Prosedur_pemberian_obat_dalam_keperawata[1] Fiks.docx

  • Uploaded by: febry
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Prosedur_pemberian_obat_dalam_keperawata[1] Fiks.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,190
  • Pages: 30
PAPER PEMBERIAN OBAT

Oleh :

Gede Melyantara Jaya

(17.321.2715)

I Gst A.A Sridana Suryadewi

(17.321.2721)

Luh Putu Novianti

(17.321.2725)

Ni Luh Febri Suryanthi

(17.321.2738)

Ni Luh Gede Srinadi

(17.321.2739)

Ni Luh Putu Meita Premasuari

(17.321.2741)

Putu Yudi Pradnyana

(17.321.2761)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI 2019

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Salah satu tugas terpenting seorang perawat/bidan adalah member obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya. Seorang perawat/bidan juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah 1.

Apa pentingnya obat dalam keperwatan?

2.

Apa saja standar reaksi dari obat?

3.

Adakah faktor yang mempengaruhi reaksi obat ?

4.

Apa saja masalah dalam pemberian obat dan intervensi dalam keperawatan ?

5.

Bagaimana cara perhitungan obat?

6.

Bagaimana konsep dan teknik cara pemberian obat melalui oral,sublingual dan bukal?

7.

Bagaimana cara menyiapakan obat dari ampul dan vial?

8.

Bagaimana konsep dan teknin dan obat melalui intra vascular (IV),intara cellular (IC),Subcutan (SC), intramuscular (IM) ?

9.

Bagaimana konsep dan teknik pemberian obat secara tropical ?

10. Bagaimana konsep dan teknik cara pemberian obat melalui Anus/vagina ? 11. Bagaimana konsep dan teknik melalui wadah cairan intravena ?

1.3 Tujuan 1.

Untuk mengetahui Pentingnya obat dalam keperwatan 2

2.

Untuk mengetahui Standar reaksi obat

3.

Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi reaksi obat

4.

Untuk mengetahui Masalah dalam pemberian obat dan intervensi dalam keperawatan

5.

Untuk mengetahui Perhitungan obat

6.

Untuk mengetahui Konsep dan teknik cara pemberian obat melalui oral,sublingual dan bukal

7.

Untuk mengetahui Menyiapakan obat dari ampul dan vial

8.

Untuk mengetahui Konsep dan teknin dan obat melalui intra vascular (IV),intara cellular (IC),Subcutan (SC), intramuscular (IM).

9.

Untuk mengetahui Konsep dan teknik pemberian obat secara tropical

10. Untuk mengetahui Konsep dan teknik cara pemberian obat melalui Anus/vagina. 11. Untuk mengetahui Konsep dan teknik melalui wadah cairan intravena.

3

BAB II PENDAHULUAN

2.1 Pentingnya Obat dalam Keperawatan Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia (UU No. 36 Thn 2009). Dalam dunia kesehatan khususnya dalam dunia keperawatan, obat sudah menjadi salah satu komponen yang umum ditemui sehari – hari serta telah menjadi bagian penting dalam melakukan proses keperawatan. Seorang perawat yang akan bekerja secara langsung dalam pemenuhan asuhan keperawatan sangat membutuhkan keterampilan dalam tindakan medis berupa pengobatan sehingga tidak menimbulkan berbagai macam kesalahan seperti dugaan – dugaan maalpraktik dan sebagainya, maka dari itu seorang perawatn selain harus mengetahui pengetahuan serta tehnik pemberian obat dengan baik, seorang perawat juga harus memahami betul mengenai tahapan proses keperawatan dengan baik pula. Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman . Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Sebelum memberikan obat kepada pasien, ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan untuk menjamin keamanan dalam pemberian obat, di antaranya: 1.

Tepat Obat Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya petugas medis harus memerhatikan kebenaran obat sebanyak tiga kali, yakni: ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan obat ketempat penyimpanan.

2.

Tepat Dosis Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus; alat untukmembelah tablet; dan lain-lain. Dengan demikan, penghityungan dosis benar untuk diberikan ke pasien.

3.

Tepat Pasien 4

Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi kebenaran obat, yaitu mencocokan nama, nomor regisyter, alamat, dan program pengobatan pada pasien. 4.

Tepat Jalur Pemberian Kesalahan rute pemberiandapat menimbulkan sistemik yang fatal pada pasien. Untuk itu, cara pemberiannya adalah dengan melihat cara pemberian/jalur obat pada label

5.

Tepat Waktu Pemberian harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan, karena berhubungan dngan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.

2.2 Strandar dan Reaksi Obat 1.

Standar Obat Obat merupakan subtansi asing yang dimasukan ke dalam tubuh manusia guna untuk menimbulkan atau menghasilkan efek – efek pengobatan atau terapi. Dalam penggunaanya, tentus aja oabt ini tidak boleh digunakan asal – asalan apalagi jika sampai digunakan karena berdasarkan insting belaka, hal – hal tersebut tentu saja dapat membahayakan. Maka dari itu sebelum pemberian obat dilakukan, alangkah lebih baik jika kita mengetahui bagaimana standar obat yang baik, diantaranya : a.

Kemurnian, yaitu bahwa obat mengandungg unsure keaslian, tidak ada percampuran.

2.

b.

