Amel Judul-alur.docx

  • Uploaded by: AMELIA PUTRI DIVINDHA
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Amel Judul-alur.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,425
  • Pages: 21
A. Judul Percobaan

:

B. Tanggal Percobaan

: Kamis, 28 Februari 2019 Pukul 07.00 WIB

Selesai Percobaan C. Tujuan Percobaan

: Kamis, 28 Februari 2019 Pukul 12.00 WIB :

1. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus aldehid 2. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus keton 3. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus karboksilat 4. Membedakan antara gugus aldehid, keton, dan karboksilat di dalam senyawa organik D. Dasar Teori

:

Aldehid dan keton merupakan senyawa yang mempunyai gugus karbonil, yaitu C=O. Aldehid mempunyai sedikitnya satu hydrogen yang terikat pada karbon karbonil, sedangkan keton tidak mempunyai hydrogen yang terikat pada karbonil, hanya karbon yang mengandung gugus R (R adalah alkil atau aromatic). O ║ -CAldehid

Keton

Gugus Karbonil

Aldehid keton berubah dua dari sekian banyak kelompok senyawaan organik yang mengandung gugus karbonil. Suatu keton mempunyai

dua

gugus alkil (aril) yang terikat pada karbon karbonil, sedangkan aldehida mempunyai satu gugus alkil(aril) dan satu hidrogen yang terikat pada karbon karbonil itu (Hadyana Pudjaatmaka, 1982). Sifat-sifat unik gugus karbonil mempengaruhi sifat fisika aldehida dan keton. Karena senyawaan ini polar, dan karena itu melakukan tarik-menarik dipol-dipol antarmolekul, aldehida dan keton mendidih pada temperatur yang lebih tinggi dari pada senyawaan nonpolar yang bobot molekulnya bersamaan. Secara terbatas aldehid dan keton dapat mensolvasi ion (Hadyana Pudjaatmaka, 1982). Aldehid dan keton suatu senyawa yang tersusun dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Keduanya dapat diperoleh dari oksidasi

alkohol, aldehida dari alkohol primair, sedangkan keton dari alkohol sekunder (Ismail Besari, 1982) Aldehid dan keton mempunyai gugus fungsional (gugus karbonil) yang sama, maka sifat kimianya hampir sama, tetapi sifat fisikanya berlainan (Ismail Besari, 1982). Jika kedua gugus yang menempel pada gugus karbonil adalah gugusgugus karbon, maka senyawa itu dinamakan keton. Jika salah satu dari kedua gugus tersebut adalah hidrogen, senyawa tersebut termasuk golongan aldehid (Suminar Achmadi, 1989). Aldehid dan keton tidak mengandung hydrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hydrogen seperti pada alcohol. Sebaliknya alcohol dan fenol adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relative kuat antara molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negative dari yang lain (Fessenden, 1992) Aldehid dan keton bereaksi dengan berbagai senyawa tetapi pada umumnya aldehid lebih reaktif dibanding keton. Kimiawan memanfaatkan kemudahan oksidasi aldehid dengan mengembangkan beberapa uji untuk mendeteksi gugus fungsi ini. (Willbroham, 1992).

1. Aldehid Aldehid memiliki rumus molekul RCHO merupakan suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hydrogen. Nama IUPAC aldehid diturunkan alkana dengan mengganti akhiran “ana” dengan “al” nama umumnya didasarkan nama asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran deida. Salah satu reaksi untuk pembuatan aldehid adalah oksidasi pada alkohol primer. Kebanyakan oksidator tak dapat dipakai karena akan mengoksidasi aldehidnya menjadi asam karboksilat. Oksidasi khrompiridin kompleks seperti piridinium khlor kromat adalah oksidator yang dapat berubah alcohol primer menjadi aldehid tanpa merubahnya menjadi asam karboksilat (Petruci, 1987).

