Alk Paper.doc

  • Uploaded by: Vivi Dian Nofiana
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Alk Paper.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 12,050
  • Pages: 54
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas akhir Analisis Laporan Keuangan (ALK) PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah analisis laporan keuangan. Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung, membantu dan memfasilitasi penyusunan laporan sehingga dapat berjalan dengan lancar. Diantaranya kepada: 1. Bapak Drs. Sururi, M.B.A., Ak., C.A. selaku direktur AA YKPN 2. Bapak Sapto Bayu Aji, SE., M.Acc selaku dosen pengampu mata kuliah analisis laporan keuangan yang telah memberikan bimbingan serta arahan dalam penyelesaian tugas ini 3. Teman-teman yang telah membantu memberikan motivasi dan semangatnya kepada kami serta semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyelesaian tugas ini Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki tugas akhir ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga paper yang kami buat dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 27 desember 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu. dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Kami memilih PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk sebagai perusahaan yang dianalisis karena setelah dilakukan audit perusahaan memiliki kesimpulan wajar dan laba bersih yang dihasilkan positif serta mempunyai kondisi keuangan yang cukup baik dapat dilihat dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan dari laporan arus. B. DISKRIPSI PERUSAHAAN PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (“Perusahaan”) dahulu bernama CV Tjahaja Kalbar. didirikan di Pontianak

berdasarkan

Akta

No.

1

tanggal 3 Februari 1968 yang dibuat di hadapan Mochamad Damiri. Notaris di Pontianak. Badan hukum Perusahaan berubah menjadi Perusahaan Terbatas berdasarkan Akta Pendirian Perusahaan tanggal 9 Desember 1980 No. 49 yang dibuat di hadapan Mochamad Damiri. Notaris di Pontianak. Berdasarkan Akta No. 103.A tanggal 18 April 1984 yang dibuat di hadapan Tommy Tjoa Keng Liet. S.H.. Notaris di Pontianak. diputuskan antara lain perpindahan kedudukan Perusahaan dari Pontianak ke Jakarta. Akta pendirian dan perubahan yang dibuat di hadapan Mochamad Damiri dan Tommy Tjoa Keng Liet. S.H. tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. C2-1390.HT.01.01.TH.88. tanggal 17 Februari 1988. Akta pendirian tersebut telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pontianak No. 19/PT.Pendaf/95 tanggal 31 Juli 1995. dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal

27

Oktober

1995 No. 86. Tambahan Berita Negara Republik

Indonesia No. 8884. Anggaran Dasar Perusahaan beberapa kali mengalami perubahan. antara lain dengan Akta tanggal 18 April 1996 No. 83 yang dibuat di hadapan Ny. Siti Pertiwi Henny Singgih. S.H.. Notaris di Jakarta mengenai Perusahaan menjadi perusahaan terbuka. Sesuai dengan Surat Persetujuan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (”BAPEPAM-LK”). sekarang Otoritas Jasa Keuangan (”OJK”). tanggal 10 Juni 1996 No. S-942/PM/1996. Pernyataan Pendaftaran Perusahaan menjadi efektif dalam rangka Perusahaan melaksanakan penawaran umum perdana atas 34.000.000 saham Perusahaan dengan nilai nominal Rp500 per saham kepada masyarakat melalui Bursa Efek Indonesia. Perubahan Anggaran Dasar ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman

Republik

Indonesia

dengan Surat

Keputusan No. C2-

7688.HT.01.04.TH.96 tanggal 29 April 1996 dan telah didaftarkan di Kantor Pendaftaran

Perusahaan

Kodya

Jakarta

Utara

nomor

agenda

613/BH.09.01/IX/1998 tanggal 29 September 1998 dan telah diumumkan dalam Berita Negara

Republik

Indonesia

tanggal 24 November 1998

No. 94. Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 6538. Sesuai dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Perusahaan tanggal 27 Juni 1997 No. 137 yang dibuat dihadapan Veronica Lily Dharma. S.H.. Notaris di Jakarta. Perusahaan mengubah Anggaran Dasarnya untuk menyesuaikan dengan Keputusan Ketua BAPEPAM-LK (OJK) Nomor KEP13/PM/1997 tanggal 30 April 1997 tentang Pokok-Pokok Anggaran Dasar Perusahaan Yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan

Publik.

Perusahaan juga meningkatkan modal dasar dari

Rp150.000.000.000 menjadi sebesar Rp238.000.000.000 dengan jumlah saham dari 300.000.000 saham menjadi 476.000.000 saham dengan nilai nominal Rp500 per saham. Perubahan ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C29678.HT.01.04.TH.97 tanggal 19 September 1997 dan telah didaftarkan di Kantor

Pendaftaran

Perusahaan

Kodya

Jakarta

Utara

No.

613/BH.09.01/XII/97 tanggal 8 Desember 1997 dan telah diumumkan dalam

Berita Negara Republik Indonesia tanggal 6 Maret 1998 No. 19. Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 1436. Berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perusahaan tanggal 30 September 1998 No. 81 yang dibuat di hadapan Veronica Lily Dharma. S.H.. Notaris di Jakarta dan sesuai dengan Surat Keputusan BAPEPAM-LK (OJK) No. S-2026/PM/1998 tanggal 25 September 1998. Perusahaan melakukan Penawaran Umum Terbatas I Saham Perusahaan dengan menerbitkan hak memesan efek terlebih dahulu kepada pemegang saham Perusahaan. yaitu sejumlah 178.500.000 saham biasa atas nama dengan nilai

nominal

Rp500 per saham atau seluruhnya sebesar

Rp89.250.000.000. Sesuai dengan Akta Pernyataan Keputusan rapat Perusahaan tanggal 20 Juni 2008 No. 19 yang dibuat dihadapan Merry Susanti Siaril. S.H.. Notaris di Jakarta. dilakukan penyesuaian Anggaran Dasar Perusahaan terhadap Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia berdasarkan surat No. AHU-74160.A.H.01.02 Tahun 2008 tanggal 15 Oktober 2008. Berdasarkan akta Notaris No. 6 tanggal 10 Mei 2013 yang dibuat di hadapan Dr. Fransiscus Xaverius Arsin. S.H.. notaris di Jakarta. Perusahaan mengubah namanya dari PT Cahaya Kalbar Tbk. menjadi PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. Perubahan Anggaran Dasar telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam SuratNo. AHU-29266.AH.01.02.Tahun 2013tanggal 30 Mei 2013 dan telah diumumkan dalam Berita Republik

Indonesia

Negara

tanggal 13 September 2013 No. 74. Tambahan Berita

Negara Republik Indonesia No. 102700. Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perusahaan tanggal 9 Juli 2015 No. 9 yang dibuat di hadapan DR. Fransiscus Xaverius Arsin. S.H Notaris di Jakarta. Perusahaan mengubah Nilai Nominal Saham Perusahaan dari Rp500 per masing-masing saham menjadi Rp250 per masing-masing saham (Catatan 21). Perubahan

Anggaran Dasar telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Surat No. AHU- 0939228.AH.01.02.Tahun 2015 tanggal 10 Juli 2015. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1971 dan ruang lingkup kegiatan usaha Perusahaan meliputi produksi minyak nabati dan minyak nabati khusus untuk industri makanan dan perdagangan umum. termasuk impor dan ekspor. Kantor pusat Perusahaan terletak di Kawasan Industri Jababeka II. Jl. Industri Selatan 3 Blok GG No. 1. Cikarang. Bekasi 17550. Jawa Barat. Lokasi pabrik Perusahaan terletak di Kawasan Industri Jababeka. Cikarang. Jawa Barat dan Pontianak. Kalimantan Barat. PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. merupakan perusahaan dibawah Grup Wilmar International Limited (”WIL”). WIL merupakan perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Singapura. Entitas induk Perusahaan adalah Tradesound Investments Limited dan entitas pengendali pemegang saham Perusahaan adalah Wilmar International Limited. C. TUJUAN DAN MANFAAT ANALISIS 1. Tujuan dari analisis ini adalah untuk melihat perkembangan perusahaan dari tahun 2013 hingga tahun 2016. Perkembangan perusahaan dapat dilihat melalui analisis laporan arus kas. analisis trend. analisis common size.dan analisis rasio. 2. Manfaat Analisis Manfaat yang diharapkan dari hasil analisis ini adalah: a. Bagi manajemen Dapat digunakanuntuk mengetahui posisi keuangan perusahaan periode tahun sebelumnya sehingga dapat menyusun rencana yang lebih baik dan mampu menghasilkan kebijakan-kebijakan yang lebih baik. b. Bagi Investor Dapat digunakan sebagai informasi dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut. apakah

perusahaan tersebut mampu membayar dividen dengan baik. c. Bagi Mahasiswa Lain Dapat digunakan sebagai pembelajaran dalam melakukan analisis untuk tahun yang selanjutnya. d. Bagi Penulis Analisis ini merupakan salah satu alat yang digunakan untuk melatih pemahaman yang lebih mendalam mengenai disiplin ilmu yang ditempuh.

BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas mengenai berbagai analisis diantaranya analisis arus kas selama 2013-2016. trend. common size. rasio likuiditas. rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas. Angka-angka yang didapat berasal dari laporan keuangan PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk yang telah diolah lebih lanjut. A. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ARUS KAS Laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan mengenai jumlah penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas perusahaan selama satu periode. Klasifikasi yang terdapat didalam laporan arus kas adalah: -

Aktivitas Operasi merupakan semua pos yang ada pada laporan laba rugi. Aktivitas operasi merupakan penghasil utama pendapatan perusahaan.

-

Aktivitas Investasi merupakan aktivitas perolehan dan pelepasan aktiva tidak lancar serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Meliputi perolehan dan penjualan investasi dan aktiva tetap.

-

Aktivita Pendanaan merupakan aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi modal dan pinjaman jangka panjang perusahaan. Meliputi pos utang jangka panjang dan modal. PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk. LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN 2013-2016 2013 Rp

2014 Rp

2015 Rp

2016 Rp

2.583.422.0

3.674.459.7

3.551.875.9

4.077.726.7

02.737

95.899

76.392

23.346

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI: Penerimaan kas dari pelanggan

Pembayaran kas kepada pemasok Pembayaran untuk beban usaha

(2.481.159.3 (3.648.316.0 (3.204.892.0 (3.673.393.9 20.772)

25.405)

08.987)

(77.916.345.

(147.759.15

(103.281.73

752)

5.672)

6.154)

18.753) (118.911.03 3.546)

Pembayaran kepada

(14.049.778. (8.735.878.9 (61.008.629. (50.647.258.

karyawan Penerimaan kas

047) 13.456.712.

dari jasa maklon Pendapatan bunga yang diterima. setelah dikurangi pajak final Pembayaran pajak penghasilan badan Penerimaan dari pengembalian pajak badan Penerimaan kas lain-lain - neto Arus kas neto yang diperoleh dari

610 7.336.413.5 79

01)

809)

371)

-

-

-

9.685.475.6

6.818.547.2

73

98

559.712.895

(23.523.643. (19.720.921. (27.930.037. (71.741.157. 885)

926)

701)

316)

-

397.230.635

3.908.397.2

4.614.531.4

52

09

12.042.685.

1.308.289.6

020

28

19.608.725.

(147.806.95

168.614.370

176.087.317

490

2.847)

.234

.362

256.933.568

1.620.883.2 95

aktivitas operasi ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI: Aset tetap: Pembelian Penambahan aset dalam

(2.062.106.0 (13.839.041. (4.503.370.5

(963.918.87

72) 928) 10) 8) (28.875.719. (11.444.002. (15.360.238. (16.274.831. 738)

805)

774)

609)

penyelesaian Penjualan

131.162.035

7.784.755

147.640.654

793.300.000

198.855.000

237.095.000

.000

.000

Penerimaan pengembalian atas pinjaman kepada

261.585.000 .000

-

pihak berelasi Pemberian pinjaman kepada pihak

-

-

(435.950.00 0.000)

-

berelasi Arus kas neto yang diperoleh dari/ (digunakan untuk)

230.778.336 (25.275.259.

(256.810.96

220.649.549

8.630)

.513

-

-

(28.699.400.