Standar potensi yang baik.

c.

Memiliki bioavailability yaitu keseimbangan setiap senyawa di dalam obat.

d.

Adanya keamanan.

e.

Efektivitas.

Reaksi Obat Reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu paruh, yakni suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi, sehingga terjadi pengurangan konsentrasi setengah dari kadar puncak obat dalam tubuh.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Obat 5

Untuk menghasilkan efek terapi yang baik, maka obat juga harus mengalami reaksi yang baik pula, adapun beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi obat di dalam tubuh ialah sebagai berikut : 1.

Absobsi Obat Absorbsi obat atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekul-molekul obat kedalam tubuh. Sebelum obat diabsorpsi, terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan serta cepat-lambatnya melarut menentukan banyaknya obat terabsorpsi.

2.

Distribusi Obat Distribusi obat adalah transfer obat dari darah ke jaringan/organ lain. Permeabilitas membran dan perfusi darah juga berperan di sini. Permeabilitas membran. Semakin permeabel(menembus) suatu membran, semakin cepat kecepatan distribusinya. Perfusi darah, yaitu berapa banyak darah yang mengalir pada organ/jaringan tersebut. Semakin banyak darah yang mengalir pada tempat target, semakin cepat obat didistribusikan.

3.

Metabolisme Obat Metabolisme obat adalah proses modifikasi biokimia senyawa obat oleh organisme hidup, pada umumnya dilakukan melalui proses enzimatik. Proses metabolisme obat merupakan salah satu hal penting dalam penentuan durasi dan intensitas khasiat farmakologis obat.

4.

Eksresi Sisa Setelah obat mengalami metabolisme atau pemecahan akan terdapat sisa zat yang tidak dapat dipakai. Sisa zat ini tidak bereaksi kemudian keluar melalui ginjal dalam bentuk urine, dari interstinal dalam bentuk feses dan dari paru-paru dalam bentuk udara. Dalam beberapa sumber disebutkan pula bahwa reaksi obat tidak terjadi sama pada

setiap orang, dalam beberapa sumber lain dijelaskan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi reaksi obat selain dari pada yang sudah dijelaskan di atas juga dapat di pengaruhi oleh hal – hal sebagai berikut, diantaranya : 1.

Usia dan berat badan.

2.

Jenis kelamin.

3.

Faktorgenetis.

4.

Faktor psikologis.

5.

Kondisi patologis. 6

6.

Waktu.

7.

Cara pemberian.

8.

Lingkungan.

2.4 Masalah dalam Pemberian Obat dan Intervensi Keperawatan Obat diberikan semata – mata hanya bertujuan untuk menghasilkan reaksi terapi atau reaksi pengobatan guna untuk mengurangi hingga menyembuhkan penyakit yang di derita oleh klien atau pasien. Namun dalam proses pemberiannya terkadang ada beberapa hal yang sering kali terjadi ketika proses pemberian obat akan dilakukan, diantaranya ialah : 1.

Menolak pemberian obat Pasien sering kali menolak ketika pemberian obat akan diberikan, hal ini biasanya disebabkan karena adanya rasa takut terjadi sesuatu pada diri mereka ataupun karena hal – hal kecil seperti tidak menyukai aroma obat tersebut. Jika pasien menolak pemberian obat, intervensi keperawatan pertama yang dapat dilakukan adalah dengan menanyakan alasan pasien melakukan hal tersebut. Kemudian, jelaskan kembali kepada pasien alasan pemberian obat. Jika pasien terus menolak sebaiknya tunda pengobatan, laporkan ke dokter dan catat dalam pelaporan.

2.

Kerusakan Integritas kulit terganggu Kerusakan integritas kulit adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan dermis (Carpenito, 2000; 302). Batasan karakteristik mayor harus terdapat gangguan jaringan epidermis dan dermis. Untuk mengatasi masalah gangguan integritas kulit, lakukan penundaan dalam pengobatan, kemudian laporkan ke dokter dan catat ke dalam laporan.

3.

Disorientasi dan bingung Masalah disorientasi dan bingung dapat diatasi oleh perawat dengan cara melakukan penundaan pengobatan. Jika pasien ragu, laporkan ke dokter dan catat ke dalam pelaporan.

4.

Menelan obat bukal atau sublingual Sebagai perawat yang memiliki peran dependen, jika pasien menelan obat bukal atau sublingual, maka sebaiknya laporkan kejadian tersebut kepada dokter, untuk selanjutnya dokter yang akan melakukan intervensi.

5.

Alergi kulit

7

Apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada pasien, keluarkan sebanyak mungkin pengobatan yang telah diberikan, beritahu dokter, dan catat dalam pelaporan.

2.5 Perhitungan Obat Perhitungan dosis obat dalam dihitung dengan menggunakan beberapa rumus serta penggolongan keadaan yang telah di tentukan, berikut adalah penjelasannya : 1.

Berdasarkan Usia Kurang akurat karena tidak mempertimbangkan sangat beragamnya bobot dan ukuran anak-anak dalam satu kelompok usia obat bebas untuk Pediatrik dosis dikelompokkan atas usia seperti 2-6 tahun, 6-12 tahun dan diatas 12 tahun. Kecil dari 2 tahun, (atas pertimbangan dokter). Persamaan yang digunakan: a.

