Analisis Blind Case Kel 14.docx

  • Uploaded by: Aldino Pratama
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Analisis Blind Case Kel 14.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,569
  • Pages: 39
TUGAS ASSESMEN DAN INTERVENSI PENDIDIKAN “Analisis Blind Case” Dosen Pengampu: Dra. Diana Rusmawati, M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh Kelompok 14:

Rista Titania Ulfia

15010116120003

Aldino

15010116130079

Bahtera Sidabutar

15010116140080

Yoan Angeline

15010116140083

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO 2018

KASUS 1 GAMBARAN SUBYEK

Identitas Subyek 

Nama/Inisial

:S



Pendidikan

: Kelas VII SMP

Data yang sudah diperoleh •

S bersekolah di SMP dengan konsep boarding school



Anak yang ceria dan mudah beradaptasi



S dikucilkan oleh beberapa kakak kelasnya



S terlalu mendominasi dalam segala hal



S sering disindir, dijauhi, dan jarang diajak bicara



S sering menangis sendirian di kamar mandi



Memliki kecerdasan intelektual diatas rata-rata

Hypothesis Testing Model •

Tahap 1: Wawancara Klinis -

Subjek duduk di bangku SMP kelas VII.

-

Subjek memiliki kecerdasan intelektual di atas rata-rata ( Bright Normal ), hal tersebut terlihat dari IQ WISC-nya, yaitu Fullscale ( IQ: 116), Performance ( IQ: 117 ), Verbal ( IQ: 108 ).

-

Dalam aktivitas sosialnya, Subjek merupakan anak yang ceria dan mudah beradaptasi.

Masalah yang ditemukan: •

Aktivitas Sosial Subjek mengalami pengucilan sosial dan bullying yang dilakukan oleh kakak seniornya yang berada di OSIS. Hal ini dapat dilihat subjek sering disindir, sengaja dijauhi dan jarang diajak bicara bahkan membuat rumor untuk memojokkan subjek. Beberapa teman subjek pada akhirnya, ikut menjauhi subjek.

Hipotesis: Berdasarkan identifikasi masalah pada klien, dapat diperoleh dugaan sementara bahwa klien mengalami perilaku bullying.

Landasan Teori yang Memperkuat Hipotesis 1. Definisi Bullying Kata bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang berarti banteng yang senang merunduk kesana kemari. Dalam bahasa Indoneesia, secara etimologi kata bully berarti penggertak, orang yang mengganggu orang lemah. Sedangkan secara terminologi menurut Tattum bullying adalah “....the willful, conscious desire to hurt another and put him/her under stress”. Kemudian, dan Olweus juga mengatakan hal yang serupa bahwa bullying adalah perilaku negatif yang mengakibatkan seseorang ada dalam keadaan tidak nyaman/terluka dan biasanya terjadi berulang-ulang. (Wiyani, 2012; 12) Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005) mendefinisikan school bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut, yaitu dengan menciptakan suasana yang tidak menyenangkan bagi korban, bahkan dilakukan dengan tidak beralasan dan bertujuan untuk menyakiti orang lain, dan hal ini adalah bentuk agresi yang paling umum di sekolah dan pada umumnya membuat korban merasa tertekan (Smith dalam Salsabiela, 2010;13) Rigby mengemukakan bahwa bullying merupakan salah satu bentuk dari perilaku agresif (Aznan, 2008). Kemudian pengertian agresif sendiri yaitu suatu

15

serangan atau tindakan seseorang yang ditujukan kepada seseorang atau benda (Chaplin dalam Mawardah, 2009; 14) Olweus (krahe, 2005) mengatakan bahwa bullying adalah tindakan yang bersifat negatif yang dimunculakan seseorang atau lebih, yang dilakukan berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke waktu. Bullying melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang, sehingga korbannya berada dalam keadaan tidak mampu mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan negatif yang diterimanya. Krahe (2005), hampir setiap anak mungkin pernah mengalami suatu bentuk perlakuan tidak menyenangkan dari anak lain yang lebih tua atau lebih kuat. (dalam Mawardah, 2009; 14) Namun faktanya perilaku bullying merupakan learned behaviors karena manusia tiak terlahir sebagai penggertak dan pengganggu yang lemah. Bullying merupakan perilaku yang tidak norma, tidak sehat, dan secara sosial tidak bisa diterima. Hal yang sepele pun kalau dilakukan dengan secara berulang kali pada akhirnya dapat menimbulkan dampak serius dan fatal. (Wiyani, 2012; 12) Dari situ dapat kita tarik kesimpulan bahwa bullying adalah sebuah tindakan atau perilaku agresi dan negatif yang dipelajari seseorang atau sekelompok orang untuk menyakiti orang lain secara berulang kali. Dan bullying ini sifatnya mengganggu orang lain karna dampak dari perilaku negatif yang kini sedang populer dikalangan masyarakat ini adalah ketidak nyamanan orang lain atau korban bullying itu sendiri. 2. Bentuk-bentuk Bullying Untuk menentukan bentuk bullying perlu diperhatikan jenis bullying, dilihat dari kontak pelaku dengan korban (Mellor dalam Black dalam Salsabiela,2010; 16-17) yaitu:

5

a.

Langsung, yaitu perilaku menyerang yang tampak dan dapat diamati terhadap korban.

b.

Tidak langsung, yaitu perilaku menyerang dengan rahasia, sembunyi- sembunyi dan tidak tampak. Sedangkan (Riauskina, Djuwita, dan Soesetio, 2005; 20)

mengelompokkan perilaku bullying ke dalam lima kategori (dalam Salsabiela ,2010 :17). : 1.

Kontak

fisik

langsung

(memukul.

Mendorong,

menggigit,

menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barangbarang yang dimiliki orang lain). 2.

Kontak

verbal

langsung

(mengancam,

mempermalukan,

merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama, sarkasme, merendahkan,

mencela/mengejek,

mengintimidasi,

memaki,

menyebarkan gosip). 3.

Perilaku non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam; biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal).

4.

Perilaku non-verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng).

6

Pelecehan seksual (kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal). 

Tahap 2:



Observasi Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui perilaku subjek saat menjalani aktivitasnya di asrama. observasi ini dilakukan untuk meneliti gejala-gejala yang muncul pada subjek ketika beraktivitas di asrama.



Wawancara Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengetahui informasi yang lebih mendalam mengenai keseharian subjek. Wawancara dilakukan pada orang tua subjek, guru sekolah subjek dan teman-teman subjek. Wawancara pada orang tua dilakukan untuk menggali lebih dalam lagi informasi mengenai subjek dan untuk mengetahui perilaku dalam keseharian subjek saat berada di rumah. Wawancara pada guru dan temanteman dilakukan untuk mengetahui aktivitas subjek dan hubungan interpersonal subjek dengan orang-orang di asrama. Interview Guide :

-

Interview Guide (orang tua) 1. Bisa Anda diskripsikan mengenai anak Anda? 2. Seperti apa aktivitas-aktivitas yang anak Anda lakukan sehari-hari di rumah? 3. Bagaimana hubungan anak dengan orang-orang di sekitar rumah? 4. Bisa Anda ceritakan perilaku anak selama di rumah?