Sifat-sifat Aldehida: 1. Senyawa-senyawa aldehida dengan jumlah atom C rendah (1 s/d 5 atom C) sangat mudah larut dalam air. Sedangkan senyawa aldehide dengan jumlah atom C lebih2 dari 5 sukar larut dalam air. 2. Aldehida dapat dioksidasi menjadi asam karboksilatnya 3. Aldehida dapat direduksi dengan gas H membentuk alkohol primer. Pembuatan Senyawa Aldehid Dalam pembuatan aldehid, metode yang paling baik dan telah lama diketahui untuk mensintesis senyawa aldehid adalah oksidasi alkohol primer, dan oksidasi pemutusan alkena. Berikut ini dijelaskan reaksi pembuatan aldehida : 1. Oksidasi alkoho primer : alkohol primer dapat dioksidasi menjadi aldehida. Reaksi ini biasanya menggunakan piridin kloro kromat dalam pelarut diklorometana pada suhu kamar (Siswoyo, 2009). Dalam laboratorium oksidator yang lazim digunakan untuk mengoksidasi alkohol adalah larutan kalium bikromat, dan asam sulfat. Mengingat bahwa aldehid mudah sekali teroksidasimenjadi asam karboksilat, maka dalam pembuatan ini harus mengupayakan pencegahan oksidasi lebih lanjut, yaitu dengan segera menyisakan aldehida yang terjadi dari campuran reaksinya (Parlan, & Wahjudi, 2003).

2. Ozonalisis Alkena : Alkena yang mempunyai paling tidak satu hidrogen vinilik akan mengalami pemecahan reaksi oksidasi dengan ozon menghasilkan adehida. Jika reaksi ozonolisis dilakukan pada alkena siklik, maka akan didapat senyawa dikarbonil (Siswoyo, 2009).

3. Reduksi asil klorida : jika asam karboksilat direaksikan dengan SOCl3 dan asil

klorida

yang

dihasilkan

direaksikan

dengan

lithium

tri-t-

butoksialuminium hidrida pada suhu -78ºC, akan terbentuk senyawa aldehida (Siswoyo, 2009).

2. Keton Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil dengan rumus umum RCOR. Seperti halnya aldehid senyawa keton juga memiliki IUPAC dan nama umum. Secara IUPAC nama keton adalah turunan alkana yang akhiran ana diganti on.Oleh karena itu disebut dengan alkanon. (Matsjeh, 1993) Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil (Wilbraham, 1992). Pembuatan keton yang paling umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder. Hampir semua oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas antara lain khromium oksida (CrO3), phiridinium khlor kromat, natrium bikhromat (Na2Cr2O7) dan kalium permanganat (KMnO4) (Respati, 1986). Pembuatan Senyawa Keton 1. Oksidasi alkohol sekunder : alkohol sekunder dapat dioksidasi dengan beberapa oksidator menjadi keton. Pemilihan oksidator tergantung dari beberapa faktor, diantaranya adalah skala reaksi, biaya, dan asam atau basa yang sensitif pada alkoholnya (Siswoyo, 2009).

2. Asilasi Friedel – Crafts : merupakan cara yang efektif untuk memasukkan gugus asetil ke dalam inti benzena. Produk reaksinya berupa aril keton, selain itu asilasi friedel-crafts juga dapat dilakukan dengan menggunakan anhidrida asam karboksilat (Siswoyo, 2009).

3. Asam Karboksilat Asam karboksilat ialah segolongan senyawa organic yang dicirikan oleh gugus karboksil yaitu nama yang berasal dari nama gugus fungsi karbonil dan hidroksil. Rumus struktur asam karboksilat yaitu :

Asam karboksilat tergolong asam karena senyawa ini mengion dalam larutan menghasilkan ion karboksilat dan proton. (Willbraham, 1992) Asam karboksilat yang paling sederhana adalah asam format (Asam Semut) HCOOH. Senyawa tersebut dapat dibuat dari hasil reaksi dekarboksilasi asam oksalat. Asam format terdapat pada semut merah (asal dari nama), lebah, jelatang dan sebagainya (juga sedikit dalam urine dan peluh). Asam format memunyai Sifat fisika antara lain : cairan, tak berwarna, merusak kulit, berbau tajam, larut dalam H2O dengan sempurna. Sedangkan Sifat kimianya antara lain : asam paling kuat dari asam-asam karboksilat, mempunyai gugus asam dan aldehida. Asam format digunakan untuk koagulasi lateks, penyamakkan kulit, industri tekstil, dan fungisida.  Sifat Fisik Aldehid dan Keton Adanya gugus karbonil menyebabkan senyawa ini bersifat polar dan memiliki gaya intermolekul, dan titik didih yang lebih besar daripada alkana yang bersesuaian. Namun demikian aldehid dan keton tidak memiliki ikatan