Rumus Young (anak di bawah 8 tahun) Usia (tahun) / (Usia + 12) Contoh: Dosis lazim parasetamol untuk dewasa adalah 500 mg untuk 1 kali pakai. Berapa dosis obat ini untuk anak usia 7 tahun?

b.

Rumus Dilling (anak di atas 8 tahun) Usia (tahun) / 20 Contoh: Dosis lazim parasetamol untuk dewasa adalah 500 mg untuk 1 kali pakai. Berapa dosis obat ini untuk anak usia 11 tahun?

c.

Rumus Cowling (Usia dalam tahun) + 1) / 24 Contoh: Dosis lazim parasetamol untuk dewasa adalah 500 mg untuk 1 kali pakai. Berapa dosis obat ini untuk anak usia 11 tahun?

d.

Rumus Fried (khusus untuk bayi) Usia (dalam bulan) / 150 Contoh: Dosis lazim parasetamol untuk dewasa adalah 500 mg untuk 1 kali pakai. Berapa dosis obat ini untuk bayi usia 5 bulan?

2.

Berdasarkan Bobot Dosis lazim obat umumnya dianggap sesuai untuk individu berbobot 70 kg (154 pon) Rasio antara jumlah obat yang diberikan dan ukuran tubuh mempengaruhi konsentrasi obat di tempat kerjanya oleh karena itu, dosis obat mungkin perlu disesuaikan dari dosis lazim untuk pasien kurus atau gemuk yang tidak normal. Persamaan yang digunakan : 8

a.

Rumus Clarck (Amerika Serikat) Bobot (dalam pon) / 150 Contoh: Dosis lazim parasetamol untuk dewasa adalah 500 mg untuk 1 kali pakai. Berapa dosis obat ini untuk anak berbobot 40 kg? 1 kg = 2,2 pon.

b.

Rumus Thremich-Fier (Jerman) Bobot (dalam kg) / 70 Contoh: Dosis lazim parasetamol untuk dewasa adalah 500 mg untuk 1 kali pakai. Berapa dosis obat ini untuk anak berbobot 40 kg?

c.

Rumus Black (Belanda) Bobot (dalam kg) / 62 Contoh: Dosis lazim parasetamol untuk dewasa adalah 500 mg untuk 1 kali pakai. Berapa dosis obat ini untuk anak berbobot 40 kg?

2.6 MANFAAT BENTUK SEDIAAN OBAT Bentuk sediaan obat dipilih agar : 1. Dapat melindungi dari kerusakan baik dari luar maupun dalam tubuh 2. Dapat menutupi rasa pahit dan tidak enak dari bahan obat 3. Dapat melengkapi kerja obat yang optimum (topikal, inhalasi) 4. Sediaan yang cocok untuk : a.

obat yang tidak stabil, tidak larut

b.

penyakit pada berbagai tubuh

5. Dapat dikemas/dibentuk lebih menarik dan menyenangkan Dalam memilih BSO, perlu diperhatikan : a.

sifat bahan obat

b.

sifat sediaan obat

c.

kondisi penderita

d.

kondisi penyakit e. harga

Macam bentuk sediaan obat

9

1.

Bentuk Sediaan Padat : pulvis, pulveres, tablet, kapsul

2.

Bentuk Sediaan Cair : solusio/mikstura, suspensi, emulsi, linimentum. losio

3.

Bentuk Sediaan Setengah Padat : unguentum, him, jeli,

4.

Bentuk sediaan khusus : injeksi , supositoria, ovula, spray, inhalasi

BSO PADAT

A. Pulvis dan pulveres (serbuk)

Bahan atau campuran obat yang homogen dengan atau tanpa bahan tambahan berbentuk serbuk dan relatif satbil serta kering. Serbuk dapat digunakan untuk obat luar dan obat dalam. Serbuk untuk obat dalam disebut pulveres (serbuk yang terbagi berupa bungkus-bungkus kecil dalam kertas dengan berat umumnya 300mg sampai 500mg dengan vehiculum umumya Saccharum lactis.) dan untuk obat luar disebut Pulvis adspersorius (Serbuk tabur). Sifat Pulvis untuk obat dalam : a.

Cocok untuk obat yang tidak stabil dalam bentuk cairan

b.

Absorbsi obat lebih cepat dibanding dalam bentuk tablet

c.

Tidak cocok untuk obat yang mempunyai rasa tidak menyenangkan, dirusak

dilambung, iritatif, dan mempunyai dosis terapi yang rendah. Sifat Pulvis adspersorius : a. Selain bahan obat, mengandung juga bahan profilaksi atau pelicin b. Untuk luka terbuka sediaan harus steril c. Sebagai pelumas harus bebas dari organisme patogen d. Bila menggunakan talk hams steril, karena bahan-bahan tersebut sering terkontaminasi Contoh : Salicyl bedak (Pulv. Adspersorius) Oralit (Pulvis untuk obat dalam ) dalam kemasan sachet 10

B. TABLET Tablet adalah sediaan padat yang kompak, yang dibuat secara kempa cetak, berbentuk pipih dengan kedua permukaan rata atau cembung, dan mengandung satu atau beberapa bahan obat, dengan atau tanpa zat tambahan. ( Berat tablet normal antara 300-600 mg). Sifat : 1

. Cukup stabil dalam transportasi dan penyimpanan.

2

. Tidak tepat untuk : a. obat yang dapat dirusak oleh asam lambung dan enzim b. pencernaan - obat yang bersifat iritatif. 3 . Formulasi dan pabrikasi sediaan obat dapat mempengaruhi bioavailabilitas bahan aktif. 4 . Dengan teknik khusus dalam bentuk sediaan multiplayer obat-obat yang dapat berinteraksi secara fisik/khemis, interaksinya dapat dihindari 5 . Tablet yang berbentuk silindris dalam perdagangan disebut Kaplet Contoh : a. Sediaan paten : Tab. Bactrim, Tab. Pehadoxin b. Sediaan generik : Tablet parasetamol, Tablet amoksisilin

C. KAPSUL Sediaan obat yang bahan aktifnya dapat berbentuk padat atau setengah padat dengan atau tanpa bahan tambahan dan terbungkus cangkang yang umumnya terbuat dari gelatin. Cangkang dapat larut dan dipisahkan dari isinya. 1.

Kapsul Lunak ( Soft Capsule ): berisi bahan obat berupa minyak/larutan obat

dalam minyak. 2.

Kapsul keras ( Hard Capsule ): berisi bahan obat yang kering Cara mengenal kerusakan :

Secara makroskopik kerusakan dapat dilihat dari adanya perubahan warna, berbau, tidakkompak lagi sehingga tablet pecah/retak, timbul kristal atau benyek. Penyimpanan :

11

Disimpan dalam wadah tertutup, baik ditempat yang sejuk dan terlindung dari sinar matahari. D. SIRUP Penggunaan istilah Sirup digunakan untuk : 1. Bentuk sediaan Cair yang mengandung Saccharosa atau gula ( 64-66% ) 2. Larutan Sukrosa hampir jenuh dengan air. 3. Sediaan cair yang dibuat dengan pengental dan pemanis, termasuk suspensi oral Sifat : a.

Homogen

b.

Lebih kental dan lebih manis dibandingkan

dengan Solutio. - Cocok untuk anak-anak maupun Dewasa. Sirup Kering : Suatu sediaan padat yang berupa serbuk atau granula yang terdiri dari bahan obat, pemanis, perasa, stabilisator dan bahan lainnya, kecuali pelarut. Apabiola akan digunakan ditambah pelarut (air) dan akan menjadi bentuk sediaan suspensi. Sifat : a.

Pada umumnya bahan obat adalah antimikroba atau bahan kimia lain yang tidak larut

dan tidak stabil dalam bentuk cairan dalam penyimpanan lama. b.

Memberikan rasa enak, sehingga cocok untuk bayi dan anak.

c.

Kecepatan absorbsi obat tergantung pada besar kecilnya ukuran partikel

d.

Apabila sudah ditambahkan aquadest, hanya bertahan + 7 hari pada suhu kamar,

sedang pada almari pendingin + 14 hari. Contoh Sirup kering : Cefspan sirup (untuk dibuat Suspensi ) Amcillin DS sirup (untuk dibuat Suspensi ) Contoh sirup : Biogesic sirup, Dumin sirup

12

STANDAR IPSG Standar IPSG 1 : mengidentifikasi pasien dengan benar Standar IPSG 2 : meningkatkan komunikasi yang efektif Standar IPSG 3 : meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus di waspadai Standar IPSG 4 : memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar Standar IPSG 5 : mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan Standar IPSG 6 : mengurangi risiko cedera akibat terjatuh

2.6 Konsep dan Tehnik Pemberian Obat Melalui Oral, Sublingual dan Bukal 1.

Pemberian Obat Melalui Oral Pemberian obat melalui mulut dilakukan dengan tujuan mencegah, mengobati, dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat. a.

Persiapan Alat dan Bahan : 1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat. 2) Obat dan tempatnya. 3) Air minum dalam tempatnya.

b.

Prosedur Kerja : 1) Cuci tangan. 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan. 3) Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat tempat. 4) Bantu untuk meminumkannya dengan cara: -

Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.

-

Kaji kesulitan menelan. Bila ada, jadian tablet dalam bentuk bubuk dan campur dengan minuman.

-

Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan pengkajian. 13

5) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat. 6) Cuci tangan. 2. Pemberian Obat Melalui Sublingul Pemberian obat melalui sublingual merupakan rute pemberian obat yang absorpsinya baik melalui jaringan, kapiler di bawah lidah. Obat-obat ini mudah diberikan sendiri. Karena tidak melalui lambung, sifat kelabilan dalam asam dan permeabilitas usus tidak perlu dipikirkan. a.

Persiapan Persiapan Alat dan Bahan : 1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat. 2) Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya.

b.

Prosedur Kerja : 1) Cuci tangan. 2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. 3) Memberikan obat kepada pasien. 4) Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah, hingga terlarut seluruhnya. 5) Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya. 6) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat. 7) Cuci tangan.

3.

Pemberian Obat Melalui Bukal Pemberian obat secara bukal adalah memberika obat dengan cara meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa diantara pipi. Tujuannya yaitu mencegah efek lokal dan sistemik, untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara ora, dan untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar. c.

Persiapan Alat dan Bahan : 1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat. 2) Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya.

d.