(536.954.58

(15.388.267.

000)

6.088)

872)

-

-

.225

978)

60.596.900.

520.445.353

000

.960

aktivitas investasi ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN: Penerimaan pinjaman dari pihak berelasi Pembayaran pinjaman dari pihak berelasi Pembayaran dividen (Pembayaran)/pene rimaan pinjaman bank jangka pendek Pembayaran beban bunga

-

-

(29.659.570. 000)

(285.265.00

(249.874.50

639.068.781

(329.368.78

0.000)

0.000)

.247

1.247)

(11.655.764. (41.029.591. (30.810.052. (42.120.763. 286)

959)

711)

526)

Arus kas neto yang (digunakan untuk)/ diperoleh dari

(236.323.86

171.182.292

71.304.142.

(386.877.81

4.286)

.001

448

2.645)

aktivitas pendanaan KENAIKAN/ (PENURUNAN)

14.063.197.

NETO KAS DAN

429

24)

948)

30

15.549.345.

29.612.543.

27.712.622.

10.820.166.

856

285

461

513

29.612.543.

27.712.622.

10.820.166.

20.679.220.

285

461

513

743

BANK KAS DAN BANK PADA AWAL TAHUN KAS DAN BANK PADA AKHIR TAHUN

(1.899.920.8 (16.892.455.

9.859.054.2

PEMBAHASAN Saldo kas dan bank pada 31 Desember 2012 sebesar Rp 15.549.345.856. Sedangkan saldo kas dan bank pada tanggal 31 Desember 2013 sebesar Rp 29.612.543.285. Maka kas dan bank mengalami kenaikan sebesar Rp 14.063.197.429. Berarti penerimaan kas lebih besar daripada pengeluaran kas. Kenaikan tersebut berasal dari adanya penerimaan kas dari arus kas neto yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar Rp 19.608.725.490 dan arus kas neto yang diperoleh dari aktivitas investasi sebesar Rp 230.778.336.225. Sedangkan pengeluaran kas berasal dari arus kas neto yang digunakan untuk aktivitas pendanaan sebesar Rp 236.323.864.286. Arus kas neto yang diperoleh dari aktivitas operasi berasal dari penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 2.583.422.002.737. pembayaran kas kepada pemasok sebesar Rp 2.481.159.320.772. pembayaran untuk beban usaha sebesar Rp 77.916.345.752. pembayaran kepada karyawan sebesar Rp 14.049.778.047. penerimaan kas dari jasa maklon sebesar Rp 13.456.712.610. pendapatan bunga yang diterima setelah dikurangi pajak final sebesar Rp

7.336.413.579. penerimaan kas lain-lain – neto sebesar Rp 12.042.685.020. Arus kas neto yang diperoleh dari aktivitas investasi sebesar Rp 230.778.336.225. Jumlah tersebut berasal dari pembelian asset tetap sebesar Rp

2.062.106.072.

penambahan

asset

dalam

penyelesaian

sebesar

28.875.719.738. penjualan asset tetap sebesar Rp 131.162.035. dan penerimaan pengembalian atas pinjaman kepada pihak berelasi sebesar Rp 261.585.000.000. Arus kas neto yang digunakan untuk aktivitas pendanaan yaitu sebesar Rp 236.323.864.286. berasal dari penerimaan pinjaman dari pihak berelasi sebesar Rp 60.596.900.000. pembayaran pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp 285.265.000.000. dan pembayaran beban bunga sebesar Rp 11.655.764.286. Saldo kas dan bank pada tanggal 31 Desember 2014 sebesar Rp 171.182.292.001 jika dibandingkan dengan saldo kas dan bank pada tanggal 31 Desember 2013 dapat diketahui adanya penurunan kas dan bank sebesar Rp 1.899.920.824. Berarti penerimaan kas lebih kecil daripada pengeluaran kas. Penurunan tersebut berasal dari arus kas neto yang digunakan untuk aktivitas operasi sebesar Rp 147.806.952.847 dan arus kas neto yang digunakan untuk aktivitas

investasi

investasi

sebesar

Rp

25.275.259.978.

Sedangkan

penerimaan kas berasal dari arus kas neto yang diperoleh dari aktivitas pendanaan sebesar Rp 171.182.292.001. Arus kas neto yang digunakan untuk aktivitas operasi berasal dari penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 3.674.459.795.899. pembayaran kas kepada pemasok sebesar Rp 3.648.316.025.405. pembayaran untuk beban usaha sebesar Rp 147.759.155.672. pembayaran kepada karyawan sebesar Rp 8.735.878.901. pendapatan bunga yang diterima setelah dikurangi pajak final sebesar Rp 559.712.895. pembayaran pajak penghasilan badan sebesar Rp 19.720.921.926. penerimaan dari pengembalian pajak badan sebesar Rp 397.230.635. dan penerimaan kas lain-lain – neto sebesar Rp 1.308.289.628. Arus kas neto yang digunakan untuk aktivitas investasi berasal dari pembelian asset tetap sebesar Rp 13.839.041.928. penambahan asset dalam penyelesaian sebesar Rp 11.444.002.805. dan penjualan asset tetap sebesar Rp 7.784.755. Sedangkan arus kas dari aktivitas pendanaan berasal dari penerimaan

pinjaman dari pihak berelasi sebesar Rp 520.445.353.960. pembayaran pinjaman dari pihak berelasi sebesar Rp 28.699.400.000. pembayaran dividen sebesar Rp 29.659.570.000. pembayaran pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp 249.874.500.000. dan pembayaran beban bunga sebesar Rp 41.029.591.959. Saldo kas dan bank pada tanggal 31 Desember 2015 sebesar Rp 10.820.166.513. Hal tersebut mengakibatkan kas dan bank mengalami penurunan sebesar Rp 16.892.455.948. Berarti penerimaan kas lebih kecil daripada pengeluaran kas. Penurunan tersebut berasal dari arus kas neto yang digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp 256.810.968.630. Penerimaan kas berasal dari arus kas neto yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar Rp 168.614.370.234 dan arus kas neto yang digunakan untuk aktivitas pendanaan sebesar Rp 71.304.142.448. Arus kas neto yang diperoleh dari aktivitas operasi terdiri dari penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 3.551.875.976.392. pembayaran kas kepada pemasok sebesar Rp 3.204.892.008.987. pembayaran untuk beban usaha sebesar Rp 103.281.736.154. pembayaran kepada karyawan sebesar Rp 61.008.629.809. pendapatan bunga yang diterima setelah dikurangi pajak final sebsar Rp 9.685.475.673. pembayaran pajak penghasilan badan sebesar Rp 27.930.037.701. penerimaan dari pengembalian pajak badan sebesar Rp 3.908.397.252. dan penerimaan kas lain-lain – neto sebesar Rp 256.933.568. Arus kas neto yang digunakan untuk aktivitas investasi terdiri dari pembelian asset tetap sebesar Rp 4.503.370.510. penambahan asset dalam penyelesaian sebesar Rp 15.360.238.774. penjualan asset tetap 147.640.654. penerimaan pengembalian

atas

pinjaman

kepada

pihak

berelasi

sebesar

Rp

198.855.000.000. dan pemberian pinjaman kepada pihak berelasi Rp 435.950.000.000. Sedangkan arus kas neto yang diperoleh dari aktivitas pendanaan sebesar Rp 71.304.142.448 yang diperoleh dari pembayaran pinjaman dari pihak berelasi sebesar Rp 536.954.586.088. penerimaan pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp 639.068.781.247. dan pembayaran beban bunga sebesar Rp 30.810.052.711.

Kas dan bank pada tanggal 31 Desember 2016 memiliki saldo sebesar Rp 20.679.220.743. Maka terjadi kenaikan kas dan bank sebesar Rp 9.859.054.230. Maka penerimaan kas lebih besar daripada pengeluaran kas. Saldo tersebut berasal dari arus kas neto yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar Rp 176.087.317. Arus kas tersebut berasal dari penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 4.077.726.723.346. pembayaran kas kepada pemasok sebesar Rp 3.673.393.918.753. pembayaran untuk beban usaha sebesar Rp 118.911.033.546. pembayaran kepada karyawan sebesar Rp 50.647.258.371. pendapatan bunga yang diterima. setelah dikurangi pajak final sebesar Rp 6.818.547.298.

pembayaran

pajak

penghasilan

badan

sebesar

Rp

71.741.157.316. penerimaan dari pengembalian pajak badan sebesar Rp 4.614.531.409. dan penerimaan kas lain-lain – neto sebesar Rp 1.620.883.295. Arus kas neto yang diperoleh dari aktivitas investasi sebesar Rp 220.649.549.513. Arus kas tersebut berasal dari pembelian asset tetap sebesar Rp 963.918.878. penambahan asset dalam penyelesaian sebesar Rp 16.274.831.609. penjualan asset tetap sebesar Rp 793.300.000. dan penerimaan pengembalian atas pinjaman kepada pihak berelasi sebesar Rp 237.095.000.000. Arus kas neto yang digunakan untuk aktivitas pendanaan sebesar Rp 386.877.812.645. terdiri dari pembayaran pinjaman dari pihak berelasi sebesar Rp 15.388.267.872. pembayaran pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp 329.268.781.247. dan pembayaran beban bunga sebesar Rp 42.120.763.526. Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa tahun 2013 lebih baik di antara tahun 2014. 2015. dan 2016. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kenaikan kas yang cukup tinggi sebesar Rp 14.063.197.429. Arus kas masuk terutama berasal dari laba bersih operasi sebesar Rp 19.608.725.490 dan penerimaan pengembalian atas pinjaman kepada pihak berelasi sebesar Rp 261.585.000.000. Arus kas keluar terutama digunakan untuk pembayaran bank jangka pendek sebesar Rp 285.265.000.000. Arus kas neto yang diperoleh dari aktivitas operasi yang positif menunjukkan bahwa perusahaan sesungguhnya tidak perlu mencari sumber

penerimaan kas selain operasi. Ketika perusahaan meningkatkan jumlah pembelian asset tetap pada tahun yang bersangkutan sebaiknya diikuti dengan adanya kenaikan penerimaan kas dari pelanggan agar kas yang dikeluarkan dari pembelian asset tetap bisa tertutup. B. ANALISIS DAN PEMBAHASAN TREND Analisis trend merupakan salah satu metode analisis horizontal. Metode ini akan memberikan informasi mengenai tingkat pertumbuhan pada setiap akun yang ada. Fokus perhatian analisis trend adalah arah dan kecenderungan perubahan yang mungkin akan terjadi pada setiap elemen laporan keuangan dimasa yang akan datang. Analisis trend biasanya dalam bentuk prosentase dengan tahun dasar yang dinyatakan sebesar seratus persen. 1. ANALISIS TREND PADA LAPORAN LABA RUGI Asumsi tahun dasar adalah tahun 2013. Rumus : angka dalam tahun awal / tahun dasar).

PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk. LAPORAN LABA RUGI TREND UNTUK TAHUN 2013-2015 2013

2014

2015

2016

Penjualan bersih

100%

146%

138%

163%

Beban Pokok Penjualan

100%

151%

138%

160%

LABA KOTOR

100%

99%

133%

193%

Beban penjulan

100%

141%

153%

128%

Beban Umum dan administrasi

100%

116%

207%

182%

Pendapatan jasa maklon-neto

100%

0%

0%

0%

BEBAN USAHA:

Rugi selisih kurs – neto

100%

32%

52%

2%

Laba penjulan aset tetap

100%

2%

79%

56%

Jasa layanan Teknis

100%

0%

0%

0%

Lain-lain – neto

100%

262%

54%

38%

Jumlah beban usaha

100%

94%

98%

87%

LABA USAHA

100%

107%

184%

350%

100%

8%

132%

81%

0%

0%

100%

147%

0%

0%

100%

61%

Beban Bunga

100%

349%

299%

330%

Beban lain-lain –neto

100%

925%

925%

751%

100%

66%

164%

330%

Kini

100%

75%

183%

376%

Tangguhan

100%

69%

45%

2404%

100%

75%

166%

168%

100%

63%

164%

384%

PENGHASILAN / (BEBAN) LAIN-LAIN: Pendapatan Bunga Pajak final atas pendapatan bunga Pendapatan bunga - neto setelah dikurangi pajak final

LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN BADAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PAJAK:

Jumlah beban pajak penghasilan badan LABA TAHUN BERJALAN

PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN:

POS-POS YANG TIDAK AKAN DIREKLASIFIKASI KE LABA RUGI Pengukuran kembali liabilitas imbalan kerja manfaat pasti Kerugian aktuarial atas imbalan kerja karyawan – neto Pajak tangguhan terkait Jumlah kerugian komprehensif lainnya JUMLAH LABA KOMPREHESIF TAHUN

0%

0%

100%

40%

100%

1003%

0%

0%

100%

1003%

2135%

848%

100%

1003%

2135%

848%

100%

60%

158%

382%

BERJALAN PEMBAHASAN Penjualan bersih yang terjadi pada perusahaan selama empat tahun mengalami kenaikan secara signifikan apabila dibandingkan dengan tahun 2013. Peningkatan yang terjadi pada tahun 2014 sebesar 46%. 2015 sebesar 38% dan 2016 mengalami kenaikan sebesar 63%. Hal tersebut tentunya diikuti juga dengan kenaikan beban pokok penjualan. Kenaikan beban pokok penjualan tersebut yaitu tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 51% sedangkan tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 38% dan pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 60%. Sehingga laba kotor yang mampu dihasilkan perusahaan juga lebih dominan mengalami kenaikan kecuali pada tahun 2013 ke tahun 2014 namun besarnya penurunan tidak terlalu signifikan yaitu sebesar Rp1.211.009.378 (Rp224.990.138.383 – Rp223.779.129.005) kemudian prosentase laba kotor dengan tahun dasar 2013 yaitu tahun 2015 133% dan tahun 2016 193%. Beban usaha pada tahun 2014 hingga 2016 mengalami penurunan secara signifikan apabila dibandingkan dengan tahun 2013. tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 6% tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 2% dan pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 13%.

Penurunan beban usaha paling signifikan terjadi pada tahun 2016 yaitu sebesar Rp17.700.499.878 (Rp134.079.641.718 – Rp116.379.141.840). Laba usaha dari tahun ke tahun selalu mengalami kenaikan. pada tahun 2014 sebesar 7% tahun 2015 84% dan pada tahun 2016 sebesar 250%. kenaikan laba usaha pada tahun 2016 merupakan kenaikan yang paling signifikan karena didukung juga dengan peningkatan penjualan neto dan penurunan beban yang tinggi. Pada tahun 2014 laba kotor mengalami penurunan sebesar Rp1.211.009.378. namun pada pos laba usaha tahun 2014 mengalami kenaikan. hal ini kemungkinan terjadi karena beban pokok penjualan yang terlalu besar dan penurunan kerugian selisih kurs neto terjadi pada tahun 2014. Pendapatan bunga mengalami ketidakstabilan dalam prosentasi yang ada. pada tahun 2014 mengalami penurunan hingga 92% dibandingkan tahun dasarnya. namun pada tahun 2015 mengalami peningkatan yang cukup baik sebesar 32%. tahun 2016 PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. mengalami penurunan pendapatan bunga sebesar 19% hal ini dapat mempengaruhi laba sebelum pajak. Laba sebelum pajak sendiri juga mengalami penurunan pada tahun 2014 sebesar 44%. sedangkan tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 64% dan 230% untuk tahun 2016. Laba tahun berjalan yang dihasilkan pada tahun 2014 mengalami penurunan. hal ini disebabkan karena kenaikan beban bunga sebesar Rp29.149.805.974 dan beban lain-lain neto sebesar Rp35.926.506.658. untuk tahun 2015 mengalami kenaikan 64% dan tahun 2016 sebesar 284%. Laba komprehensif tahun berjalan pada tahun 2014 tentunya juga mengalami penurunan karena adanya berbagai pengaruh yang telah dibahas sebelumnya. laba komprehensif paling besar terjadi pada tahun 2016 sebesar Rp248.026.599.376. Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tahun 2016 merupakan tahun yang paling baik karena penjualan neto mengalami peningkatan

yang

signifikan

dibandingkan

dengan

tahun-tahun

sebelumnya. Penjualan neto tahun 2016 sebesar Rp4.115.541.761.173. dan beban tahun pada 2016 juga bisa ditekan sehingga dapat menghasilkan beban usaha yang relative lebih rendah dibandingkan tahun yang sebelumnya.

2. ANALISIS TREND PADA NERACA Asumsi tahun dasar adalah tahun 2013. Rumus : angka tahun awal / tahun dasar)

PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk. LAPORAN POSISI KEUANGAN TREND 2013-2016 2013

2014

2015

2016

100%

94%

39%

70%

-Pihak ketiga

100%

107%

76%

138%

-Pihak Berelasi

100%

114%

86%

75%

-Pihak ketiga

100%

88%

8%

0%

-Pihak Berelasi

100%

19%

1369%

53%

100%

130%

116%

152%

0%

0%

100%

0%

Uang muka pembelian

100%

80%

89%

66%

Pajak dibayar dimuka

100%

170%

243%

187%

Aset lancar lainnya

100%

6368%

6194% 5511%

Jumlah aset lancar

100%

124%

148%

ASET ASET LANCAR: Kas dan Bank Piutang Usaha:

Piutang Lain-Lain:

Persediaan Pinjaman kepada pihak berelasi

130%

ASET TIDAK LANCAR: Aset pajak tangguhan-neto

0%

0%

0%

100%

Estimasi tagihan pajak

100%

143%

172%

1269%

Aset tetap

100%

107%

113%

117%

Akumulasi penyusutan

-100%

-114%

-128%

-143%

Aset tidak lancar lainnya

100%

89%

151%

131%

Jumlah aset tidak lancar

100%

104%

105%

145%

JUMLAH ASET

100%

120%

139%

133%

-Pihak ketiga

100%

140%

130%

343%

-Pihak berelasi

100%

52%

43%

27%

-Pihak ketiga

100%

139%

109%

105%

-Pihak berelasi

100%

167%

78%

35%

Uang muka penjualan

100%

181%

128%

91%

Utang pajak

100%

25%

418%

1115%

Beban akrual

100%

131%

140%

125%

Liabilitas imbalan kerja jangka pendek

100%

120%

302%

261%

Pinjaman bank jangka pendek

100%

0%

100%

48%

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS LIABILITAS JANGKA PENDEK: Utang usaha:

Utang Lain-Lain:

Utang dividen

100%

113%

113%

113%

Pinjaman dari pihak berelasi

100%

912%

25%

0%

Jumlah liabilitas jangka pendek

100%

138%

157%

97%

Liabilitas imbalan kerja jangka panjang

100%

133%

157%

219%

Liabilitas pajak tangguhan-neto

100%

106%

76%

0%

Jumlah liabilitas jangka panjang

100%

125%

132%

151%

JUMLAH LIABILITAS

100%

138%

156%

99%

100%

100%

100%

100%

Tambahan modal disetor neto

100%

100%

100%

100%

Komponen ekuitas lainnya

100%

1103%

3238% 4086%

-Ditentukan untuk cadangan umum

100%

109%

117%

126%

-Belum ditentukan penggunaannya

100%

104%

144%

239%

100%

102%

121%

168%

100%

120%

139%

133%

LIABILITAS JANGKA PANJANG:

EKUITAS Modal saham-nilai nominal. Modal saham-nilai Rp250 per saham. Modal dasar-952.000.000 saham. Modal ditempatkan dan disetor penuh595.000.000 saham

Saldo laba:

JUMLAH EKUITAS JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS

PEMBAHASAN Selama empat tahun terakhir kas dan bank mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 tahun 2014 bank yang paling tinggi diantara tahun yang lain dan pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 30%. namun apabila dibandingkan dengan

tahun 2015 kas dan bank mengalami kenaikan sebesar Rp9.859.054.230 (Rp20.679.220.743 – Rp10.820.166.513). Penurunan kas kemungkinan terjadi karenan perusahaan kesulitan menagih piutang karena dari tahun 2013-2016 jumlah piutang relative tidak stabil sehingga hal ini juga akan mempengaruhi jumlah kas yang akan diterima. Bukan hanya penjualan saja namun piutang yang terjadi penyisihannya masih piutang masih raguragu yang akan mengakibatkan piutang tidak tertagih. Persediaan dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. tahun 2014 naik 30%. tahun 2015 naik 16% meskipun jumlahnya menurun dibandingkan dengan tahun 2014 yakni Rp51.397.991.265 (Rp475.991.159.222 – Rp424.593.167.957) dan tahun 2016 sebesar 52%. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan kesulitan untuk menjual barang dagangan baik secara kredit maupun tunai. Aset tidak lancar dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. pada tahun 2014 sebesar 7%. tahun 2015 13%. tahun 2016 17%. hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan sedang berusaha meningkatkan kinerja dengan cara menambah asset tetap guna menunjang aktivitas operasional perusahaan. Sisi lliabilitas utamanya liabilitas jangka pendek mulai tahun 20132015 jumlahnya selalu meningkat yaitu pada tahun 2014 38% dan tahun 2015 57%. sedangkan tahun 2016 jumlah utang jangka pendek mengalami penurunan sebesar 3%. Penurunan liabilitas jangka pendek terjadi karena adanya penurunan utang usaha pihak berelasi. utang lain-lain dan sudah tidak adanya pinjaman dari pihak berelasi di tahun 2016. Sedangkan pada liabilitas jangka panjang tidak jauh berbeda dengan liabilitas jangka pendek yaitu selalu mengalami peningkatan yakni di tahun 2014 125%. tahun 2015 32% dan tahun 2016 51%. Sehingga liabilitas/kewajiban paling tinggi yakni pada tahun 2015 terutama terjadi karena adanya pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp639.068.781.247. Pos ekuitas posisinya lebih stabil dan selalu meningkat. meskipun tahun 2013-2015 jumlah liabilitas yang dimiliki jauh lebih besar dibandingkan dengan modal yang dimiliki. hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan harus segera mencari sumber dana baik dari sisi modal sendiri maupun dari sisi

asset utamanya pada pos piutang usaha guna melunasi liabilitas utamanya liabilitas jangka pendek. Setelah dilakukan analisis tersebut disimpulkan bahwa tahun 2016 merupakan tahun yang paling baik dilihat dari sisi liabilitasnya karena ditahun 2016 menghasilkan jumlah kewajiban yang paling sedikit meskipun total aset dan ekuitasnya tidak lebih tinggi dari pada tahun 2015. Sehingga di tahun 2016 perusahaan tetap mampu membayar kewajiban dengan aset yang dimiliki karena penurunan jumlah liabilitas lebih besar dibandingkan

dengan

jumlah

penurunan

aset

pada

tahun

yang

bersangkutan. C. ANALISIS DAN PEMBAHASAN COMMON SIZE Analisis common-size merupakan salah satu metode analisis vertikal. Analisis ini menghitung pertumbuhan setiap akun dalam neraca dan laporan laba rugi dengan proporsi item. sub-item terhadap kelompok yang bersangkutan. Didalam laporan laba rugi hasil analisis ini akan memberikan informasi mengenai alokasi

setiap penjualan (Rp)

pada elemen laba dan biaya.

Kelompok dasar pada laporan laba rugi adalah penjualan. Sedangkan dalam neraca analisis common size akan memberikan informasi mengenai besaran investasi atau perubahan modal pada setiap item. Didalam neraca yang menjadi kelompok dasar adalah total aktiva serta total liabilitas dan ekuitas. Perhitungan: -

Kelompok Laba Rugi : item laba rugi yang bersangkutan / Penjualan Kelompok Aktiva : item aktiva yang bersangkutan / Total Aktiva Kelompok Liabilitas dan Ekuitas : item libilitas atau ekuitas yang bersangkutan / Total Liabilitas dan Ekuitas.