hidrogen yang kuat diantara molekul – molekulnya. Oleh karena itu aldehida dan keton mempuyai titik didih yang lebih rendah daripada alkohol yang bersesuaian. Atom oksigen pada seyawa karbonil dapat membentuk ikatan hidrogen yang cukup kuat dengan molekul air. Senyawa karbonil dengan berat molekul yang rendah dapat larut di dalam air, sedangkan aseton dan asetaldehida larut dalam air dalam segala perbandingan (Siswoyo, 2009).  Perbedaan antara aldehid dan keton Ada beberapa perbedaan antara aldehid dan keton pada sifat dan struktur yang mempengaruhinya: a. Aldehid sangat mudah untuk beroksidasi, sedangkan keton mengalami kesukaran dalam beroksidasi. b. Aldehid biasanya lebih reaktif dari keton, terhadap suau reagen yang sama. Hal ini disebabkan karena atom karbonil dari aldehid kurang dilindungi dibandingkan dengan keton, begitu pula aldehid lebih mudah dioksidasi dari keton. c. Aldehid kalau teroksidasi akan menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah atom yang sama tetapi untuk keton tidak, dikarenakan pada keton sering mengalami pemutusan ikatan yang menghasilkan 2 ikatan asamkarboksilat dengan jumlah atom karbon dari keton mula-mula (akibat putusnya ikatan karbon), keton siklik menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah atom karbon yang sama banyak. (Fessenden, 1992). Jadi perbedaan kereaktifan antara aldehid dan keton melalui oksidator dapat digunakan untuk membedakan kedua senyawa tersebut. (Fessenden, 1992) Aldehid (R-HC=O) sangat mudah mengalami oksidasi hingga menghasilkan asam karboksilat (R-COOH) yang mengandung jumlah atom karbon yang sama. Sementara itu keton tidak mengalami reaksi yang serupa gugus aldehid, pada proses oksidasi akan terjadi pemutusan ikatan karbon. Karbon menghasilkan dua asam karboksilat, dimana tiap senyawa mengandung atom karbon yang jumlahnya sedikit daripada keton semula. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :

Oksidasi

Aldehid

Asam karboksilat Oksidasi kuat

+ Keton

asam karboksilat 1

asam kaboksilat 2\

 Reaksi Pada Aldehid dan Keton 1. Reaksi Oksidasi Aldehid lebih mudah dioksidasi daripada keton. Oksidasi aldehid menghasilkan suatu asam karboksilat dengan jumlah atom yang tetap (Anwar, dkk, 1996). Hampir setiap reagensia yang mengoksidasi suatu alkohol juga mengoksidasi suatu aldehida. Garam permanganat atau dikromat merupakan zat pengoksidasi yang terpopuler tetapi bukanlah satu-satunya reagensia yang digunakan (Fessenden, 1986). Oksidasi aldehid oleh kalium permanganat biasanya terjadi pada aldehid berair sehingga agar reaksi oksidasi dapat berlangsung di dalam sistem harus terdapat air (Anwar, dkk, 1996). Keton tidak mudah dioksidasu. Suatu pengecualian terhadap sifat keton yang tidak mudah teroksidasi, ialah oksidasi keton yang memiliki sekurang – kurangnya satu hidrogen alfa (Fessenden, 1992). Proses oksdasi pada keton akan terjadi pemutusan ikatan karbon – karbon menghasilkan dua asam karboksilat. Tiap senyawa mengandung atom karbon yang jumlahnya lebih sedikit daripada keton semula (keton siklik menghasilkan suatu asam dikarboksilat yang mengandung atom karbon yang sama banyaknya sebagai akibat putusnya ikatan karbon). Keton tidak dapat mereduksi latrutan fehling dan larutan tollens (Hidajati, dkk, 2017). a. Reagen Tollens Uji tollens atau sering disebut uji cermin perak, sebuah uji laboratorium kualitatif untuk membedakan antara senyawa aldehid dan keton. Aldehid mengalami oksidasi sedangkan keton tidak. Reagen tollens memiliki ciri tidak

