Lp Anemia Iyas.docx

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Anemia Iyas.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,839
  • Pages: 11
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA DI RUANG MELATI RSUD BANYUMAS

Oleh : TRIAS YUNIARTI (1811040006)

PROGRAM PROFESI NERS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2018

A. Definisi Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin atau jumlah eritrosit lebih redah dari keadaan normal yaitu bila Hb kurang dari 14 g/dl dan hematokrit kurang dari 41% pada pria dan Hb kurang dari 12 g/dl dan hematocrit kurang dari 37% pada wanita. (Kapita Selekta Kedokteran, 2010, hal : 547). Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar Hb dan Ht di bawah normal. (Brunner & Suddarth , 2011). Anemia adalah gejala yang mendasari dari kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah. (Doenges , 2010). B. Klasifikasi Menurut Mansjoer klasifikasi anemia yaitu : 1. Anemia Mikrositik Hipokrom antara lain : a. Anemia Defisiensi Besi : Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia paling banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis). Infestasi cacing tambang pada seseorang dengan makanan yang baik tidak akan menimbulkan anemia. Bila disertai malnutrisi, baru akan terjadi anemia. b. Anemia Penyakit Kronik: Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi, seperti infeksi ginjal, paru-paru (abses, empiema dll), inflamasi kronik (artritis reumatoid) dan neoplasma. 2. Anemia Makrositik antara lain: a. Defisiensi Vitamin B12: Kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik terjadi karena gangguan absorpsi vitamin yang merupakan penyakit herediter autoimun, namun di Indonesia penyebab anemia ini adalah karena kekurangan masukan vitamin B12 dengan gejala-gejala yang tidak berat. b. Defisiensi Asam Folat: Anemia defisiensi asam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Gejalanya yaitu perubahan megaloblastik pada mukosa, mungkin dapat ditemukan gejala-gejala neurologis, seperti gangguan kepribadian. 3. Anemia karena perdarahan a. Perdarahan akut: Perdarahan akut akan timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian. b. Perdarahan kronik: Biasanya sedikit - sedikit sehingga tidak diketahui pasien. Penyebab yang sering adalah ulkus peptikum dan perdarahan saluran cerna karena pemakian analgesik. 4. Anemia Hemolitik: Pada anemia hemolitik terjadi penurunn usia sel darah merah ( normal 120 hari). Anemia terjadi hanya bila sumsum tulang telah tidak mampu mengatasinya karena usia sel darah merah sangat pendek.

5. Anemia Aplastik: Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah. Hal ini bisa karena kongenital namun jarang terjadi. C. Etiologi 1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah) 2. Perdarahan 3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker) 4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic, acid, piridoksin, vitamin C dan copper. Menurut Badan POM (2011), penyebab anemia yaitu : a. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung dzat besi, vitamin B 12, asam folat, vitamin C, dan unsur unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. b. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia karena kekurangan dzat besi bila darah menstruasi banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan dzat besi. c. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap dzat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya. d. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus menerus di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia. e. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung (aspirin, anti implamasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan dzat besi dan vitamin (antacid, pil KB, antiarthritis, dll). f. Oprasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap dzat besi dan vitamin B 12. g. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada kelenjar tiroid. Beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah. h. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah. D. Tanda Gejala 1. Lemas 2. Pusing 3. Cepat lelah 4. Sesak nafas 5. Mudah mengantuk 6. Tampak pucat 7. Konjungtiva anemis 8. Susah konsentrasi 9. Aktivitas kurang

E. Pathofisiologi Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi). Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).

F. Pathway

G. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboraturium a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen – komponen berikut ini: kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV,MCV,Dan MCHC), apusan darah tepi. b. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju endap darah (LED), dan hitung retikulosit. c. Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai keadaan system hematopoiesis. d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk mengkonfrimasi dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen berikut ini: 1) Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferrin, dan ferritin serum. 2) Anemia megaloblastik: asam folat darah/eritrosit, vitamin B12.

3) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis Hb. 4) Anemia pada leukemia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia. 2. Pemeriksaan laboraturium nonhematologis: faal ginjal, faal endokrin, asam urat, faal hati, biakan kuman. 3. Radiologi: torak, bone survey, USG, atau linfangiografi 4. Pemeriksaan sitogenetik 5. Pemeriksaan biologis molekuler (PCR= polymerase chain raction, FISH= flurescence in situ hybridization) H. Penatalaksanaan Penatalaksanaan anemia ditunjukkan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang. Penatalakasaan anemia berdasarkan penyebab yaitu : 1. Anemia aplastic: Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan antithicyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentar selama 7-10 hari. Progresis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfuse RBC rendah leukosit dan platelet. 2. Anemia pada penyakit ginjal: Pada pasien dialysis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat. Kalau tersedia, dapat diberikan eritropetin rekombian 3. Anemia pada penyakit kronik: Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk penanganan untuk anemia akan terobati dengan sendirinya. 4. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat: Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar HB kurang dari 5 gr% 5. Anemia megaloblastik a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defek absorbs atau tidak tersedia factor intrisik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM b. Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisisosa atau melabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi c. Pada anemia difisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari d. Anemia difisiensi asam folat pada pada pasien dengan gangguan absorbs penanganan dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara IM. 6. Anemia pasca pendarahan: Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat diberikan cairan IV dengan cairan infus apa saja yang tersedia. 7. Anemia hemolitik: Dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.

