Amlat_aulianur Fajri_kuatnya Isu Korupsi Hingga Berakhirnya Kekuasaan Dilma Rousseff Di Brazil_16.docx

  • Uploaded by: akhifajri
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Amlat_aulianur Fajri_kuatnya Isu Korupsi Hingga Berakhirnya Kekuasaan Dilma Rousseff Di Brazil_16.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,615
  • Pages: 12
Nama : Aulianur Fajri Nim : 165120401111054 Kelas : A-6 Studi Kawasan Amerika Latin Tugas Essay

Kuatnya Isu Korupsi Hingga Berakhirnya Kekuasaan Dilma Rousseff di Brazil Korupsi merupakan masalah klasik (Pinto, leana, & Pil, 2008) namun dalam era globalisasi saat ini korupsi sudah masuk pada masalah yang paling besar diberbagai negara oleh karena itu menurut penulis sendiri Korupsi ini sudah masuk pada ranah isuisu kontemporer karena dengan pesatnya perkembangan liberalisasi ekonomi keadaanpun berubah dimana hampir semua kegiatan berorientasi pada bisnis yang menyebabkan sering terjadinya penyalahgunaan wewenang baik dari kalangan kapitalis bisnis maupun dari para elit birokrat. Istilah “korupsi” dipergunakan sebagai suatu acuan singkat untuk serangkaian tindakan terlarang atau melawan hukum yang luas1 istilah korupsi mengacu pada berbagai aktifitas atau tindakan secara tersembunyi dan illegal untuk mendapatkan keuntungan demi kepentingan pribadi atau golongan. Dalam perkembangannya terdapat penekanan bahwa korupsi adalah tindakan penyalahgunaan kekuasaan ( abuse of power) atau kedudukan publik untuk kepentingan pribadi. (Aidt, 2003) menyatakan bahwa korupsi merupakan fenomena yang sulit didefinisikan secara tepat dan komprehensif. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan penilaian/ persepsi korupsi yang ada pada setiap kelompok masyarakat. Pada faktanya, korupsi juga berhubungan dengan sejarah dan sistem pemerintahan suatu negara. Di Korea Utara, membawa surat kabar dan/atau buku yang bertentangan dengan filosofi negara Korea Utara dapat dikategorikan sebagai korupsi (Bardhan, 1997). Dengan demikian definisi korupsi juga dipengaruhi oleh norma dan budaya dari tiap masyarakat. (Treisman, 2000) mendefinisikan korupsi sebagai penyalahgunaan sumber daya publik untuk kepentingan pribadi. (Jain, 2001) menganggap korupsi sebagai tindakan menggunakan kekuatan jabatan publik untuk keuntungan pribadi melalui cara yang bertentangan dengan rules of the game. Jadi secara umum definisi korupsi menurut para ahli adalah penyalahgunaan sumber daya dan jabatan publik untuk kepentingan pribadi.

1

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang Dan Jasa Dan Berbagai Permaslahannya, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 80

Korupsi sendiri mempunyai dampak buruk bagi pertumbuhan ekonomi karena proses berjalannya ekonomi akan menjadi terhambat serta, (Mauro, 1995; 1998) menemukan fakta bahwa korupsi mampu menurunkan tingkat investasi suatu negara. Investasi yang rendah akan memberikan multiplier effect investasi terhadap pertumbuhan ekonomi juga rendah. Investasi merupakan variabel yang robust (sehat dan kuat) dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Maka dari itu rendahnya investasi akibat korupsi mampu menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara dari titik optimalnya. ( CuervoCazurra, 2006) menemukan bahwa investor dari negara yang memiliki tingkat korupsi rendah (non-korup) cenderung berinvestasi di negara nonkorup. Sebaliknya investor dari negara yang memiliki tingkat korupsi tinggi (korup) juga cenderung berinvestasi di negara korup. Hal ini dikarenakan bahwa investor dari negara non-korup mengganggap bahwa berinvestasi di negara korup akan menyebabkan biaya transaksi tinggi dengan adanya pungli dan suap untuk memperoleh perizinan, sehingga biaya investasi menjadi lebih tinggi di negara korup.2 Kuatnya isu korupsi ini juga sangat kental pada daerah Kawasan Amerika Latin dimana Amerika latin sendiri merupakan Kawasan yang dikenal mengalami terjadinya instabilitas politik karena sering terjadinya kudeta yang dilakukan oleh sipil dimana masyarakat yang merasa tidak puas dengan kinerja pemerintah langsung melakukan desakan untuk mengganti rezim yang ada, kemudian juga perang ideologi antara sayap kiri dan sayap kanan. Instabilitas politik ini juga berpengaruh besar terhadap stabilitas ekonomi yang dimana di Amerika Latin sendiri stabilitas ekonomi sangat bergantung pada isu politik yang sedang berlangsung. Sering munculnya