Prosedur Kerja : 1) Cuci tangan. 2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. 14

3) Memberikan obat kepada pasien. 4) Memberitahu pasien agar meletakkan obat diantara gusi dan selaput mukosa pipi sampai habis diabsorbsi seluruhnya. 5) Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya. 6) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat. 7) Cuci tangan.

2.7 Menyiapkan Obat Dari Ampul Dan Vial 1.

Menyiapkan obat ampul a.

Persiapan alat 1) Catatan pemberian obat atau kartu obat 2) Ampul obat sesuai resep 3) Spuit dan jarum yang sesuai 4) Jarum steril ekstra (bila perlu) 5) Kapas alcohol 6) Kassa steri 7) Baki obat 8) Gergaji ampul (bila perlu) 9) Label obat 10) Bak spuit 11) Bengkok

b.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyiapkan obat dari ampul 1) Pertahankan sterilitas spuit, jarum dan obat ketika mempersiapkan obat dengan menggunakan prinsip steril 2) Buang bekas ampul pada tempat khusus setelah dibungkus dengan kertas tissue

c.

Prosedur kerja 1) Cuci tangan 2) Siapkan alat-alat 3) Periksa label obat dengan catatan pemberian obat sesuai dengan prinsip 5 benar yaitu benar nama pasien, benar nama obat, benar dosis obat, benar cara pemberian obat, dan benar waktu pemberian obat 15

4) Lakukan penghitungan dosis sesuai dengan yang dibutuhkan 5) Pegang ampul dan turunkan cairan di atas leher ampul dengan cara melentikkan jari tangan pada leher ampul beberapa kali atau dengan cara memutar ampul dengan tangan searah jarum jam 6) Letakkan kassa steril diantara ibu jari tangan dengan ampul, kemudian patahkan leher ampul kearah menjauhi tenaga kesehatan dan orang sekitar 7) Buang leher ampul pada tempat khusus 8) Buka penutup jarum spuit, kemudian masukkan jarum ke dalam ampulntepat di bagian tengah ampul 9) Aspirasi sejumlah cairan dari ampul sesuai dengan dosis yang diperlukan 10) Jika terdapat gelembung udara dalam spuit harus dikeluarkan terlebih dahulu 11) Periksa kembali jumlah larutan dalam spuit, bandingkan dengan volume yang dibutuhkan 12) Bandingkan label obat dengan catatan pemberian obat 13) Bila perlu ganti jarum spuit yang baru, jika obat dapat mengiritasi kulit 14) Beri label spuit dengan label obat yang sesuai 15) Tempatkan spuit dalam bak spuit, kapas alcohol dan kartu obat diatas baki 16) Buang dan simpan kembali peralatan yang diperlukan 17) Cuci tangan 2.

Menyiapkan obat vial a.

Peralatan 1) Catatan pemberian obat atau kartu obat 2) Spuit dan jarum yang sesuai 3) Vial obat sesuai resep 4) Jarum steril ekstra (bila perlu) 5) Kapas alcohol 6) Baki obat 7) Label obat 8) Bak spuit 9) Bengkok

b.

Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menyiapkan obat dari vial 1) Jika obat perlu dicampurkan, ikuti petunjuk dalam vial 2) Pertahankan kesterilan spuit, jarum dan obat saat menyiapkannya 3) Perlu pencahayaan yang baik saat menyiapkan obat ini 16

c. Prosedur kerja 1) Cuci tangan 2) Siapkan peralatan 3) Periksa label vial dengan catatan atau kartu obat sesuai prinsip 5 benar 4) Hitung dosis yang diperlukan. Bila perlu rotasikan cairan yang ada dalam vial dengan menggunakan tangan agar tercampur sempurna. Tidak boleh mengocok larutan dalam vial karena dapat menyebabkan larutan menjadi berbuih. 5) Buka segel pada bagian tutup obat tanpa menyentuh bagian karetnya 6) Usap bagian karet tersebut dengan kapas alcohol 7) Buka tutup jarum 8) Masukkan udara ke dalam spuit sesuai dengan jumlah obat yang dibutuhkan 9) Dengan hati-hati masukkan jarum secara tegak lurus tepat di tengah-tengah karet dari vial dan ujung jarum dijaga di atas permukaan obat. 10) Aspirasi sejumlah obat yang diperlukan sesuai dosis dengan menggunakan salah satu metode di bawah ini: -

Pegang vial menghadap ke atas, gerakkan ujung jarum ke bawah hingga berada pada bagian bawah cairan obat. Kemudian tarik plunger hingga spuit terisi cairan obat sesuai dengan dosis yang diperlukan. Hindari untuk menghisap tetes terakhir dari vial.

-

Pegang vial menghadap ke bawah (terbalik), pastikan ujung jarum berada di bawah cairan obat dan secara bertahap aspirasi cairan obat sesuai dengan dosis yang diperlukan.

11) Bila terdapat udara pada bagian atas spuit, maka keluarkan udara yang ada dalam spuit tersebut ke dalam vial 12) Pada saat volume obat dalam spuit sudah tepat, maka cabut jarum dari vial dan tutup jarum dengan penutup jarum 13) Jika masih terdapat gelembung dalam spuit: -

Pegang spuit secara vertical, dengan jarum menghadap ke atas.

