1
ANALISIS PENENTUAN KOMBINASI PRODUK OPTIMAL PADA PT. LOKATEX PEKALONGAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi, Program Studi Manajemen Universitas Pekalongan
Disusun Oleh : Nama
: AMIRUDIN
NPM
: 03.2848.E
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEKALONGAN 2007
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha akhir-akhir ini semakin menuntut para pelaku ekonomi untuk bersikap kritis dan cepat tanggap terhadap segala perubahan yang terjadi di sekitarnya, karena dengan adanya sikap tersebut akan memungkinkan usaha yang dilakukan selama ini bisa bertahan dan bersaing dengan usaha-usaha sejenis lainnya. Untuk
itu
manajemen
produksi
dan
operasi
diusahakan
mengkombinasikan faktor-faktor produksi dengan teknik pengelolaan yang sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa secara efektif dan efisien, baik dalam jumlah, kualitas, waktu dan biaya yang diharapkan. Dengan teknik manajemen produksi dan operasi yang tepat, diharapkan perusahaan dapat mencapai tujuannya, yaitu dapat terjamin kelangsungan hidupnya dan berkembang melalui keuntungan yang diperoleh perusahaan. Perusahaan harus mampu menciptakan barang dan jasa yang dapat memenuhi selera pasar baik dalam kualitas maupun kuantitas. Perusahaan harus mampu memproduksi barang-barang atau jasa tepat pada waktunya dan dalam jumlah cukup serta kualitas yang dapat memenuhi selera pasar. Apabila perusahaan telah dapat menentukan produk apa saja yang akan diproduksinya, maka perusahaan tersebut akan dapat pula menentukan
1
3
mesin dan peralatan produksi yang akan dipergunakan guna menunjang pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. Dalam pelaksanaanya,
tidak
sedikit
produk
dalam
perusahaan
ini
akan
mempergunakan mesin-mesin sendiri, tetapi pada umumnya akan terdapat satu atau beberapa mesin yang akan dipergunakan untuk memproduksi beberapa produk baik secara bergantian maupun bersama-sama. Demikian pula dengan penggunaan bahan baku serta tenaga kerja dalam perusahaan akan terdapat beberapa produk yang dikerjakan dengan mempergunakan bahan baku yang sama serta tenaga kerja yang sama pula. Apabila terdapat lebih dari satu macam produk yang akan diproduksi dengan mempergunakan mesin, tenaga kerja serta bahan baku yang sama, maka dalam hal ini akan timbul masalah kombinasi produksi. Manajemen perusahaan harus dapat menentukan berapa jumlah masing-masing jenis produk tersebut yang akan diproduksikan serta meliputi jenis produk apa saja, sehingga perusahaan tersebut akan dapat mempergunakan masukan (input) yang ada dengan sebaik-baiknya serta akan dapat memperoleh hasil yang optimal. Melihat betapa pentingnya masalah produk yang akan dihasilkan oleh perusahaan, maka penulis memilih judul “ANALISIS PENENTUAN KOMBINASI
PRODUK
PEKALONGAN”.
OPTIMAL
PADA
PT
“LOKATEX”
4
1.2 Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah Persaingan antar perusahaan dalam menghasilkan produk terkadang mengharuskan perusahaan dapat menghasilkan lebih dari satu macam produk dari bahan baku, biaya tenaga kerja langsung yang sama. Masalah diversifikasi produk mesti diperhatikan terutama dalam segi perencanaan produksi, agar dihasilkan kombinasi produk yang menghasilkan keuntungan maksimal. Untuk
memproduksi
bermacam-macam
produk
harus
ditentukan jumlah produk yang dihasilkan karena tiap produk yang dihasilkan akan mendatangkan keuntungan yang berbeda, dan permintaan pasar dari tahun ke tahun tidak sama yang berarti volume produksi untuk satu macam barang yang satu tidak sama dengan lainnya maka perlu diketahui, jumlah produk yang optimal sehingga tidak akan terjadi penumpukan barang di gudang atau perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumen. 1.2.2. Pembatasan Masalah Ada beberapa cara untuk menentukan kombinasi produk yang optimal dengan linier programming dan untuk menjaga agar lingkup permasalahan tidak terlalu luas maka penulis perlu memberikan
5
batasan masalah misalnya factor pembatas yang digunakan yaitu bahan baku (kain corak dan kain mori), kapasitas mesin, tenaga kerja (upah karyawan) dan permintaan pasar. 1.2.3. Perumusan Masalah Berdasarkan latar pembahasan dan pembatasan masalah yang diuraikan diatas maka dapat dirumuskan dalam pernyataan sebagai berikut : Bagaimana menentukan produk yang optimal dan jumlah produk yang akan dibuat agar keuntungan yang diperoleh maksimal. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kombinasi produk yang tepat bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usahanya. 2. Untuk membantu perusahaan dalam menyusun rencana penjualan yang akan datang sesuai dengan tujuan perusahaan. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini disamping mempunyai tujuan seperti tercantum di atas juga mempunyai kegunaan sebagai berikut : 1. Bagi Penulis Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi penulis diperkuliahan, khususnya yang ada hubungannya dengan masalah penelitian tersebut.