kudeta dan

ketidakpercayaan bahkan ketidakpuasan warga sipil terhadap pemerintah salah satu indikasi terbesarnya adalah terkuaknya isu-isu korupsi yang dilakukan oleh para pejabat. Amerika Latin sendiri merupaka suatu Kawasan yang menurut penulis sangat rawan dan rentan akan terjadinya korupsi, karena dinamika yang terjadi sangat turun naik baik politik maupun ekonomi , berbeda halnya dengan Kawasan-kawasan lain seperti Eropa yang dinamikanya begitu-begitu saja, ekonomi cenderung stabil, dan pergolakan politik hanya sebatas wacana-wacana para pemimpinnya, di Asia juga demikian dinamika yang terjadi bisa di kategorikan masih belum signifikan kebanyakan negara berfokus mengembangkan perekonomiannya karena Asia sendiri terutama di Asia Tenggara 2

Rimawan Pradiptyo, M.Sc, Ph.D, 2016, DAMPAK SOSIAL KORUPSI, Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Gedung Dwiwarna KPK

menjadi pasar terbesar dunia, dinamika politik juga cenderung stabil jarang terjadi kudeta dari masyarakat sipil Jika kita melihat dari sisi ekonomi sendiri Kawasan Amerika Latin juga mengalami pertumbuhan dari data world bank sendiri GDP dari kawasan Amerika latin dari tahun 2000 yaitu 2,287,586.78 USD naik menjadi 5,974,236.16 USD ditahun 2017, kemudian juga pendapatan perkapita ditahun 2000 4,358.73 USD naik menjadi 9,274.78 USD.3 Kemudian Kawasan Amerika Latin juga kaya dengan sumber daya mineral, minyak dan gas. Beberapa negara yang kaya sumber alamnya antara lain, biji besi (Brazil, Venezuela, Chile, dan Peru), tembaga (Chile, Peru, Brazil dan Argentina), mangan (Bolivia), emas (Peru, Brazil, Kolombia, Argentina, Chile dan Suriname), perak (Peru, Bolivia dan Chile), bahan baku baja (Brazil, Argentina, Venezuela, Chile dan Kolombia), minyak bumi (Brazil, Venezuela, Argentina, Ekuador, Peru, Suriname)4 Dari segi ekonomi Kawasan Amerika Latin memang cukup besar dengan segala sumber dayanya Kawasan ini juga memiliki potensi pasar yang besar di dunia, maka dari itu Kawasan ini dipenuhi juga oleh para elit bisnis. Adanya elit bisnis ini juga dapat berpengaruh terhadap para pejabat tinggi negara untuk melakukan tindak korupsi yang dimana dari situlah biasanya terjadi dinamika politik yang tidak stabil hingga menyebabkan rakyat melakukan kudeta. Seperti yang dikatakan oleh Pakar korupsi Robert Klitggard menulis bahwa munculnya korupsi disebabkan oleh tumbuhnya kesempatan, resiko kecil, dan mental lembek. Menurut Baharuddin Lopa, salah satu yang menyebabkan terjadinya korupsi dan pelanggaran hukum adalah oleh karena pejabat Negara yang serakah. Salah satu negara dikawaan Amerika Latin sendiri yang cukup diperbincangkan dengan kasus korupsinya adalah Brazil dimana para pejabat tingginya banyak yang tersandung kasus korupsi mulai dari Lula da Silva, Dilma Rousseff dan juga politisi politisi pemerintahan. Brazil sendiri berdasarkan Konstitusi Brazil 1988 merupakan negara republic yang berbentuk federal dengan presiden berfungsi sebagai kepala negara dan juga kepala pemerintahan. Federasi Brazil sendiri terdiri dari sebuah Federal Distrik, 26 negara bagian dan 5.564 pemerintahan kota. Kekuasaan Federal pemerintahan Brazil di bagi kedalam tiga bagian, yaitu kekuasaan eksekutif , legislative dan judikatif. Brazil 3