1. ANALISIS COMMON SIZE PADA LAPORAN LABA RUGI PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk.

LAPORAN LABA RUGI COMMON SIZE UNTUK TAHUN 2013-2016 2013

2014

2015

2016

100%

100%

100%

100%

-91.11%

-93.95%

-91.43%

-89.43%

8.89%

6.05%

8.57%

10.57%

-2.23%

-2.15%

-1.76%

-1.76%

-0.93%

-0.74%

-1.20%

-1.04%

0.07%

-

-

-

Rugi selisih kurs – neto

-2.22%

-0.48%

-0.83%

-0.03%

Laba penjualan aset tetap

0.005%

0.0001%

0.003%

0.002%

Jasa layanan teknis

-0.03%

-

-

-

Lain - lain neto

0.03%

-0.06%

0.01%

-0.01%

Jumlah beban usaha

-5.30%

-3.42%

-3.77%

-2.83%

LABA USAHA

3.59%

2.63%

4.81%

7.74%

-

-

0.28%

0.14%

-

-

0.0007%

0.0009%

0.29%

0.02%

0.28%

0.14%

Penjualan Neto Beban Pokok Penjualan LABA BRUTO

Beban Usaha : Beban Penjualan Beban Umum dan Administrasi Pendapatan jasa maklon – neto

(Beban /Penghasilan Lain – Lain Pendapatan bunga Pajak final atas pendapatan bunga Pendapatan bunga - neto setelah dikurangi pajak final

Beban bunga

-0.46%

-1.10%

-1.00%

-0.94%

Beban lain - lain neto

-0.17%

-1.09%

-0.73%

-0.80%

3.42%

1.54%

4.08%

6.95%

Kini

-0.79%

-0.40%

-1.05%

-1.82%

Tangguhan

-0.06%

-0.03%

0.02%

0.94%

-0.85%

-0.43%

-1.02%

-0.88%

2.57%

1.11%

3.06%

6.07%

-0.01%

-0.07%

-0.16%

-0.05%

0.00%

0.02%

0.04%

0.01%

-0.01%

-0.05%

-0.12%

-0.04%

2.56%

1.05%

2.94%

6.03%

LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN BADAN (Beban)/Manfaat Pajak Penghasilan Badan

Jumlah beban pajak penghasilan badan LABA TAHUN BERJALAN Penghasilan komprehensif lain : Pos - pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi: Pengukuran kembali liabilitas imbalan kerja manfaat pasti Pajak tangguhan terkait Jumlah kerugian komprehensif lainnya JUMLAH PENGHASILAN KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN

PEMBAHASAN Dari hasil analisis common size laporan laba rugi tahun 2013 dapat diketahui bahwa beban pokok penjualan sebesar 91.11% sehingga laba kotor yang dihasilkan hanya sebesar 8.89%. Total beban usaha pada tahun

2013 adalah sebesar 5.30% yang terdiri dari beban penjualan sebesar 2.23%. beban umum dan administrasi sebesar 0.93%. pendapatan jasa maklon 0.07%. rugi selisih kurs-neto sebesar 2.22%. jasa layanan teknis sebesar 0.03%. jasa lain-lain neto sebesar 0.03% setelah dikurangi dengan beban/manfaat pajak penghasilan maka pada tahun 2013 perusahaan mampu menghasilkan laba tahun berjalan sebesar 2.57%. Tahun 2014 diketahui bahwa beban pokok penjualan sebesar 93.95% sehingga laba kotor yang dihasilkan sebesar 6.05%. Total beban usaha pada tahun 2014 adalah sebesar 3.42% yang didominasi oleh beban penjualan sebesar 2.15% dibandingkan dengan tahun 2013 beban penjualan mengalami penurunan sehingga setelah dikurangi dengan adanya beban/penghasilan lain-lain dan beban/manfaat pajak penghasilan maka pada tahun 2014 perusahaan mampu menghasilkan laba tahun berjalan sebesar 1.11% dari penjualan laba tahun berjalan mengalami penurunan karena adanya kenaikan yang signifikan terhadap beban bunga dan beban neto lain-lain yang jumlahnya masing-masing 1.10% dan 1.09%. Tahun 2015 diketahui bahwa beban pokok penjualan sebesar 91.43% sehingga laba kotor yang dihasilkan sebesar 8.57%. Total beban usaha pada tahun 2015 adalah sebesar 3.77% yang didominasi oleh beban penjualan sebesar 1.76% sehingga setelah dikurangi dengan adanya beban/penghasilan lain-lain dan beban/manfaat pajak penghasilan maka pada tahun 2015 perusahaan mampu menghasilkan laba tahun berjalan sebesar 3.06% dari penjualan. di tahun 2015 perusahaan mengalami kenaikan laba tahun berjalan yang signifikan meskipun penjualan yang dihasilkan mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2014. Kenaikan laba tersebut kemungkinan terjadi karena adanya penurunan beban penjualan. lain-lain neto. beban bunga dan beban lain-lain neto dan didukung pula dengan adanya peningkatan pendapatan bunga yang sangat besar yaitu Rp9.711.242.205. Tahun 2016 diketahui bahwa beban pokok penjualan sebesar 89.43% sehingga laba kotor yang dihasilkan sebesar 10.57%. Total beban usaha pada tahun 2016 adalah sebesar 2.83% yang didominasi oleh beban

penjualan sebesar 1.76% beban penjualan pada tahun 2016 mengalami peningkatan meskipun jumlah tidak terlalu besar. sehingga setelah dikurangi dengan adanya beban/penghasilan lain-lain dan beban/manfaat pajak

penghasilan

maka

pada

tahun

2016

perusahaan

mampu

menghasilkan laba tahun berjalan sebesar 6.07% dari penjualan. Laba yang diperoleh mengalami kenaikan yang sangat signifikan hal ini kemungkinan terjadi karena adanya penurunan beban administrasi. kerugian karena selisih kurs juga mengalami menurun sangat signifikan yaitu sebesar Rp1.035.822.973 pada tahun 2016 dibandingkan pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp28.941.733.819. Dari hasil diatas disimpulkan bahwa laba yang dihasilkan selalu positif dan cenderung mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2014 ke tahun 2015. Komponen yang paling mempengaruhi besar kecilnya laba penjualan adalah beban pokok penjualan yang jumlahnya sangat besar mungkin dimasa yang akan datang perusahaan harus lebih menekan jumlah beban pokok penjualan agar laba yang dihasilkan perusahaan juga lebih meningkat. Tahun 2016 merupakan tahun yang paling baik karena mampu menghasilkan laba paling besar dengan jumlah beban usaha yang paling rendah. hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan selalu meningkatkan kinerja dari tahun ke tahun. 2. ANALISIS COMMON SIZE PADA NERACA PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk. LAPORAN POSISI KEUANGAN COMMON SIZE 2013-2016 2013

2014

2015

2016

2.77%

2.16%

0.73%

1.45%

10.25%

9.11%

5.99%

10.62%

ASET ASET LANCAR: Kas dan Bank Piutang Usaha: -Pihak ketiga

-Pihak Berelasi

16.29%

15.43%

11.52%

9.19%

-Pihak ketiga

0.02%

0.01%

0.001%

0.00001%

-Pihak Berelasi

0.01%

0.001%

0.06%

0.003%

34.18%

37.07%

28.58%

39.03%

-

-

15.96%

-

Uang muka pembelian

5.54%

3.67%

3.55%

2.73%

Pajak dibayar dimuka

10.13%

14.32%

17.72%

14.19%

Aset lancar lainnya

0.00%

0.26%

0.22%

0.21%

Jumlah aset lancar

79.19%

82.02%

84.33%

77.41%

-

-

-

2.38%

Estimasi tagihan pajak

0.52%

0.62%

0.64%

4.92%

Aset tetap

33.17%

29.59%

26.89%

29.12%

Akumulasi penyusutan

-13.02% -12.33% -12.01%

-13.98%

Piutang Lain-Lain:

Persediaan Pinjaman kepada pihak berelasi

ASET TIDAK LANCAR: Aset pajak tangguhan-neto

Aset tidak lancar lainnya

0.14%

0.11%

0.15%

0.14%

Jumlah aset tidak lancar

20.81%

17.98%

15.67%

22.59%

JUMLAH ASET

100%

100%

100%

100%

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS LIABILITAS JANGKA PENDEK :

Utang usaha: -Pihak ketiga

1.91%

2.23%

1.78%

4.90%

-Pihak berelasi

13.07%

5.66%

4.00%

2.65%

-Pihak ketiga

1.54%

1.79%

1.21%

1.22%

-Pihak berelasi

0.37%

0.51%

0.21%

0.10%

Uang muka penjualan

0.51%

0.77%

0.47%

0.35%

Utang pajak

0.26%

0.05%

0.78%

2.17%

Beban akrual

1.24%

1.35%

1.25%

1.16%

0.53%

0.53%

1.15%

1.04%

23.36%

-

43.01%

21.72%

Utang dividen

0.07%

0.06%

0.05%

0.06%

Pinjaman dari pihak berelasi

5.67%

43.01%

1.04%

48.52%

55.97%

54.95%

35.36%

1.45%

1.60%

1.63%

2.37%

0.65%

0.57%

0.35%

-

2.09%

2.17%

1.98%

2.37%

50.61%

58.14%

56.93%

37.73%

13.91%

11.58%

10.01%

10.43%

Utang Lain-Lain:

Liabilitas imbalan kerja jangka pendek Pinjaman bank jangka pendek

Jumlah liabilitas jangka pendek LIABILITAS JANGKA PANJANG Liabilitas imbalan kerja jangka panjang Liabilitas pajak tangguhanneto Jumlah liabilitas jangka panjang JUMLAH LIABILITAS EKUITAS Modal saham-nilai nominal Modal saham-nilai Rp250

per saham. Modal dasar952.000.000 saham. Modal ditempatkan dan disetor penuh-595.000.000 saham Tambahan modal disetor neto Komponen ekuitas lainnya

10.28%

8.56%

7.40%

7.71%

-0.02%

-0.17%

-0.43%

-0.56%

0.54%

0.49%

0.46%

0.51%

24.68%

21.39%

25.63%

44.18%

49.39%

41.86%

43.07%

62.27%

100%

100%

100%

100%

Saldo laba: -Ditentukan untuk cadangan umum -Belum ditentukan penggunaannya JUMLAH EKUITAS JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS

PEMBAHASAN Tahun 2013 total aktiva yang dimiliki PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk proporsi aktiva lancarnya 79.11% dan aktiva tidak lancarnya 20.81%. Dari aktiva lancar yang dimiliki. komponen persediaan memiliki jumlah yang terbesar yaitu 34.18% kemudian diikuti piutang usaha. pajak dibayar dimuka dan uang muka pembelian. Dalam asset tidak lancar. asset tetap merupakan jumlah yang paling besar yaitu 33.17%. Struktur pembiayaan PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk yaitu 50.61% di biayai dengan hutang dan 49.39% di biayai dengan modal. Dari komponen hutang. maka hutang jangka pendek merupakan komponen terbesar yaitu 48.52%. diikuti dengan utang jangka panjang yaitu 2.09%. Struktur modal didominasi dengan saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sebesar 24.68% kemudian diikuti dengan modal saham. Tahun 2014 total aktiva yang dimiliki PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk proporsi aktiva lancarnya 82.02% dan aktiva tidak lancarnya 17.98%. Dari aktiva lancar yang dimiliki. komponen persediaan memiliki jumlah yang terbesar yaitu 37.07% kemudian diikuti piutang

usaha. pajak dibayar dimuka dan uang muka pembelian. Dalam asset tidak lancar. asset tetap merupakan jumlah yang paling besar yaitu 29.59%. Struktur pembiayaan PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk yaitu 58.14% di biayai dengan hutang dan 41.86% di biayai dengan modal. Dari komponen hutang. maka hutang jangka pendek merupakan komponen terbesar yaitu 55.97%. diikuti dengan utang jangka panjang yaitu 2.17%. Struktur modal didominasi dengan saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sebesar 21.39% kemudian diikuti dengan modal saham. Tahun 2015 total aktiva yang dimiliki PT WILMAR CAHAYA INDONESIA tbk proporsi aktiva lancarnya 84.33% dan aktiva tidak lancarnya 15.67%. Dari aktiva lancar yang dimiliki. komponen persediaan memiliki jumlah yang terbesar yaitu 28.58% kemudian diikuti pajak dibayar dimuka. piutang usaha dan pinjaman kepada pihak berelasi. Dalam asset tidak lancar asset tetap merupakan jumlah yang paling besar yaitu 26.89%. Struktur pembiayaan PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk yaitu 56.93% di biayai dengan hutang dan 43.07% di biayai dengan modal. Dari komponen hutang. maka hutang jangka pendek merupakan komponen terbesar yaitu 54.95%. diikuti dengan utang jangka panjang yaitu 1.98%. Struktur modal didominasi dengan saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sebesar 25.63% kemudian diikuti dengan modal saham. Tahun 2016 total aktiva yang dimiliki PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk proporsi aktiva lancarnya 77.41% dan aktiva tidak lancarnya 22.59%. Dari aktiva lancar yang dimiliki. komponen persediaan memiliki jumlah yang terbesar yaitu 39.03% kemudian diikuti piutang usaha. pajak dibayar dimuka dan uang muka pembelian. Dalam asset tidak lancar asset tetap merupakan jumlah yang paling besar yaitu 29.12%. Struktur pembiayaan PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk yaitu 37.73% di biayai dengan hutang dan 62.27% di biayai dengan modal. Dari komponen pembiayaan saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya memiliki jumlah yang paling dominan yaitu 44.18%. diikuti dengan utang jangka pendek yaitu 35.36%.