-

Interview Guide (guru & teman-teman)

1. Bisa Anda diskripsikan mengenai diri subjek?

7

2. Bagaimana hubungan subjek dengan orang-orang di asrama? 3. Seperti apa aktivitas keseharian yang subjek lakukan di asrama? 4. Bisa Anda ceritakan seperti apa perilaku subjek yang ditunjukkan selama di asrama?

8



Tes Psikologi -

BAUM BAUM merupakan tes kepribadian yang dikembangkan oleh Karl

Koch yang kemudian dipublikasikan pertama kali pada tahun 1959. Dalam tes ini, peserta tes diminta untuk menggambar sebuah pohon. Perintah menggambar pohon ini bisa bervariasi. Adakalanya diminta menggambar pohon tertentu seperti pohon apel, pohon mangga, dll, pohon tanpa buah, pohon merambat, pohon besar, ataupun sebuah pohon dengan kriteria yang diinginkan penguji. Namun, rata-rata peserta tes dibebaskan untuk menggambar pohon apapun yang berbatang kayu dan memiliki dahan. Gambar pohon yang dilarang biasanya dicantumkan dalam soal seperti bambu, tebu, pisang, kelapa, dan semak/rerumputan. Fungsi dari tes ini adalah untuk menilai karakter dan kepribadian seseorang. Hal ini dapat diketahui dari bentuk gambar, kelengkapan gambar, kerapian, cara menggambar, dan dari aspek-aspek lainnya. Interpretasi Per-Bagian Dari Gambar Pohon : a. Mahkota Mengindikasikan tentang kemauan kontak dengan lingk sosial, hubungan timbal balik antara dunia luar dengan dirinya.Sebagai refleksi “super ego” dari cita-cita, keinginan, kemauan logika, norma dan etika yang ditaati oleh subyek. b. Cabang / Dahan Menggambarkan pengorganisasian kepribadian dan kemampuan individu untuk memperoleh kepuasan dari lingkungan. Cabang bentuknya luwes dan tepat : indikasi hubungan individu yang normal, fleksibel dan memuaskan dengan lingkungan sosial. c. Batang Merefleksikan perkembangan psikologis, perasaan dari dorongan dasar, bakat instingtif dan penyaluran dari dorongan tersebut

9

(berhubungan dengan kekuatan ego). Permukaan batang merefleksikan kekuatan ego. d. Akar Merupakan sumber kehidupan yang tidak tampak sehingga dinilai sebagai “id” (dorongan bawah sadar), kebutuhan dari hawa nafsu, dorongan impuls dasar (basic instink), keinginan fisik dan sikap pasif. e. Pangkal Pohon (Stem Basis) Menunjukkan bentuk dorongan dasar / asal dari kehidupan seseorang serta penyalurannya. Menunjukkan hub individu dengan lingk sekitarnya.Berhubungan dengan bentuk-bentuk komunikasi. -

DAM DAM merupakan salah satu tes proyeksi. Asumsi dari tes ini

adalah (secara klinis) gambar orang berhubungan dengan dorongandorongan, konflik, kecemasan-kecemasan dan kompensasi dari individu tersebut. Biasanya individu akan menggambar orang sebagai manusianya sendiri dan kertas sebagai lingkungan. Jadi, gambar orang merupakan proyeksi dari individu tersebut dan kertas sebagai lingkungan.Tes ini bisa dilakukan secara klasikal maupun individual dengan posisi kertas vertikal. Tes ini berguna untuk mengukur kepribadian. Tes ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara apa yang digambar dengan kepribadian orang yang menggambar, ekspresi diri atau body

images

seseorang

yang

dibentuk

pengalaman

pribadi,

menggambarkan kebutuhan tubuh dan konflik yang dialami, mengetahui emosionalitas, pshychosexual maturity, kecemasan, guilt, tingkat agresi individ, dan untuk menggambarkan bagaimana individu dalam linkungan kelompok sosialnya. -

SSCT Sacks Sentence Completion Test (SSCT) adalah suatu teknik

proyeksi yang digunakan untuk mengungkap dinamika kepribadian, yang dapat menampakkan diri individu dalam hubungan interpersonal dan dalam interpretasi terhadap lingkungan. SSCT dibuat oleh Joseth M. Sacks

10

& Sidney Levy (1950). Tes ini berbentuk kalimat-kalimat tidak sempurna yang harus dilengkapi oleh testee menjadi kalimat yang utuh. SSCT terdiri dari 60 item, masing-masing kelompok berjumlah 15. Tujuan dari tes ini yaitu untuk mengetahui individual adjustment & struktur kepribadian. Penggunaan SSCT sebagai tes psikologi yaitu sebagai bahan awal untuk interview eksploratif yang lebih dalam, sebagai baterai tes untuk membantu interview, sebagai alat asesmen untuk menentukan terapi yang harus diberikan (setting klinis). Terdapat 4 area kepribadian yang di ungkap dalam tes ini, yaitu : a. KELUARGA : Serangkaian sikap terhadap ibu, ayah, dan unit keluarga. b. SEKS : Sikap terhadap wanita dan hubungan antara lawan jenis. c. RELASI INTERPERSONAL : Sikap terhadap teman, sejawat di kantor/sekolah, atasan, dan bawahan. d. KONSEP DIRI : Ketakutan, perasaan bersalah, tujuan, sikap seseorang terhadap kemampuannya, masa lalu, dan masa depan. Melalui proyeksi individu terhadap masalah tersebut akan diperoleh gambaran sikap individu terhadap hal-hal yang penting yang berkaitan dengan adjustment dirinya (hubungan masing-masing daerah sikap), gambaran keadaan psikis dalam dirinya atau kepribadiannya (kemampuan berfikir terhadap realita, keadaan emosi, cara menyelesaikan konflik dll), serta gambaran konflik/masalah-masalah yang dialami menyangkut penyesuaian diri (individual adjustment). •

Tahap 3: Menyelenggarakan Tes

JADWAL PELAKSANAAN ASESMEN Nomor

Metode

Hari/Tanggal

Waktu

Tempat

Keterangan

16.00

Sekolah

Wawancara pada teman seusai sekolah

Asesmen 1.

Wawancara Senin, 12 Teman S

November 2018

11

2.

Observasi S

Senin, 12 November 2018

18.30

Asrama

3.

Wawancara Selasa, 13

17.00

Sekolah

Guru

4.

Mengamati aktivitas seusai sekolah di asrama Menggali

November

informasi

2018

dari Guru S

Tes

Sabtu, 17

Psikologi

November

09.00

Asrama

DAM & BAUM

2018 5.