https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.PCAP.CD?end=2017&locations=ZJ-CL&start=2000 (diakses 9 maret 2019) 4 https://www.kemlu.go.id/Majalah/PELUANG%20II.pdf (diakses 9 maret 2019)

juga merupakan negara dengan system multi partai, dengan empat partai dominan yaitu Partai Buruh (PT), Partai Pergerakan Demokrat Brazil (PMDB), Partai Sosial Demokrat Brazil (PSDB) dan Partai Demokrat. Brazil sendiri dalam sejarahnya mengalami beberapa bentuk pemerintahan mulai dari militer dan otoriter sebelum akhirnya menuju kearah pemerintahan demokratis seperti saat ini. Dari segi ekonomi Brazil termasuk negara yang paling berpengaruh di kawasan Amerika Selatan. Brazil merupakan salah satu dari empat negara BRICS , sebuah istilah yang diciptakan pada tahun 2001 oleh Goldman Sachs, mengacu pada lima besar pasar negara berkembang di dunia. Brazil telah mengembangkan banyak industri, termasuk sektor pertanian, pertambangan, manufaktur dan sektor jasa. Brazil juga mengalami perkembangan dari segi GDP dimana tahun 2000 GDP Brazil yaitu 655,420.65 USD hingga ditahun 2017 naik menjadi 2,055,505.50 USD.5 Selain itu komuditas yang paling terkenal di Brazil adalaj kopi yang dimana komuditas ini menempatkan Brazil sebagai produsen kopi1 terbesar secara global, dengan tingkat produksi mencapai 49.400 kantong kopi 60 kg pada tahun 2015 (United States Department of Agriculture, 2015). Produksi kopi Brazil berkontribusi sebesar 32% dari total produksi kopi secara global (SSI Review, 2014). Kemudian Brazil juga mengalami berbagai masalah di internal negaranya seperti Pertumbuhan ekonomi Brazil yang menyusut 3,6% pada tahun 2016, 8% lebih rendah dibandingkan Desember 2014. Sementara pada pada 2015 lalu ekonomi Brasil juga turun tajam, dimana pertumbuhannya minus 3,8%. Pemicunya, adalah banyak perusahaan yang memangkas rencana investasinya dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada lebih dari 1,5 juta pekerjanya. Kemerosotan ekonomi Brazil dalam dua tahun terakhir membuat jumlah pengangguran meningkat sebesar 76% menjadi 12,9 juta, dengan rata-rata bertambah 12,6%.6 Berbicara masalah pengangguran Jumlah pengangguran di Brasil naik ke tingkat tertingginya pada September-November 2016. Akibat dari angka pengangguran yang tinggi menyebabkan tingkat kejahatan di Brazil juga naik, Berdasarkan data tahunan yang dirilis lembaga think tank Forum Keamanan Publik Brasil yang dikutip Reuters, tahun

5

https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD?end=2017&locations=BR&start=2000 ( diakses 9 Maret 2019) 6 https://ekbis.sindonews.com/read/1186511/35/krisis-ekonomi-brazil-menuju-rekor-terburuk-1488978930 (diakses 10 maret 2019)

