya. Sedangkan dampaknya bagi yang berkabung, mereka akan mendapat pengaruh baik atau Hokky , semakin lama masa berkabung, maka semakin banyak pengaruh baiknya. Peti Mati Peti mati
yang
dipakai
orang
Tionghoa
tradisi
kelihatannya
menyeramkan, sebab selain ukurannya besar, berat ditambah lagi banyak ukir-ukiran kuno. Merupakan kebanggan tersendiri, apabila sanak keluarga mampu membeli sendiri peti mati, sebab ada kepercayaan mereka siapa yang yang membeli, dialah yang akan mendapat banyak rezeki. Bagi mereka peti mati merupakan sarana untuk menghantar orang mati ke dalam kuburnya, oleh sebab itu semua barang-barang kesayangan almarhum supaya dimasukkan 8
juga ke dalamnya. Pembelian peti mati yang mahal juga merupakan salah satu bukti Hao nya anak-anak, dan ada kebiasaan peti tersebut tidak boleh ditawar harganya. Tempat Dupa Tempat dupa (Hio Lo), merupakan sebuah bokor kecil yang fungsinya sebagai tancapan dupa. Benda ini mempunyai dua buah kuping, sedangakan pada bagian depannya terukir sebuah kata Hi (bahagia). Lazimnya Hio Lo itu terbuat dari timah, namun sekarang ini tidak jarang kita lihat Hio Lo yang terbuat dari tanah liat. Hio Lo itu diisi abu dapur yang kemudian dipercayai sebagai abu leluhur dan harus dipelihara sampai generasi turun-temurun. Dupa(Hio) merupakan alat sembahyang yang dibakar dan mengeluarkan bau-bau harum. Makna yang terkandung dalam pembakaran dupa ialah menemukan jalan suci. Dalam konteks kematian seperti ini Hio menyatakan bahwa yang bersangkutan hadir dalam acara perkabungan. Melalui Hio ini akan terjalin komunikasi antara hidup dan yang mati. Lilin Lilin merupakan tanda duka-cita, tetapi juga merupakan tanda bahwa para pelayat tidak membawa sial. Menurut kepercayaan mereka tetesan air lilin ini tidak boleh kena tubuh kita, karena akan membawa sial seumur hidup. Foto Almarhum Foto Almarhum diletakkan di depan peti mati yang kemudian setelah pemakaman dibawa pulang oleh putra sulung untuk di sembah. Foto juga dipakai sebagai iklan di Surat Kabar, supaya sanak famili, handaitaulan mengetahui beliau ini sudah meninggal. Sering terjadi percekcokkan hanya karena nama seseorang famili lupa dicantumkan, oleh sebab itu memerlukan ketelitian. Tata Cara Pemakaman: Tata-cara Pemakaman
orang
mengubur, sedangkan kremasi
Tionghoa
sebenarnya
dengan
dikenal oleh kalangan yang
beragama Hindu. Namun pada saat ini akibat memudarnya budaya (detradisionalisasi), kremasi ternyata bukan cara yang asing lagi bagi orang Tionghoa. Tata-caranya secara umum sebagai berikut : Sembahyang Tutup Peti Selama persemayaman, jenazah tersebut sudah mulai disembah dengan dipimpin oleh padri (Sai Kong) atau Bikhu/Bikhuni. Sanak 9
keluarga dikumpulkan dengan mengenakan pakaian berkabung, mereka diminta untuk membakar dupa, berlutut dan mengelilingi peti mati berulang-ulang sebagai tanda hormat. Anak sulung (laki-laki) memegang “Tong Huan” sebagai alat sembahyang selama ritual itu. Setelah ditetapkan hari dan jamnya, maka jenazah tersebut segera dimasukkan ke dalam peti sambil diisi barang-barang kesukaan almarhum
dan
kemudian
dipenuhkan
dengan
uang
kertas
sembahyang. Sesudah jenazah dimasukkkan ke dalam peti, maka diadakan sembahyang “memaku peti jenazah” . Pada saat itu padri mengucapkan kalimat “It thiam teng, po pi kia sai” artinya
paku
pertama diberkatilah anak menantu”, dengan demikian seterusnya sampai paku ke empat. Setelah itu diadakan doa dengan harapan agar meringankan dosa yang diperbuat oleh orang yang meninggal itu. Selain itu bagi mereka, cara menggeser peti mati itu juga ada syaratnya, tidak boleh menyentuh kosen pintu rumah, sebab menurut kepercayaan mereka roh almarhum itu akan tinggal di tempat yang tersenggol dan itu akan mengganggu aktivitas hidup sehari-hari. Perjalanan ke tempat pemakaman: Pemberangkatan jenazah ke tempat pemakaman dimulai dengan sembahyang. Kali ini semua sanak famili mempersembahkan korban berupa daging, buah-buahan