Laporan Klinis

  • Uploaded by: Aldino Pratama
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Klinis as PDF for free.

More details

  • Words: 2,037
  • Pages: 10
BAB 1 Keluhan Subjek memiliki keluhan berupa kesulitan tidur atau mengalami insomnia. Subjek sulit sekali memejamkan mata seberapa pun dirinya mengantuk karena bayangan pertengkaran dan suasana memanas itu selalu menghantui subjek. Subjek juga mengalami kesulitan konsentrasi dan susah makan. BAB II Permasalahan Subjek mengalami insomnia, selain itu dari kasus tersebut subjek mengalami depresi. Subjek juga menderita kesulitan untuk makan dan konsentrasi. Bahkan di puncak depresinya, subjek pernah melakukan percobaan bunuh diri. Depresi subjek dikarenakan Ayah dan Ibu selalu bertengkar setiap ada kesempatan di pagi-siang-sore-malam. Keadaan semakin memanas karena kakak pertama subjek sempat kabur dari rumah bersama teman yang ia hamili, sehingga memicu pertengkaran antara keluarga subjek dengan keluarga yang anaknya dihamili oleh kakak subjek. Kondisi tersebut berlangsung hingga kurang-lebih dua bulan dan sejak itu subjek sulit sekali memejamkan mata seberapa pun dirinya mengantuk karena bayangan pertengkaran dan suasana memanas itu selalu menghantui subjek. Untuk pertama kalinya, di masa sebulan itu, subjek mengalami ledakan emosi yang tinggi.

BAB III Identitas a. Identitas subjek 1. Nama : Alana Antam 2. Usia : 16 tahun 3. Jenis kelamin : Perempuan 4. Pendidikan : SMA 5. Status perkawinan : Lajang 6. Status dalam keluarga : Anak ke-3 dari 3 bersaudara (2 kakak laki-laki) 7. Nama Ayah : Roni Antam 8. Nama Ibu : Reni Antam 9. Nama Kakak Pertama : Roi Antam 10. Nama Kakak Kedua : Rio Antam

BAB IV Rancangan Asesmen 1

A. Autoanamnesa Alana Antam merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara, memiliki 2 orang adik laki-laki. Subjek berumur 16 tahun dan saat ini duduk dibangku Sekolah Menengah Atas. Ayah subjek bernama Roni Antam dan ibu bernama Reni Antam serta kakak pertama bernama Roi antam yang kini duduk di bangku kuliah dan kakak kedua bernama Rio Antam yang duduk di bangku kuliah pula. Subjek memiliki orang tua yang overprotective sehingga subjek sangat pasif dan penurut, serta menjadi satu-satunya anak yang dianggap “baik” oleh orangtuanya. Subjek mengalami insomnia sejak umur 15 tahun dan diperparah dengan Ayah dan Ibu selalu bertengkar setiap ada kesempatan di pagi-siang-sore-malam. Keadaan semakin memanas karena kakak pertama subjek sempat kabur dari rumah bersama teman yang ia hamili, sehingga memicu pertengkaran antara keluarga subjek dengan keluarga yang anaknya dihamili oleh kakak subjek. Kondisi tersebut berlangsung hingga kurang-lebih dua bulan dan sejak itu subjek sulit sekali memejamkan mata seberapa pun dirinya mengantuk karena bayangan pertengkaran dan suasana memanas itu selalu menghantui subjek B. Alloanamnesa Selain melakukan wawancara dengan Alana Antam perlu juga dilakukan wawancara dengan orang yang dirasa dekat dengan Alana Antam. Wawancara dapat dilakukan kepada keluarga terutama kepada orang tua Alana Antam. Tujuan wawancara kepada orang tua Alana Antam adalah untuk mengatahui peristiwa apa saja yang dialami oleh subjek di masa lalu maupun hubungan dengan orang tua dan saudara kandung. Wawancara dapat juga dilakukan kepada saudara kandung subjek, untuk mengetahui perilaku subjek sehari-hari, interaksi Alana Antam dalam keluarga maupun peristiwa yang pernah dialami saudara kandung ketika hidup bersama Alana Antam. C. Observasi Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai pengamatan, meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi observasi merupakan suatu penyelidikan yang dilakukan secara sistematik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian yang berlangsung dan dapat dianalisa pada waktu kejadian itu terjadi. Dibandingkan metode survey metode observasi lebih obyektif. Observasi dapat dilakukan ketika melakukan wawancara dengan Alana Antam. Observasi terhadap Alana Antam dapat juga dilakukan ketika Alana Antam berada di rumah. Tujuan utama dilakukannya observasi adalah untuk mengetahui perilaku yang muncul. D. Psikotes. 2

