Penelitian Deskriptif Proses Adaptasi Lansia Di Panti Werdha Karya Kasih Medan LAPORAN PROPOSAL PENELITIAN DESKRIPTIF
Oleh:
SUHENDRA SHELVI RIO KRISTY DAVID
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNOLOGI DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA MEDAN 2018 SI Malam B Semester 6
Penelitian Deskriptif Pengertian penelitian deskriptif menurut Sukmadinata, N. S, (2011), adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Whitney (1960) berpendapat, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat, Penelitian deskriptif dapat digunakan pendekatan kuantitatif berupa pengumpulan dan pengukuran data yang berbentuk angka atau pendekatan kualitatif berupa penggambaran keadaan secara naratif (kata-kata) apa adanya, (Sukmadinata, N. S, 2011).
Metode deskriptif lebih luas dari metode survey, sehingga metode survey merupakan bagian dari penelitian deskriptif. Terkait dengan ini Sukmdiana, N.S, (2011), berpendapat bahwa : 1.
Deskripsi merupakan hal alamiah sesuai kenyataan kehidupan.
2.
Deskriptif mencakup makna lebih luas (kuantitaif dan kualitatif).
3.
Lebih lengkap dari metode survey dengan observasi dan studi dokumenter.
4.
Deskriptif merupakan penelitian paling dasar dari peneitian eksperimen.
5.
Cocok bagi peneliti pemula dalam pengembangan kemampuan penelitian
Rancangan Penelitian Deskriptif 1. Mengidentifikasi dan Memilih Masalah yang Akan Diteliti Identifikasi masalah merupakan upaya mengelompokam, mengurutkan sekaligus memetakan masalah berdasarkan bidang-bidang studi, (Sukmadinata, N.S, 2011). Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dengan masalah atau variabel yang akan diteliti, Riduwan, (2009). 2. Merumuskan dan Mengadakan Pembatasan Masalah Setelah masalah diidentifikasi, dipilih, lalu perlu dirumuskan. Rumusan masalah merupakan pemetaan faktor-faktor atau variabel-variabel yang terkait dengan fokus masalah (Sukmadinata, N. S, 2011). Perumusan ini penting, karena berdasarkan rumusan tersebut maka peneliti dapat menentukan metode penelitian, metode pengumpulan data, pengolahan data maupun analisis dan penyimpulan hasil penelitian. 3. Melakukan Kajian Pustaka Setelah masalah penelitian ditetapkan, selanjutnya pada tahapan ini peneliti mencari landasan teoritis dari permasalahan penelitiannya dengan cara melakukan kajian pustaka. Tujuan kajian pustaka adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan masalah yang diteliti, memperdalam pengetahuan tentang obyek (variabel) yang diteliti, mengkaji teori dasar yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, mengkaji temua penelitian terdahulu, dan mencari informasi aspek masalah yang belum tergarap 4. Membuat Asumsi atau Anggapan-Anggapan Asumsi dalam konteks penelitian diartikan sebagai anggapan dasar, yaitu suatu pernyataan atau sesuatau yang diakui kebenarannya atau dianggap benar tanpa harus dibuktikan lebih dahulu. Asumsi penelitian merupakan pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Menurut sifatnya ada tiga jenis asumsi, yaitu asumsi konseptual, asumsi
situasional dan asumsi operasional. Asumsi konseptual berakar pada pengakuan akan kebenaran suatu konsep atau teori. Asumsi situasional diperlukan untuk mengantisipasi adanya kondisi lokal atau situasi yang bersifat sementara yang berpotensi mempengaruhi berlakunya suatu hukum atau prinsip yang dapat menggoyahkan rancangan penelitian. Asumsi operasional bertolak dari masalah-masalah operasional yang masih dalam jangkauan pengendalian peneliti, (Ibnu, Mukhadis, Dasna, 2003)