berwarna, berfasa aquos, yang mengandung senyawa perak terkoordinasi dengan amonia [Ag(NH3)2]+. Reagen tollens merupakan suatu larutan basa yang berasal dari ion kompleks [Ag(NH3)2]+ digunakan sebagai reagensia uji aldehid (Fessenden, 1986). Test dengan reagen tollens s didasarkan pada mudahnya gugus aldehid dioksidasi menjadi asam karboksilat (Anwar, dkk, 1996). Ion Ag+ dalam reagensia tollen direduksi menjadi logam Ag oleh aldehid, sedangkan aldehida dioksidasi menjadi asam yang bertalian (Hidajati, dkk, 2017). Uji positif aldehid dengan reagen tollens ditandai oleh terbentuknya cermin perak pada dinding dalam / dasar tabung reaksi (Fessenden, 1992).

Senyawa

perubahan yang terjadi

Keton

Tidak ada perubahan pada larutan yang tidak berwarna. Larutan tidak berwarna menghasilkan sebuah endapan

Aldehid

perak berwarna abu-abu, atau sebuah cermin perak pada tabung uji.

b. Fehling/bennedict Larutan Fehling dan larutan Benedict adalah varian dari larutan yang secara ensensial sama. Keduanya mengandung ion-ion tembaga(II) yang dikompleks dalam sebuah larutan basa. Larutan Fehling mengandung ion tembaga(II) yang dikompleks dengan ion tartrat dalam larutan natrium hidroksida.

Pengompleksan ion tembaga(II) dengan ion tartrat dapat mencegah terjadinya endapan tembaga(II) hidroksida. Larutan Benedict mengandung ion-ion tembaga(II) yang membentuk kompleks dengan ion-ion sitrat dalam larutan natrium karbonat. Lagi-lagi, pengompleksan ion-ion tembaga(II) dapat mencegah terbentuknya sebuah endapan – kali ini endapan tembaga(II) karbonat. Senyawa Hasil Pengamatan yang terjadi Keton

Tidak ada perubahan warna pada larutan biru. Larutan biru menghasilkan sebuah endapan merah merah

Aldehid

bata dari tembaga (I) oksida.

Reagen Fehling atau Benedict mengandung ion Cu2+ yang bersifat oksidator lemah. Ion tersebut dapat mengoksidasi gugus aldehid tetapi tidak dapat mengoksidasi gugus keton seperti halnya reagen Tollens. Persamaan reaksinya:

(Tim Dosen Kimia Organik,2017:2) Ion Cu dapat mengoksidasi gugus aldehid, tetapi tidak dapat mengoksidasi gugus keton seperti halnya reagen tollens (Hidajati, dkk, 2017). Aldehid dapat mereduksi larutan tollens dan menghasilkan endapan logam perak (Parlan, & Wahjudi, 2003). Aldehid mereduksi larutan fehling menghasilkan endapan Cu2O yang berwarna kuning atau merah (Anwar, dkk, 1996) 2. Reaksi Adisi a. Reaksi dengan Natrium Bisulfit

Reaksi ini hanya bisa bekerja dengan baik pada senyawa aldehid. Dalam kasus keton, salah satu kelompok hidrokarbon yang terikat pada gugus karbonil perlu menjadi kelompok metil. kelompok besar terikat pada gugus karbonil mendapatkan jalan dari reaksi yang terjadi. Produk yang dihasilkan berupa kristal – kristal putih

Senyawa asetaldehida bisulfit Pembentukan senyawa bisulfit sering sekali digunakan sebagai cara pemisahan suatu aldehida dan beberapa keton dari campurannya. Hasil adisi Na-bisulfit pada aldehida dapat diubah menjadi aldehida kembali jika direaksikan dengan asam atau basa Contoh :

(Anwar,Chairi.dkk:1994). b. Fenilhidrazin Pengujian dengan fenilhidarzin digunaka untuk mengetahui perbedaan aldehid dan keton berdasarkan titik lelehnya. Pada fenilhidrazin, salah satu atom hidrogen dalam hidrazin digantikan oleh sebuah gugus fenil, C6H5. Ini didasarkan pada sebuah cincin benzen.

Pada 2,4-dinitrofenilhidrazin, ada dua gugus nitro, NO2, yang terikat pada gugus fenil di posisi karbon 2 dan 4. Sudut yang padanya terikat nitrogen

dianggap sebagai atom karbon nomor 1, dan perhitungan dilakukan searah arah jarum jam.

