LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA RUANG CENDRAWASIH RSUD WANGAYA
Oleh :
Nama : Ni Made Diah Mas Purbasari NIM
: 16.321.2506
KLS
: A10-B
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI 2019 DENPASAR
A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. (Keperawatan Medikal Bedah Vol.2 hal 935, 2001) Penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count). (NANDA NIC-NOC Jilid 1 hal 35, 2015) Tetapi harus diingat pada keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai kepada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut.
2. Etiologi Anemia ialah bukan suatu penyakit tersendiri, tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar. Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena : gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang, kehilangan darah keluar tubuh(perdarahan), prosespenghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis). Faktor penyebab lainnya meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, dan penyakit kronis Anemia kekurangan besi adalah anemia yang terbanyak diseluruh dunia.
3. Faktor predisposisi -
Diet rendah zat besi, B12, dan asam folat.
-
Kelainan gastrointestinal.
-
Penyakit kronis.
-
Riwayat Keluarga.
-
Gangguan pembentukan eritrosit Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi tertentu seperti mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam folat), asam amino, serta gangguan pada sumsum tulang.
-
Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel darah merah dalam sirkulasi.
-
Hemolisis adalah proses penghancuran eritrosit.
4. Klasifikasi Klasifikasi Anemia Secara morfologis, Anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel dan hemoglobin yang dikandungnya. a.
Makrositik Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah besar dan jumlah hemoglobin tiap sel juga bertambah. Ada dua jenis anemia makrositik yaitu : 1) Anemia Megaloblastik adalah kekurangan vitamin B12, asam folat dan gangguan sintesis DNA. 2) Anemia Non Megaloblastik adalah eritropolesis yang dipercepat dan peningkatan luas permukaan membran.
b.
Mikrositik Mikrositik adalah mengecilnya ukuran sel darah merah yang disebabkan oleh defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin dan heme serta gangguan metabolisme besi lainnya.
c.
Normositik Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah, ini disebabkan kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma secara berlebihan, penyakit-penyakit hemolitik, gangguan endokrin, ginjal, dan hati.
5. Patofisiologi Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis. Lisis sel darah merah terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasma-nya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas ) untuk mengikat semuanya hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dank e dalam urin (hemoglobinuria) jadi ada atau tidaknya hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat merupakan peunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut. Jadi kesimpulannya anemia pada pasien tertentu disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar hitung retikulosist dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya seperti yang terlihat dengan biopsi da nada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
6. Gejala Klinis -
Pusing
-
Mudah berkunang-kunang
-
Lesu
-
Aktivitas kurang
-
Rasa mengantuk
-
Susah konsentrasi
-
Cepat lelah
-
Prestasi kerja fisik/pikiran menurun
7. Pemeriksaan Fisik Integument Inspeksi : Warna kulit, keadaan jari ada/tidaknya nicotine staining/clubbing fingers, edema Palpasi : Keadaan turgor kulit, kelemahan/ketegangan otot, cyanosis Neurologi Tingkat kesadarannya
Kepala dan Leher Inspeksi : Keadaan konjunctiva, sklera, ada/tidaknya xantelasma, hidung, arteri karotis dan serta keadaan vena jugularis dan reflux hepatojugular Gastrointestinal Keadaan mukosa mulut Thoraks Keadaan bentuk thoraks, Jantung Iktus cordis,
8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang -
Pemeriksaan Laboratorium
Tes penyaring yaitu tes pada tahap awal mengenai adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut, yaitu meliputi pengkajian pada komponen : kadar hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCV dan MCHC)
Pemeriksaan darah seri anemia meliputi hitung leukosit, trombosit, laju endap darah (LED) dan hitung retikulosit
Pemeriksaan sumsum tulang : memberikan informasi mengenai keadaan system hematopoesis
Pemeriksaan atas indikasi khusus Anemia dengan defisiensi besi : serum iron, TIBC, Saturasi transferrin dan ferritin serum Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit, vitamin B12 Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes coombs dan elektroforesis Hb Anemia pada leukemia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia
-
Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal ginjal, faal endokrin, asam urat, faal hati, biakan kuman
-
Radiologi : thoraks, bone survey, USG atau linfangiografi
-
Pemeriksaan sitogenetik
-
Pemeriksaan
biologi
molekuler
(PCR=Polymerase
FISH=fluorescence in situ hybridization)
chain
raction,
9. Penatalaksanaan Penatalaksanaan anemia berdasarkan penatalaksanaannya :
Anemia aplastik Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 710 hari. Jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil, bila diperlukan dapat diberikan transfuse RBC rendah leukosit dan platelet.