Tes

Sabtu, 24

Psikologi

November

09.00

Asrama

SSCT

2018



Tahap 4: Integrasi Data Menurut hasil asesmen, hipotesis awal sesuai dengan keadaan yang

dialami subjek. Subjek merupakan remaja yang sedang mengalami gangguan depresi. Intervensi yang dapat dilakukan untuk S adalah memberikan cognitive behavioral therapy kepada subjek langsung. •

Tahap 5: Menulis Laporan Asesmen Hasil laporan asesmen akan disampaikan kepada orang tua dan guru S.

Laporan asesmen menjelaskan bahwa S merupakan individu yang mengalami gangguan depresi. •

Tahap 6: Memberikan Feedback Menyampaikan laporan kepada orangtua dan guru S lalu menyampaikan intervensi yang dapat diberikan kepada S •

Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

12

Psikoedukasi adalah salah satu bentuk dari intervensi. . Sasaran intervensi pada kasus tersebut adalah subjek yang mengalami depresi. Metode yang digunakan berupa ceramah, tanya jawab, diskusi, role play, problem solving, dan evaluasi.Media yang digunakan berupa presentasi, dan video. Evaluasi berupa kuesioner. Tujuan diberikannya CBT kepada subjek adalah untuk membuat S untuk menentang pikiran dan emosi yang salah dengan menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka tentang masalah yang dihadapi.

13

DAFTAR PUSTAKA Wiyani, Ardy. (2012). Save Our Children From School Bullying. Jogjakarta : Arruzz Media. Salsabiela, Wardha.(2010). Hubungan Antara Pola Asuh Authoritative Orang tua Dengan Empati Anak Pada Bystander Bullying. Yogyakarta: Universitas Gajahmada

14

KASUS 2 GAMBARAN SUBYEK Identitas Subyek Nama Inisial : MK Usia

: 9 Tahun 2 Bulan

Jenis Kelamin : Laki Laki Pendidikan

: SD Kelas 3

Anak no

: 2 dari 3 Bersaudara

Data yang sudah diperoleh -

Saat dalam kandungan dan setelah lahir MK dalam keadaan yang baik dan normal

-

MK tidak memiliki hambatan pendengaran, penglihatan, dan tidak memiliki gangguan bicara

-

Perhatian dan konsentrasi MK mudah teralih

-

MK tidak bisa diam dan duduk tenang lebih dari 30 detik

-

MK sering mengganggu kakaknya di rumah

-

MK tidak memiliki masalah dalam hubungan sosialnya

-

MK memiliki emosi yang baik

-

MK anak yang mandiri

-

MK dapat bekerjasama dengan tester saat mengerjakan tes

-

MK memiliki potensi intelektual yang baik

-

MK tidak pernah mendapatkan ranking tinggi di sekolah, nilai rapor MK ratarata 7 kecuali matematika

-

Dalam pelajaran matematika, MK lebih lambat dibanding teman sekelas dan dibandingkan dengan nilai pelajaran lainnya

-

MK memiliki IQ = 113

15

Hypothesis Testing Model •

Tahap 1: Wawancara Klinis -

Subjek duduk di SD kelas 3

-

Subjek memiliki kecerdasan intelektual di atas rata-rata

-

Subjek memiliki riwayat perkembangan yang baik

-

Perhatian dan konsentrasi subjek mudah teralih

-

Tidak pernah dapat duduk dengan tenang selama lebih dari 30 detik

-

Gerakannya banyak dan tidak bisa diam

-

Sering mengganggu kakaknya di rumah

-

Ekspresi emosi baik

-

Tidak memiliki masalah dalam hubungan dengan teman

-

Mandiri dan tidak bergantung pada orang lain

-

Dalam pelajaran matematika subjek lebih lambat dibanding teman sekelas dan dibandingkan dengan nilai pelajaran lainnya

Hipotesis : Berdasarkan identifikasi masalah pada klien, dapat diperoleh dugaan sementara bahwa klien mengalami ADHD ringan

Landasan teori yang memperkuat Hipotesis : a. ADHD (Attention Deficit HyperactiveDisorder) 1. Pengertian ADHD (Attention Deficit HyperactiveDisorder) Attention-Deficit/Hyperactive Disorder atau ADHD adalah nama yang diberikan untuk anak-anak, remaja, dan beberapa orang dewasa, yang kurang mampu meperhatikan, mudah dikacaukan, dengan over aktif, dan juga impulsif. ADHD adalah suatu gangguan neurobiologi, dan bukan penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik. Banyak macam faktor yang disebut sebagai penyebab ADHD (Millichap, 2013:1). Sejalan dengan itu, Baihaqi dan Sugiarman (2006: 2) juga didefinisikan secara umum bahwa, ADHD adalah kondisi anak-anak yang memperlihatkan ciri-ciri atau gejala kurang konsentrasi, hiperaktif dan impulsif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidupmereka.

16

Pengertian itu didukung oleh Peters dan Douglas (dalam Rusmawati & Dewi, 2011:75) yang mendiskripsikan “attention deficit hyperactivity disorder” (ADHD), sebagai gangguan yang menyebabkan individu memiliki kecenderungan untuk mengalami masalah pemusatan perhatian, kontrol diri, dan kebutuhan untuk selalu mencaristimulasi. Sedangkan menurut Barkley (2006 dalam Rusmawati & Dewi, 2011:75)

ADHD

adalah

hambatan

untuk

mengatur

dan

mempertahankanperilaku sesuai peraturan dan akibat dari perilaku itu sendiri. Gangguan tersebut berdampak pada munculnya masalah untuk menghambat, mengawali, maupun mempertahankan respon pada suatu situasi. Selanjutnya Baihaqi & Sugiarman (2006: 3) mengungkapkan bahwa ADHD merupakan suatu gangguan kronis (menahun) yang dapat dimulai pada masa bayi dan dapat berlanjut sampai dengan dewasa. Gangguan anak ADHD dapat berpengaruh negatif terhadap kehidupan anak di sekolah, di rumah, di dalam komunitasnya. Sedangkan menurut DSM-IV (APA 1994) secara khas menggambarkan bahwa ADHD merupakan kesatuan dari tiga rangkaian

kurangnya

perhatian,

hiperaktif

dan

juga

impulsif

(Kutscher,2005:41). Pengertian itu didukung oleh hasil observasi yang dipimpin Russell Barkley

dan

kawan-kawan

(dalam

Kutscher,

2005:43)

yang

menggambarkan ADHD sebagai ketidakmampuan untuk menghambat, bukan ketidakmampuan memperhatikan dalam diri mereka. Anak ADHD yang tidak mampu melakukan pengereman, maka mereka : 1. Tidak mampu menahan gangguan : kurangmemperhatikan 2. Tidak mampu mengontrol pemikiran :Impulsif 3. Tidak mampu mengontrol tindakan seperti gangguan atau :pikiran Hiperaktif. DSM-IV (APA 2000, dalam Lovecky, 2004:45) menggambarkan ADHD sebagai gangguan yang dapat dideteksi sebelum anak usia 7 tahun, namun dalam prakteknya banyak orang yang tidak mendiagnosis hal inisampai dengan usianya bertambah. ADHD dibagi menjadi 3 subtipe: tipe predominan tidak adanya

17

perhatian, tipe predominan hiperaktif/impulsif, dan tipe kombinasi yang ditandai oleh tidak adanya perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas tingkat tinggi (APA, 2000 dalam Nevid, Rathus & Greene, 2005:160).