6
2. Bagi Perusahaan Memberikan sumbangan pemikiran kepada perusahaan berupa saransaran yang dapat berguna bagi pertumbuhan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Manajemen produksi adalah kegiatan yang bertalian dengan penciptaan barang-barang dan jasa melalui pengubahan masukan atau faktor produksi menjadi keluaran atau hasil produksi, kegiatan mana memerlukan perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
pengkoordinasian,
dan
pengawasan agar tujuan-tujuan dapat dicapai secara efisien dan efektif. Hasil penelitian terdahulu yang digunakan untuk mendukung dalam penyususnan skripsi ini, didalam tabel 2.1 akan dijelaskan beberapa contoh hasil penelitian terdahulu. .
6
7
Tabel 2.1 HASIL PENELITIAN TERDAHULU No 1
Judul Penelitian
Peneliti dan tahun
Penelitian Analisa kombinasi produk Sri Rahayuning
Hipotesis
Alat Analisa Metode Simplek
Hasil Pembahasan Bahwa total keuntungan yang akan
optimal pada perusahaan 2004
diperoleh
batik Diana di Pekalongan
perhitungan metode
dengan
mengunakan
linier
programming
simplek
berdasarkan
rencana kapasitas bahan baku dan ramalan 2.
penjualan
Keuntungan
Analisis kombinasi produk Arief Sugiharto
Fore Casting
dapat dimaksimalkan. Ada perbedaan antara keuntungan
dalam
Metode Simplek
yang diperoleh bila menggunakan
mencapai
laba 2005
maksimal pada konfeksi
linier
programming
metode
“AMCO” Comal
simplek dibandingkan keuntungan
8
senyatanya,
dengan
linier
programming
metode
simplek
kombinasi
produk
dapat
optimalkan yang mana dapat dilihat dari keuntungan yang diperoleh meningkat dibandingkan sebelum menggunakan linier programming metode simplek keuntungan yang 3
Analisis
Kombinasi Ratna Jelita
Produk Untuk Mencapai 2005 Tingkat
Keuntungan
Fore Casting
diperoleh sedikit. Untuk mencapai keuntungan yang
Metode Simplek
maksimal
dapat
menggunakan
model linier programming, dimana
Maksimal Pada Perusahan
model
ini
dapat
diselesaikan
Teh “PENDAWA LIMA”
dengan dua metode yaitu metode
Pekalongan.
grafik dan metode simplek. Dalam
9
hal
ini
luas
produksi
harus
direncanakan dan diperhitungkan dengan cermat untuk memenuhi permintaan
pasar,
sehingga
perusahaan
dapat
mencapai
keuntungan yang lebih maksimal.