2015 ada 63.880 orang yang tewas dibunuh di negara itu. Angka ini meningkat sekitar 3,7 persen dibanding jumlah pembunuhan 2016. Pada 2017, angka pembunuhan di Brasil 30,8 per 100 ribu orang, meningkat dari 29,9 di 2016. Pembunuhan tertinggi di Brazil terjadi akibat kejahatan terorganisir. Angka pembunuhan terbanyak pada 2017 terjadi di negara bagian Rio Grande do Norte dengan 68 pembunuhan per 100 ribu orang, disusul dengan Acre yang berbatasan dengan Peru.7 Angka- angka pembunuhan ini juga tak lepas dari peran para kartel narkoba yang ada di Brazil, salah satu geng kartel narkoba paling besar di Brazil bernama First Capital Command (PCC) geng ini punya andil besar dalam kejahatan yang sering terjadi di Brazil mulai dari perdagangan Narkoba, perampokan Bank, Prostitusi, Pencucian uang, penculikan dan pemerasan , geng ini juga yang berada di balik pembunuhan ratusan polisi di Sao Paulo pada tahun 2013. Naiknya tingkat kejahatan di Brazil juga beriringan dengan apa yang terjadi di internal negra ini , dimana sering terjadinya pergolakan politik di pemerintahan, salah satu penyebabnya adalah kasus Korupsi yang menimpa para pejabat tinggi negara. Korupsi di Brazil sendiri menurut penulis kategorikan sebagai tertinggi di dunia, karena pihak yang terlibat disini sudah sampai pada level presiden sebagai kepala negara, jika dibandingkan dengan Indonesia misalnya level korupsi tertinggi masih pada tingkat gubernur dan DPR, Transparency International Barometer Korupsi Global(TI) menunjukkan bahwa 81% responden Brasil merasa bahwa politik di Brazil sangat korup (Transparency International 2013). Sementara Menurut Indeks Persepsi Korupsi TI (CPI) tahun 2014, Brasil berada di peringkat ke 69- dari 175 negara dan peringkat ke 5 di Amerika Latin dengan tingkat korupsinya (Transparency International 2014). Selain itu, Indikator Tata Kelola Dunia Bank Dunia - Kontrol Korupsi menunjukkan bahwa pada 2014, Brasil mencapai hasil terburuk selama dua dekade terakhir. Sejak Brasil kembali ke demokrasi pada tahun 1985, belum ada presiden terpilih dengan catatan bersih. Fernando Collor, presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat di Brazil, menjadi presiden Amerika Selatan pertama yang menghadapi pemakzulan korupsi. dua presiden brazil yang cukup berpengaruh dalam stabilitas politik brazil akibat dari kasus korupsinya yaitu Lula Da Silva, Lula terseret kasus pencucian 7

https://kumparan.com/@kumparannews/angka-pembunuhan-2017-di-brasil-50-kali-lipat-dibandingindonesia-1533814983435185068 (diakses 10 maret 2019)