Taraf kecerdasan anak ADHD pada umumnya bervariasi dari di bawah rata-rata maupun lebih tinggi. Anak dengan ADHD cenderung memiliki skor rendah pada subtes WISC dari peringkat terendah, yaitu object assembly, picture arrangement, information, comprehension, digit span, dan block design. Subtes-subtes tersebut mencerminkan berbagai keterbatasan yang dialami dalam hal visual motor coordination, visual perception, organization, visual-spatial relationship and field dependence, sequence ability, planning ability, effects of uncertainty, and social sensitivity. Dengan berbagai keterbatasan tersebut anak dengan ADHD mengalami masalah perilaku, sosial, kognitif, akademik, dan emosional, serta

mengalami

hambatan

dalam

mengaktualisasikan

potensi

kecerdasannya (Ferdinand, 2007: 14). Aktivitas dan kegelisahan pada anak ADHD menghambat kemampuan mereka di sekolah. Mereka tampak tidak dapat duduk dengan tenang, mereka gelisah dan bergerak-gerak di kursi, mengganggu kegiatan anak lain, mudah marah dan dapat melakukan perilaku yang berbahaya seperti berlari ke jalan tanpa melihat keadaan dijalan terlebih dahulu (Nevid J.F. dkk, 2003: 160).Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa ADHD adalah salah satu gangguan pemusatan perhatian, hiperaktif serta impulsifitas yang dapat dideteksi sejak usia dini.

2. Karakteristik ADHD (Attention Deficit HyperactiveDisorder) Menurut DSM IV (dalam Baihaqi & Sugiarman, 2006: 8) kriteria ADHD adalah sebagai berikut : a. KurangPerhatian Pada kriteria ini, penderita ADHD paling sedikit mengalami enam atau lebih dari gejala-gejala berikutnya, dan berlangsung selama paling sedikit 6 bulan sampai suatu tingkatan yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkatperkembangan.

18

1. Seringkali gagal memerhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail atau membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan sekolah dan kegiatan-kegiatan lainnya. 2. Seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain. 3. Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secaralangsung 4. Seringkali tidak mengikuti baik-baik intruksi dan gagal dalam menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan, atau tugas ditempat kerja (bukan disebabkan karena perilaku melawan atau gagal untuk mengertiintruksi). 5. Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan 6. Sering kehilangan barang/benda penting untuk tugas-tugas dan kegiatan, misalnya kehilangan permainan; kehilangan tugas sekolah; kehilangan pensil, buku, dan alat tulislainnya. 7. Seringkali

menghindar,

tidak

menyukai

atau

enggan

untuk

melaksanakan tugas-tugas yang menyentuh usaha mental yang didukung, seperti menyelesaikan pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah.Seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar,dan 8. Sering lekas lupa dan menyelesaikan kegiatansehari-hari.

b. HiperaktivitasImpulsifitas Paling sedikit enam atau lebih dari gejala-gejala hiperaktivitas impulsifitas berikutnya bertahan selama paling sedikit 6 samapai dengan

tingkat

yang

maladaptif

dan

tidak

dengan

tingkat

perkembangan. 1. Hiperaktivitas a) Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan sering menggeliat dikursi b) Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi lainnya dimana diharapkan anak tetapduduk c) Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi

19

dimana hal ini tidak tepat. (pada masa remaja atau dewasa terbatas pada perasaan gelisah yangsubjektif) d) Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan senggang secara tenang e) Sering bergerak atau bertindak seolah-olah dikendalikan oleh motor,dan f) Sering berbicara berlebihan 2. Impulsifitas a. Mereka sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai b. Mereka sering mengalami kesulitan menanti giliran c. Mereka sering menginterupsi atau mengganggu orang lain, misalnya memotong pembicaraan ataupermainan

c. Beberapa gejala hiperaktivitas impulsifitas atau kurang perhatian yang menyebabkan gangguan muncul sebelum anak berusia 7tahun d. Ada suatu gangguan di dua atau lebihsetting/situasi e. Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan di dalam fungsi sosial, akademik, ataupekerjaan f. Gejala - gejala tidak terjadi selama berlakunya PDD, skizofrenia, atau gangguan psikotik lainnya, dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mentallainnya.

3. Faktor-faktor PenyebabADHD Penelitian terhadap penyebab ADHD masih tetap berlangsung, laporan mengenai ADHD semakin hari juga semakin banyak. Sudah sejak lama didiskusikan sama seperti gangguan psikiatrik lainnya apakah ADHD sebenarnya adalah gangguan yang berasal dari gangguan neurologis diotak, atau disebabkan oleh faktor pengasuhan orang tua. Beberapa hal sebagai faktor penyebab ADHD kini sudah semakin jelas, yaitu a. Faktor genetik (Keturunan) Dari penelitian faktor keturunan pada anak kembar dan anak adopsi,

20

tampak bahwa faktor keturunan membawa peran sekitar 80%. Dengan kata lain bahwa sekitar 80% dari perbedaan antara anak-anak yang mempunyai gejala ADHD di kehidupan bermasyarakat akan ditentukan oleh faktor genetik. Anak dengan orang tua yang menyandang ADHD mempunyai delapan kali kemungkinan mempunyai resiko mendapatkan anak ADHD. Namun, belum diketahui gen mana yang menyebabkan ADHD (Paternotte&Buitelaar,2010:17). b. Faktor Fungsi otak Secara sederhana dapat dikatakan bahwa secara biologis ada dua mekanisme di dalam otak yaitu pengaktifan sel-sel saraf (Eksitasi) dan penghambat sel-sel saraf (Inhibisi). Pada reaksi eksitasi sel-sel saraf terhadap adanya rangsangan dari luar adalah melalui panca indra. Dengan reaksi inhibisi, sel-sel saraf akan mengatur bila terlalu banyak eksitasi. Pada perkembangan seorang anak pada dasarnya mengaktifkan sistem- sistem ini adalah perkembangan terbanyak. Pada anak kecil, sistem pengereman atau sistem hambatan belumlah cukup berkembang: setiap anak balita bereaksi impulsif, sulit menahan diri, dan menganggap dirinya pusat dari dunia. Umumnya sistem inhibisi akan mulai pada usia 2 tahun, dan pada usia 4 tahun akan berkembang secara kuat.Tampaknya padaanak ADHD perkembangan sistem ini lebih lambat, dan juga dengan kapasitas yang lebih kecil. Sistem penghambat atau pengereman di otak bekerja kurang kuat atau kurang mencukupi. Dari penelitian juga disebutkan bahwa adanya neuro-anatomi dan neuro-kimiawi yang berbeda

antara

anak

yang

menyandang

ADHD

dan

tdak

(Paternotte&Buitelaar, 2010:19). c. Faktor Lingkungan Saat ini tidak lagi diperdebatkan apakan ADHD disebabkan oleh lingkungan ataukah gen, namun sekarang lebih mengarah pada bagaimana hubungan atau interaksi yang terjadi antara faktor genetik dan lingkungan. Dengan kata lain, ADHD juga bergantung pada kondisi gen tersebut dan efek negatiflingkungan, bila hal ini terjadi secara

