Kelompok 4 : AMANDA RECCA
MERY SAFITRI
DEVIYANTI AGUSTIN
RIZQITA PUTRI
GADIS INTANOVIA ADINDA
RHEFINA AMELIA
Difinisi spiritual Kata spiritual berasal dari bahasa Latin yaitu spiritus yang berarti hembusan atau bernafas, kata ini memberikan makna segala sesuatu yang penting bagi hidup manusia.
Terdapat berbagai defenisi spiritual menurut sudut pandang masing-masing :
Blais et al, 2002 ; Roper, 2002 Seseorang dikatakan memiliki spirit yang baik jika orang tersebut memiliki harapan penuh, optimis dan berfikir positif, sebaliknya jika seseorang kehilangan spiritnya maka orang tersebut akan menunjukkan sikap putus asa, pesimis dan berfikir negatif
Mahmoodishan (2010) dan Vlasblom (2012) spiritualitas merupakan konsep yang luas, sangat subjektif dan individualis, diartikan dengan cara yang berbeda pada setiap orang.
Blais et al, 2002; Hamid, 2008 Spiritualitas adalah kepercayaan seseorang akan adanya Tuhan, dan kepercayaan ini menjadi sumber kekuatan pada saat sakit sehingga akan mempengaruhi keyakinannya tentang penyebab penyakit, proses penyembuhan penyakit dan memilih orang yang akan merawatnya
Dewit - Weaver, 2001 dalam McEwen, 2003 Defenisi lain menyatakan bahwa spiritualitas merupakan bagian inti dari individu yang tidak terlihat dan memberikan makna dan tujuan hidup serta hubungan dan keterikatan dengan Yang Maha Tinggi yaitu Tuhan
McEwen, 2003 Spiritualitas berbeda dengan agama, spiritualitas merupakan konsep yang lebih luas yang bersifat universal dan pribadi sedangkan agama merupakan bagian dari spiritualitas yang terkait dengan budaya dan masyarakat
Spiritual Care spiritual care adalah praktek dan prosedur keperawatan yang dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien berdasarkan nilai-nilai keperawatan spiritual yang berfokus pada menghormati pasien, interaksi yang ramah dan simpatik, memberikan kekuatan pada pasien, dan tidak mempromosikan agama atau praktek untuk meyakinkan pasien tentang agamannya.
Kebutuhan Spiritual Hamid (2008) mengatakan bahwa kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, adanya rasa keterikatan, kebutuhan untuk memberi dan mendapat maaf. Speck (2005, dalam Sartori, 2010) menggambarkan kebutuhan spiritual sebagai bagian penting dari kehidupan kita yang dapat membantu kita untuk mengatasi kondisi kita, menemukan makna dan tujuan, serta harapan dalam hidup.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hodge et al (2011) menemukan enam kebutuhan spiritual pasien yaitu : 1. Makna, Tujuan, Dan Harapan Hidup 2. Hubungan dengan Tuhan 3. Praktek spiritual 4. Kewajiban agama 5. Hubungan interpersonal 6. Hubungan dengan perawat dan tenaga kesehatan lainnya
Penjelasan lebih rinci terkait kebutuhan spiritual pasien menurut Narayanasamy (1991, 2001 dalam McSherry,2006) : 1. Kebutuhan akan makna dan tujuan 2. Cinta dan hubungan yang harmonis 3. Kebutuhan akan pengampunan 4. Kebutuhan akan kreativitas 5. Kebutuhan akan kepercayaan 6. Kebutuhan untuk mengekspresi keyakinan pribadi 7. Kebutuhan untuk mempertahankan praktek spiritual 8. Keyakinan pada Tuhan atau dewa
Distres Spiritual
Monod (2012) menyatakan distres spiritual muncul ketika kebutuhan spiritual tidak terpenuhi, sehingga dalam menghadapi penyakitnya pasien mengalami depresi, cemas, dan marah kepada Tuhan.