10
2.2 Landasan Teori Menurut J Sugiarto PH (1994) manajemen produksi dan operasi merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya (atau sering disebut faktor-faktor produksi) tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah dan sebagainya dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk atau jasa. Menurut Sukanto Reksohadiprodjo(1995) memberikan pengertian manajemen produksi adalah kegiatan yang bertalian dengan penciptaan barang-barang dan jasa melalui pengubahan masukan atau faktor produksi menjadi keluaran atau hasil produksi, kegiatan mana memerlukan perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
pengkoordinasian,
dan
pengawasan agar tujuan-tujuan dapat dicapai secara efisien dan efektif. Untuk mengatur kegiatan perlu dibuat keputusan-keputusan yang berhubungan dengan usaha-usaha mencapai tujuan agar barang dan jasa yang akan dihasilkan sesuai dengan permintaan konsumen baik mengenai kualitas, kuantitas, waktu dan biaya yang direncanakan. Sedangkan pengertian perencanaan produksi adalah sebagai berikut : “Perencanaan dan pengorganisasian mengenai orang-orang, bahan-bahan, mesin dan peralatan lain serta modal yang diperlukan untuk produksi barangbarang pada suatu periode tertentu di masa depan sesuai dengan yang diperkirakan atau diramalkan”. Dari pengertian di atas berarti bahwa perencanaan produksi membutuhkan
pertimbangan
dan
ketelitian
yang
terperinci
dalam
11
menganalisa kebijakan, karena perencanaan ini merupakan dasar penentuan bagi manajer dalam rangka mencapai tujuan. Adapun tujuan dari perencanaan produksi ini adalah : 1. Untuk mencapai tingkat keuntungan (profit) tertentu. Misalnya berapa hasil (output) yang diproduksi supaya dapat dicapai tingkat profit yang diinginkan dan tingkat prosentase tertentu dan keuntungan (profit) per tahun terhadap penjualan (sale) yang diinginkan. 2. Untuk menguasai pasar tertentu, sehingga hasil atau output perusahaan ini tetap mempunyai pangsa pasar (market share) tertentu. 3. Untuk mengusahakan dan mempertahankan supaya pekerja dan kesempatan kerja yang sudah ada tetap pada tingkatnya dan berkembang. 4. Untuk mengusahakan supaya perusahaan pabrik ini dapat bekerja pada tingkat efisiensi tertentu. 5. Untuk menggunakan sebaik-baiknya (efisien) fasilitas yang sudah ada pada perusahaan yang bersangkutan. Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan produksi, antara lain adalah : 1. Sifat dari proses produksi Proses produksi dapat dibedakan antara proses produksi yang terputus-putus (intermittent manufacturing) dan proses produksi terus menerus (continous process). Masing-masing proses produksi ini mempunyai
sifat-sifat
yang
berbeda-beda,
perencanaan produksi yang dibuat.
yang
mempengaruhi
12
a. Proses produksi yang terputus-putus Perencanaan mempunyai
proses
produksi produksi
dalam yang
perusahaan
pabrik
terputus-putus,
yang
dilakukan
berdasarkan jumlah pesanan (order) yang diterima. Oleh karena kegiatan produksi yang dilakukan berdasarkan pesanan (order) maka jumlah produksinya biasanya sedikit atau relatif kecil, sehingga perencanaan produksi yang dibuat semata-mata tidak berdasarkan ramalan penjualan (sales forecasting), tetapi terutama didasarkan atas pesanan yang masuk. Perencanaan produksi dibuat untuk menentukan kegiatan produksi yang perlu dilakukan bagi pengerjaan setiap pesanan yang masuk. Ramalan penjualan ini membantu untuk dapat memperkirakan
order
yang
akan
diterima,
sehingga
dapat
diperkirakan dan ditentukan bagaimana penggunaan mesin dan peralatan yang ada agar mendekati optimum pada masa yang akan datang, dan tindakan-tindakan apa yang perlu diambil untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang mungkin terdapat. Perencanaan produksi yang disusun haruslah fleksibel, agar peralatan produksi dapat dipergunakan secara optimal. b. Proses produksi yang terus menerus Perencanaan produksi pada perusahaan yang mempunyai proses produksi yang terus menerus, dilakukan berdasarkan ramalan penjualan.