Rincian reaksi antara aldehid atau keton dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin sedikit bervariasi tergantung pada sifat-sifat aldehid atau keton yang terlibat, dan pelarut yang didalamnya dilarutkan 2,4-dinitrofenilhidrazin. Reaksi antara aldehid dan keton dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin terbentuknya endapan kuning atau oranye terang mengindikasikan adanya ikatan rangkap C=O dalam sebuah aldehid atau keton.

Reaksi uji ini adalah yang paling sederhana untuk sebuah aldehid atau keton. dengan fenilhidrazin

Produk di atas adalah sebuah "fenilhidrazon".

c. Reaksi Haloform Reaksi haloform adalah reaksi antara ketone dengan klorin, bromin atau iodin, yang dapat membentuk ion karboksilat dan haloform . hanya ada satu senyawa aldehid yang dapat bereaksi yaitu asetaldehid. Dengan iodin dan NaOH, aseton dapat membentuk CH3I (iodoform). Langkah – langkah dalam pembentukan iodoform ini adalah :

(Anwar,Chairi.dkk:1994). d. Kondensasi aldol Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi penyatuan atom – atom dalam satu molekul atau dalam molekul yang berbeda dan membentuk senyawa baru yang lebih kompleks. Secara umum dalam reaksi kondensasi terjadi pembebasan air, alkohol, atau senyawa lain yang lebih stabil (Parlan, & Wahjudi, 2003). Senyawa aldehid yang mempunyai hidrogen alfa, jika berada dalam suasana basa, akan mengalami adisi sesamanya menghasilkan produk yang dinamakan aldol, sedangkan reaksiya disebut reaksi aldol. Reaksi aldol, jika diteruskan pada suhu yang relatif tinggi, akan berlanjut menjadi reaksi dehidrasi. Selanjutnya akan membentuk produk akhir berupa senyawa α,βaldehida atau keton yang tidak jenuh. Reaksi aldol yang bereaksi sampai terjadi dehidrasi tersebut dinamakan reaksi kondensasi aldol karena terjadi pelepasan molekul kecil seperti air, metanol, etanol, atau amonia (Siswoyo, 2009). Proses kondensasi aldol mudah dibuat melalui pembentukan anion enolat dari suatu senyawa karbonil yang diadisikan pada karbonil lain. Enolat anion dapat bertindak nukleofilik karbon dan beradisi pada gugus karbonil pada molekul aldehid atau keton lain. Reaksi ini membentuk dasar bagi proses kondensasi aldol, yaitu reaksi pembentukan ikatan karbon-karbon yang sangat bermanfaat. Kondensasi aldol yang paling sederhana adalah gabungan dua molekul asetaldehid, yang terjadi jika larutan aldehid diberi larutan basa. Hasilnya adalah reaksi dengan 4 karbon dinamakan aldol (Anwar, dkk, 1996). Anion enolat ialah suatu nukleofil, maka ia dapat ditambah kepada gugus karbonil. Reaksi ini akan menghasilkan suatu ikatan karbon-karbon yang baru, sehingga sangat berguna di dalam sintesis. Bila aldehid direaksikan dengan larutan basa yang encer, ia akan berkondensasi sesamanya menghasilkan aldol yang bila dipanaskan akan menyingkirkan air menghasilkan aldehid tak jenuh, yakni krotonaldehid.

(Tim Dosen Kimia Organik, 2018). Kedua molekul yang berkondensasi di dalam kondensasi aktif tidak perlu kedua duanya mempunyai atom hidrogen alfa, mudah berkondensasi dengan benzaklehid yang tidak mempunyai atom hidrogen alfa karena benzaldehid sendiri tidak bisa menjalankan reaksi aldol.