Anemia pada penyakit ginjal Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat kalau tersedia dapat diberikan eritropoetin rekombinan
Anemia pada penyakit kronis Kebanyakan
pasien tidak menunjukkan gejala dan
tidak memerlukan
penanganan untuk anemianya. Dengan menangani anemia yang mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
Anemia pada defisiensi besi dan asam folat Dengan pemberian makan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr %
Anemia megaloblastik -
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12 bila disebabkan oleh defek absorbsi / tidak tersedianya faktor intrinsic dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM
-
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama
hidup
pasien
yang
menderita
anemia
pernisiosa/melabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi -
Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari
-
Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbs penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara IM
Anemia pasca perdarahan Dengan memberikan transfusi darah dan plasma, dalam keadaan darurat diberikan cairan Intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.
Aemia hemolitik
Dengan pemberian transfuse darah menggantikan darah yang hemolysis B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Aktivitas/istirahat Keletihan, kelemahan, malaise, kehilangan produktivitas, toleransi terhadap latihan rendah dan kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak b. Sirkulasi Riwayat kehilangan darah kronis, riwayat edokarditis infektif kronis dan palpitasi c. Integritas ego Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan missal : penolakan transfusi darah d. Eliminasi Riwayat
pielonefritis,
gagal
ginjal,
flatulen,
sindrom
malabsorbsi,
hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare/konstipasi dan penurunan haluaran urine e. Makanan/cairan Penurunan masukan diet, nyeri mulut/lidah, kesulitan menelan, mual/muntah, dyspepsia, anoreksia dan adanya penurunan berat badan f. Hygiene Kurang bertenaga dan penampilan tak rapi g. Neurosensory Sakit
kepala,
berdenyut,
pusing,
vertigo,
tinnitus,
ketidakmampuan
berkonsentrasi, insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata, kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah dan sensasi menjadi dingin h. Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen samar : sakit kepala i. Pernapasan Riwayat TB, abses paru, napas pendek pada istirahat dan aktivitas j. Keamanan Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan/kecelakaan, riwayat kanker, terapi kanker,
tidak toleran terhadap dingin dan/atau panas, transfusi darah sebelumnya, gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk dan serimg infeksi k. Seksualitas Perubahan aliran menstruasi, hilang libido dan impoten l. Penyuluhan/pembelajaran Kecenderungan keluarga untuk anemia, penggunaan alcohol kronis, adanya/ berulangnya episode perdarahan aktif, riwayat penyakit hati, ginjal, pembedahan sebelumnya, dan riwayat adanya masalah dengan penyembuhan luka/perdarahan
2. Diagnosa Keperawatan Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay oksigen dan kebutuhan, ditandai dengan kelemahan dan keletihan, mengeluh penurunan toleransi aktivitas atau latihan, lebih banyak memerlukan istirahat dan tidur, palpitasi, takikardia, peningkatan tekanan darah. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan, absorbsi nutrient yang diperlukan ditandai dengan berat badan menurun, perubahan membran mukosa mulut, penurunan toleransi untuk aktivitas, kelemahan. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tidak adekuat. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang ditandai dengan palpitasi, angina, kulit pucat, membran mukosa kering, ekstremitas dingin, mual/muntah, distensi abdomen, perubahan TD 3. Intervensi
No
Tgl/hari
Tujuan dan Kriteria
Tujuan
Rasonal
Hasil 1
Setelah dilakukan
1. Kaji kemampuan
1.untuk mempengaruhi
tindakan keerawatan
pasien untuk
pilihan
…x 24 jam diharapkan
melakukan aktivitas, intervensi/bantuan yang
intoleransi aktivitas
catat kelelahan,
akan diberikan kepada
pasien teratasi dengan
keletihan dan
klien
kriteria hasil: .
kesulitan
a.