13
Hal ini karena kegiatan produksi tidak dilakukan berdasarkan pesanan, akan tetapi untuk memenuhi pasar dan dalam jumlah yang besar serta berulang-ulang dan telah mempunyai blueprint selama jangka waktu yang tertentu. Langkah-langkah perencanaan produksi yang dilakukan dalam perusahaan yang mempunyai proses produksi yang terus menerus adalah : 1. Membuat ramalan penjualan (sales forecasting). 2. Membuat master schedule yang didasarkan atas ramalan penjualan. 3. Setelah master schedule dibuat, dilakukan perencanaan yang lebih teliti. Perlu kita ketahui bahwa perencanaan produksi dalam perusahaan yang mempunyai proses produksi yang terus menerus adalah lebih mudah dilakukan. 2. Jenis dan mutu dari barang yang diproduksi Untuk menyusun suatu perencanaan produksi, ada beberapa hal mengenai jenis dan sifat produk yang perlu diketahui dan diperhatikan, yaitu : 1. Mempelajari dan menganalisanya jenis barang yang diproduksi sejauh mungkin. 2. Apakah yang akan diproduksi itu merupakan barang-barang yang langsung dikonsumsi oleh konsumen (customer’s goods) atau barang-
14
barang yang akan digunakan untuk memprodusi barang lain (producers goods). 3. Sifat dari produk yang akan dihasilkan, apakah merupakan barang yang tahan lama atau tidak. 4. Sifat dari permintaan barang yang akan dihasilkan, apakah mempunyai sifat permintaan yang musiman (seasonal) yang permintaannya hanya pada musim-musim tertentu saja, ataukah sifat permintaannya sepanjang masa. 5. Mutu dari barang yang akan diproduksi, yang akan tergantung pada biaya per satuan yang diinginkan, dan permintaan atau keinginan konsumen terhadap barang hasil produksi. 3. Sifat dari barang yang diproduksi apakah barang baru ataukah barang lama Hal ini perlu diperhatikan, karena untuk barang yang baru maka perlu diadakan penelitian (research) pendahuluan mengenai : 1. Lokasi perusahaan, apakah perusahaan perlu diletakkan berdekatan dengan sumber bahan mentah ataukah dekat dengan pasar. 2. Barang yang akan diproduksi. 3. Sifat permintaan barang ini, apakah musiman ataukah sepanjang masa. 4. Dan hal-hal lain yang dibutuhkan untuk memulai usaha produksi tersebut.
15
Sedangkan untuk barang yang lama atau telah ada, perencanaan produksinya adalah lebih memudahkan perencanaan didasarkan pada pengalaman-pengalaman masa lalu. Walaupun demikian dalam hal ini perlu diperhatikan perkembangan teknologi baru, keadaan perusahaan-perusahaan yang ada dan keadaan ekonomi. Luas produksi merupakan jumlah atau volume produksi yang seluruhnya diproduksikan oleh suatu perusahaan dalam satu periode. Oleh karena itu luas produksi ini juga harus ditentukan agar perusahaan dapat memperoleh laba yang maksimal. Disamping itu luas produksi perlu direncanakan dan diperhitungkan dengan cermat karena tanpa perencanaan dapat berakibat bahwa jumlah yang diproduksikan menjadi terlalu besar atau terlalu kecil. Luas produksi yang terlalu besar berakibat biaya yang terlalu besar, investasi yang besar pula baik investasi bahan dasar, uang kas, maupun bahan pembantu yang lain dan bahkan mungkin pula investasi pada aktiva tetap. Disamping itu dengan adanya volume produksi yang berlebihan dapat berakibat merosotnya harga jual. Walaupun barang-barang dapat disimpan di gudang akan tetapi kelebihan volume produksi yang terlalu banyak menjadi baik adanya tambahan biaya pergudangan dan pemeliharaan barang-barang tersebut. Bagi perusahaan yang menghasilkan barang lebih dari satu macam maka terlalu besar volume produksi dari satu jenis barang berarti berkurangnya kesempatan produk jenis lain diperluas karena bahan dasar,
16
bahan pembantu, tenaga dan yang dimiliki terlalu banyak dikerahkan untuk jenis produk yang pertama itu. Luas produksi yang terlalu kecil atau volume produksi yang terlalu sedikit berakibat tidak dapatnya perusahaan itu memenuhi permintaan yang ada di pasar, sehingga para langganan yang tidak dapat dipenuhi tersebut akhirnya pindah dan menjadi langganan di perusahaan lain yang merupakan saingan dari perusahaan tersebut. Hal ini berarti hilangnya sebagian dari pasar potensial perusahaan itu. Disamping itu terlalu kecilnya jumlah produk yang diproduksikan dapat berakibat pula dideritanya atau ditanggungnya harga pokok produk yang terlalu tinggi disebabkan