(Tim Dosen Kimia Organik, 2018). 3. Asam Karboksilat Asam karboksilat merupakan golongan senyawa organik yang mengandung gugus fungsional karbonil (-COOH). Dengan demikian rumus umumnya adalah RCOOH. Asam karboksilat yang paling sederhna adalah asam formiat (asam semut), HCOOH. Senyawa tersebut dapat dibuat dari hasil reaksi dekarboksilasi asam oksalat. Persamaan reaksinya adalah

Asam Formiat mudah mengalami reaksi oksidasi menghasilkan CO2 jika direaksikan dengan oksidator KMnO4. Persamaan reaksinya adalah :

Asam asetat (asam cuka ) merupakan asam karboksilat dengan dua karbon. Seperti halnya asam karboksilat yang lainnya, zat ini dapat mengalami reaksi esterifikasi jika direaksikan dengan alcohol dengan menggunakan katalis asam, menghasilkan ester yang berbau harum. Reaksi secara umumnya adalah :

Ion – ion karboksilat dapat bereaksi dengan ion-ion logam tertentu menghasilkan endapan.

E. Alat dan Bahan  Alat: 1. Tabung Reaksi

4 buah

2. Termometer

1 buah

3. Erlenmeyer 50 mL

1 buah

4. Corong Hirsch

1 buah

5. Corong Buchner

1 buah

6. Labu penyaring + kertas saring

1 buah

7. Pembakar spirtus

1 buah

8. Labu dasara bulat 50 mL

1 buah

9. Pendingin refluks

1 buah

10. Desikator

1 buah

 Bahan: 1. Asetaldehid

secukupnya

2. Sikloheksanon

secukupnya

3. N-heptaldehid

secukupnya

4. 2-pentanon

secukupnya

5. Formalin

secukupnya

6. Isopropil alkohol

secukupnya

7. Etanol

secukupnya

8. Reagen fehling

secukupnya

9. Larutan 10% NaOH

secukupnya

10. Larutan 5% NaOH

secukupnya

11. Larutan AgNO3 5%

secukupnya

12. Larutan 2% NH4OH

secukupnya

13. Larutan jenuh Natrium Bisulfit

secukupnya

14. HCl pekat

secukupnya

15. Reagen Fenilhidrasin

secukupnya

16. Hidroksiamin Hidroklorida

secukupnya

17. CH3COONa trihidrat

secukupnya

18. Larutan iodium

secukupnya

19. Larutan FeCl 5%

secukupnya

20. H2SO4 pekat

secukupnya

21. Larutan K4FeCN6 1M

secukupnya

F. Alur Percobaan Pembuatan Reagen Tollens 1 mL larutan AgNO3 5 % 1. Dimasukkan dalam tabung reaksi yang sudah dicuci dengan air, sabun, air suling dan dioven 2. Ditambahkan 1 tetes larutan NaOH 5 % 3. Dicampurkan 4. Ditambahkan tetes demi tetes NH4OH 2 % sampai endapan larut

Reagen Tollens

Pembuatan Reagen Fehling

5 mL Fehling A + 5 mLFehling B 1. Dikocok hingga homogen

Reagen Fehling

1. Uji Tollens Uji Aldehid 1 mL Reagen Tollens 1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2. Ditambahkan 2 tetes benzaldehid 3. Dikocok 4. Didiamkan 10 menit 5. Ditempatkan pada air panas (35˚-50˚C) selama 5 menit

1 mL Reagen Tollens 1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2. Ditambahkan 2 tetes Formalin 3. Dikocok 4. Didiamkan 10 menit 5. Ditempatkan pada air panas (35˚-50˚C)selama 5 menit

Hasil pengamatan

Hasil pengamatan Uji keton 1 mL Reagen Tollens 1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2. Ditambahkan 2 tetes aseton 3. Dikocok 4. Didiamkan 10 menit 5. Ditempatkan pada air panas (35˚-50˚C) selama 5 menit

1 mL Reagen Tollens 1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2. Ditambahkan 2 tetes sikloheksanon 3. Dikocok 4. Didiamkan 10 menit 5. Ditempatkan pada air panas (35˚-50˚C) selama 5 menit

Hasil pengamatan Hasil pengamatan

2. Uji Fehling dan Benedict Uji Fehling Uji Aldehid 2,5 mL reagen Fehling 1. Dimasukkan kedalam tabung reaksi 2. Ditambahkan beberapa tetes formaldehid 3. Ditempatkan dalam air mendidih 4. Diamati perubahan yang terajadi sesudah 10-15 menit

Hasil pengamatan

10

Uji Keton 2,5 ml Reagen Fehling 1. Dimasukkan pada tabung reaksi 2. Ditambahkan beberapa tetes aseton 3. Ditempatkan dalam air mendidih 4. Diamati perubahan yang terjadi sesudah 10 – 15 menit