21

bersamaan maka dapat dikatakan bahwa lingkungan penuh resiko. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan secara luas, termasuk lingungan psikologis (relasi dengan orang lain, berbagai kejadian dan penanganan yang telah diberikan), lingkungan fisik (makanan, obatobatan, menyinaran), lingkungan biologis ( cedera otak, radang otak, komplikasi saat melahirkan) (Paternotte&Buitelaar, 2010:18). a. Sedangkan dalam Flanagen (2002:3) disebutkan bahwa pada dasarnya penyebab ADHD belum pasti, namun beberapa ilmuan yakin bahwa ADHD bukan disebabkan oleh kerusakan otak atau alergi makanan. Beberapa hipotesis penelitian menyebutkan penyebab dari ADHD adalahKeturunan/faktor genetik, banyak anak yang menderita ADHD mempunyai kerabat dekat yang tampaknya memiliki gejala serupa. b. Defisit neurotransmiter, dua neurotransmiter pada otak tampaknya berperan dalam regulasi jumlah pembangkitan dan perhatian. Kedua neurotransmiter tersebut noradrenaline dan dopamine. Konsumsi obat mempengaruhi regulasikeduanya. c. Kelambatan

perkembangan

sistem

pembangkitan

diotak,

pengobatan stimulan meningkatkan pembangkitan, ada beberapa indikasi

bahwa

kemungkinan

anak-anak

ADHD

menderita

kelambatan pembangkitan yang membuat mereka tidak sensitif terhadap rangsang yangdatang. d. Perkembangan otak yang abnormal, tidak berfungsinya lobusfrontal. Lobus frontal adalah area pada otak yang mengumpulkan input auditori dan visual yang berlebihan. Hal ini menunjukkan bahwa lobus ini didombardir dengan banyak informasi yang tidak tersaring dan tidak sesuai. Dari gambaran diatas terlihat ADHD tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja melainkan multi faktor yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan.

22



Tahap 2: •

Observasi Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui perilaku subjek saat menjalani aktivitasnya di sekolah dan di rumah. Observasi ini dilakukan untuk meneliti gejala-gejala yang muncul pada subjek ketika beraktivitas. Observasi langsung dapat sangat berguna karena manifestasi perilaku gangguan perhatian defisit hiperaktif relatif situasional. Observasi di Rumah dan observasi di sekolah untuk observasi awal dapat bernilai baik saat mereka membutuhkan, dan pengamatan perilaku untuk target intervensi penting untuk pengobatan yang berhasil.



Wawancara Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengetahui informasi yang lebih mendalam mengenai keseharian subjek. Wawancara dilakukan pada orang tua subjek dan guru sekolah subjek. Wawancara pada orang tua dilakukan untuk menggali lebih dalam lagi informasi mengenai subjek dan untuk mengetahui perilaku dalam keseharian subjek saat berada di rumah. Wawancara pada guru dilakukan untuk mengetahui perilaku subjek saat berada di sekolah. Interview Guide :

1. Interview Guide (Guru) -

Bagaimana perilaku anak sehari-hari di sekolahan?

-

Perilaku menyimpang apa yang sering dilakukan anak?

-

Bagaimana cara Ibu/bapak menyampaikan pelajaran kepada anak di kelas?

-

Seperti apa keaktifan anak dalam kelas?

-

Apakah di sekolah ada yang mengalami masalah yang sama dengan anak?

-

Bagaimana cara anak dalam menyelesaikan tugasnya?

-

Adakah kesulitan yang anak alami ketika belajar di kelas? jika ada seperti apa?

-

Bagaimana hubungan anak dengan teman-temannya?

23

2. Interview Guide (Orangtua) -

Bagaimana perilaku anak sehari-hari di rumah?

-

Perilaku menyimpang apakah yang sering dilakukan anak di rumah?

-

Bagaimana hubungan anak dengan anggota keluarga?

-

Apakah didalam keluarga ada yang mengalami masalah yang sama dengan anak Anda? jika iya bisa diceritakan?

-

Bisa Anda ceritakan riwayat penyakit yang pernah atau sedang di derita anak?

-

Ketika dirumah, layanan seperti apa yang Anda berikan?

-

Apa kegiatan anak ketika dirumah? hal apa yang paling anak suka?

-

Bagaimana perkembangan intelektual, bahasa, sosial, emosi, spiritual, dan motorik anak selama ini?



Tes Psikologi a. DAP DAP (Draw a Person) merupakan salah satu tes proyeksi. Asumsi dari tes ini adalah (secara klinis) gambar orang berhubungan dengan dorongan-dorongan, konflik, kecemasan-kecemasan dan kompensasi dari individu tersebut. Biasanya individu akan menggambar orang sebagai manusianya sendiri dan kertas sebagai lingkungan. Jadi, gambar orang merupakan

proyeksi

dari

individu

tersebut

dan

kertas

sebagai

lingkungan.Tes ini bisa dilakukan secara klasikal maupun individual dengan posisi kertas vertikal. Tes ini berguna untuk mengukur kepribadian. Tes ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara apa yang digambar dengan kepribadian orang yang menggambar, ekspresi diri atau body

images

seseorang

yang

dibentuk

pengalaman

pribadi,

menggambarkan kebutuhan tubuh dan konflik yang dialami, mengetahui emosionalitas, pshychosexual maturity, kecemasan, guilt, tingkat agresi individ, dan untuk menggambarkan bagaimana individu dalam linkungan kelompok sosialnya.