karena biaya tetap hanya dipikul oleh volume produksi yang kecil saja sehingga biaya tetap per satuannya menjadi tinggi. Harga pokok yang tinggi berarti perusahaan terpaksa menentukan harga jual yang tinggi pula. Harga jual yang tinggi berakibat berkurangnya barang yang dapat dijual karena permintaan akan menjadi berkurang. Penentuan luas produksi yang tepat berarti adanya alokasi produksi yang lebih efisien. Bahan dasar, bahan pembantu dan faktor produksi yang lain dapat ditentukan pada volume produksi yang tepat sehingga dapat dihindarkan adanya pemborosan dan kerugian financial faktor – faktor produksi tersebut. Luas produksi adalah juga suatu ukuran akan berapa banyak barang yang akan diproduksi oleh suatu perusahan. Banyaknya barang yang
17
diproduksi, disini tidaklah berarti hanya terhadap satu jenis barang saja, tetapi meliputi banyaknya jenis- jenis barang yang dihasilkan. Apabila perusahaan menghasilkan lebih dari satu macam produk, maka metode perencanaan barang yang akan diproduksikan oleh perusahaan agar keuntungan yang diperoleh maksimal, disebut metode programasi linier. Di dalam penerapan metode ini digambarkan suatu situasi produksi perusahaan dengan segala faktor yang mempengaruhi atau membatasi luas produksi. Menurut Sukanto dan Indrio (1999), faktor-faktor yang membatasi luas produksi tersebut adalah : 1. Faktor kapasitas mesin Kapasitas mesin merupakan batasan di dalam memproduksi suatu barang. Suatu perusahaan tidak akan dapat memproduksi barang dengan jumlah yang melebihi kemampuan mesin-mesin yang dimilikinya. Meskipun permintaan yang masuk pada perusahaan tersebut sangat besar misalnya, atau bahan dasar yang tersedia besar sekali, maka apabila jumlah tersebut melebihi kapasitas mesin-mesin yang dimiliki, pasti tidaklah mungkin permintaan
dapat
direalisasi
seluruhnya.
Setiap
satuan
barang
memerlukan waktu pengerjaan mesin-mesin (jam mesin) secara sendiri. 2. Faktor bahan dasar Jumlah bahan dasar yang tersedia juga menjadi batasan dalam penentuan luas produksi. Produksi tidak dapat dilaksanakan melebihi jumlah bahan
18
dasar yang tersedia. Setiap satuan pokok memerlukan sejumlah bahan dasar tertentu dan berbeda dengan keperluan untuk satuan produk lain. 3. Faktor uang kas yang tersedia Uang kas yang tersedia yang dimiliki oleh perusahaan untuk keperluan produksi merupakan sumber pembiayaan segala keperluan perusahaan. Uang kas yang tersedia membatasi kemampuan perusahaan untuk berproduksi. Sumber pembiayaan dapat ditambah dengan pinjaman atau kredit dari bank. Uang kas bersama dengan kredit yang tersedia merupakan batasan dalam penentuan produksi. 4. Faktor permintaan Untuk menentukan besarnya permintaan barang-barang diperlukan ramalan atau forecastingnya, terutama ramalan penjualan (sales forecast). Ramalan ini menentukan berapa banyak masing-masing jenis barang dapat terjual pada tingkat harga tertentu. Penentuan luas produksi yang direncanakan dapat digunakan cara sebagai berikut : 1. Pendekatan Konsep Marginal Cost dan Marginal Revenue Dengan pendekatan ini kita dapat membandingkan antara tambahan biaya dengan tambahan hasil produksi untuk menentukan luas produksi yang menguntungkan, dimana biaya marginal (marginal cost) adalah tambahan biaya sebagai akibat adanya tambahan satu unit produk. Marginal
19
revenue adalah tambahan hasil sebagai akibat adanya tambahan satu unit produk. 2. Model linier Programming a. Model Linier Programming Sebagaimana kita ketahui model linier programming ini adalah salah satu model yang dapat digunakan untuk mengadakan optimalisasi dalam kombinasi produksi, optimalisasi pemanfaatan sumber dan optimalisasi baik masukan (input) maupun keluaran (output). Optimalisasi disini mengandung arti dua arah yaitu maksimasi keuntungan atau minimisasi biaya. Linier programming dapat dinyatakan sebagai proses optimasi suatu fungsi tujuan (objective function) dalam bentuk : Maksimum (minimumkan) Z = C1X1 + C2X2 + ……………… + CnXn Dengan mengingat batasan-batasan sumber daya dalam bentuk : A11X1 + A12X2 + ………….. + A1n ≥ B1 A21X1 + A22X2 + ………….. + A2nXn ≥ B2 Am1X1 + Am2X2 + ………….. + AmnXn ≥ Bm Dan X1 ≥ 0, X2 ≥ 0 ……………….. Xn ≥ 0 Dimana Cj, Aij dan Bi, adalah masukan-masukan konstan yang sering disebut parameter masukan.