TTV rentang
menyesuaikan
normal
aktivitas sehari-hari.
b.
N: 60-100 x/menit.
2. Awasi tanda-tanda
2 Untuk manifestasi
RR: 12-20x/menit.
vital : tekanan
kardiopulmonal dari
S: 36-37,50C.
darah, nadi,
upaya jantung dan paru
TD: 100/60-139/99
pernafasan selama
untuk membawa jumlah
mmHG.
dan sesudah
oksigen adekuat ke
Dapat melakukan
aktivitas.
jaringan
ADL secara
c.
3. Berikan lingkungan
3. Meningkatkan
mandiri
tenang dan
istirahat untuk
Mampu berpindah
Pertahankan tirah
menurunkan regangan
dengan atau tanpa
baring bila
jantung dan paru
bantuan alat
diindikasikan.. 4. Anjurkan pasien
4. Untuk regangan/stress
untuk menghentikan
kardiopulmonal
aktivitas bila
berlebihan/setres dapat
palpitasi, nafas
menimbulkan
pendek, kelemahan
dekompensasi/kegagalan
atau pusing. 2
Setelah dilakukan
1. Observasi dan catat
1. Untuk mengawasi
tindakan keerawatan
asupan makanan
masukan kalori atau
…x 24 jam diharapkan
pasien.
kualitas kekurangan
defisit nutrisi dapat teratasi dengan kriteria
konsumsi makanan 2. Timbang BB tiap
hasil:
hari.
a. Berat badan pasien
intervensi nutrisi 3. Berikan makanan
pasien kembali
sedikit tapi sering.
normal 3x perhari.
3. Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan
c. Tidak mengalami tanda malnutrisi
penurunan berat badan atau efektifitas
kembali ideal. b. Frekuensi makan
2. Untuk mengawasi
pemasukan juga .
mencegah distensi gaster
4. Delegasi pemberian obat omeprazole
4. Untuk menghilangkan rasa mual pasien
1x1 gr
3
Setelah dilakukan tindakan keerawatan …x 24 jam diharapkan
1. Amati eritema atau
1. indkator infeksi local
cairan luka. 2. Beri posisi atau atur
2. Meningkatkan
resiko infeksi pasien
posisi/ambulasi
ventilasi semua segmen
dapat teratasi dengan
yang sering. Latihan
paru dan membantu
kriteria hasil:
batuk dan napas
memobilisasi sekresi
a. Tidak Adanya tanda
dalam
untuk mencegah
dan gejala infeksi . b. TTV rentang normal
pneumonia 3. Tingkatkan
3. Membantu dalam
N: 60-100 x/menit.
masukan cairan
pengenceran sekret
RR: 12-20x/menit.
yang adekuat.
pernafasan untuk
S: 36-37,50C.
mempermudah
TD: 100/60-139/99
pengeluaran dan
mmHG.
mencegah stasis cairan
c. Bebas drainase
tubuh
purulent atau eritema 4. Catat adanya
4. Adanya proses
dan demam
menggigil dan
inflamasi/infeksi
takikardi dengan
membutuhkan
atau tanpa demam.
evaluasi/pengobatan
5. Delegasi pemberian
5. Digunakan secara
antiseptik topical
propilaktik untuk
atau antibiotik
menurunkan kolonisasi
sistemik.
atau untuk pengobatan proses infeksi lokal
4..