atau kue-kue, yang setelah selesai acaranya boleh dibawa pulang untuk dimakan bersama, supaya mendapat berkat dan rezeki. Pada saat yang sama menantu laki mengadakan ritualnya dengan mempersembahakan “Leng Ceng”. Sembahyang di kubur Ritual penyembahan di kubur (kremasi) dilakukan dengan cara membakar dupa, berlutut, mengelilingi peti jenazah yang dipimpin kembali oleh padri. Setelah selesai sembahyang, maka dilakukan secara teratur tabur bunga yang dimulai oleh sanak keluarga dan famili yang diikuti oleh pelayat. Pada saat ini juga, famili, cucu luar mengambil kesempatan membuang (Ha), dengan demikian mereka sudah boleh memakai pakaian bebas. Di kubur juga ada ritual lain seperti pelepasan burung merpati, lalu ada yang meguburkan boneka di samping kuburan tersebut, dengan tujuan supaya adayang menemani arwah itu, dan tujuan lain supaya arwah tersebut tidak mengajak pasangannya yang masih hidup. Perjalan pulang ke rumah Perjalanan pulang dari tempat pemakaman (kremasi), dilakukan setelah semua upacaranya selesai. 10
Pihak berkabung membagi-
bagikan Ang Pao kepada para pelayat sebagai tanda ucapan terima klasih. Sementara itu anak sulung membawa Hio Lo sambil dupanya tetap dinyalahkan dan anak yang lain memegang foto almarhum. Dalam sepanjang perjalanan itu, anak-anak almarhum harus memberi komando, misalnya tatkala meliwati jembatan. Komando ini diucapkan serentak kepada roh yang mereka bawa melalui Hio Lo, supaya roh tersebut tidak tersesat pulang ke rumah. Hio Lo inilah yang kemudian diletakkan di rumah anak sulung supaya disembah oleh semua sanak keluarga. Para pelayat yang yang sudah tiba di rumah duka atau rumah almarhum, biasanya disediakan air bunga untuk cuci wajah dan disediakan makanan ala kadarnya. Pada dasarnya melalui uraian ini
dapatlah
kita
mengambil
kesimpulan bahwa kematian bagi orang Tionghoa tradisi merupakan sesuatu yang tabu, mengerikan dan penuh misteri. Mereka percaya ada kehidupan setelah kematian, namun sayang semuanya penuh ketidak-berdayaan dan penderitaan, sehingga orang-orang yang meninggal justru memerlukan pertolongan dari sanak keluarga, misalnya dalam memenuhi kebutuhan makanan,pakaian, rumah serta uang. Herannya dalam ritual yang lain, sanak keluarga menganggap bahwa orang yang mati itu sudah menjadi dewa, sehingga mereka datang kepada arwah tersebut untuk mohon berkat (rejeki). D. Peran Penting Keperawatan Transkultural Dalam Berbagai Agama Agama islam Islam adalah salah satu agama yang diakui keberadaaannya di Indonesia. Jumlah penganut agama Islam di Indonesia sangat banyak dibandingan penganut agama non Islam. Islam adalah agama yang benar disisi Allah dan hamba-hambanya, sehingga Allah menurunkan Al-Qur’an untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia(muslim) khusus untuk umat Nabi Muhammad Saw. Didalam Al-Qur’an ada ayat yang menerangkan bahwa salah satu tujuan diturunkannya Al-Qur’an adalah sebagai obat dan rohmat bagi orang – orang mukmin. Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang. 11
Agama Kristen Agama Kristen juga memiliki peranan yang sangat penting dalam keperawatan dimana agama merupakan bagian utama yang tidak bias dipisahkan dari kehidupan seseorang. Dalam hal ini baik yang merawat maupun yang dirawat. Agama Kristen memandang bahwa seseorang yang sakit itu sebagai bentuk dari pertobatan. Maka dari itu dalam merawat seseorang harus memiliki iman yang kuat dalam niatnya.Tindakan medis dalam dunia keperawatan tidak menyertakan tuhan maka tindakan-tindakan yang dilakukan menjadi tidak terarah dan tidak akan tercapai sesuai dengan harapan yang kita inginkan. Agama Hindu Dalam ajaran agama hindhu terdapat upacara manusia yajna. Upacara tersebut untuk membersihkn diri lahir batin serta memelihara secara rohaniah hidup manusia. Jika umat hindhu ada yang sakit dilakukan tradisi melukat sebagai sarana pembersihan diri dan pikiran untuk membuang sial biasanya juga diikuti mandi kelaut.