uang setelah pihak berwenang melakukan penyelidikan besar-besaran yang disebut dengan “Lava Jato” terhadap dugaan kasus korupsi yang terjadi di perusahaan minyak milik pemerintah Brasil, Petrobas. Operasi itu juga mengungkap fakta besar dan mengejutkan public Brazil dimana selain Lula Da Silva kasus itu juga melibatkan putranya Marcelo dan juga Dilma Rousseff yang juga menjabat presiden Brazil setelah Lula. Kasus ini bisa disebut sebagai kasus korupsi paling besar di Brazil karena melibatkan dua presiden sekaligus serta kurang lebih 100 politikus di pemerintahan Brazil , kemudian kasus ini juga punya andil besar dalam merosotnya perekonomian Brazil dikarenakan terhambatnya aktivitas negara , serta menyebabkan hampir seluruh warga brazil turun kejalanan mendesak untuk penyelesaian kasus tersebut. Yang dimana berujung pada berakhirnya kekuasaan dari seorang Dilma Rousseff. Dilma Rousseff merupakan presiden wanita pertama yang mampu berkuasa di Brazil, dia lulus dengan gelar sarjana ekonomi dari Universidade Federal do Rio Grande do Sul di Porto Alegre pada 1977. Ketika rezim kediktatoran melemah, Rousseff menjadi aktif dalam politik lokal, dan dia diangkat sebagai sekretaris keuangan untuk Porto Alegre pada tahun 1986. Dia meninggalkan posisi itu pada tahun 1988 dan kemudian menghabiskan dua tahun sebagai presiden Yayasan Ekonomi dan Statistik negara bagian Rio Grande do Sul (1991-93). Dia kembali ke pekerjaan pemerintah pada tahun 1993 sebagai sekretaris pertambangan, energi, dan komunikasi untuk Rio Grande do Sul, dan dia dipuji karena meningkatkan efisiensi energi dan produksi listrik di negara bagian tersebut. Rousseff meninggalkan jabatan itu pada tahun 1994 dan kemudian mengejar gelar Ph.D. dalam bidang ekonomi. Sebelum menerima gelar, bagaimanapun, dia dipanggil kembali ke jabatannya di pemerintahan pada tahun 1999, dan di sanalah dia bergabung dengan Partai Pekerja Luiz Inácio Lula da Silva (Partido dos Trabalhadores; PT). dan dia meninggalkan pekerjaan pemerintahannya pada tahun 2002 untuk melayani staf kampanye presiden yang berhasil Lula. 8 Setelah mulai menjabat pada tahun 2003, Lula menunjuk menteri pertambangan dan energi Rousseff, dan ia ditunjuk sebagai ketua perusahaan minyak Brazil, Petrobras. Rousseff menekankan perlunya Petrobras untuk memperluas kapasitas produksinya, dan pada 2005 Lula menunjuknya sebagai kepala staf. Ekonomi yang berkembang dan tingkat 8

https://www.britannica.com/biography/Dilma-Rousseff (diakses 10 maret 2019)

kemiskinan yang menyusut mendorong popularitas Lula, tetapi ia menghadapi batas konstitusional dua syarat, sehingga ia mulai mendandani Rousseff untuk menjadi penggantinya. Dia mengundurkan diri dari Petrobras pada Maret 2010 untuk mempersiapkan kampanye kepresidenannya. Pada putaran pertama pemungutan suara, pada awal Oktober, Rousseff gagal meraih 50 persen suara yang dibutuhkan untuk menghindari putaran kedua. Di babak kedua, yang diadakan akhir bulan itu, ia memenangkan kemenangan, meraih 56 persen suara. Dia dilantik ke kantor pada 1 Januari 2011.9 Pemerintahan Rousseff sendiri dari awal sudah sudah dihadapkan pada kasus korupsi yang ada di administrative pemerintahan dan pada akhir 2011 akhirnya penyeledikan atas berbagai tuduhan korupsi dan kemungkinan penyelidikan kongres telah menyebabkan pengunduran diri lima menteri kabinet. Kemudia pada November 2012, enam pejabat pemerintah Brasil ditangkap karena dituduh mempengaruhi penjualan dan korupsi. Rousseff akhirnya memecat dua diantara mereka. Sementara itu, persidangan skandal korupsi politik terbesar dalam sejarah Brasil mereda. Kasus tersebut, dijuluki mensalão ("big monthly bribe"), melibatkan skema untuk menyuap anggota Kamar Deputi, dan diduga bahwa Lula terlibat. Selain dugaan korupsi kemudian juga rezim dari Roussef sendiri dihadapkan pada pelemahan ekonomi dengan tergelincirnya produk domestic bruto dari tingkat pertumbuhan sekitar 7,5% pada 2010 menjadi 1,0% di tahun 2012. Hal ini memicu tanggapan dari Bank Dunia untuk turun langsung dengan mengurangi suku bunga dan menurunkan persyaratan cadangan untuk bank-bank di Brazil. Kemudian juga rezim Rousseff juga mendapat tekanan dari industry industry untuk memotong biaya listrik. Maraknya korupsi dan kinerja ekonomi dari pemerintahan yang dianggap mengecewakan kondisi politik Brazil pun mulai bergejolak protes-protes dijalanan mulai berkembang yang dimulai di São Paulo pada Juni 2013 dan menyebar ke seluruh negeri. Demonstrasi dipentaskan terutama oleh kelas menengah, selain maraknya korupsi dan ekonomi yang melemah warga juga menyoroti jika pemberian layanan public yang dilakukan pemerintah dirasa kurang. Masyarakat

juga

mengkritisi

bagaimana

pemerintah

Rousseff

cenderung

menghabiskan terlalu banyak anggaran untuk membangun dan meningkatkan stadion 9

Ibid.

untuk kompetisi sepak bola Piala Dunia yang diselenggarakan Brazil pada 2014 dan Pertandingan Olimpiade Musim Panas Rio de Janiero pada 2016. Akan tetapi Karena pementasan Piala Dunia sendiri berjalan sesuai rencana, popularitas Rousseff pun meningkat dan menjadi pujian. Namun saying sekali tim Brazil gagal mencapai hasil yang baik ketika jatuh ke Jerman 7-1 dalam pertandingan semifinal dan hal tersebut langsung mengalihkan perhatian negara gila sepak bola itu kembali ke masalah sosial dan sosial. penyakit ekonomi, yang dimana Ekonomi Brasil telah masuk ke dalam resesi pada awal 2014.10 Setelah dilanda isu ekonomi yang melonjak hal tersebut tak menggoyahkan Dilma Roussef untuk terus mempertahankan rezimnya Rousseff memenangkan putaran pertama pemungutan suara dengan sekitar 42 persen suara (kurang dari 50 persen yang diperlukan untuk mencegah putaran kedua) dan menggagalkan pencalonan Silva, yang berakhir dengan hanya 21 persen. Namun, Rousseff menghadapi tantangan besar dalam limpasan 26 Oktober, dari Aécio Neves dari Partai Sosial Demokrat Brasil, mantan gubernur Minas Gerais, yang melonjak pada minggu-minggu terakhir kampanye untuk menangkap sekitar 34 persen suara. Meskipun Silva mendukung Neves, Rousseff menang dalam putaran kedua untuk memenangkan masa jabatan kedua, meraih lebih dari 51 persen suara, berbeda dengan lebih dari 48 persen untuk Neves.11 Pada masa jabatannya kedua rezim dari Rousseff pun langsung digempur dengan ekonomi yang terus memburuk dan skandal baru yang mencuat dimana pada maret 2015 setelah dilakukan penyelidakan yang diberi operasi Lava Jato, lusinan pebisnis dan politisi tingkat tinggi didakwa sebagai bagian dari kasus korupsi yang melibatkan Perusahaan Petrobaras, kasus ini juga melibatkan PT dan anggota-anggotanya, dan anggota mitra koalisi PT, Partai Gerakan Demokrasi Brasil (PMDB). Kasus yang melibatkan Petrobaras ini membuat ekonomi Brazil makin turun mengingat ukuran Petrobras dan luasnya jangkauannya dalam perekonomian negara itu, Samuel Pessoa, seorang ekonom

terkemuka,

memproyeksikan

kesengsaraan

perusahaan

akan

mengurangi PDB Brasil sebesar 0,75 persen pada tahun 2015. ekonomi Brasil yang goyah tidak hanya jatuh ke dalam resesi tetapi juga terperosok dalam krisis ekonomi yang,

10

ibid Ibid.