Karakteristik pasien yang mengalami distres spiritual menurut Dover (2001) antara lain: pasien putus asa, tidak memiliki tujuan dalam hidupnya, menganggap dirinya dijauhi Tuhan, dan tidak melakukan kegiatan ibadah. Ketika sakit, kehilangan atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan spiritual dapat membantu seseorang untuk sembuh.
Distres spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang mencari makna tentang apa yang terjadi, dan dapat mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan terasing. Untuk itu diharapkan perawat mengintegrasikan perawatan spiritual kedalam proses keperawatan (Potter & Perry, 2004).
Kesehatan atau kesejahteraan spiritual
Kesehatan spiritual atau disebut juga kesejahteraan spiritual adalah rasa keharmonisan, saling adanya kedekatan antara diri sendiri dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan yang tertinggi.
Manusia memelihara dan meningkatkan spiritualnya dengan berbagai cara, ada yang memfokuskan pada pengembangan dirinya sendiri, sementara yang lain lebih memfokuskan pada dunia Hasil penelitian Dover (2001) dan Monod (2012) menyimpulkan ketika penyakit menyerang seseorang maka kesehatan spiritualnya dapat membantu untuk sembuh karena yakin semua usaha yang dilakukannya akan berhasil, pasien mampu melewati masa-masa sulit dalam hidupnya, dan tidak menyerah dengan penyakitnya.
Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distres spiritual, merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami beresiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau system nilai yang memberikannya kekuatan, harapan, dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan adanya keraguan dalam sistem kepercayaan, adanya keraguan yang berlebih dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan sesudah hidup, adanya keputusasaan, menolak kegiatan ritual, dan terdapat tandatanda.
Distres spiritual terdiri atas:
1. Spiritual yang sakit 2. Spiritual yang khawatir 3. Spiritual yang hilang
Ketika penyakit, kehilangan atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan spiritual dapat membantu seseorang ke arah penyembuhan. Distres spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang mencari makna tentang apa yang sedang terjadi, yang mungkin dapat mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan terisolisasi dari orang lain.
1. Penyakit Akut 2. Penyakit Kronis
3. Penyakit Terminal 4. Individuasi
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan objektif. Pengkajian data subjektif meliputi konsep tentang Tuhan atau ketuhanan, sumber harapan dan kekuatan, praktik agama dan ritual, hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan. Sedangkan data pengkajian objektif dilakukan melalui pengkajian klinik yang meliputi pengkajian afek dan sikap, prilaku, verbalisasi, hubungan interpersonal dan lingkungan. Pengkajian data objektif terutama dilakukan melalui observasi (Hamid, 2000).
Pengkajian terhadap masalah kebutuhan spiritual antara lain adanya ungkapan terhadap masalh spiritual, misalnya arti kehidupan, kematian dan penderitaan, keraguan akan kepercayaan yang dianut, penolakan untuk beribadah, perasaan yang kosong, dan pengakuan akan perlunya bantuan spiritual.
Beberapa faktor yang menyebabkan masalah spiritual adalah kehilangan salah satu bagian tubuh, beberapa penyakit terminal, tindakan pembedahan, prosedur invasive, dan lain-lain. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ketaatan dan keyakinan klien Tanggung Jawab diri dan kehidupan Kepuasan hidup klien Budaya Hubungan dengan masyarakat Praktek keagamaan Pekerjaan Harapan klien
Tanyakan pada klien tentang hal-hal dibawah ini:
1.
2.
3. 4.
Kepercayaan terhadap Tuhan Pentingnya ibadah pada klien Apakah ada perubahan di dalam kepercayaan atau ibadahnya akhir-akhir ini? Apakah kepercayaan/agama yang dimiliki memberikan adanya harapan, ketenangan atau rasa bersalah, malu takut atau marah? Apakah dengan kondisi sakit berpengaruh terhadap kepercayaan/ibadah? Apakah cara yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan?