ANALISA TINDAKAN Nama : Lia Pratiwi NIM : 30120117009K Program Profesi Ners 2019/2020 STIKes Santo Borromeus
1. Nama tindakan keperawatan : Memberikan terapi mannitol 20 % 2. Tujuan : Tindakan ini bertujuan untuk memasukan obat (manitol 20%) kedalam tubuh klien dengan rute intravena, manitol digunakan untuk mengurangi edema serebral selama beberapa dekade. 3. DiagnosaKeperawatan : Gangguan perfusi serebral b/d peningkatan tekanan intrakranial: edema serebri 4. Data terkait : a. Data Subjektif : Ibu klien mengatakan kesadaran klien menurun, klien gelisah, berteriak teriak. b. Data Objektif : 1.klien tampak lemas 2. kesadaran klien apatis kadang gelisah 3. GCS: E4M5V2 4. Pupil isokor diameter 2/2 RC +/+ 5. Hasil radiologi : (MRI Kepala: hemisphere cerebelli dan vermis tampak pembesaran dengan penyempitan sulci cerebellaris dan vermis, cerebrum dan batang otak tidak tampak kelainan, ventrikel lateralis kiri kanan, ventrikel 3, sulci corticallis dan fisurra sylvii kiri kanan normal, kesimpulan: Kelainan Cerebellum mencurigakan Acute Cerebelitis) 6. Jumlah CRF Kuantitatif 28.24 7. Diff: Eosinophil 0.0 Neutrofil segmen 78 Limfosit 12 Monosit 10 8. Tekanan darah : 110/60 mmHg,Suhu : 37,10 C/ aksila sinistra,espirasi rate : 24 Nadi : 120 x/mnt di arteri radialis sinistra, kuat dan teratur, SaO2 : 97 %
1
5.
Intervensi dan rasional : Intervensi 1. Observasi tanda-tanda vital dan GCS
Rasional 1. Peningkatan TTV menjadi respon otonom tubuh pada kondisi Tekanan tinggi intra cranial, dan memantau efek samping pemberian terapi manitol. GCS menggambarkan tingkat kesadaran secara kuantitas kuantitas
2. Pemeriksaan keadaan pupil
2. Pupil anisokor merefleksikan adanya penekanan pada pada batang otak yang disebabkan karena edema pad jaringan cerebri.
3. Lakukan pemberian posisi Head-up 30-40o 4. Observasi Diuresis dan ukur intake output secara teratur
3. Posisi head up 30-40o mempertahankan venous return ke otak.
4. Melihat efek manitol sebagai diuretic yang akan berdampak pada peningkatan produksi urine.
6. Implementasi : Tanggal 19 Maret 2019 Jam : 08.00 melakukan pengkajian ku dan TTV klien Respon: klien tampak sakit sedang, kesadaran Apatis-gelisah, berteriak-teriak, GCS E4M5V2, pupil isokor diameter 2/2 RC +/+ pasien tidak sesak oksigen k/p, pasien KM
3 3 3 3
Tensi 110/60, HR 120 x / menit, RR 24 x/menit, diuresis banyak 400cc (6 jam) Memberikan terapi manitol 20 % sebanyak 58.5 cc drip dalam jangka 30 menit.
2
7. Evaluasi : 19 maret 2019
Evaluasi S : Orang tua pasien mengatakan anaknya masih belum ada kontak mata, namun sesekali anak klien bisa mengikuti perintah O : klien tampak sakit sedang, GCS E4M5V2, pupil 2/2 RC +/+ pasien tidak sesak oksigen k/p, pasien tatapan masih blm focus. A: Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan
Analisa tindakan tidak dilakukan : Edema yang progresif dan cepat dapat menguasai mekanisme autoregulatory serebral, sehingga terjadi kompresi struktural, iskemia serebral, dan pada akhirnya herniasi otak yang fatal. Untuk mencegah hal ini, berbagai perawatan medis empiris digunakan, termasuk hiperventilasi, osmoterapi (manitol dan salin hipertonik), diuretik. Beberapa gangguan menghasilkan pola campuran edema sitotoksik dan vasogenik. Kemungkinan karena penyakit multifokal atau sistemik atau perubahan patofisiologis yang berhubungan dengan perkembangan penyakit. Penyebabnya antara lain trauma, hipoksia-iskemik ensefalopati, gangguan metabolisme atau kondisi keracunan, kegagalan organ multisistem, krisis hipertensi, infeksi atau peradangan. Manitol merupakan diuretik osmotik dengan rentang dosis 0,25-1 gram/kg berat badan, diberikan secara bolus intermiten. Manitol menurunkan tekanan intrakranial melalui efek reologik, yaitu menurunkan hematokrit dan viskositas darah, meningkatkan aliran darah ke otak sehingga menurunkan diameter vaskuler otak sebagai hasil dari autoregulasi. Efek reologi paling baik dicapai dengan pemberian bolus cepat dibandingkan infus kontinyu. Efek puncak terjadi dalam 90 menit hingga 6 jam tergantung kondisi klinis. Oleh karena efek diuretikum yang kuat, reduksi volume intravaskular seringkali terjadi. Efek samping pemberian manitol termasuk nekrosis tubular akut, gagal ginjal, dan edema serebri berulang (rebound). Risiko meningkat pada osmolalitas > 320 mOsm/L. Pada anak, manitol dapat diberikan apabila kondisi pasien euvolemia dan osmolaritas serum < 320 mOsm/ L. Efek samping manitol juga meningkat apabila diberikan dalam periode yang lama, misalnya infus kontinyu atau dosis berulang yang berlebihan. Rekomendasi pemberian manitol adalah dengan bolus intermitten dengan selang beberapa jam dan disertai penggantian cairan untuk mempertahankan kondisi euvolemia.
3
Peran Perawat Dalam tindakan pemberian terapi manitol Peran yang sebaiknya dilakukan sebagai perawat lulusan S-1 Keperawatan dalam tindakan ini adalah mengetahui mekanisme kerja dari manitol serta waktu paruh dan waktu puncak sehingga perawat harus dapat melakukan observasi terkait efek samping pemberian manitol serta.
4