Hasil pengamatan

2,5 ml Reagen Fehling 1. Dimasukkan pada tabung reaksi 2. Ditambahkan beberapa tetes sikloheksanon 3. Ditempatkan dalam air mendidih 4. Diamati perubahan yang terjadi sesudah 10 – 15 menit

Hasil pengamatan

Uji Benedict Uji Aldehid 5 mL reagen Benedict 1. Dimasukkan dalam tabung reaksi 2. Ditambahkan beberapa forrmaldehid 3. Ditempatkan dalam air mendidih 4. Diamati perubahan yang terjadi sesudah 10-15 menit

Hasil pengamatan Uji Keton 5 mL reagen Benedict 1. Dimasukkan dalam tabung reaksi 2. Ditambahkan beberapa aseton 3. Ditempatkan dalam air mendidih 4. Diamati perubahan yang terjadi sesudah 10-15 menit

Hasil pengamatan

11

3. Adisi Bisulfit 2,5 mL larutan jenuh NaHSO3 1. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 50 mL 2. Didinginkan dalam air es 3. Ditambahkan 1,25 mL aseton tetes demi tetes sambil dikocok selama 5 menit 4. Ditambahkan 5 mL etanol 5. Disaring

Filtrat

Residu 1. Ditambahkan beberapa tetes HCl pekat 2. Diamati perubahan yang terjadi

Hasil pengamatan 4. Pengujian dengan Fenilhidrazin

2,5 mL Fenilhidrazin 1. 2. 3. 4. 5.

Filtrat

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 10 tetes benzaldehid Tabung reaksi ditutup Diguncangkan selama 1-2 menit hingga menghablur Disaring dengan corong penyaring

Residu 1. Dicuci dengan sedikit air dingin 2. Ditambahkan sedikit metanol / etanol 3. Dibiarkan menjadi kering 4. Diamati dan tentukan titik lelehnya

Hasil pengamatan

12

Sikloheksanon 2,5 mL Fenilhidrazin 1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2. Ditambahkan 10 tetes

sikloheksanon 3. Tabung reaksi ditutup 4. Diguncangkan selama 1-2 menit hingga hasilnya menghablur 5. Disaring dengan corong penyaring

Filtrat

Residu 1. Dicuci dengan sedikit air dingin 2. Ditambahkan sedikit etanol / metanol 3. Dibiarkan menjadi kering 4. Diamati dan tentukan titik lelehnya

Hasil pengamatan

5. Reaksi Haloform Tabung 1 3 mL larutan NaOH 5 % 1. Ditambahkan 5 tetes aseton 2. Ditambahkan larutan iodium sambil digoncangkan sampai iodium tidak hilang lagi (± 10 mL) 3. Diamati endapan iodoform warna kuning yang terbentuk Hasil pengamatan

Tabung 2 3 mL larutan NaOH 5 % 1. Ditambahkan 5 tetes isopropil alkohol 2. Ditambahkan larutan iodium sambil digoncangkan sampai iodium tidak hilang lagi (± 10 mL) 3. Diamati endapan iodoform warna kuning yang terbentuk 1. pengamatan Hasil 13

6. Kondensasi Aldol Bagian A 4 mL larutan NaOH 1 % 1. Ditambahkan 0,5 mL asetaldehid 2. Diguncangkan dengan baik dan catat baunya 3. Didihkan selama 3 menit 4. Dicatat bau tengik dari hasil kondensasi Hasil pengamatan

7. Identifikasi Karboksilat Bagian A 5 mL asam cuka 1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2. Ditambahkan 2 mL larutan KMnO4 1 N 3. Diamati perubahan yang terjadi Hasil pengamatan

Bagian B 5 mL larutan CH3COONa encer 10% 1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2. Ditambahkan 3 mL larutan FeCl3 5% sampai terjadi warna merah 3. Dipanaskan sampai terjadi endapan bergumpal berwarna merah kecoklatan 4. Disaring

Filtrat

Residu

1. Ditambahkan K4FeCN6 2. Dibandingkan warna hasil percobaan dengan warna ferri klorida dalam jumlah yang sama Hasil pengamatan

14

15

Related Documents


More Documents from ""