-

Tarik plunger ke bawah dan jentikkan spuit dengan jari.

-

Dorong plunger perlahan ke atas untuk mengeluarkan udara, tetapi jaga agar tidak mengeluarkan larutan.

14) Periksa kembali jumlah larutan yang ada pada spuit, bandingkan dengan volume yang dibutuhkan 17

15) Bandingkan label obat dengan catatan pemberian obat yang sesuai 16) Ganti jarum spuit yang baru 17) Beri label spuit dengan label obat yang sesuai 18) Tempatkan spuit (dalam bak spuit), kapas alkohol, dan kartu obat di atas baki 19) Buang atau simpan kembali peralatan yang tidak diperlukan Mencuci tangan

2.8 Konsep dan Teknik Pemberian Obat Melalui Intervena (Selang IV), Intracutan (IC), Subcutan (SC), dan Intramuscular (IM) 1.

Pemberian Obat Melalui Intervena (selang IV) a.

Alat dan bahan : 1) Spuit dan jarum sesuai ukuran 2) Obat dalam tempatnya 3) Selang intravena 4) Kapas alcohol

b.

Prosedur Kerja: 1) Cuci tangan 2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 3) Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit. 4) Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena 5) Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran 6) Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam selang intravena. 7) Setelah selesai tarik spuit. 8) Periksa kecepatan infuse dan observasi reaksi obat 9) Cuci tangan 10) Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya

2.

Pemberian Obat Melalui Jaringan Intrakutan (IC) Memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit dilakukan sebagai tes reaksi alergi terhadap jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis. Secara umum, dilakukan pada daerah lengan, tangan bagian ventral. a.

Persiapan Alat dan Bahan: 1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat. 2) Obat dalam tempatnya. 18

3) Spuit 1 cc / spuit insulin. 4) Kapas alkohol dalam tempatnya. 5) Cairan pelarut. 6) Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit). 7) Bengkok. 8) Perlak dan alasnya. b.

Prosedur Kerja: 1) Cuci tangan. 2) Jelaskan ada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan. 3) Bebaskan daerah yang akan disuntik. Bila menggunakan baju lengan panjang, buka dan ke ataskan. 4) Pasang perlak / pengalas di bawah bagian yang disuntik. 5) Ambil obat untuk tes alergi, kemudian larutkan / encerkan dengan akuades (cairan pelarut). Selanjutnya, ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai ±1 cc. Lalu siapkan pada bak injeksi atau steril. 6) Desinfeksi dengan kapas alkoho pada daerah yang akan disuntik. 7) Tegangkan daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri. 8) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas yang sudutnya 15-20 terhadap permukaan kulit. 9) Semprotkan obat hingga terjadi gelembung. 10) Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan massage. 11) Cuci tangan. 12) Catat reaksi pemberian, hasil pemberian obat / tes obat, tanggal, waktu, dan jenis obat.

3.

Pemberian Obat Melalui Jaringan Subcutan (SC) Pemberian obat melalui suntikan di bawah kulit dapat dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada, dan daerah sekitar umbilikus (abdomen). Umumnya, pemberian obat melalui jaringan subkutan ini dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Terdapat dua tipe larutan insulin yang diberikan, yaitu jernih dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat (insulin reguler). Larutan yang

19

keruh termasuk tipe lambat karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorpsi obat. a.

Persiapan Alat dan Bahan: 1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat. 2) Obat dalam tempatnya. 3) Cairan pelarut. 4) Bak injeksi. 5) Bengkok. 6) Perlak dan alasnya.

b.

Prosedur Kerja: 1) Cuci tangan. 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan. 3) Bebaskan daerah yang disuntik atau bebaskan suntikan dari pakaian. Apabila menggunakan baju, maka dibuka atau dikeataskan. 4) Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan siberikan. Setelah itu, tempatkan pada bak injeksi. 5) Desinfeksi dengan kapas alcohol 6) Tegakkan dengan tangan kiri (daerh yang akan dilakukan suntikan subkutan). 7) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas, yang sudut 45o dengan permukaan kulit. 8) Lakukan aspirasi. Bila tidak ada daerah, semprotkan obat perlahan-lahan hingga habis. 9) Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol. Masukan spuit yang telah dipakai ke dalam bengkok. 10) Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis/dosis obat. 11) Cuci tangan.

4.

Pemberian Obat Melalui intramuscular (IM) Memberikan obat melalui intramaskular merupakan pemberian obat dengan memasukannya kedalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat dilakukan di dorsogluteal (posisi tengkurak), ventrogluteal (posisi berbaring), vastus lateralis (daerah paha), atau deltoid (lengan atas). Tujuannya agar absorsi obat dapat lebih cepat. a.

Persiapan alat dan bahan: 1) Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat. 20

2) Obat dalam tempatnya. 3) Spuit dan jarum yang sesuai dengan ukuran: untuk orang dewasa, panjangnya 2,5-3,75 cm sedangkan untuk anak, panjangnya 1,25-1,5 cm. 4) Kapas alcohol dalam tempatnya. 5) Cairan pelarut. 6) Bak injeksi. 7) Bengkok. b.