11

menurut beberapa sumber, adalah yang terburuk yang dialami Brasil sejak 1901, dengan kenaikan inflasi.12 Hal ini memicu kemarahan masyarakat Brazil tentunya Demonstrasi antipemerintah dan anti-skandal besar terjadi di São Paulo dan di seluruh negeri pada 15 Maret 2015, dan peringkat persetujuan Rousseff anjlok hingga 13 persen. Pada 12 April 2015, demonstrasi besar-besaran kembali digelar di seluruh Brazil. Meskipun jumlah masa lebih kecil daripada demonstran di bulan Maret yang jumlah total demonstran diperkirakan lebih dari ratusan ribu daripada sekitar satu juta orang di bulan Maret fokusnya adalah pada panggilan untuk pemakzulan Rousseff. Inti dari upaya untuk memakzulkan Rousseff adalah tuduhan bahwa ia telah mengawasi penyalahgunaan dana bank negara untuk menutupi defisit anggaran menjelang pemilihan presiden 2014. Sementara itu, ekonomi Brasil tetap terperosok dalam resesi, PDB mengalami kontraksi sekitar 3,7 persen pada 2015, dengan nilai kejatuhan yang nyata dan kepercayaan bisnis yang terkikis. Dam badan-badan yang mengkritik Rousseff yang berkembang pesat dengan cepat menyalahkan kebijakan ekonomi presiden. 13 Dengan protes terhadap pemakzulan Rousseff yang membengkak di aula pemerintah dan di jalan-jalan yang menurut beberapa perkiraan, lebih dari satu juta warga Brasil di seluruh negeri berpartisipasi dalam demonstrasi antipemerintah pada, mitra utama PT dalam koalisi yang berkuasa, PMDB juga mengundurkan diri dari pemerintah, yang dimana meningkatkan kemungkinan bahwa hal itu mungkin diikuti oleh anggota yang lebih kecil dari koalisi. Kepergian mereka meningkatkan kemungkinan bahwa tidak akan ada cukup dukungan yang tersisa untuk Rousseff di Kamar Deputi untuk mencegah mayoritas dua pertiga yang diperlukan untuk mengirim presiden yang diperangi di hadapan Senat untuk persidangan pendakwaan. 12 Mei 2016, setelah debat semalaman, Senat Brasil memberikan suara 55 banding 22 untuk menangguhkan Rousseff dan mempertimbangkan pendakwaan. Wakil Presiden . Michel Temer dari PMDB, mantan sekutu Rousseff, menjadi penjabat presiden. Pengadilan pendakwaan dimulai pada 25 Agustus 2016. Pada 29 Agustus, Rousseff memulai kesaksiannya di hadapan Senat dengan pernyataan berapi-api di mana dia membela tindakannya mengenai anggaran, dengan mengatakan bahwa dia tidak 12 13

Ibid. Ibid.

melakukan apa pun. Dia juga berdiri dengan prestasi egaliter Partai Buruh dan memperingatkan bahwa pemerintahan Temer yang kabinetnya, katanya, tidak memiliki perempuan dan adaya ketidaksetaraan ras yang akan membatasi pengeluaran publik dan membela kepentingan elit kaya. "Saya tidak memperjuangkan mandat saya karena kesombongan atau keterikatan pada kekuasaan," kata Rousseff. “Saya berjuang untuk demokrasi, untuk kebenaran, dan untuk keadilan. Saya berjuang untuk orang-orang di negara saya dan kesejahteraan mereka. " dan pada akhirnya pada 31 agustus Senat memilih 61-20 untuk mengeluarkan Rousseff dari jabatannya. Dia juga dilarang mencalonkan diri untuk jabatan politik lagi selama delapan tahun. Dengan runtuhnya rezim dari Rousseff sendiri mengindikasikan bahwa akar dari semua permasalahan yang terjadi adalah adanya kasus korupsi yang sudah ada bahkan dalam perpindahan kekuasaan dari Lula yang juga disebut sebagai guru dari seorang Rousseff sendiri indikasi adanya korupsi sangat kuat sehingga menyebabkan munculnya ketidakpercayaan masyarakat pada rezim tersebut dan ketidakpercayaan tersebut akhirnya merambat pada persoalan lain sehingga setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh Rousseff bisa dibilang buruk . Jika melihat dari runtutan permasalahan yang terjadi pada rezim tersebut memang korupsi adalah benang merah yang paling kuat dan dapat kita simpulkan jika memang di Brazil sendiri memiliki krisis terhadap pemimpin yan bersih dari kasus korupsi dan harus diakui jika masyarakat Brazil sungguh kritis akan hal-hal yang menyangkut kesejahteraan negara. Kemudian korupsi juga menjadi isu utama yang ada di negeri samba ini. (Miguel Pereira Mendes , 2015 ) Korupsi politik di Brasil merupakan fenomena endemik, berdasarkan terselubung hubungan antara politisi dan kepentingan pribadi, kurangnya transparansi dan birokrasi yang berat. Selain itu, kompleksitas hukum Brasil dan kurangnya koordinasi antara lembaga akuntabilitas memungkinkan korupsi masuk dalam sistem. Dengan menggunakan berbagai contoh esai ini telah menunjukkan bahwa korupsi secara khusus membatasi kemampuan pemerintah untuk menyediakan infrastruktur vital bagi pembangunan Brasil. Penyimpangan dana publik, perubahan dalam prioritas pemerintah dan hasil yang menyesatkan dalam kontrak penawaran mengganggu kualitas infrastruktur Brasil.14 Selaian alasan yang dikemukakan mendes tersebut menurut penulis salah satu alasan mengapa korupsi itu sangat kuat dalam perpolitikan Brazil dikarenakan 14