20
Agar linier programming dapat diterapkan, maka dalam objektive function tersebut kita anggap bahwa asumsi-asumsi dasar yang harus ditetapkan adalah : a. Fungsi tujuan dan persamaan setiap batasan harus linier ini mencakup
pengertian
bahwa
perubahan
nilai-nilai
dan
penggunaan sumber daya terjadi secara proporsional dengan perubahan tingkat kegiatan (proporsional); sebagai contoh, bila produksi satu unit memerlukan tiga barang, maka dibutuhkan enam orang untuk memproduksi dua unit dalam waktu dekat yang sama. b. Pemantapan-pemantapan harus diketahui atau dapat diperkirakan dengan pasti (deterministic). Dengan kata lain, probabilitas terjadinya setiap bulan Cj, Aij, dan Bi dianggap 1,0. c. Variabel-variabel keputusan harus dapat dibagi, ini berarti bahwa suatu penyelesaian “feasible” dapat berupa bilangan pecahan, misal ½ X1 atau ¼ X2, dsb. b. Asumsi-asumsi dasar linier programming Seharusnya semua asumsi-asumsi (anggapan-anggapan) dasar linier programming telah tersirat pada model yang telah dibahas diatas. Tetapi ada baiknya untuk menguraikan asumsi-asumsi dasar tersebut agar penggunaan teknik linier programming ini dapat memuaskan tanpa terbentur pada berbagai hal. Asumsi-asumsi dasar linier programming diperinci sebagai berikut :
21
1. Proportionality Asumsi ini berarti bahwa naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding (Proportional) dengan tingkat kegiatan. Misal : a) Z = C1X1 + C2X2 + C3X3 + …………….. CnXn Setiap pertambahan 1 unit X1 akan menaikkan Z dengan C1. Setiap pertambahan 1 unit X2 akan menaikkan Z dengan C2 dan seterusnya. b) a11X1 + a12X2 + a13X3 + ………………. CnXn Setiap pertambahan 1 unit X1 akan menaikkan sumber / fasilitas 1 dengan a11. Setiap pertambahan 1 unit X2 akan menaikkan sumber/fasilitas 1 dengan a12, dan seterusnya. Dengan kata lain, setiap ada kenaikan kapasitas riil tidak perlu ada biaya persiapan (set up cost). 2. Additivity Asumsi ini berarti bahwa nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi, atau dalam linier programming dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan (Z) yang diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain.
22
Misal : Z = 3X1 + 5 X2 Dimana X1 = 10, X2 = 2; Sehingga Z = 30 + 10 = 40 Andaikata X1 bertambah 1 unit, maka sesuai dengan asumsi pertama, nilai Z menjadi 40 + 3 = 43. Jadi, nilai 3 karena kenaikan X1 dapat langsung ditambahkan pada nilai Z mula-mula tanpa mengurangi bagian Z yang diperoleh dari kegiatan 2 (X2). Dengan kata lain, tidak ada korelasi antara X1 dan X2. 3. Divisibility Asumsi ini menyatakan bahwa keluaran (output) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan. Demikian pula dengan nilai Z yang dihasilkan, misal : X1 = 6,5; Z = 1.000,75. 4. Deterministic (Certainty) Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam model LP (aij, bj, cj) dapat diperkirakan dengan pasti meskipun jarang dengan tepat. Dalam menentukan luas produksi untuk bermacam-macam produk, pemecahan dengan menggunakan linier programming ini dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :
23
1. Metode grafik Metode grafik hanya dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah linier programming yang menyangkut dua variabel. Dalam penerapan metode grafik, menurut Drs. Agus Ahyari (tahun 1991), mempunyai prosedur penyelesaian optimalisasi kombinasi, sebagai berikut : a. Semua permasalahan yang ada, dikumpulkan datanya dan kemudian dipisahkan ke dalam dua kelompok, yaitu tujuan yang akan dicapai serta batasan-batasan yang ada dalam mencapai tujuan tersebut. b. Baik tujuan yang akan dicapai, maupun batasan yang membatasi tercapainya tujuan tersebut diubah bentuknya menjadi persamaan pangkat tunggal. c. Gambarkan semua batasan yang ada, kemudian tentukanlah daerah (area) yang memenuhi batasan tersebut. Daerah ini sering disebut sebagai daerah yang memenuhi syarat (feasible area / feasible set / convex set). d. Gambarkanlah fungsi tujuan yang ada tersebut pada gambar di atas, untuk sembarang nilai dari fungsi tujuan tersebut secara sembarang (acak), kemudian geser garis tersebut sampai pada kedudukan yang optimum. Kedudukan optimal ini adalah kedudukan yang paling jauh dari titik pusat (titik origin atau
24
titik 0) tujuan maksimisasi, serta yang paling dekat dengan titik pusat untuk tujuan minimisasi, sejauh masih berada pada daerah yang memenuhi syarat tersebut. e. Optimisasi kombinasi dapat dicari dengan penyelesaian fungsi batasan yang bertepatan dengan kedudukan optimal tersebut. 2. Metode simplek Metode
simplek
dipergunakan
dalam
penyelesaian
untuk
permasalahan optimalisasi kombinasi produk yang mempunyai dua
atau
lebih
variabel.