Prosedur kerja: 1) Cuci tangan. 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan. 3) Ambil obat kemudian masuk kedalam spuit sesuai dengan dosis. Setelah itu, letakan pada bak injeksi. 4) Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (lihat lokasi penyuntikan). 5) Disenfeksi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan. 6) Lakukan penyuntikan: -

Dorsogluteal, dengan menganjurkan pasien untuk tengkurap dan lututnya di putar kea rah dalam atau miring. Fleksikan lutut bagian atas dan pinggul, serta letakan didepan tungkai bawah.

-

Ventrogluteal, dengan menganjurkan pasien untuk miring, tengkurap, atau terlentang. Lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi.

-

Vastuslateralis (paha), menganjurkan pasien untuk berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi.

-

Deltoid (lengan atas), dengan menganjurkan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar dan dengan lengan atas fleksi.

7) Lakukan penusukan menggunakan jarum dengan posisi tegak lurus. 8) Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit. Bila tidak ada darah, semprotkan obat secara perlahan-lahan hingga habis. 9) Setelah selesai, ambil spuit dengan menariknya. Tekan daerah penyuntikan dengan kapas alkohol, kemudian letakan spuit yang telah digunakan pada bengkok. 10) Catat reaksi pemberian, jumblah dosis dan waktu pemberian. 11) Cuci tangan. 21

2.9 Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Secara Topical (Kulit, Mata, Telinga dan Hidung) 1.

Pemberian Obat Pada Kulit Memberikan obat pada kulit merupakan pemberian obat dengan mengoleskannya dikulit yang bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit atau mengatasi infeksi. Jenis obat kulit yang diberikan dapat bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol dan spray. a.

Persiapan alat dan bahan: 1) Obat dalam tempatnya (seperti krim, losion, aerosol dan sray). 2) Pinset anatomis. 3) Kain kasa. 4) Kertas tisu. 5) Balutan. 6) Pengalas. 7) Air sabun, air hangat. 8) Sarung tangan.

b.

Prosedur kerja: 1) Cuci tangan. 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan. 3) Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan. 4) Gunakan sarung tangan. 5) Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis. 6) Berikan obar sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan dan mengompres. 7) Kalau perlu, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah yang diobati. 8) Cuci tangan.

2.

Pemberian Obat Pada Mata Pemberian obat pada mata dengan obat tetes mata atau saleb mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan mendilatasi pupil, pengukuran refraksi lensa dengan melemahkan otot lensa, serta penghilangan iritasi mata. a.

Persiapan alat dan bahan: 22

1) Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa saleb. 2) Pipet. 3) Pinset anatomi dalam tempatnya. 4) Korentang dalam tempatnya. 5) Plester. 6) Kain kasa. 7) Kertas tisu. 8) Balutan. 9) Sarung tangan. 10) Air hangat/ kapas pelembab. b.

Prosedur kerja: 1) Cuci tangan. 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan. 3) Atur posisi pasien dengan kepala menegadah dengan posisi perawat disamping kanan. 4) Gunakan saryng tangan. 5) Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata kearah hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air hangat. 6) Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di atas tulang orbita. 7) Teteskn obat mata diatas sakus kunjungtiva. Stelah tetesan selesai sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan berlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes mata. 8) Apabila obat mata jenis saleb, pengang aplikasi saleb diatas pinggir kelopak mata kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat kebawah, secara bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas. Biarkan pasien untuk memejamkan mata dan merenggangkan kelopak mata. 9) Tutup mata dengan kasa bila perlu. 10) Cuci tangan. 11) Catat obat, jumblah, waktu dan tempat pemberian.

3.

Pemberian Obat pada Telinga

23

Memberika obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes telinga atau salep. Pada umumnya, obat tetes telinga dapat berupa obat antibiotic diberikan pada gangguan infeksi telinga, khususnya otitis media pada telinga tengah. a.

Persiapan alat dan bahan: 1) Obat dalam tempatnya. 2) Penetes. 3) Speculum telinga. 4) Pinset anatomi dalam tempatnya. 5) Korentang dalam tempatnya. 6) Plester. 7) Kain kasa. 8) Kertas tisu. 9) Balutan.

b.

Prosedur kerja: 1) Cuci tangan. 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan digunakan. 3) Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai dengan daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien ke atas. 4) Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas/kebelakang pada orang dewasa dan kebawah pada anak-anak. 5) Apabila obat berupa obat tetes, maka teteskan obat dengan jumlah tetesan sesuai dosis pada dinding saluran untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara. 6) Apabila berupa salep, maka ambil kapas lidi dan masukan atau oleskan salep pada liang telinga. 7) Pertahankan posisi kepala ±2-3 menit. 8) Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu. 9) Cuci tangan. 10) Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian.

4.

Pemberian Obat Pada Hidung Memberikan obat tetes pada hidung dapat dilakukan pada hidung seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring. a.

Persiapan alat dan bahan: 1) Obat dalam tempatnya. 24

2) Pipet. 3) Speculum hidung. 4) Pinset anatomi dalam tempatnya. 5) Korentang dalam tempatnya. 6) Plester. 7) Kain kasa. 8) Kertas tisu. 9) Balutan b.

Prosedur kerja: 1) Cuci tangan. 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dijalankan. 3) Atur posisi pasien dengan cara: -

Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke belakang.

-

Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.

-

Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah ke belakang.