24

b. BAUM BAUM merupakan tes kepribadian yang dikembangkan oleh Karl Koch yang kemudian dipublikasikan pertama kali pada tahun 1959. Dalam tes ini, peserta tes diminta untuk menggambar sebuah pohon. Perintah menggambar pohon ini bisa bervariasi. Adakalanya diminta menggambar pohon tertentu seperti pohon apel, pohon mangga, dll, pohon tanpa buah, pohon merambat, pohon besar, ataupun sebuah pohon dengan kriteria yang diinginkan penguji. Namun, rata-rata peserta tes dibebaskan untuk menggambar pohon apapun yang berbatang kayu dan memiliki dahan. Gambar pohon yang dilarang biasanya dicantumkan dalam soal seperti bambu, tebu, pisang, kelapa, dan semak/rerumputan. Fungsi dari tes ini adalah untuk menilai karakter dan kepribadian seseorang. Hal ini dapat diketahui dari bentuk gambar, kelengkapan gambar, kerapian, cara menggambar, dan dari aspek-aspek lainnya. Interpretasi Per-Bagian Dari Gambar Pohon : •

Mahkota Mengindikasikan tentang kemauan kontak dengan lingk sosial, hubungan timbal balik antara dunia luar dengan dirinya.Sebagai refleksi “super ego” dari cita-cita, keinginan, kemauan logika, norma dan etika yang ditaati oleh subyek.



Cabang / Dahan Menggambarkan pengorganisasian kepribadian dan kemampuan individu untuk memperoleh kepuasan dari lingkungan. Cabang bentuknya luwes dan tepat : indikasi hubungan individu yang normal, fleksibel dan memuaskan dengan lingkungan sosial.



Batang Merefleksikan perkembangan psikologis, perasaan dari dorongan dasar, bakat instingtif dan penyaluran dari dorongan tersebut

25

(berhubungan dengan kekuatan ego). Permukaan batang merefleksikan kekuatan ego. •

Akar Merupakan sumber kehidupan yang tidak tampak sehingga dinilai sebagai “id” (dorongan bawah sadar), kebutuhan dari hawa nafsu, dorongan impuls dasar (basic instink), keinginan fisik dan sikap pasif.



Pangkal Pohon (Stem Basis) Menunjukkan bentuk dorongan dasar / asal dari kehidupan seseorang serta penyalurannya. Menunjukkan hub individu dengan lingk sekitarnya.Berhubungan dengan bentuk-bentuk komunikasi.



Tahap 3: Menyelenggarakan Tes JADWAL PELAKSANAAN ASESMEN TAHAP

KEGIATA

WAKTU

N Observasi

Observasi

Kegiatan

TEMPA

KETERANG

T

AN

Sekolah

Melakukan

MK saat di Belajar

perbandingan

sekolah

Mengajar &

data saat MK di

Istirahat

sekolah dan di

Observasi

Saat

Rumah

MK saat di berkegiatan rumah

di rumah

Wawanca

Wawancara

Mencari

ra

guru

di informasi

sekolah

seputar MK di sekolah

Wawancara orang MK

Mencari

tua informasi seputar

Sekolah

rumah

26

hubungan orang

tua

serta hubungan orang

tua

dengan MK Tes

DAP

Psikologi

BAUM

Melihat

Rumah

Melihat

tentang diri/

bagaimana

individu MK

dinamika

Melihat

Rumah

bagaimana diri

psikologi

dari

MK

MK

karena lingkungann ya



Tahap 4: Integrasi Data Menurut hasil asesmen, hipotesis awal sesuai dengan keadaan yang dialami subjek. Subjek merupakan anak yang sedang mengalami ADHD. Intervensi yang dapat dilakukan untuk MK

adalah memberikan Terapi

Bermain kepada subjek langsung dan Psikoedukasi kepada orang tua. •

Tahap 5: Menulis Laporan Asesmen Hasil laporan asesmen akan disampaikan kepada orang tua dan guru . Laporan asesmen menjelaskan bahwa MK merupakan individu yang mengalami ADHD.



Tahap 6: Memberikan Feedback Menyampaikan laporan kepada orangtua dan guru MK lalu menyampaikan intervensi yang dapat diberikan kepada MK

27



Terapi Bermain. Psikoedukasi adalah salah satu bentuk dari intervensi. . Sasaran intervensi pada kasus tersebut adalah subjek yang mengalami ADHD. Metode yang digunakan berupa ceramah,, problem solving, dan bermain.Media yang digunakan berupa Alat bermain, dan video. Evaluasi berupa kuesioner. Tujuan diberikannya Terapi bermain

kepada

subjek

adalah

untuk

membuat

MKmengembangkan ketrampilan, kemampuan gerak, minat dan terbiasa dalam suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan sebuah kegiatan.

28

Daftar Pustaka Baihaqi & Sugiarman. (2006). Memahami dan membantu anak ADHD. Bandung: Refika Aditama. Rusmawati, Diana & Dewi, Endah K. (2011). Pengaruh musik terapi dan gerak terhadap penurunan kesulitan perilaku siswa sekolah dasar dengan gangguan ADHD. Jurnal Psikologi Undip. Kutscher, Martin L. (2005). Kids in the Syndrome Mix of ADHD, LD, Asperger’s, Tourette’s, Bipolar, and More!. London.:Jessica Kingsley Publishers. Lovecky.Deirdre V.(2004).Different Minds Gifted Children with AD/HD, Asperger Syndrome, and Other Learning Deficits.London: Jessica Kingsley Publishers. Milichap, J Gordon. (2013). Attention Deficit Hyperactivity Disorder Handbook. London: Springer. Nevid, Jeffrey S, dkk.(2005). Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga. Zaviera, Ferdinand. (2007). Anak Hiperaktif- Cara Cerdas Menghadapi Anak Hiperaktif dan Gangguan Konsentrasi.Jakarta: katahati. Paternotte, Arga & Buitelaar, Jan. (2010).ADHD Attention Deficit Hyperactive Disorder. Jakarta: Pernada Prasetyono.

29

KASUS 3 GAMBARAN SUBYEK Identitas subyek Nama Inisial : Fiona Usia

: 5 Tahun 6 Bulan

Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan

: TK B

Anak no

: 1 dari 2 Bersaudara

Agama

: Islam

Status

: Anak kandung

Data yang sudah diperoleh -

Sejak kecil Fiona terlihat rajin dan tekun ( Usia 2 tahun senang bermain pensil dan kertas, usia 3 tahun mulai senang melihat buku atau majalah anak

-

Rasa ingin tahunya besar

-

Usia 3 th 8 bln subjek merengek ingin bersekolah

-

Sebeleum masuk TK subjek sudah mampu membaca huruf secara terpisah

-

TK A subjek sudah bisa menggambar dengan baik dan menulis namanya

-

Subjek cenderung pendiam

-

Subjek tidak begitu suka bermain dengan teman-temannya

-

Subjek tidak suka diminta gurunya maju ke depan

-

Subjek cenderung tidak menyelesaikan tugas atau terlambat mengerjakan

Hypothesis Testing Model •

Tahap 1: Wawancara Klinis -

Subjek duduk di TK B

-

Subjek senang melihat buku atau majalah anak-ank

-

Subjek sejak kecil terlihat rajin dan tekun

-

Subjek cenderum pendiam, tidak pernah mengganggu teman, dan tidak begitu suka bermain dengan teman-temannya

30

-

Subjek cenderung tidak menyelesaikan tugas atau terlambat mengerjakan

-

Sering mengganggu kakaknya di rumah

-

Subjek tidak suka bila diminta guru maju ke depan kelas

Hipotesis : Berdasarkan identifikasi masalah pada klien, dapat diperoleh dugaan sementara bahwa klien adalah anak Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa/ Gifted Landasan teori yang memperkuat Hipotesis : A.