Dalam
metode
ini
berubah
ketidakpersamaan menjadi persamaan dengan menambah slack variabel. Bentuk umum tabel simplek dapat digambarkan sebagai berikut :
25
Tabel 2.2 Tabel Simplek Program
Cj
Quantity
P1 P2 ….. Pn O1 O2 ….. On R
Kombinasi Objective Kapasitas S1
X1 X2 …. Xn S1 S2 …. Sn
S2 . . . Sn Zj Cj-Zj Main Body Identity Sumber : Manajemen Produksi Drs. Agus Ahyari. Keterangan : a. Kolom kombinasi adalah kolom yang berisikan variabelvariabel yang dikombinasikan. b. Kolom C1 adalah kolom yang berisikan fungsi tujuan. c. Kolom kapasitas adalah kolom yang berisikan batasan-batasan kapasitas yang nampak pada fokus pembatas. d. Main body adalah bidang yang berisikan koefisien-koefisien. e. Identity adalah bidang yang berisikan koefisien variabel slack. f. Baris Cj (objective row) adalah baris yang merupakan transformasi dengan fungsi tujuan (Objective).
26
g. Baris variabel (variabel row) adalah baris yang berisikan variabel-variabel yang dikombinasikan termasuk variabel slack. h. Baris Zj adalah baris yang berisikan jumlah hasil kali antara objective dengan seluruh baris di atasnya. i. Baris Cj-Zj (Net Evaluation Row) merupakan baris yang berisikan hasil pengurangan antara baris Cj dengan baris Zj. Sedangkan langkah yang digunakan dalam metode simplek sebagai berikut : 1. Tentukan fungsi tujuan. 2. Identifikasikan batasan-batasan (constrain) ke dalam bentuk ketidaksamaan. 3. Ubah bentuk ketidaksamaan menjadi bentuk persamaan dengan memasukkan unsur slack. 4. Kemudian fungsi tujuan dan batasan-batasan diformulasikan ke dalam matrik. 5. Tentukan kolom kunci (key coloum), yaitu dengan memilih nilai baris (Cj-Zj) positif yang terbesar. 6. Tentukan baris kunci (key Row), yaitu ditentukan dengan memilih terendah positif dari nilai kolom ganti, kolom nilai ganti diperoleh mulai langkah kedua. 7. Tentukan angka kolom kunci (key number), yaitu dari perpotongan antara baris kunci dengan kolom kunci.