Agama Buddha Agama budha
mengajarkan
kepada
semua
umatnya
untuk
menghargai makhluk hidup tanpa terkecuali dari sudut pandang itulah pemberian askep harus sesuai ajaran agama budha. Karena apabila tidak terpenuhi maka klien merasa tidak puas atas pelayanan perawat. E. Peran Perawat Dalam Perbedaan Budaya Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Sikap perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang berbeda budaya didapatkan sebanyak 46 responden (50,5%) bersikap sesuai dan 45 responden (49,5%) tidak sesuai. Sikap perawat dalam memberikan asuhan keperawatan lebih dipengaruhi oleh budaya perawat itu sendiri yang menganggap budayanya lebih baik dari budaya pasien, padahal terdapat perbedaan budaya antara perawat dengan pasien karena masyarakatnya yang multi etnis sehingga terjadi cultural shock dan cultural imposition. Sikap juga menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang 12
paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan tradisi dan sebagainya.
Disamping
itu,
ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para
petugas kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Transcultural nursing merupakan suatu area kajian berkaitan
dengan perbedaan
maupun
kesamaan
ilmiah
yang
nilai-nilai budaya (nilai
budaya yang berbeda, ras, yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien/ klien). Sikap perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang berbeda budaya yaitu 49,5% menunjukkan sikap tidak sesuai. Sikap tidak sesuai/ negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Sikap negatif dipengaruhi oleh faktor antara lain pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan/ agama dan faktor emosi dalam diri individu. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu
mengambil
bentuk-bentuk berbeda
dalam
berbagai budaya seperti
"individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina. Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggotaanggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
13
F. Hubungan antara Manusia, Agama, dan Transkultural Nursing Psikologi Agama merupakan salah satu bukti adanya perhatian Khusus para ahli psikologi terhadap peran agama dalam kehidupan kejiwaan manusia. Manusia lari kepada agama karena rasa ketidakberdayaannya menghadapi bencana. Dengan demikian segala bentuk prilaku keagamaan merupakan ciptaan manusia yang timbul dari dorongan agar dirinya terhindar dari bahaya dan dapat memberikan rasa aman.Untuk mengatasi masalah ini manusia menghadirkan tuhan dalam dirinya sebagai pelindung mereka tatkala mereka merasa terancam dan memerlukan perlindungan terhadap segala macam bentuk ancaman terhadap dirinya.
Menurut Abraham Maslow manusia membutuhkan kebutuhan yang paling dasar hingga yang paling puncak, yaitu : a.
Fisiologis
b.
Rasa aman dan nyaman
c.
Cinta dan kasih sayang
d.
Harga diri, dan
e.