5) Berikan tetesan obat sesuan dengan dosis pada tiap lubang hidung. 6) Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 menit. 7) Cuci tangan. 8) Catat cara, tanggal, dan dosis pemberian obat.

2.10 Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Melalui Anus / Rectum dan Vagina 1.

Pemberian Obat Melalui Rectum Memberikan obat melalui rectum merupakan pemberian obat dengan memasukan obat melalui anus dan kemudian raktum, dengan tujuan memberikan efek local dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat Supositotia yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah fases, dan merangsang buang air besar. Pemberian obat yang memiliki efek lokal, seperti Dulcolac Supositoria, berfungsi untuk meningkatkan defekasi secara lokal. Pemberian obat dengan efek sistemik, seperti obat Aminofilin Supositoria, berfungsi mendilatasi Bronkhus. Pemberian obat Supositoria ini diberikan tepat pada dinding Rektal yang melewati sphincter ani interna. Konta indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rectal. a.

Persiapan alat dan bahan: 25

1) Obat Supositoria dalam tempatnya. 2) Sarung tangan. 3) Kain kasa. 4) Vaseline/pelican/pelumas. 5) Kertas tisu. b.

Prosedur kerja: 1) Cuci tangan. 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan. 3) Gunakan satung tangan. 4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa. 5) Oleskan pelicin pada ujung oabat Supositoria. 6) Regangkan glutea dengan tangan kiri. Kemudian masukan Supositiria secara berlahan melalui anus, Sphincher ana interna, serta mengenai dinding rectal ± 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak. 7) Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu. 8) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama ± 45 menit. 9) Setelah selesai, lepaskan sarung tangan kedalam bengkok 10) Cuci tangan. 11) Catat obat, jumblah dosis, dan cara pemberian.

2.

Pemberian Obat Melalui Vagina Pemberian obat melalui vagina merupakan tindakan memasukkan obat melalui vagina, yang bertujuan untun mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan supositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal. a.

Persiapan alat dan bahan: 1) Obat dalam tempatnya. 2) Sarung tangan 3) Kain kasa 4) Kertas tisu 5) Kapas sublimat dalam tempatnya. 6) Pengalas 7) Korentang dalam tempatnya 26

b.

Prosedur Kerja: 1) Cuci tangan. 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan. 3) Gunakan sarung tangan 4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa 5) Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat 6) Anjurkan pasien tidur dengan posisi dorsal recumbert 7) Apabila jenis obat Supositoria, maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat 8) Renggangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm. 9) Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orivisium dan labia dengan tisu 10) Anjurkan untuk tetap dalam posisi selama ±10 menit agar obat bereaksi. 11) Cuci tangan 12) Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.

2.11 Konsep dan Teknik Pemberian Obat Melalui Wadah Cairan Intravena Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat kedalam wadah cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapetik dalam darah. 1.

2.

Alat dan bahan : a.

Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran

b.

Obat dalam tempatnya

c.

Wadah cairan ( kantong / botol )

d.

Kapas alcohol dalam tempatnya

Prosedur Kerja : a.

Cuci tangan

b.

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

c.

Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke ataskan

d.

Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong

e.

Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran.

f.

Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong / wadah cairan. 27

g.

Setelah selesai tarik spuit dan campur dengan membalikkan kantong cairan dengan perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung lain.

h.

Periksa kecepatan infus.

i.

Cuci tangan

j.

Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pmberian obat

28

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien, diantaranya : sub kutan, intra kutan, intra muscular, dan intra vena. Dalam pemberian obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian obat.

3.2 Saran Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.

29

DAFTAR ISI

(2010). Pentingnya Pemberian Obat Dalam Keperawatan . Makalah (Online). Tersedia di : http://keperawatansmkmegarezky.blogspot.com/2010/01/pentingnya-pemberianobat-dalam.html.

(7 September 2014).

Al Basir, Nurhikmah. (2012). Obat. Makalah (Online). Tersedia di : http://nurhikmaalbasir. blogspot.com/2012/09/farmasetika-definisi-obat.html. (7 September 2014). Andresni, Hafiko. (2013). Makalah Obat- Obatan. Makalah (Online). Tersedia di : http:// hafikoandresni005.blogspot.com/2013/05/makalah-obat-obatan.html. (7 September 2014). Dadan, Mas. (2011). Kerusakan Integritas Kulit Berhubungan Dengan Kerusakan Sistem Vaskuler. Makalah (Online). Tersedia di : http://el-choha.blogspot.com/2011/06/ kerusakan-integritas-kulit-berhubungan.html. (7 September 2014). Gan Gunawan, Sutisna. (2007). Farmakologogi dan Terapi (Edisi 5), Jakarta: Badan Penerbit FKUI Hamzah, Faizal. (2013). KDK I : Prosedur Pemberian Obat Dalam Keperawatan. Makalah (Online).

Tersedia

di

:

http://mochfaizalhamzah.blogspot.com/2013/11/kdk1-

prosedur-pemberian-obat-dalam.html. (7 September 2014). Joyce, K & Everlyn, R.H. (1996). Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC Sanjana, Deniza. (2012). 6 Prinsip Benar Pemberian Obat. Makalah (Online). Tersedia di : http://denizasanjana.blogspot.com/2012/12/6-prinsip-benar-pemberian-obat.html. (7 September 2014).

30

More Documents from "febry"