5. Menentukan Populasi, Sampel, Teknik Sampling Populasi adalah keseluruhan subjek atau objek yang berbeda pada sustu wilayah dan memenuhi sayarat-syarat tertentu berkaitan masalah yang diteliti, (Martono, N, 2011). Kemudian dijelaskan bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keaadan tertentu yang akan diteliti. Terkait dengan hal ini dalam penelitian deskriptif juga dilakukan penentuan sampel baik dengan teknik probability maupun non probability. 6. Teknik Pengumpulan Data Ada beberapa teknik pengumpulan data yaitu wawancara, angket, observasi dan studi dokumenter, Sukmadinata, N. S, (2011). Terdapat perbedaan penelitian deskriptif dengan penelitian survey dalam hal teknik pengumpulan data. Menurut Sukmadinata, N. S, (2011), kajian deskriptif lebih luas dibanding survey karena mencakup penelitia observasi dan studi dokumenter, sedangkan survey terbatas pada penggunaan wawancara dan angket. 7. Analisi Data Berdasarkan sifat data yang dikumpulkan, analisis data hasil penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk data yang dapat diklasifikasi dalam bentuk angka-angka. Analisis kualitatif digunakan untuk data yang bersifat uraian kalimat (data narartif) yang tidak dapat diubah dalam bentuk angkaangka. 8. Menarik Kesimpulan atau Generalisasi Akhirnya dalam kesimpulan harus mencerminkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Jangan sampai antara masalah penelitian, tujuan penelitian, landasan teori, data, analisis data dan kesimpulan tidak ada runtutan yang jelas. Jika rumusan masalah dan tujuan dalam penelitian deskriptif hanya ingin menjelaskan suatu fenomena secara deskriptif maka kesimpulan yang dikemukakan hanya bersifat deskriptif. Jika peneltian deskriptif yang bersifat membandingkan atau mencari hubungan maka kesimpulan akhir menggambarkan adanya perbedaan atau hubungan terkait dengan masalah yang diteliti.
Keuntungan metode deskriptif: 1. Relatif mudah dilaksanakan 2. Tidak membutuhkan kelompok pembanding 3. Diperoleh banyak informasi penting 4. Dalam metode deskriptif dapat ditentukan apakah temuan tersebut membutuhkan penelitian lanjutan atau tidak
Kerugian: 1. Pengamatan pada subyek hanya 1 kali 2. Tidak dapat menentukan hubungan sebab akibat
Latar Belakang Panti jompo Karya Kasih merupakan salah satu panti jompo yang ada di kota Medan yang mewadahi fasilitas dalam kegiatan jasmani para orangtua. Di Panti Jompo Karya Kasih yang bertempat di jalan Mongonsidi Ujung No. 3 ini menjadi sebuah wadah sosial bagi pelayanan orangtua lansia yang membutuhkan uluran kasih dan perhatian khusus yang berada di sekitar kawasan kota Medan. Panti Jompo Karya Kasih merupakan yayasan sosial dibawah naungan gereja Katolik Medan. Dalam panti jompo ini mayoritas terdapat orangtua yang beretnis Tionghoa dengan jumlah keseluruhan orangtua sekitar 106 orang dan 80% dari keseluruhan orangtua yang menetap di Panti Jompo Karya Kasih ini beretnis Tionghoa sedangkan selebihnya ada yang beretnis Batak, Jawa dan India. Tujuan •
Untuk mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana orientansi nilai keluarga yang menitipkan orangtua di panti jompo.
•
Untuk mengetahui adakah faktor perubahan nilai sosial yang terjadi dalam kaitannya terhadap orangtua yang dititipkan di panti jompo khususnya dan di Medan umumnya.
•
Untuk mengetahui seberapa besar bentuk perhatian dan kasih sayang keluarga terhadap orangtuanya. Apakah bukan hanya ketidakmampuan tetapi juga ketidakmauan dalam merawat orangtua mereka (ketidakmampuan disini karena adanya faktor kesibukan).
•
Untuk menganalisis dalam bentuk apakah kebutuhan yang diinginkan oleh orangtua lansia (moril atau materiil)
Mengapa keluarga memilih untuk menitipkan orangtuanya di panti jompo? •
Tidak ingin merepotkan keluarga. Tingginya tingkat kesibukan keluarga membuat anggota keluarga lansia merasa tidak nyaman jika harus tinggal bersama anak atau keluarganya. Perasaan tersebut timbul karena kesehariannya yang lebih sering dihabiskan sendiri sehingga tidak ada teman untuk berbicara
•
Keputusan keluarga. Alasan lansia untuk tinggal di panti werdha juga tak terlepas dari adanya pengaruh keluarga. Keluarga menilai bahwa lebih baik orang tua mereka tinggal di panti werdha daripada harus berada dirumah yang terkadang memberi beban tersendiri. Pengambilan keputusan tersebut akan berlangsung dengan baik jika disepakati oleh kedua belah pihak yaitu keluarga dan lansia sebagai orang tua.