Psikotes merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mengungkap yang mungkin belum muncul ketika dilakukannya wawancara maupun observasi. Psikotes yang dapat dilakukan dengan DAP, BAUM dan HTP. Tes DAP (Draw A Person) adalah untuk mengungkap konsep diri yang ada pada Alana Antam. BAUM atau tes menggambar pohon adalah untuk mengungkap hubungan interpersonal Alana Antam. Tes HTP (House Tree Person) dapat mengungkap bagaimana hubungan subjek dengan Ayah dan Ibu. E. Dokumen Dokumen merupakan salah satu data tambahan. Dokumen yang mungkin dapat menjadi data tambahan adalah riwayat dokter. BAB V Hipotesis Kasus No

Kode

Nama diagnosis menurut

Keterangan

PPDGJ III Aksis I (Gangguan klinis & kondisi lain yang menjadi fokus perhatian) 1.

F32.1

Episode depresif sedang

-

Afek depresif Kehilangan minat dan

-

kegembiraan Konsentrasi dan perhatian

-

berkurang Tidur terganggu Nafsu makan berkurang

-

Subjek memiliki

Aksis II (Gangguan kepribadian dan retardasi mental) 2.

F60.1

Gangguan kepribadian Skizoid

kecenderungan hampir selalu memilih aktivitas -

yang dilakukan sendiri; Sedikit (bila ada) aktivitas yang

-

memberikan kesenangan; Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan

Aksis III (Kondisi medik umum) Tidak Ada 3

Aksis IV ((Masalah psikososial dan lingkungan) 1.

Masalah dengan keluarga

Subjek memiliki orang tua yang overprotective. Kakak pertama dan kedua yang sering mengecewakan orang tua dan sebagai dasar pemicu konflik di rumah.

Aksis V (Skala penilaian fungsi secara global) Nilai 80-71

Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial

Berdasarkan pedoman PPDGJ dan tabel multiakisal diatas dapat diketahui bahwa masalah subjek mengalami episode depresif sedang karena mengalami 3 gejala utama depresi ditambah dengan mengalami 3 gejala lainnya yaitu berkurangnya konsentrasi dan perhatian, mengalami gangguan tidur dan nafsu makan berkurang serta pernah ada keinginan untuk bunuh diri. Subjek juga cenderung mengalami gangguan skizoid karena muncul 3 gelaja yang memenuhi kriteria ganguan ini. Subjek memiliki masalah dengan keluarga yaitu Subjek memiliki orang tua yang overprotective. Kakak pertama dan kedua yang sering mengecewakan orang tua dan sebagai dasar pemicu konflik di rumah. Nilai subjek yaitu rentang antara 80-71 artinya bahwa gejala yang muncul besifat sementara dan dapat diatasi serta memunculkan gangguan yang ringan dalam interaksi sosial. BAB VI Tinjauan Teori Depresi adalah gangguan psikologis yang paling umum ditemui (Rosenhan & Seligman, 1989). Menurut Rice PL (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. Depresi merupakan gangguan yang terutama ditandai oleh kondisi emosi sedih dan muram serta terkait dengan gejala-gejala kognitif, fisik, dan interpersonal (APA, 1994). Sebenarnya, depresi merupakan gejala yang wajar sebagai respon 4