Dari hasil analisis common size diatas diketahui bahwa dari tahun 2013-2016 aset lancar mendominasi total asset dan sumber utamanya berasal dari persediaan mengingat bahwa PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk merupakan perusahaan manufaktur maka jumlah persediaan yang cenderung selalu meningkat mengindikasikan bahwa perusahaan sulit menjual barang dagangannya. meskipun pada tahun 2015 persediaan sempat mengalami penurunan namun pada tahun 2016 persediaan mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2015 perusahaan juga memberikan pinjaman kepada pihak berelasi hal tersebut akan menambah total asset pada tahun 2015. Struktur asset tidak lancar selalu didominasi oleh jumlah asset tetap meskipun dari tahun ke tahun asset tetap mengalami penurunan kecuali pada tahun 2015 ke tahun 2016 hal tersebut kemungkinan terjadi karena asset yang dimiliki sudah usang sehingga perusahaan harus menjual/perusahaan sudah tidak memakai asset tersebut. Struktur pembiayaan didominasi oleh total libilitas utamanya pada liabilitas jangka pendek kecuali pada tahun 2016 hal ini menunjukkan bahwa perusahaan harus segera meningkatkan jumlah kas dalam jangka pendek guna membayar kewajiban/utang tersebut. Komponen ekuitas jumlahnya

didominasi

oleh

saldo

laba

yang

belum

ditentukan

penggunaanya sehingga mengindikasikan bahwa adanya laba yang masih belum dimanfaatkan. Disimpulkan bahwa tahun 2016 merupakan tahun yang paling baik. dilihat berdasarkan total ekuitas dan total liabilitasnya meskipun ditahun 2016 jumlah aset lancar lebih sedikit dibandingkan dengan total aset tidak lancar. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan sedang kesulitan dalam menghasilkan dana liquid dan lebih mengandalkan dana dari aset tidak lancar. Pada tahun 2016 perusahaan mampu mengurangi jumlah liabilitas dan mampu meningkatkan jumlah ekuitas. artinya perusahaan

masih

mampu

membayar

utang

meskipun

menggunakan ekuitasnya. D. ANALISIS DAN PEMBAHASAN RASIO LIKUIDITAS

dengan

Rasio likuiditas bermanfaat untuk memberikan informaasi mengenai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan kebutuhan kas yang tak terduga. Rasio yang digunakan: -

Working capital: Aset lancar – Utang lancar

-

Current ratio: Aset lancar / Utang lancar

-

Quick ratio: Kas + Piutang / Utang lancar

-

Cash ratio: Kas + Surat berharga / Utang lancar

-

Perputaran persediaan: HPP / Persediaan

-

Perputaran piutang: Penjualan / Rata-rata piutang

-

Jumlah hari persediaan: 360 / Perputaran persediaan

-

Jumlah hari piutang: 360 / Perputaran piutang

-

Siklus operasi: Jumlah hari persediaan + Jumlah hari piutang

-

Perputaran utang: HPP / Utang dagang

-

Jumlah hari utang: 360 / Perputaran utang

Asumsi yang digunakan adalah 360 hari PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk. ANALISIS RASIO LIKUIDITAS TAHUN 2013-2016 2013 Working Capital (Rp)

328.084.142.774

2014

2015

2016

334.640.300.

436.547.773

599.656.484.

849

.093

994

Current Ratio

1.63

1.47

1.53

2.19

Quick Ratio

0.60

0.48

0.33

0.60

Cash Ratio

0.06

0.04

0.01

0.04

6.31 X

8.27 X

7.08 X

7.50 X

8.92 X

8.45 X

12.12 X

15.17 X

57 hari

44 hari

51 hari

48 hari

Peputaran Persediaan Perputaran Piutang Jumlah Hari Persediaan

Jumlah Hari

40 hari

43 hari

30 hari

24 hari

Siklus Operasi

97 hari

86 hari

81 hari

72 hari

Perputaran Utang

14.40

17.65

34.06

38.01

Jumlah Hari Utang

25 hari

20 hari

11 hari

9 hari

Piutang

PEMBAHASAN Berdasarkan analisis rasio likuiditas dapat diketahui bahwa modal kerja PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. yang dimiliki dari tahun 2013 hingga tahun 2015 mengalami kenaikan yang stabil. Namun pada tahun 2016 modal kerja mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebesar Rp 599.656.484.994. Kenaikan tersebut diikuti adanya kenaikan asset lancar dari tahun 2013 hingga tahun 2015 walaupun pada tahun 2016 aset lancar mengalami penurunan. Kenaikan juga terjadi pada utang lancar. sedangkan pada tahun 2016 mengalami penurunan. Dengan modal kerja perusahaan mengetahui bahwa perusahaan masih mampu melunasi utang jangka pendeknya. Current ratio PT Wilmar Cahaya Tbk. Indonesia pada tahun 2013 sebesar 1.63 yang berarti bahwa setiap Rp 1 utang lancar dapat dijamin dengan asset lancar sebesar Rp 1.63. Current ratio pada tahun 2014 sebesar 1.47. Berdasarkan angka tersebut bahwa setiap Rp 1 utang lancar dapat dijamin dengan asset lancar sebesar Rp 1.47. Pada tahun 2015 current ratio sebesar 1.53. Angka tersebut menunjukkan bahwa utang lancar setiap Rp 1 dapat dijamin dengan asset lancar sebesar Rp 1.53. Dan pada tahun 2016 current ratio sebesar 2.19 yang berarti setiap Rp 1 utang lancar dapat dijamin dengan asset lancar sebesar Rp 2.19. Berdasarkan analisis cureent ratio dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2014 current ratio mengalami penurunan sebesar Rp 0.16. Penurunan tersebut disebabkan adanya kenaikan utang lancar yang tinggi pada tahun 2014 sebesar Rp 718.681.070.349. Quick ratio PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. pada tahun 2013 sebesar 0.60 yang berarti bahwa setiap Rp 1 utang lancar dapat dijamin dengan kas dan setara kas. serta piutang sebesar Rp 0.6 tanpa harus melikuidasi persediaan. Quick ratio pada tahun 2014 sebesar 0.48. Angka

tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1 utang lancar dapat dijamin dengan kas dan setara kas. serta piutang sebesar Rp 0.48. Pada tahun 2015 quick ratio sebesar 0.33. Berdasarkan angka tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1 utang lancar dapat dijamin dengan kas dan setara kas. serta piutang sebesar Rp 0.33. Dan pada tahun 2016 quick ratio sebesar 0.60 yang berarti bahwa setiap Rp 1 utang lancar dapat dijamin dengan kas dan setara kas. serta piutang sebesar Rp 0.60. Dari analisis quick ratio dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2014 dan 2015 quick ratio mengalami penurunan. Penurunan disebabkan karena kas dan setara kas pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar Rp 1.899.920.824 dan utang lancar pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar Rp 199.719.438.507. Pada tahun 2015 utang lancar mengalami kenaikan sebesar Rp 199.697.703.147 dan kas dan setara kas mengalami penurunan sebesar Rp 16.892.455.948. Cash ratio PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. pada tahun 2013 sebesar 0.06. berarti bahwa setiap Rp 1 utang lancar dapat dibayar dengan kas dan setara kas sebesar Rp 0.06 tanpa perlu menunggu penerimaan dari piutang serta menjual persediaan. Pada tahun 2014 cash ratio sebesar 0.04. angka tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1 utang lancar dapat dibayar dengan kas dan setara kas sebesar Rp 0.04. Pada tahun 2015 cash ratio PT Wilmar Cahaya Indonesia sebesar 0.01. berarti bahwa setiap Rp 1 utang jangka pendek dapat dibayar dengan kas dan setara kas sebesar Rp 0.01. Dan pada tahun 2016 cash ratio sebesar 0.04. Angka tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1 utang lancar dapat dibayar dengan kas dan setara kas sebesar Rp 0.04. Dari analisis cash ratio dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2015 cash ratio mengalami penurunan. Penurunan tersebut disebabkan karena penurunan kas dan setara kas yang cukup drastis sebesar Rp 16.892.455.948 dibandingkan dengan tahun 2014. Pada tahun 2013 inventory turn over perusahaan sebanyak 6.31 kali. maka dalam 360 hari perusahaan mampu menjual barangnya selama 57 hari sekali. Pada tahun 2014 inventory turn over PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. sebanyak 8.27 kali. maka dalam 360 hari perusahaan mampu menjual barangnya selama 44 hari sekali. Pada tahun 2015 inventory turn over

sebanyak 7.08 hari. maka dalam 360 hari perusahaan mampu menjual persediaannya selama 51 hari sekali. Dan pada tahun 2016 inventory turn over perusahaan sebesar 7.5 kali. maka dalam 360 hari perusahaan mampu menjual persediaannya selama 48 hari sekali. Dalam analisis inventory turn over in days dapat disimpulkan bahwa perputaran persediaan yang paling cepat pada tahun 2014 karena memiliki jumlah perputaran persediaan yang paling banyak yaitu sebesar 8.27 kali. Account receivable turn over PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. pada tahun 2013 sebesar 8.92 kali dalam 360 hari. maka piutang dapat ditagih selama 40 hari sekali. Pada tahun 2014 sebanyak 8.45 kali. yang berarti bahwa dalam 360 hari perusahaan mampu menagih piutang selama 43 hari sekali. Pada tahun 2015 account receivable turn over sebanyak 12.12 kali. maka dalam 360 hari perusahaan mampu mengumpulkan kas selama 30 hari. Dan pada tahun 2016 sebanyak 15.17 kali. berarti bahwa perusahaan mampu menagih piutang selama 24 hari sekali. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2016 perusahaan mampu menagih piutang dengan cepat karena perputaran piutang yang banyak dalam 360 hari. Untuk tahun 2013 sampai tahun 2016 perusahaan tidak mampu membayar utang dengan persediaan karena untuk menagih kas serta penjualan membutuhkan waktu yang lama sehingga jumlah hari pada siklus operasi lebih lama dari pada jumlah hari utang. Secara kesuluruhan dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2016 lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal tersebut dilihat dari modal kerja yang tinggi dibandingkan pada tahun sebelumnya. Pada tahun tersebut perusahaan mampu melunasi utang lancanya dengan menjaminkan asset lancar. Waktu yang diperlukan perusahaan untuk menjual barang dagangan adalah selama 48 hari meskipun jumlah tersebut masih lebih besar dibandingkan dengan tahun 2014 yang mampu menjual barang dagangan selama 44 hari. Pada tahun 2016 perusahaan juga mampu menagih piutang kepada pelanggan dengan jangka waktu 24 hari. Untuk melunasi utang. perusahaan mengandalkan pada penjualan barang dagangan dan penagihan piutang kepada pelanggan. namun ditahun 2016 perusahaan mengalami

kesulitan dana karena jumlah hari piutang lebih besar dibandingkan dengan jumlah hari pada utang. jika menunggu penjualan persediaan sampai dengan penerimaan hasilnya perusahaan memerlukan waktu selama 72 hari. sedangkan waktu yang diperlukan untuk membayar utang adalah 9 hari. E. ANALISIS DAN PEMBAHASAN RASIO SOLVABILITAS Analisis rasio solvabilitas/leverage bermanfaat untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang atau beban karena penggunaan asset. Rasio yang digunakan: -