Pengertian anak cerdas istimewa dan bakat istimewa Anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa (gifted) adalah

anak yang secara significant mempunyai IQ 140 atau lebih, potensi diatas ratarata

dalam

bidang

kemampuan

umum,

akademik

khusus,

kreativitas,

kepemimpinan, seni dan olahraga. Anak berkebutuhan khusus atau gifted adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidak mampuan mental, emosi atau fisik. Anak Cerdas Istimewa Bakat istimewa adalah anak yang memiliki kemampuan

intelektual tinggi (gifted) serta menunjukan penonjolan kecakapan

khusus yang bidangnya berbeda-beda antara anak satu dengan anak yang lain (talented) “Anak berbakat merupakan satu interaksi di antara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata-rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas dan kreativitas yang tinggi. Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai”. B.

Ciri-ciri anak cerdas istimewa dan bakat istimewa Seorang anak cerdas istimewa dapat mempunyai beberapa dari ciri-ciri

berikut ini: 1. Sangat peka dan waspada 2. Belajar dengan mudah dan cepat

31

3. Mampu berkonsentrasi 4. Sangat logis 5. Cepat berespon secara verbal dengan tepat 6. Lancar berbahasa 7. Mempunyai daya ingat yang baik 8. Mempunyai pengetahuan umum yang luas 9. Mempunyai minat yang luas dan mendalam 10. Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan 11. Cermat atau teliti dalam mengamati 12. Kemampuan membaca yang baik 13. Lebih menyukai kegiatan verbal daripada kegiatan tertulis 14. Mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah dengan sangat cepat 15. Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah 16. Menunjukkan cara pemecahan masalah yang tidak lazim 17. Mempunyai pendapat dan pandangan yang sangat kuat terhadap suatu hal 18. Mempunyai rasa humor 19. Mempunyai daya imajinasi yang hidup dan orisinil 20. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) 21. Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya 22. Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luar 23. Tertarik pada topik-topik yang berkaitan dengan anak-anak yang berusia lebih tua darinya 24. Dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang dewasa, bahkan lebih baik daripada jika berkomunikasi dengan anak sebayanya 25. Bisa belajar sendiri dalam bidang-bidang yang diminati 26. Berfokus pada minatnya sendiri, bukan pada apa yang diajarkan 27. Mempunyai keterampilan sosial 28. Mudah bosan pada hal-hal yang dianggapnya rutin 29. Menunjukkan kepemimpinan yang tinggi 30. Kadang-kadang tingkah lakunya tidak disukai orang lain C.

Penyebab anak memiliki cerdas istimewa dan bakat istimewa

32

1) Hereditas Hereditas adalah faktor yang diwariskan dari orang tua atau keturunan meliputi kecerdasan, kreatif produktif, kemampuan memimpin, kemampuan seni dan psikomotor. Dalam diri seseorang telah ditentukan adanya faktor bawaan yang ada setiap orang, dan bakat bawaan tersebut juga berbeda setiap orangnya. Namun U. Branfenbrenner dan Scarr Salaptek menyatakan secara tegas bahwa sekarang tidak ada kesangsian mengenai faktor genetika mempunyai andil yang besar terhadap kemampuan mental seseorang. 2) Lingkungan Lingkungan

mempunyai

peran

yang

sangat

besar

dalam

mempengaruhi keberbakatan seorang anak. Walaupun seorang anak mempunyai bakat yang tinggi terhadap suatu bidang, tanpa adanya dukungan dan perhatian dari lingkungannya seperti, masyarakat tempat dia bersosialisasi, keluarga tempat ia menjalani kehidupan berkeluarga, tempat dia menjalani kehidupan dan mengembangkan keberbakatan itu dapat membantunya dalam mencapai ataupun memaksimalkan bakatnya tersebut.  

Tahap 2

Observasi Tujuan observasi dilakukan ialah untuk melihat perilaku subjek dalam kesehariannya di sekolah dan di rumah. Observasi di sekolah ini bertujuan untuk mengetahui perilaku subjek dalam proses belajar mengajar di sekolah serta melihat perilaku subjek dalam menjalani relasi sosial. Sedangkan observasi di rumah bertujuan untuk melihat cara belajar subjek ketika di rumah.



Wawancara Wawancara ini dilakukan pada orang tua subjek dan guru sekolah subjek. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengetahui informasi yang lebih mendalam mengenai keseharian subjek. Wawancara pada orang tua dilakukan untuk menggali lebih dalam lagi informasi mengenai subjek dan

33

untuk mengetahui perilaku dalam keseharian subjek saat berada di rumah. Wawancara pada guru dilakukan untuk mengetahui perilaku subjek saat beraktivitas di sekolah serta untuk mengetahui hubungan subjek dengan teman-temannya. a. Interview guide (orang tua) - Bagaimana keseharian anak Anda dirumah? - Bisa Anda ceritakan mengenai bakat yang anak Anda miliki? - Seperti apa hobi dan minat yang dimiliki anak? - Bagaimana cara anak dalam memecahkan masalahnya? - Bagaimana cara anak belajar ketika di rumah? - Bagaimana hubungan anak dengan anggota keluarga? b. Interview Guide (Guru) -

Bagaimana keseharian anak di kelas?

-

Bagaimana prestasi anak di kelas?

-

Apakah anak memilki minat lain selain kegiatan akademik? jika iya seperti apa?

-

Bagaimana cara anak dalam menyelesaikan tugas yang diberikan?

-

Adakah kesulitan yang anak alami ketika belajar di kelas? jika ada seperti apa?



Bagaimana hubungan anak dengan teman-temannya di sekolah?