27
8. Mengadakan transformasi baris kunci dengan membagi semua angka-angka pada baris kunci dengan angka kunci. 9. Mengadakan transformasi baris-baris lain yaitu dengan cara : Angka baru = Angka Lama –
(ABK x AKK) AK
Dimana : ABK = Angka Baris Kunci AKK = Angka Kolom Kunci AK
= Angka Kunci
10. Apabila angka-angka baris (Cj-Zj) sudah tidak ada lagi nilai yang positif, maka kombinasi sudah optimal. Dari kedua metode dalam LP tersebut yang akan digunakan sebagai alat analisis adalah metode simplek. 2.3 Kerangka Pemikiran Dalam melakukan analisa kombinasi produk perlu diadakan cara-cara yang efisien yaitu harus memperhatikan kendala-kendala yang harus dihadapi, yang terdiri atas jmlah bahan baku yang tersedia. Permintaan pasa, waktu proses, kemampuan modal yang dimiliki untuk mencapai keuntungan yang maksimal dengan adanya kombinasi produk yang optimal digunakan linier programming metode simplek, karena produk yang dihasilkan perusahaan lebih dari dua macam maka digunakan model linier programming
metode simplek, untuk memperjelas kerangka ini dapat
dijelaskan dengan melihat gambar 2.1 sebagi berikut:
28
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Perusahaan
Luas Produksi Optimal
Total Keuntungan
Linier Programing Metode Simplek
Produksi Optimal
29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Obyek Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis obyek penelitian yang dilakukan adalah study kasus pada perusahaan PT “LOKATEX” Pekalongan. 3.1.2 Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT “LOKATEX” Pekalongan dimana perusahaan ini merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi empat macam barang yaitu kain grey, kain mori, kain bercorak dan pakaian jadi sehingga memungkinkan analisis linier programming metode simplek dapat diaplikasikan pada perusahaan PT “LOKATEX” Pekalongan. 3.2 Operasional Variabel Adapun operasional yang digunakan adalah sebagai beikut : 1. Bahan baku adalah bahan yang digunakan untuk membuat produk jadi, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat produk jadi merupakan salah satu faktor yang harus ada dalam perusahaan. 2. Permintaan pasar adalah sejumlah barang atau produk yang akan dibeli oleh seluruh individu pada harga tertentu dalam pasar dan dalam waktu tertentu dimana faktor pemintaan pasar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam melakukan produksi.
29
30
3. Linier programming merupakan suatu model umum yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah pengalokasian sumber-sumber yang tebatas secara optimal, sedangkan metode simplek merupakan suatu cara yang lazim dipakai untuk menentukan kombinasi produk yang optimal dari dua variable atau lebih. 4. Kombinasi produk adalah gabungan usaha atau kegiatan suatu perusahaan yang memproduksi lebih dari satu produk, dalam menentukan jumlah produk dan jenis produk apa yang akan diproduksi dengan menggunakan bahan baku dan tenaga kerja yang sama diharapkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 3.3 Metode Pengumpulan Data a. Untuk memperoleh data primer digunakan beberapa cara yaitu : 1. Observasi Yaitu melakukan pengamatan langsung perusahaan sebagai sumber data yang dipergunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini, seperti sarana produksi yang dimiliki perusahaan serta sarana lainnya yang mendukung usaha perusahaan. 2. Wawancara Yaitu melakukan tanya jawab langsung dengan pimpinan perusahaan (pihak yang berkompeten) guna memperoleh data yang cukup. b. Sedangkan
untuk
memperoleh
data
sekunder,
dilakukan
dengan
mempelajari dokumen perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang
31
diteliti, serta mencari literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah tersebut. 3.4 Tehnik Analisis a. Untuk menentukan peramalan penjualan digunakan analisa pangkat tunggal dengan model least square (Agus Ahyari, Buku I, Manajemen Produksi, buku I hal : 361) yang dirumuskan : Y = a + bx Dimana : Y
= penjualan
a
= konstanta
b
= besarnya perubahan Y penjualan untuk setiap satu perubahan x
(satuan waktu) x
= unit waktu
Dalam penggunaan model ini besarnya a dan b dapat diperhitungkan dengan rumus berikut ini : a
=
∑Y n
b=
∑ xY ∑ x2
dengan syarat : Σx = 0 b. Untuk memecahkan masalah yang ada digunakan analisa linier programming dengan metode simplek, karena perusahaan memproduksi lebih dari dua macam produk. Masalah linier programming dapat dinyatakan sebagai proses optimal suatu fungsi tujuan (objective function) dalam bentuk :
32
Maksimumkan Z = C1X1 + C2X2 + ….. + CnXn (T. Hani Handoko, Edisi I, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, hal : 360) A12X1 + A12X2 + …. + A1nXn ≤ B1 A21X1 + A22X2 + …. + A2nXn ≤ B2 Am1X1 + Am2X2 + …. + AmnXn ≤ Bm Dan : X1 ≥ 0, X2 ≥ 0 ……………….. Xn ≥ 0 Dimana : Z
= Total Keuntungan
C1, C2, Cn
= Keuntungan per unit yang dihasilkan
X
= Jenis barang yang dihasilkan
A
= Berapa % kapasitas dari sumber yang dipakai untuk menghasilkan barang
B
= Sumber yang tersedia
33
BAB IV …. BAB V…… BAB VI
” MASIH DALAM PROSES AUDITING ”