Debt to total equity ratio: Total utang / Total Ekuitas ( Modal saham + agio saham + laba ditahan)

-

Debt to total assets ratio: Total utang / Total aktiva

-

Time interest earned ratio: Laba sebelum pajak dan bunga / Biaya bunga

-

Debt to tangible net worth ratio: Total utang / Total modal – Aktiva tidak berwujud

-

Total operating cash flow to total debt ratio: Arus kas kegiatan operasi / Total utang PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk. ANALISIS RASIO SOLVABILITAS UNTUK TAHUN 2013-2016 2013

2014

2015

2016

Debt to total equity ratio

1.025

1.389

1.322

0.606

Debt to total Asset ratio

0.506

0.581

0.569

0.377

Time interest earned ratio

7.774

2.384

4.793

8.245

1.025

1.389

1.322

0.606

0.036

0.198

0.199

0.327

Debt to tangible net worth ratio Total operating cash flow to total debt ratio PEMBAHASAN

Debt to total equity perusahaan cenderung menurun dari tahun ke tahun

kecuali pada tahun 2014 yang naik menjadi 1.389 hal ini terjadi karena naiknya

utang

pada

(Rp746.598.865.219



tahun

2014

sebesar

Rp541.352.365.829).

Rp205.246.499.390

kenaikan

tersebut

juga

menggambarkan bahwa pada tahun 2014 proporsi kepemilikian asset sebagian besar didanai dari perusahaan. Debt to total equity pada tahun 2015 adalah 1.322 terjadi penurunan meskipun total utang pada tahun tersebut mengalami kenaikan

sebesar

Rp99.333.830.444

(Rp845.932.695.663

-

Rp746.598.865.219) hal ini bisa terjadi karena total ekuitas yang dimiliki perusahaan juga mengalami kenaikan. total ekuitas pada tahun 2014 sebesar Rp537.551.172.122

sedangkan pada tahun 2015 Rp639.893.514.352. Pada

tahun 2016 debt to total equity mengalami penurunan yang sangat signifikan dan dapat mengindikasikan bahwa asset yang dimiliki perusahaan sebagian besar didanai oleh perusahaan bukan dari utang. Debt to total equity tahun 2016 adalah 0.606 serta jumlah utang pada tahun 2016 menurun sebesar Rp307.888.656.973 (Rp845.932.695.663 – Rp 538.044.038.690). Debt total asset ratio perusahaan posisinya tidak jauh berbeda dengan debt to total equity karena posisinya cenderung menurun meskipun pada tahun 2014 sempat mengalami kenaikan. Pada tahun 2013 debt to total asset ratio 0.506 artinya setiap 0.506 utang perusahaan didanai oleh 1 aset perusahaan. Angka tersebut menunjukkan bahwa perusahaan masih dalam keadaan sehat karena total aktiva yang dimiliki perusahaan masih lebih besar daripada total utang yang dimiliki perusahaan. total aktiva pada tahun 2013 sebesar Rp1.069.627.299.747. Tahun 2014 debt to total asset ratio sebesar 0.581 dan mengalami peningkatan karena total utang pada tahun tersebut meningkat sedangkan total asset meningkat. namun peningkatannya tidak sebanding dengan peningkatan total utang pada tahun 2014. Tahun 2015 debt to total asset ratio sebesasar 0.569 dan jumlahnya mengalami penurunan meskipun tidak signifikan. kenaikan terjadi pada total utang utamanya pada pos pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp639.068.781.247 dan diiringi dengan kenaikan aktiva pada tahun 2015. Pada tahun 2016 debt to total asset ratio 0.377 dan mengalami penurunan yang sangat signifikan karena ditahun tersebut jumlah antara aktiva dan utang mengalami penurunan meskipun penurunan utang jauh

lebih besar dibandingkan dengan penurunan total aktiva. Jumlah utang pada tahun 2016 menurun karena pada tahun tersebut perusahaan mampu membayar utang jangka pendeknya menggunakan kas sehingga total aktiva pada tahun 2016 juga mengalami penurunan sebesar Rp59.862.057.597. Time interest earned ratio perusahaan selalu mengalami peningkatan dan peningkatan paling besar terjadi pada tahun 2016. Pada tahun 2013 time interest earned ratio 7.774 artinya setiap 1 bunga dapat dibayar dengan laba sebelum pajak dan bunga sebesar 7.774. Tahun 2014 time interest earned ratio mengalami penurunan sebesar 5.39 (7.774 – 2.384) hal tersebut terjadi karena beban bunga mengalami peningkatan yang sangat signifikan sebesar Rp29.149.805.974 (Rp40.843.574.289 – Rp11.693.768.315) dan laba usaha tahun

2014

sebesar

Rp97.356.405.620

sedangkan

ditahun

2013

Rp90.910.496.665 sehingga laba usaha mengalami peningkatan ditahun 2014. Tahun 2015 time interest earned ratio mengalami peningkatan sebesar 2.409 (4.793 – 2.384) hal tersebut terjadi karena tahun 2015 laba usaha Rp167.545.451.595 jumlah ini naik di bandingkan

dengan tahun 2014.

kenaikan laba usaha diikuti juga dengan penurunan beban bunga. beban bunga pada tahun 2015 adalah Rp34.959.573.378. Time interest earned ratio tahun 2016 mengalami peningkatan yang sangat signifikan sebesar 3.457 (8.245 – 4.793). di tahun 2016 laba mengalami peningkatan yang sangat besar Rp151.013.915.392 (Rp318.559.366.987 – Rp 167.545.451.595) dan adanya penurunan

bunga

sebesar

Rp3.677.524.481

(Rp38.637.097.859



Rp34.959.573.378). Dari hasil analisis diatas disimpulkan bahwa tahun 2016 merupakan tahun yang paling baik karena debt to total equity sebesar 0.606 merupakan hasil paling kecil diantara tahun-tahun sebelumnya dan debt to total asset sebesar 0.377 juga merupakan angka paling kecil dibandingkan dengan tahun sebelumnya. karena semakin kecil angka yang didapat maka semakin baik posisi perusahaan. Sedangkan angka time interest earned ratio tahun 2016 sebesar 8.245 merupakan angka terbesar selama 4 tahun terakhir. karena didalam perhitungan time interest earned ratio jika hasilnya semakin besar menandakan bahwa posisi perusahaan semakin baik. hal ini terbukti dengan

adanya kenaikan laba usaha ditahun 2016 yang sangat besar dan penurunan beban bunga ditahun yang bersangkutan. F. ANALISIS DAN PEMBAHASAN RASIO PROFITABILITAS Analisis rasio profitabilitas bermanfaat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: 1.

Rasio Kembalian Investasi Rasio kembalian investasi merupakan kemampuan mengembalikan dana/imbalan kepada pemberi dana yaitu kreditor/investor (dapat berupa pembayaran bunga/dividen). Beberapa rasio yang digunakan: -

Return on Assets: Laba bersih / Rata-rata aktiva

-

Return on Common Equity: Laba untuk pemegang saham biasa / ratarata ekuitas saham biasa

-

Return on Investment: Laba bersih + biaya bunga x (1-Tax rate) / ratarata x (utang jangka panjang +ekuitas) PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk. ANALISIS RASIO KEMBALIAN INVESTASI UNTUK TAHUN 2013-2016 Keterangan

2013

2014

2015

2016

Return on Assets

0.06

0.03

0.08

0.17

Return on Common Equity

0.44

0.28

0.72

1.68

Return on Investment

0.16

0.10

0.14

0.20

PEMBAHASAN Return on assets PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk pada tahun 2013 adalah sebesar 0,06 yang berarti bahwa setiap Rp 1 aktiva yang dimanfaatkan akan menghasilkan laba sebesar Rp 0.06. Pada tahun 2014 return on assets yang dihasilkan sebesar 0,03 yang berarti bahwa setiap Rp 1 aktiva yang dimanfaatkan akan menghasilkan laba sebesar Rp 0.03. Jika

dibandingkan tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 0,03. Pada tahun 2015 return on assets yang diperoleh sebesar 0.08 yang berarti bahwa setiap Rp 1 aktiva yang dimanfaatkan akan menghasilkan laba sebesar Rp 0.08 apabila dibandingkan dengan tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 0.05. Dan pada tahun 2016 return on assets yang dihasilkan sebesar 0,17 yang berarti bahwa setiap Rp 1 aktiva yang dimanfaatkan mampu menghasilkan laba sebesar Rp 0.17. Jika dibandingkan pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,09. Return on common equity PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk pada tahun 2013 sebesar 0,44 yang berarti bahwa setiap Rp 1 yang diinvestasikan oleh pemilik mendapatkan laba sebesar Rp 0.44. Pada tahun 2014 return on common equity sebesar 0,28 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 yang diinvestasikan oleh pemilik akan mendapatkan laba sebesar Rp 0.28. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 0,16. Pada tahun 2015 return on common equity yang dihasilkan sebesar 0,72 yang berarti bahwa setiap Rp 1 investasi dari pemilik memperoleh laba sebesar Rp 0.72. Jika dibandingkan dengan tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 0,44 dan pada tahun 2016 return on common equity yang dihasilkan sebesar jauh lebih tinggi sebesar 1,68 yang berarti bahwa setiap Rp 1 yang diinvestasikan oleh pemilik menghasilkan laba sebesar Rp 1.68. Untuk return on common equity yang dihasilkan sebesar 1,68 angka tersebut berasal dari laba tahun berjalan yang mengalami peningkatan. Laba tersebut meningkat karena modal yang diinvestasikan oleh pemilik yang banyak, sehingga pemilik memperoleh return yang tinggi. Pada tahun 2013 return on investment PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk sebesar 0,16 yang berarti bahwa setiap Rp 1 yang diinvestasikan oleh kreditur dan pemilik memperoleh laba sebesar Rp 0.16. Pada tahun 2014 return on investment sebesar 0,10 yang berarti setiap Rp 1 yang diinvestasikan oleh pemilik dan kreditur menghasilkan laba sebesar Rp 0.10. Jika dibandingkan dengan tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 0,06. Pada tahun 2015 return on investment sebesar

0,14 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 yang diinvestasikan oleh kreditur dan pemilik menghasilkan laba sebesar Rp 0.14. Pada tahun tersebut return on investment mengalami kenaikan sebesar 0,04 dibandingkan pada tahun 2014. Dan pada tahun 2016 return on investment yang dihasilkan sebesar 0.20 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 yang diinvestasikan oleh pemilik dan kreditur menghasilkan laba sebesar Rp 0.20. Pada tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 0,06 jika dibandingkan dengan tahun 2015. Pada tahun 2016 return on investment yang dihasilkan sebesar 0,20 yang berasal dari peningkatan laba bersih ditambah dengan biaya bunga. Ekuitas dan utang jangka panjang yang diperoleh dari pemilik dan kreditor mengalami peningkatan, sehingga pemilik dan kreditur mengharapkan return yang tinggi pula. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2016 lebih baik daripada tahun sebelumnya yang berarti pada tahun tersebut perusahaan mampu memberikan imbalan kepada para pemberi dana yaitu investor dan kreditor. Imbalan yang diberikan kepada investor berupa dividen dan yang diberikan kepada kreditur berupa bunga. Rasio kembalian investasi pada tahun 2016 tinggi karena diikuti laba bersih yang tinggi pula. Pada tahun 2016 penjualan bersih diketahui lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan rata-rata total asset yang dimanfaatkan menurun sehingga return on assets yang dihasilkan yaitu sebesar 0.08. 2. Rasio Pemanfaatan Aktiva Rasio pemanfaatan aktiva digunakan untuk mengukur kemampuan asset perusahaan dalam menghasilkan laba. Jenis rasio pemanfaatan aktiva: -

Assets Turn Over: Penjualan bersih / Rata-rata total aktiva Working Capital Turn Over: Penjualan bersih / Rata-rata modal erja Fixed Assets Turn Over: Penjualan bersih / Rata-rata total aktiva tetap Other Assets Turn Over: Penjualan bersih / Rata-rata aktiva lain PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk. ANALISIS RASIO PEMANFAATAN AKTIVA UNTUK TAHUN 2013-2016

Keterangan

2013

2014

2015

2016

Asset Turn Over

2.37 X

3.15 X

2.52 X

2.83 X

Working Capital Turn Over

7.72 X

11.17 X

9.04 X

7.94 X

Fixed Assets Turn Over

11.75 X

16.94 X

15.75 X

18.84 X

Other Assets Turn-Over

1607.08 X

1174.44 X

675.80 X

783.62 X

PEMBAHASAN Asset turn over perusahaan selama empat tahun terakhir relative stabil. Pada tahun 2013 aset turn over nya adalah 2.367 kali . Pada tahun 2014 terjadi kenaikan asset turn over sebesar 3.145 kali di karenakan penjualan bersih pada perusahaan meningkat yang menandakan adanya pemanfaatan asset turn over selama 360 hari. Namun pada tahun 2015 dan 2016 kembali mengalami ketidakstabilan, pada tahun 2015 mengalami enurunan sebesar 2.517 kali hal ini diakibatkan adanya pengurangan asset terhadap pemanfaatan asset turn over, namun pada tahun 2016 meningkat dibandingkan dengan tahun 2015 hal ini disebebkan oleh adanya kenaikan penjualan bersih pada tahun 2016. Working capital turn over perusahaan selama empat tahun terakhir relative mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 working capital turn over adalah sebesar 7.717 kali. Sedangkan pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 11.172 kali, hal ini disebabkan adanya kenaikan penjualan perusahaan. Pada tahun 2015 terjadi penurunan kembali menjadi 9.040 dan pada tahu 2016 mengalami penurunan menjadi 7.943 kali. Karena pada kedua tahun tersebut terdapat jumlah kenaikan asset lancar yang sangat besar. Fixed asset turn over pada tahun 2013 adaah 11.747 kali yang artinya penggunaan asset tetap dalam menghasilkan penjualan adalah 11.747 kali dalam setahun atau 31 hari. Pada tahun 2014 penggunaaan asset tetap mengalami kenaikan menjadi 16.939 kali. Karena terjadi adanya nilai penggunaan asset yang bertambah. Pada tahun 2015 mengalai penurunan

kembali

sebesar

15.752

kali

ini

disebabkan

kurang

maksimalnya penjualan asset tetap. Namun pada tahun 2016 fixed asset

turn over mengalami kenaikan kembali menjadi 18.836 kali hal ini disebabkan oleh adanya penambahan pada asset tetap yang terjadi selama setahun. Other asset turn over digunakan untuk mengukur efesiensi penggunaan aktiva lain-lain dalam menghasilkan penjualan. Berdasarkan hasil perhitungan untuk tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 pemanfaatan aktiva lain-lain mengalami kenaikan dan penurunan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Apalagi ditahun 2013 mengalami rasio perputaran yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tahun 2014 merupakan tahun yang paling baik dilihat dari sisi asset turn over dan working capital turn over. Asset turn over pada tahun 2014 menunjukkan angka 3.15 kali perputaran hal ini dapat mengindikasikan bahwa perusahaan

mampu

mengoptimalkan

jumlah

asset

yang

dimiliki

perusahaan pada tahun tersebut untuk menghasilkan penjualan bersih mengingat pada tahun 2014 jumlah arus kas investasi untuk pembelian asset tetap juga meningkat dibandingkan dengan tahun 2013. Working capital turn over pada tahun 2014 sebesar 11.17 kali perputaran artinya perusahaan mampu menghasilkan penjualan bersih 11.17 kali dalam tahun 2014 sehingga nantinya jumlah penjualan bersih dan laba akan meningkat. Sedangkan berdasarkan perhitungan fixed asset ratio tahun 2016 menghasilkan angkayang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2014 hal ini disebabkan karena adanya kenaikan penjualan bersih. Other turn asset 2013 menunjukkan hasil yang lebih tinggi, hal ini disebabkan karena pada tahun 2013 perusahaan tidak banyak melakukan investasi khususnya pada golongan asset lainnya yang kemungkinan terjadi karena perusahaan belum mampu menghasilkan laba yang tinggi, sehingga meskipun tahun 2014 menghasilkan other asset turn over yang lebih kecil namun kenaikan penjualan bersih pada tahun 2014 lebih besar dari pada kenaikan penjualan bersih pada tahun 2016 hal ini mengindikasikan bahwa pemanfaatan asset lainnya untuk menghasilkan penjualan bersih lebih optimal. 3. Rasio Kinerja Operasi

Rasio kinerja operasi bermanfaat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba melalui pelaksanan kegiatan operasi. Jenis rasio kinerja operasi : -

Gross profit margin: Laba kotor / Penjualan bersih Operating profit margin: Laba operasi / Penjualan bersih Net profit margin: Laba bersih setelah pajak / Penjualan bersih Cost to sales ratio: Harga pokok penjualan / Penjualan bersih Operating expenses to sales ratio: Biaya Operasi / Penjualan bersih General expenses to sales ratio: General Expenses / Net sales Seling expenses to sales ratio: Seling expenses / Net sales PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk. ANALISIS RASIO KINERJA OPERASI UNTUK TAHUN 2013-2016 Keterangan

2013

2014

2015

2016

Gross Profit Margin

9%

6%

9%

11%

Operating Profit Margin

4%

3%

5%

8%

Net Profit Margin

3%

1%

3%

6%

Operating Expenses to Sales Ratio

5%

3%

4%

3%

General Expenses to Sales Ratio

0.9%

0.7%

1.2%

1.0%

Selling Expenses to Sales Ratio

2.2%

2.1%

1.8%

1.8%

PEMBAHASAN Gross profit margin profit perusahaan dari 4 tahun terakhir cenderung tidak stabil hal ini kemungkinan disebabkan karena kemampuan perusahaan dalam mempertahankan harga jual diatas harga pokok kurang efisien meskipun pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 jumlah gross profit margin selalu meningkat yakni 3% pada tahun 2015 dan meningkat kembali pada tahun 2016 sebesar 2%. Pada tahun 2014 gross profit margin menunjukkan angka yang paling kecil daripada tahun yang lain artinya dalam tahun 2014 industri sangat kompetitif dalam penentuan harga sehingga perusahaan juga harus mampu menekan harga pokok agar produk yang dijual mampu bersaing dipasaran, sedangkan

ditahun 2016 menunjukkan angka paling tinggi kemungkinan terjadi karena adanya penurunan beban pokok penjualan dan kenaikan penjualan bersih

yang

sangat

signifikan

dibandingkan

dengan

tahun-tahun

sebelumnya. Operating profit ratio selama 4 tahun terakhir cenderung selalu mengalami peningkatan meskipun sempat mengalami penurunan sebesar 1% pada tahun 2014, namun setelah tahun 2014 angkanya selalu meningkat sampai dengan tahun 2016. Penurunan operating profit ratio pada tahun 2014 disebabkan karena proporsi beban pokok penjualan yang sangat besar hal ini ditunjukkan dengan membandingkan penjualan pada tahun 2015, meskipun penjualan bersih tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2014 namun laba kotor yang mampu dihasilkan pada tahun 2015 jauh lebih besar dibandingkan dengan tahun 2014 dan juga ditahun 2014 perusahaan mengalami kenaikan beban penjualan

sebesar

Rp23.005.767.395

(Rp79.419.182.455

-

Rp56.413.415.060) dan kenaikan beban umum dan administrasi sebesar Rp 3.764.926.653 (Rp27.208.872.444 – Rp23.443.945.791) sehingga pada tahun 2014

laba usaha yang dihasilkan cenderung rendah meskipun

penjualan bersihnya tergolong tinggi. Tahun 2016 menunjukkan angka operating profit ratio yang paling tinggi yakni 8% artinya perusahaan mampu meningkatkan penjualan bersih dan mampu menekan biaya-biaya yang terjadi pada tahun 2016 terbukti dengan adanya kenaikan penjualan bersih dan faktor eksternal yaitu penurunan rugi selisih kurs neto yang sangat berpengaruh terhadap penurunan beban usaha. Net profit margin perusahaan tidak jauh berbeda dengan operating profit ratio yaitu cenderung menigkat namun pada tahun 2014 sempat mengalami penurunan sebesar 2% meskipun tahun 2015 mengalami kenaikan kembali sebesar 2%, hal tersebut terjadi karena peningkatan beban perusahaan seperti yang telah dianalisis pada komponen operating profit ratio didukung juga dengan adanya penurunan pendapatan bunga dan kenaikan beban bunga yang kemungkinan terjadi karena ditahun 2014 perusahaan banyak melakukan investasi baik jangka panjang maupun

jangka pendek untuk operasi perusahaan sehingga untuk tahun berikunya perusahaan mampu meningkatkan kinerja, terbukti setelah tahun 2014 perusahaan selalu mengalami peningkatan. Tahun 2016 net profit margin menunjukkan angka 6% dan merupakan angka paling tinggi sehingga dapat dikatan selama 4 tahun terakhir perusahaan mampu mengoptimalkan efisiensi baik dari sisi produksi, administrasi , pemasaran, pendanaan maupun pajak. Operating expenses to sales ratio

selama 4 tahun terakhir

mengalami fluktuasi. Tahun 2013 perusahaan menghasilkan operating expenses to sales ratio sebesar 5% dan merupakan angka tertinggi hal ini disebabkan karena adanya kenaikan beban usaha/beban operasi pada tahun yang bersangkutan, dilihat pada laporan laba rugi perusahaan tahun 20132016,

tahun

2013 menghasilkan

beban

usaha

tertinggi

sebesar

Rp134.079.641.718, faktor eksternal merupakan penyebab utamanya yaitu adanya kerugian selisih kurs neto yang sangat besar dan jumlahnya hampir sama dengan beban penjualan pada tahun tersebut nominal kerugiannya sebesar Rp56.170.376.561. Pada tahun 2014 operating expenses to sales ratio mengalami penurunan sebesar 2% hal ini disebabkan karena adanya penurunan beban usaha yaitu penurunan rugi selisih kurs neto meskipun dari sisi perusahaan terjadi kenaikan beban penjualan dan beban umum dan administrasi, dari sisi penjualan bersih ditahun 2014 juga mengalami kenaikan yang sangat signifikan dibandingkan dengan tahun 2013. Pada tahun 2015 operating expenses to sales ratio mengalami kenaikan sebesar 1% , hal tersebut disebabkan karena adanya penurunan penjualan bersih dibandingkan dengan tahun 2014 dan beban usaha yang meningkat karena faktor internal yaitu naiknya beban umum dan administrasi serta faktor eksternal yaitu kenaikan rugi selisih kurs neto. Operating expenses to sales ratio pada tahun 2016 yaitu 3% dan mengalami penurunan sebesar 1% hal tersebut menunjukkan bahwa adanya kenaikan penjualan bersih ataupun adanya penurunan beban operasi. Ditahun 2016 penjualan bersih mengalami peningkatan yang