Aktulitas diri
G. Peran Agama Dalam Transkultural Nursing Adapun peran agama dalam transkultural nursing adalah sebagai berikut : 1. Memberikan pandangan dari penanganan kesehatan. 2. Budaya akan memengaruhi bagaimana orang menyebutkan dan mengkomunikasikan masalahnya. 3. Mempersepsikan pelayanan kesehatan jiwa. 4. Menggunakan atau merespon penanganan kesehatan jiwa. 5. Mengatasi masalah bahasa dan menciptakan dialog yang sensitive budaya. H. Keyakinan Keagamaan tentang Kesehatan Agama dan kepercayaan spiritual sangat mempengaruhi pandangan klien tentang kesehatan dan penyakit. Rasa nyeri da penderitaan serta kehidupan dan kematian. Banyak budaya tidak memedakan antara agama dan spiritual, tetapi sebagian lain membedakan dengan jelas konsep spiritualitas. Perawat harus memahami perspektif emic kliennya. 14
Agama Islam
Keyakinan keperawatan kesehatan Harus bisa mempraktikkan 5 rukun Islam Dapat
Respon terhadap penyakit Menggunakan kepercayaan sebagai penyembuh anggota keluarga harus
mempunyai
pandangan
yang fatal tentang kesehatan
tenang Kelompok pendoa diperkuat Mungkin mengizinkan penghentian
Hindu
Menerima
ilmu
pengetahuan
medis modern
pendukung hidup tidak mempraktikkan authanasia
Penyakit disebabkan oleh dosa masa lalu memperpanjang
hidup
tidak
dibenarkan
Buddha
Menerima
ilmu
pengetahuan
Dapat menolak pengobatan pada hari
suci Mungkin
buddha Tidak mempraktikkan euthanasia Mengizinkan untuk menghentikan
pendukung hidup Mengunjungi orang
medis modern
Yahudi
Mempercayai
sanksi
kehidupan Tuhan dan
dari
u
sakit
pendeta
adalah
kedokteran
harus
suatu kewajiban Mereka berkewajiban untuk mencari
mempunyai keseimbangan Kepatuhan kepada hari
sabat
keperawatan Pendukung hidup tidak dibenarkan Euthanasia adalah dilarang
medis
Akan tidak mengizinkan pengobatan
adalah penting
Konghuc
menginginkan
Menerima
pengobatan
modern sejalan
dengan
tradisi
leluhur
15
yang “tampak” mencederai tubuh
16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Peran agama dalam keperawatan sangat berpengaruh, disini agama dijadikan pedoman yang digunakan perawat dalam melakukan suatu tindakan terhadap klien oleh karena itu pemahamaan tentamg peranan agama sangat penting dan pendasar dalam memberikan asuhan keperawatan dimana nilai spiritual pasien selalu menjadi pertimbangan dan dihormati. Dengan demikian setiap perawat harus menunjukkan sikap etis professional yang baik dalam setiap penampilan dan tindakannya, termasuk dalam mengambil keputusan ketika merespon sebuah situasi yang sulit. Dalam melaksanakan asuhan keperawatannya, perawat harus mengetahui konsep kematian berdasarkan agama pasien. Perawat memiliki peranan dalam perawatan jenazah. Perawatan yang dilakukan terhadap jenazah berbeda sesuai dengan agama pasien. Dalam melakukan perawatan jenazah, perawat harus mengetahui penyebab kematian pasien, apakah karena penyakit menular atau tidak. Jika, pasien tersebut meninggal karena penyakit menular, maka perawat harus menggunakan alat pelindung diri saat melakukan perawatan jenazah. B. Saran Kami berharap para pembaca bisa memahami perbedaan keperawatan dari segi berbagai agama, Agar kita dapat menerapkan keahlian dengan posisi yang benar tanpa membedakan agama.
17
DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/5220 http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/kanun/article/viewFile/6251/5155 Koentjananingrat.(1986).Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta.AKSARA BARU. O’dea, E Thomas.(1992).Sosiologi Agama.Jakarta.RAJAWALI PERS. Horton, B. Paul., dan Chester L.Hunt.(1984).Sosiologi.Jakarta.ERLANGGA. Pemuda dan mahasiswa Buddhis.1999. Petunjuk Teknis Perawatan Jenazah bagi Umat Beragama Buddha di Indonesia. Diakses dari
http://groups.yahoo.com/group/pemuda_buddhis/message/126. 7. Pratiwi, Arum.(2011).Buku Ajar Keperawatan Transkultural.Yogyakarta.GOSYEN PUBLISHING.
18