I. Fokus Pengkajian 1. Riwayat Kesehatan Sekarang: Klien dengan anemia biasanya datang ke RS, biasanya dengan keluhan berupa adanya keletihan, kelemahan, malaise umum, membutuhkan waktu tidur dan istirahat yang banyak, sakit kepala, nyeri mulut, dan lidah, anoreksia, berat badan menurun, serta sulit untuk berkonsentrasi. 2. Riwayat Kesehatan Dahulu: Klien memiliki riwayat konsumsi obat-obatan yang mempengaruhi sumsum tulang dan metabolisme asam folat, adanya riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat, angina, CHF. Selain itu terdapat juga riwayat penyakit antara lain endocarditis, pielonetritis, gagal ginjal, riwayat TB, abses paru, kanker. Riwayat penyakit hati, masalah hematologi, pembedahan dan penggunaan anti konvulsan masa lalu atau sekarang juga akan mempengaruhi anemia. 3. Riwayat Kesehatan Keluarga: Kesehatan keluarga yang berhubungan dengan anemia seperti kecenderungan keluarga untuk anemia, adanya anggota keluarga yang menderita anemia. J. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d berkurangnya kompartemen seluler yang penting untuk menghantarkan oksigen / zat nutrisi ke sel (00204), Domain 4 : Aktifitas/istirahat , Kelas 4 : Respon kardiovaskuler/pulmoner 2. Intoleransi aktivitas b.d tidak seimbangnya kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen (00092) Domain 4 :Aktivitas/Istirahat, Kelas 4 : Respon Kardiovaskuler / Pulmonal 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya selera / nafsu makan (00002), Domain 2 : Nutrisi, Kelas 1 : Makan (Ingestion) : taking food or nutrients into the body K. Tindakan Keperawatan No

DiagnosaKeperawatan

NOC

NIC

1

Ketidakefektifan

Tujuan : peningkatan perfusi

1.

perfusi jaringan perifer

jaringan

vital kaji pengisian

b.d berkurangnya

Kriteria hasil :

kapiler, warna

kompartemen seluler

- menunjukkan perfusi

kulit/membrane

yang penting untuk

adekuat, misalnya tanda vital

mukosa, dasar kuku.

Awasi tanda

menghantarkan oksigen

stabil.

2.

/ zat nutrisi ke sel

Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

3.

Awasi upaya pernapasan ;auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.

4.

Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.

5.

Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer.

6.

Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium

7.

Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.

2

Intoleransi aktivitas b.d

Tujuan :dapat

1.

Kaji kemampuan

tidak seimbangnya

mempertahankan/meningkatkan

kebutuhan pemakaian

ambulasi/aktivitas.

dan suplai oksigen

Kriteria hasil :

atau gangguan

- melaporkan peningkatan

keseimbangan, gaya

toleransi aktivitas (termasuk

jalan dan kelemahan

aktivitas sehari-hari)

otot.

ADL pasien. 2.

Kaji kehilangan

- menunjukkan penurunan

3.

Observasi tanda-

tanda intolerasi fisiologis,

tanda vital sebelum

misalnya nadi, pernapasan, dan

dan sesudah

tekanan darah masih dalam

aktivitas.

rentang normal.

4.

Berikan

lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan. 5.

Gunakan teknik

menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri). 3

Ketidakseimbangan

Tujuan : kebutuhan nutrisi

nutrisi kurang dari

terpenuhi

nutrisi, termasuk

kebutuhan tubuh b.d

Kriteria hasil :

makan yang disukai.

kurangnya selera /

- menunujukkan

nafsu makan

peningkatan/mempertahankan

catat masukkan

berat badan dengan nilai

makanan pasien.

laboratorium normal.

Timbang berat badan

- tidak mengalami tanda mal

setiap hari.

nutrisi.

1.

2.

3.

Kaji riwayat

Observasi dan

Berikan makan

- Menununjukkan perilaku,

sedikit dengan

perubahan pola hidup untuk

frekuensi sering dan

meningkatkan dan atau

atau makan diantara

mempertahankan berat badan yang sesuai.

waktu makan. 4.

Observasi dan

catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan. 5.

Berikan dan

Bantu hygiene mulut yang baik ;sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. 6.

Berikan pencuci

mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka. 7.

Kolaborasi pada

ahli gizi untuk rencana diet. 8.

Kolaborasi

;pantau hasil pemeriksaan laboraturium. 9.

Kolaborasi

;berikan obat sesuai indikasi.

DAFTAR PUSTAKA

M. Bulechek, G., K Butcher, H., M. Dochterman, J., & M. Wagner, C. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) (6th ed.). Singapore: CV. Mocomedia. Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius Moorhead, S., Johnson, M., L. Maas, M., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) (5th ed.). Singapore: CV. Mocomedia. https://www.academia.edu/28444149/ASKEP_ANEMIA_NANDA_NOC_NIC http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/12/laporan-pendahuluan-anemia.html

Related Documents