normal terhadap pengalaman hidup negatif, seperti kehilangan anggota keluarga, benda berharga atau status sosial. Dengan demikian, depresi dapat dipandang sebagai suatu kontinum yang bergerak dari depresi normal sampai depresi klinis (Caron & Butcher, 1991). Depresi menjadi maladaptif dan abnormal bila hadir dalam intensitas yang tinggi dan menetap. Menurut sudut pandang psikoanalisa (Davison & Neale, 2001), timbulnya gangguan depresi ditekankan pada konflik yang tidak disadari dihubungkan dengan kesedihan dan kehilangan, depresi juga ditimbulkan oleh peristiwa kehidupan yang menekan, dan hal ini seringkali terkait dengan perasaan kehilangan. Subjek mengalami kondisi yang menurutnya menyakitkan, yaitu Ayah dan Ibu selalu bertengkar setiap ada kesempatan di pagi-siang-sore-malam. Menurut penuturan subjek Keadaan semakin memanas karena kakak pertama subjek sempat kabur dari rumah bersama teman yang ia hamili, sehingga memicu pertengkaran antara keluarga subjek dengan keluarga yang anaknya dihamili oleh kakak subjek. Kondisi tersebut berlangsung hingga kurang-lebih dua bulan dan sejak itu, Subjek juga mengalami insomnia sejak umur 15 tahun. Kondisi psikis subjek perlahan-lahan kian membaik namun masih memiliki gejala yang cenderung menetap. American Psychiatric Association (2000) mengemukakan kriteria depresi mayor yang ditetapkan apabila sedikitnya lima dari gejala telah ditemukan dalam jangka waktu dua minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya. Paling tidak satu gejalanya ialah salah satu dari mood tertekan atau hilangnya minat atau kesenangan (tidak termasuk gejala-gejala yang jelas yang disebabkan kondisi medis umum atau mood delusi atau halusinasi yang tidak kongruen). Dijelaskan dalam sebuah penelitian bahwa individu yang mengalami depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikis (Richard, 2009), gejala fisik (Matud, 2005) dan sosial yang khas adanya (Murakumi, 2002), seperti murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilang semangat, hilangnya rasa percaya diri, hilang-nya konsentrasi, mengalami kesulitan tidur, dan menurunnya daya tahan. Masalah subjek dikategorikan kedalam gangguan episode depresif sedang yang ditandai dengan beberapa gejala yang sesuai dengan kriteria APA (2000) diantaranya muncul perasaan negatif yang cenderung bertahan lama, subjek juga kehilangan minat dan kegembiraan ketika dihadapkan pada kondisi di atas dan ketika keadaan depresi ini muncul subjek biasanya mudah merasa lelah serta konsentrasi dan perhatian berkurang saat 5

melakukan kegiatan. Pada malam harinya subjek mengalami gangguan tidur dan nafsu makan berkurang bahkan subjek pernah ingin melakukan bunuh diri. Gejala ini timbul apabila subjek karena bayangan pertengkaran dan suasana memanas itu selalu menghantui subjek. Gangguan depresi tersebut berdampak luas pada kehidupan subjek. Subjek kerap kali merasa cemas ketika gangguan itu muncul, dan merasa kesulitan untuk menenangkan dirinya serta mengalami penurunan nilai pelajaran yang cukup parah.