Tes Psikologi a. Binet Skala Stanford Binet (Stanford Binet Intelligence Scale) versi terbaru diterbitkan pada tahun 1986. Dalam revisi terakhir ini, konsep inteligensi dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa tes. Keempat tipe penalaran tersebut antara lain : 1. Penalaran verbal 2. Penalaran kuantitatif 3. Penalaran visual abstrak 4. Memori jangka pendek

34

Dalam

menyelesaikan

tes

verbal,

testee

diharuskan

untuk

menggunakan kata-kata seperti memberikan lawan kata dan mengatakan kekurangan yang terdapat dalam gambar yang disediakan. Tes penalaran bertujuan untuk melihat kemampuan penalaran testee. Tes visual abstrak bertujuan untuk melihat sejauh mana respons testee melakukan sesuatu, misalnya menyusun rancangan balok, mengatur gambar, dan sebagainya. Tes memori jangka pendek bertujuan untuk melihat kemampuan mengingat testee. Faktor-Faktor Kecerdasan yang Diukur dalam Skala Binet antara lain: 1. General comprehension 2. Visual-motor ability 3. Arithmetic reasoning 4. Memory and concentration 5. Vocabulary and verbal fluency 6. Judgement and reasoning

Klasifikasi IQ Tes Binet > 140

Very Superior

120-139

Superior

110-119

90-109

80-89

High Average (Rata-Rata Atas) Average (Rata-Rata) Low Average (Rata-Rata Bawah)

70-79

Borderline Defective

< 69

Mentally Defective

35

b. DAP DAP (Draw a Person) merupakan salah satu tes proyeksi. Asumsi dari tes ini adalah (secara klinis) gambar orang berhubungan dengan dorongandorongan, konflik, kecemasan-kecemasan dan kompensasi dari individu tersebut. Biasanya individu akan menggambar orang sebagai manusianya sendiri dan kertas sebagai lingkungan. Jadi, gambar orang merupakan proyeksi dari individu tersebut dan kertas sebagai lingkungan.Tes ini bisa dilakukan secara klasikal maupun individual dengan posisi kertas vertikal. Tes ini berguna untuk mengukur kepribadian. Tes ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara apa yang digambar dengan kepribadian orang yang menggambar, ekspresi diri atau body

images

seseorang

yang

dibentuk

pengalaman

pribadi,

menggambarkan kebutuhan tubuh dan konflik yang dialami, mengetahui emosionalitas,

pshychosexual maturity, kecemasan, guilt, tingkat agresi

individ, dan untuk menggambarkan bagaimana individu dalam linkungan kelompok sosialnya.

c. BAUM BAUM merupakan tes kepribadian yang dikembangkan oleh Karl Koch yang kemudian dipublikasikan pertama kali pada tahun 1959. Dalam tes ini, peserta tes diminta untuk menggambar sebuah pohon. Perintah menggambar pohon ini bisa bervariasi. Adakalanya diminta menggambar pohon tertentu seperti pohon apel, pohon mangga, dll, pohon tanpa buah, pohon merambat, pohon besar, ataupun sebuah pohon dengan kriteria yang diinginkan penguji. Namun, rata-rata peserta tes dibebaskan untuk menggambar pohon apapun yang berbatang kayu dan memiliki dahan. Gambar pohon yang dilarang biasanya dicantumkan dalam soal seperti bambu, tebu, pisang, kelapa, dan semak/rerumputan. Fungsi dari tes ini adalah untuk menilai karakter dan kepribadian seseorang. Hal ini dapat diketahui dari

36

bentuk gambar, kelengkapan gambar, kerapian, cara menggambar, dan dari aspek-aspek lainnya. Interpretasi Per-Bagian Dari Gambar Pohon : a. Mahkota Mengindikasikan tentang kemauan kontak dengan lingk sosial, hubungan timbal balik antara dunia luar dengan dirinya.Sebagai refleksi “super ego” dari cita-cita, keinginan, kemauan logika, norma dan etika yang ditaati oleh subyek. b. Cabang / Dahan Menggambarkan pengorganisasian kepribadian dan kemampuan individu untuk memperoleh kepuasan dari lingkungan. Cabang bentuknya luwes dan tepat : indikasi hubungan individu yang normal, fleksibel dan memuaskan dengan lingkungan sosial. c. Batang Merefleksikan perkembangan psikologis, perasaan dari dorongan dasar, bakat instingtif dan penyaluran dari dorongan tersebut (berhubungan dengan kekuatan ego). Permukaan batang merefleksikan kekuatan ego. d. Akar Merupakan sumber kehidupan yang tidak tampak sehingga dinilai sebagai “id” (dorongan bawah sadar), kebutuhan dari hawa nafsu, dorongan impuls dasar (basic instink), keinginan fisik dan sikap pasif. e. Pangkal Pohon (Stem Basis) Menunjukkan bentuk dorongan dasar / asal dari kehidupan seseorang serta penyalurannya. Menunjukkan hubungan individu dengan lingk ungan sekitarnya. Berhubungan dengan bentuk-bentuk komunikasi.



Tahap 3: Menyelenggarakan Tes



Tahap 4: Integrasi Data



Tahap 5: Menulis Laporan Asesmen



Tahap 6: Memberikan Feedback -

Terapi Bermain

37

Pengertian Terapi Bermain Landreth (2001) berpendapat bahwa bermain sebagai terapi merupakan salah satu sarana yang digunakan dalam membantu anak mengatasi masalahnya, sebab bagi anak bermain adalah simbol verbalisasi. Terapi bermain dapat dilakukan didalam ataupun diluar ruangan. Terapi yang dilakukan didalam ruangan sebaiknya dipersiapkan dengan baik terutama dengan alat-alat permainan yang akan digunakan.

Oleh sebab itu dapat disimpulkan

bahwa terapi bermain adalah terapi yang menggunakan alat-alat permainan dalam situasi yang sudah dipersiapkan untuk membantu anak mengekspresikan perasaannya, baik senang, sedih, marah, dendam, tertekan, atau emosi yang lain. Tujuan terapi bermain : 1. Menciptakan suasana aman bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri mereka 2. Memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan sosial dan mengatasi masalah mereka 3. Memberi kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan men Fungsi Bermain Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-motorik, membantu

perkembangan

kognitif/intelektual,

perkembangan

sosial,

perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral, dan bermain sebagai terapi. Permainan 1. Sambung Kata Permainan sambung kata dilakukan secara kompetitif 2 sampai 3 kelompok yang dimana dalam setiap kelompok memiliki 3 sampai 5 orang anak. Permainan dimulai dengan pertama tiap kelompok berbaris dan konselor memberikan sebuah kata atau kalimat dan dibiskan pada salah satu anak pada setiap kelompok. Permainan berlanjut dengan anak pertama menyampaikan pesannya sampai anak terakhir. Permainan diakhiri dengan anak terakhir yang memdapatkan pesan dari anak pertama dengan waktu yang singkat. 2. Puzzle

38

Permainan dilakukan secara kompetitif 2 sampai 3 kelompok yang dimana dalam setiap kelompok memiliki 3 sampai 4. Setiap kelompok 1 set puzzle yang

telah diacak. Dengan memberikan aba aba mulai atau start setiap

kelompok boleh memulai menyelesaikan puzzlenya. Permainan berakhir dengan semua kelompok menyelesaikan puzzle dan pemenang adalah kelompok yang menyelesaikan pertama kali.

39

DAFTAR PUSTAKA Dedy, Kustawan. (2013). Bimbingan Dan Konseling Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta. PT Luxima Metro Media.

Related Documents


More Documents from "Deo Rizkyandri"