•
Sakit. Adanya pelayanan kesehatan dari dokter dan perawat di panti werdha oleh para lansia dianggap sebagai nilai plus yang bisa mereka dapatkan selama menjadi penghuni.
•
Tinggal sebatang kara. Di panti jompo ditemui juga lansia yang masuk menjadi penghuni karena rekomendasi dari RT/RW di tempat tinggalnya terdahulu, hal tersebut dikarenakan Ia tinggal tanpa keluarganya.
Tingkat keberhasilan adaptasi lansia •
Lansia dengan tingkat adaptasi baik. Pada lansia yang tinggal di panti jompo berdasarkan keinginannya sendiri dan tanpa ada paksaan, maka akan menganggap panti jompo sebagai suatu tempat layaknya rumah yang dapat memberi rasa nyaman.
•
Lansia dengan tingkat adaptasi kurang baik. Jika ada sebagian lansia yang menganggap panti jompo layaknya rumah sendiri, maka bagi lansia yang tinggal tidak berdasarkan keinginannya akan menganggap panti jompo tidak lebih sebagai tempat pengasingan atau pembuangan bagi para orang tua oleh keluarganya.
•
Lansia dengan tingkat adaptasi tidak baik. Ketidaksiapan dalam menghadapi masa tua dan pensiun mempengaruhi proses adaptasi yang dilakukan di panti jompo, lansia mengalami depresi karena kehilangan peran yang pernah dimiliki sebelumnya.
Hambatan yang di alami oleh lansia •
Perbedaan karakter yang dimiliki sesama lansia. Saat tinggal di panti jompo lansia merasa adanya perbedaan karakter yang ada pada masing - masing sebagai faktor penghambat selama masa adaptasi mereka di panti jompo. Sebagian lansia dapat memahami adanya perbedaan karakter pada setiap individu, tentunya kesadaran tersebut membatu dirinya dalam beradaptasi.
•
Faktor keluarga. Keluarga sebagai pranata pertama dalam organisasi kekerabatan mampu membentuk perasaan eksklusifisme yang tidak didapatkan dari kelompok lain .
•
Makanan. Makanan termasuk salah satu faktor yang dianggap lansia di panti jompo sebagai penghambat dalam proses adaptasi mereka. Sering kali makanan yang disajikan tidak sesuai keinginan sehingga nafsu makan menurun, saat masih tinggal di rumah lansia bisa makan sesuai apa yang diinginkan sehingga nafsu makan yang dimiliki lebih stabil.
Manfaat •
Memberikan gambaran orientasi nilai sosial keluarga secara umum pada masyarakat di Medan.
•
Memberikan kesadaran bagi masyarakat mengenai peran anak atau keluarga terhadap orangtua lansia yang seharusnya dijalankan.
•
Memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan mengenai peran sosial yayasan panti jompo sebagai sebuah wadah gerakan sosial dalam upaya pelayanan dan penanganan orangtua lansia.
Kesimpulan & saran •
Secara garis besar ada dua alasan yang menjadi faktor utama lansia tinggal di panti jompo yaitu karena keinginan sendiri tanpa adanya keterpaksaan dan tinggal di panti jompo tidak atas kehendak lansia yang bersangkutan. Lansia memiliki alasan yang berbeda – beda untuk tinggal di panti jompo secara spesifik dari hasil penelitian ini diperoleh beberapa alasan yaitu karena tidak ingin merepotkan keluarga, adanya keputusan keluarga, alasan kesehatan serta karena lansia tinggal sebatang kara.
•
Saran : alangkah lebih baiknya kita merawat orang tua kita sendiri dalam keadaan apapun karena mereka lah yang merawat kita dari kecil sampai sekarang meskipun ada banyak sedikitnya mereka di kehidupan kita(dalam arti semasa hidupnya mereka sibuk di luar sehingga waktu bersama keluarga kurang)