Miguel Pereira Mendes, 2015, Political Corruption and its Effects on the Government's Ability to Provide Essential Public Goods in Brazil, Johns Hopkins University – School of Advanced International Studies 2015

adanya ketidakmampuan para pemimpin dan pejabat pemerintahan untuk mengendalikan akal sehatnya sehingga tergiur akan tindak pidana korupsi. Namun hal yang menarik dari korupsi sendiri di Brazil adalah bagaimana masyarakatnya sendiri mengkritisi hal tersebut mungkin memang dalam kasus korupsi yang ada di Brazil melibatkan seorang kepala negara langsung, tetapi hal ini mengindikasikan jika masyarakat Brazil sangat berperan dalam proses demokrasi dimana dalam kasus tersebut masyarakat sebagai pilar utama demokrasi memainkan perannya dengan baik melihat dimana adanya ketidak beresan yang terjadi di pemerintahan apalagi menyangkut korupsi ,masyarakat dengan seksama bergerak melakukan perlawanan dan mendesak untuk diselesaikannya masalah , perlawanan dan tuntutanpun juga tidak semena mena langsung menggulingkan presiden tetapi juga melewati tahap dimana masyarakat mendesak siding untuk menghapus jabatan presiden dari tangan Rousseff, hal ini memang sesuai dengan kultur dari masyarakat Amerika Latin yang dimana sangat kritis akan kesejahteraan negara. Kemudian juga dengan runtuhnya rezim Rousseff di Brazil sendiri semakin memperkuat pandangan jika bahwasanya isu Korupsi ini menjadi isu yang sangat berbahaya, jika dilihat dari seberapa kuatnya sudah banyak sekali kasus yang terjadi diberbagai negara hingga di Brazil notabennya negara Demokrasi yang dimana dikatakan oleh kaum liberal bahwa system demokrasi adalah system terbaik untuk memajukan negara dalam kenyataanya dengan isu korupsi mampu membuat instabilitas politik menjadi naik kemudian kemunduran ekonomi hingga penurunan Kepala Negara.

Daftra Pustaka 1. Miguel Pereira Mendes, 2015, Political Corruption and its Effects on the Government's Ability to Provide Essential Public Goods in Brazil, Johns Hopkins University – School of Advanced International Studies 2015 2. Rimawan Pradiptyo, M.Sc, Ph.D, 2016, DAMPAK SOSIAL KORUPSI, Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Gedung Dwiwarna KPK 3. Esther Solano Gallego, 2018, The Brazilian elections, Real Instituto elcano Royal Instotute ARI 111/2018 4 October 2018 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang Dan Jasa Dan Berbagai Permaslahannya, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 80 https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.PCAP.CD?end=2017&locations=ZJCL&start=2000 (diakses 9 maret 2019) https://www.kemlu.go.id/Majalah/PELUANG%20II.pdf (diakses 9 maret 2019) https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD?end=2017&locations=BR&start=2000 ( diakses 9 Maret 2019) https://ekbis.sindonews.com/read/1186511/35/krisis-ekonomi-brazil-menuju-rekor-terburuk1488978930 (diakses 10 maret 2019) https://kumparan.com/@kumparannews/angka-pembunuhan-2017-di-brasil-50-kali-lipatdibanding-indonesia-1533814983435185068 (diakses 10 maret 2019) https://www.britannica.com/biography/Dilma-Rousseff (diakses 10 maret 2019)

Related Documents


More Documents from ""