BAB VII Tujuan Intervensi Tujuan dari dilakukannya intervensi adalah untuk menurunkan dan menghilangkan depresi yang dialami oleh Alana Antam. BAB VIII Rancangan Intervensi a. REBT Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) membantu konseli mengenali dan memahami perasaan, pemikiran dan tingkah laku yang irasional. Dalam proses ini konseli diajarkan untuk menerima perasaan, pemikiran dan tingkah laku tersebut diciptakan dan diverbalisasi oleh konseli sendiri. Untuk menngatassi hal tersebut, konseli membutuhkan konselor untuk membantu dan mengatasi hal tersebut, konseli membutuhkan konselor untuk membantu mengatasi permasalahannya. Dalam proses konseling dengan pendekatan REBT terdapat beberapa tahap yang dikerjakan oleh konselor dan konseli. Beberapa penelitian menyatakan bahwa REBT merupakan terapi yang sangat komprehensif (Ellis, 1990) yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku termasuk depresi (De Boni, 2005; Sava, 2009). Pada penelitian REBT dijelaskan bahwa berpikir irasional ini diawali dengan pola kebiasaan yang secara tidak sengaja biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional (Ellis, 2003) dan logis yang dapat diterima menurut akal sehat (Flett, 2003) serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional (Stephen, 2004). Untuk itu tahap pertama dalam melakukan perubahan irasional belief dimulai dari peristiwa sebagai pemicu pola pikir yang harus direduksi terlebih 6

dahulu baru dilakukan tahap berikutnya secara lebih intensif dan komprehensif (Sava, 2009; Yoosefi, 2011). Terapi REBT yang bertujuan untuk mengubah pola pikir subjek menjadi positif dan mendispute irrasional beliefnya yang dirasa mengganggu dan memiliki dampak negatif, juga untuk mengurangi perasaaan cemas subjek ketika dihadapkan pada situasi depresi dengan mengembangkan beberapa teknik dari REBT. Adapun teknik yang akan digunakan yaitu teknik homework, teknik simulation imitation dan social modelling. Teknik homework yaitu dengan memberikan pekerjaan rumah pada subjek untuk menuliskan kebaikan-kebaikan atau hal positif yang dilakukan oleh ayah, ibu,maupun saudara laki-lakinya. Teknik simulation imitation dengan melakukan roleplay percakapan yang baik antara subjek dengan konselor sebagai ayah, ibu atau saudara laki-lakinya. Teknik social modelling dengan melakukan perbandingan atau menceritakan kisah orang lain untuk memperluas pandangannya. Terapi dilakukan selama empat kali pertemuan. Setiap sesi terapi berdurasi kurang lebih 100 menit.

7

BAB IX Rancangan Evaluasi Rancangan evaluasi yang dapat dilakukan adalah dengan wawancara dan observasi. Wawancara dapat dilakukan kepada Alana Antam dan significant-other, misalnya dengan orang tua, saudara kandung maupun kepada keluarga yang lain. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari terapi yang diberikan. Wawancara kepada subjek dimaksudkan untuk mengetahui apakah subjek masih merasa depresi. Wawancara ini juga untuk mengetahui apakah dalam pandangan keluarga, apakah Alana Antam ada perubahan 8

perilaku. Observasi dapat dilakukan saat wawancara maupun saat subjek berada di rumah. Hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah mengamati perilaku dan pikiran subjek, apakah depresi telah teratasi atau belum. Observasi menjadi penting karena sebagai data yang melengkapi wawancara. Selain untuk mengetahui efektivitas terapi, yang perlu diperhatikan adalah mengenai hal-hal apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan terapi.

BAB X Kesimpulan dan Saran Kesimpulan maupun saran dalam kasus ini belum dapat ditegakkan karena baru pada tahap asesmen dan belum pada tahap intervensi.

Daftar Pustaka Anindito-Sofia. (2004). “Perfeksionesme, Harga Diri, dan Kecenderungan Depresi pada Remaja Akhir”. Jurnal Psikologi. No.1, 1-14 APA. (2000). DSM V-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV Text Revision). Washington, DC: American Psychiantric Association Press

9

Kring, A.M., Johnson, S.L., Davidson, G., & Neale, J. (2001). Abnormal Psychology. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons. Latipun. (2011). Psikologi Konseling. Malang : UMM Press Maslim Rusdi (Editor). (2001). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya. Moleong, L. J. (1999). Metodologi penelitian. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Setyodah Lestari, Hesti. (2013). “Rational Emotive Behavior Therapy untuk Menangani Gangguan Depresi”. Jurnal Sains dan Praktik Psiokologi.Vol.1 (2), 129-138

10

Related Documents


More Documents from "Anonymous aVwzs8"