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
1. Observasi tandatanda vital
1. Untuk memberikan informasi tentang
...x 24 jam diharapkan
derajat/keadekuatan
perfusi perifer tidak
perfusi jaringan
efektif dengan kriteria
2. Berikan posisi yang
2. Untuk meningkatkan
hasil:
Nyaman yaitu
ekspansi paru dan
a. TTV rentang
tinggikan kepala
memaksimalkan
normal : N: 60-100
tempat tidur sesuai
oksigenasi untuk
x/menit.
indikasi
kebutuhan seluler
RR: 12-20x/menit.
3. Ajarkan kepada
S: 36-37,50C. TD:
pasien/keluarga
jaringan dermal
100/60-139/99
pasien untuk
dangkal karena
mmHg
menghindari
gangguan oksigen
b. membran mukosa
3. Termoreseptor
penggunaan
warna merah muda
bantalan
c. tidak ada kelemahan
penghangat atau
otot
botol air panas 4. Delegasi pemberian
4. Untuk meningkatkan
transfusi darah PRC
jumlah sel pembawa
sebanyak 4 kolf
oksigen agar transport O2 kejaringan dapat maksimal
5. Implementasi Melakukan Implementasi sesuai dengan intervensi
6. Evaluasi No
Tgl/Hari/
Nama Diagnosa
Evaluasi
Nama dan
jam 1
TTD Intoleransi
S: Pasien mengatakan sudah tidak merasa
Aktivitas
lemas. O: Pasien dapat melakukan aktivitas ringan secara mandiri, TD : 120/80 mmHg, s : 36°C, RR: 20 X/Mnt, Nadi: 82x/menit,
mampu
berpindah
bantuan alat/dibantu orang lain
tanpa
A: Apakah kriteria hasil pada intervensi tercapai, tercapai sebagian dan /atau tidak tercapai P: Pertahankan Kondisi Pasien
2
Defisit Nutrisi
S: Pasien mengatakan sudah dapat makan seperti biasanya. O: Pasien makan 3x perhari dengan porsi sedang, tidak ada mual dan muntah maupun tanda malnutrisi, BB pasien kembali ideal A: Apakah kriteria hasil pada intervensi tercapai, tercapai sebagian dan /atau tidak tercapai P: Pertahankan Kondisi Pasien.
3
Resiko Infeksi
S:
Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman. O: Pasien tampak bersih, tidak pucat dan tidak demam TD : 120/80 mmHg, s : 36°C, RR: 20 X/Mnt, Nadi: 82x/menit A: Apakah kriteria hasil pada intervensi tercapai, tercapai sebagian dan /atau tidak tercapai P: Pertahankan Kondisi Pasien. 4
Perfusi Perifer
S: Pasien mengatakan merasa aman dan
Tidak Efektif
nyaman. O: pasien tampak merasa nyaman di atas tempat
tidur,
tidak
gelisah.
Nadi:
82x/meni, TD : 120/80 mmHg, s : 36°C, RR:
20
berwarna
X/Mnt, merah
kelemahan otot
membran muda,
mukosa
tidak
ada
A: Apakah kriteria hasil pada intervensi tercapai, tercapai sebagian dan /atau tidak tercapai P: Pertah ankan Kondisi Klien.
DAFTAR PUSTAKA Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 1.Jogjakarta:Mediaction Jogja Brunner & Suddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Jilid 2.Jakarta:EGC Moorhead,Sue dan dkk.2016.Nursing Outcomes Classification(NOC) Edisi kelima.United Kingdom:Elsevier global rights Bulecheck, Gloria M.dan dkk.2016.Nursing Interventions Classification(NIC) Edisi keenm.United Kingdom:Elsevier global rights Moorhead,Sue dan dkk.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. United Kingdom:Elsevier global rights Nanda Internasional.2015.Diagnosis Keperawatan Edisi 10.Jakarta:EGC Doenges, Marilynn E dan dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta:EGC