sangat signifikan dan beban usaha yang dihasilkan juga mengalami penurunan meskipun penurunan beban usaha terjadi karena adanya faktor eksternal perusahaan. General expenses to sales ratio selama 4 tahun terakhir cenderung stabil dan angka paling rendah ditunjukkan pada tahun 2014 sehingga dapat disimpulkan pada tahun 2014 jumlah beban administrasi untuk kegiatan penjualan lebih efisien dalam menghasilkan laba daripada tahun yang lainnya, meskipun pada tahun 2013 jumlah beban administrasi paling rendah namun laba yang dihasilkan juga paling rendah sehingga hal ini bisa dikatakan wajar, sedangkan untuk selling expenses to sales ratio berdasarkan hasil perhitungan selama 4 tahun terakhir tahun 2015 dan tahun 2016 menghasilkan nilai yang sama namun apabila dilihat dari sisi beban penjualan tahun 2015 menghasilkan beban yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2016 kenaikan beban penjualan sebesar Rp11.177.014.452, apabila dilihat dari penjualan bersihnya tahun 2016 menghasilkan angka yang lebih besar dibandingkan dengan tahun 2015 kenaikan penjualan tersebut sebesar Rp629.807.930.819. Sehingga berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulan bahwa tahun 2016 lebih baik berdasarkan penjualan bersih yang dihasilka Karena kenaikan penjualan lebih besar dari pada kenaikan beban penjualan. Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa tahun 2016 merupakan tahun yang paling baik dilihat dari sisi gross profit margin, operating profit margin, net profit margin dan operating expenses to sales ratio, karena ditahun tersebut perusahaan mampu menghasilkan penjualan bersih paling tinggi serta mampu menekan beban pokok penjualan dan beban-beban usaha lainnya baik disebabkan karena faktor internal maupun eksternal sehingga mampu menghasilkan laba yang besar sehingga nantinya perusahaan juga mampu meningkatkan laba untuk pemegang saham dan lebih mengembangkan operasi perusahaan. G. ANALISIS DAN PEMBAHASAN RASIO INVESTOR Rasio investor adalah rasio yang mengukur harga pasar saham

perusahaan, relative terhadap nilai bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasarkan pada sudut pandang investor ataupun calon investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan menggunakan rasio ini. Rasio yang digunakan adalah: 1. Earnings per Share: Laba bersih untuk saham biasa / Rata-rata tertimbang jumlah lembar saham biasa 2. Price earning ratio: Harga pasar saham biasa / EPS 3. Persentase laba ditahan: Laba bersih – semua dividen / Laba bersih 4. Dividen payout ratio: Dividen per lembar saham biasa / EPS 5. Dividen yield ratio: Dividen per lembar saham biasa / Harga pasar per lembar saham biasa 6. Book value per share: Total ekuitas – Saham Preferen / Jumlah lembar saham biasa beredar 7. Price to Book Value: Harga pasar per lembar saham biasa / Nilai buku per lembar saham biasa PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk. ANALISIS RASIO INVESTOR UNTUK TAHUN 2013-2016

Earning Per Share Price Earning Ratio

2013

2014

2015

2016

Rp219

Rp138

Rp179

Rp420

Rp1.575.799. Rp3.233.695. Rp2.243.715 087 652 .084

Rp1.912.500.0 00

Persentase Laba Ditahan

54%

100%

100%

100%

Dividen Payout Ratio

0.14%

0.22%

0.08%

0.04%

Dividen Yield Ratio

0.026%

0.020%

0.023%

0.011%

Price to Book Value

Rp1.4

Rp1.8

Rp1.6

Rp3.2

Rp1.776

Rp1.807

Rp1.075

Rp1.492

Book Value per Share

PEMBAHASAN Earnings per share yang ditunjukkan perusahaan mengalami fluktuasi setiap tahunnya dapat dilihat pada tahun 2013 earnings per share yang dihasilkan sebesar Rp219 sedangkan ditahun 2014 mengalami penurunan sebesar Rp81 hal ini menunjukkan adanya penurunan kinerja sehingga laba bersih untuk pemegang saham yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2013 mengingat bahwa jumlah lembar saham yang beredar pada tahun 2013 dan 2014 adalah sama yakni sebesar 297500000. Pada tahun 2015 earnings per share mengalami peningkatan dibandingkan dengan 2014 yakni sebesar Rp41. meskipun jumlah tersebut tidak lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2013 hal ini disebabkan karena adanya pemecahan nilai nominal saham yang selumnya Rp500 menjadi Rp250 sehingga pada tahun 2015 jumlah saham yang beredar menjadi lebih tinggi yakni 595.000.000 lembar saham namun apabila dilihat dari sisi laba bersih yang dihasilkan tahun 2015 jauh lebih unggul dibandingkan dengan tahun 2013. Earnings per share pada tahun2016

sebesar

Rp420

nilai

tersebut

merupakan

nilai

tertinggi

dibandingkan dengan tahun sebelumnya kenaikan tersebut didukung juga dengan kenaikan laba bersih ditahun 2016 sehingga earning per share yang dihasilkan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Price earnings ratio secara keseluruhan mengalami fluktuasi setiap tahunya mengalami fluktuasi. pada tahun 2014 perusahaan mampu menghasilkan price earnings ratio sebesar Rp3.233.695.652 jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan tahun 2013 yang hanya Rp1.575.799.087 hal ini menunjukkan bahwa harga pasar per lembar saham biasa mengalami peningkatan pada tahun 2014 yakni dari harga Rp1.160 menjadi Rp1.500 pada penutupan harga saham kuartal 4 pada masing-masing tahun. Kenaikan tersebut juga mengindikasikan bahwa perusahaan sedang mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2015 price earnings ratio mengalami penurunan sebesar Rp989.980.568 hal ini disebabkan karena turunya harga per lembar saham biasa yang semula Rp1.500 menjadi Rp675 pada penutupan kuartal 4 meskipun pada tahun 2015 laba bersih mengalami kenaikan dibandingkan

dengan tahun 2013 dan tahun 2014. Pada tahun 2016 price earnig ratio mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2015 meskipun laba usaha pada tahun 2016 mengalami kenaikan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. penurunan price earnings ratio disebabkan karena kenaikan nilai earnings per share yang sangat tinggi namun tidak seimbang dengan kenaikan harga per lembar saham biasa. Presentase laba ditahan pada tahun cenderung stabil karena laba yang dihasilkan digunakan penuh untuk kegiatan pengembangan bisnis sehingga dari tahun 2014-2016 tidak ada dividen yang dibagikan. Pada tahun 2013 perusahaan

membagikan

dividen

sebesar

Rp29.750.000.000

hal

ini

mengindikasikan ekspektasi pertumbuhan pendapatan yang tinggi. sehingga nantinya investor akan tertarik dan berpengaruh pada harga saham. dibuktikan dengan adanya kenaikan harga saham pada tahun 2014. Dividen payout ratio dari tahun ke tahun mengalami penurunan kecuali tahun 2013 ke tahun 2014 yang naik 0.8% hal ini disebabkan karena EPS pada tahun 2014 menurun sedangkan dividen per lembar saham yang dibagikan tetap sama. Pembagian dividen hanya terjadi sekali dalam kurun waktu 20132016 Dividen per lembar saham yang mampu diberikan adalah sebesar Rp0.304 pada tahun 2013 dan 2014 sesangkan tahun 2015 dan 2016 nilainya menurun menjadi Rp0.152 hal ini terjadi karena adanya pemecahan nilai nominal saham. Perusahaan hanya memberikan dividen pada tahun 2013 dikarenakan laba yang dihasilkan digunakan untuk investasi dalam rangka meningkatkan pertumbuhan dan kinerja perusahaan, hal tersebut didukung dengan adanya kenaikan dari aktivitas investasi khususnya dalam pembelian asset tetap yang dapat dilihat pada laporan arus kas bagian aktivitas investasi perusahaan. Dividen yield ratio nilainya cenderung fluktuatif namun apabila dibandingkan menurut jumlah saham yang beredar pada tahun 2013-2014 sebesar 297.500.000 lembar nilainya turun sebesar 0.06% dan tahun 20152016 dengan saham yang beredar setelah stock split maka nilainya juga menurun sebesar 0.012%, kedua hal tersebut disebabkan karena harga pasar per lembar saham biasa nilainya jauh lebih besar dibandingkan dengan dividen

per lembar sahamyang dibagikan. Nilai yang ditunjukkan oleh dividen yield ratio menunjukkan bahwa keuntungan yang dihasilkan dalam bentuk dividen jauh lebih kecil dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh dari harga pasar tahun berjalan karena perusahaan masih dalam masa pertumbuhan sehingga laba yang didapatkan fokus digunakan untuk perkembangan bisnis. Book value per share selama 4 tahun terakhir cenderung tidak stabil hal ini disebabkan karena adanya stock split pada tahun 2015 dan jumlah ekuitas yang selalu meningkat setiap tahunnya. Book value per share tertinggi terjadi pada tahun 2015 hal ini disebabkan karena adanya kenaikan ekuitas dibandingkan dengan tahun 2013 jumlah saham biasa yang beredar sebesar 297.500.000 sedangkan pada tahun 2015 nilai book value per share paling rendah meskipun jumlah ekuitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2013 dan 2014 penurunan terjadi karena adanya stock split sehingga jumlah saham yang beredar menjadi lebih tinggi. Namun. berdasarkan perhitungan price to book value mengindikasikan bahwa nilai pasar saham biasa diakhir periode jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai buku saham biasa yang beredar sehingga perusahaan masih mampu mendapat investor karena adanya potensi perusahaan masih bisa berkembang dimasa depan karena tingkat kembalian atas saham lebih besar. Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa tahun 2016 merupakan tahun yang paling baik karena jika dilihat dari sisi earnings per share dan price earnings ratio maka nilai earning per share yang dihasilkan jauh lebih besar sehingga hal tersebut dapat menunjukkan bahwa laba bersih yang dihasilkan seimbang dengan jumlah saham yang beredar sedangkan dari sisi price earnings ratio meskipun tidak tinggi namun laba yang dihasilkan tahun 2016 lebih tinggi dibanding dengan tahun yang lain. Apabila dilihat dengan dividen payout ratio maka ditahun 2016 nilainya berpihak pada para investor capital gain karena dana yang didapatkan digunakan penuh untuk pertumbuhan perusahaan dan yang diharapkan mampu menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi. Price to book value pada tahun 2016 juga meningkat sehingga dapat dikatakan perusahaan memiliki tingkat nilai kembalian atas saham yang besar.

BAB III KESIMPULAN

Laporan keuangan merupakan alat yang paling penting untuk memperoleh informasi sehubungan dari laporan keuangan yang dicapai sebuah perusahaan. Pada analisis laporan keuangan PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. selama tahun 2013-2016 dapat disimpulkan bahwa tahun 2016 merupakan tahun yang paling baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini didukung dengan berbagai analisis yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Secara keseluruhan pada tahun tersebut perusahaan mampu menghasilkan laba yang lebih besar dengan prosentase kenaikan penjualan bersih lebih besar dibandingkan dengan kenaikan beban pokok penjualan, hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menekan beban pokok penjualan yang bertujuan untuk menghasilkan laba yang lebih besar yang dapat dilihat pada analisis trend laba rugi. Laba yang semakin besar berdampak juga bagi pihak eksternal yaitu pemegang saham biasa yang memperoleh earning per share dalam jumlah yang tinggi. Laporan arus kas perusahaan tahun 2016 didominasi oleh penerimaan kas dari pelanggan yang artinya perusahaan mampu menagih piutang dagang dari aktivitas penjualan dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan angka perputaran piutang yang semakin cepat dengan jumlah hari piutang yang semakin pendek, siklus operasi perusahaan juga tergolong normal. Nilai debt to assets yang semakin kecil ditahun 2016 yang artinya jika perusahaan tidak mampu membayar utang maka perusahaan masih mampu membayar utang melalui aktiva yang dimiliki terutaman pada pos asset lancar. Solvabilitas pada tahun 2016 menunjukkan hal yang positif dilihat dari return on asset, return on common equity dan return on investment mengalami peningkatan dari pada tahun sebelumnya artinya perusahaan mampu memberikan kembalian kepada pemberi dana, peningkatan ini juga didukung dengan adanya laba yang besar ditahun tersebut. Pada bab sebelumya diketahui perusahaan hanya memberikan dividen pada tahun 2013 artinya sebagian besar laba ditahan yang dimiliki setelah tahun 2013 digunakan penuh untuk pengembangan perusahaan dengan tujuan agar perusahaan mampu menghasilkan laba yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, Harris. “Definisi Book Value atau Nilai Buku.” Diunduh pada tanggal 05 Desember 2017 melalui https://www.google.co.id/amp/s/www.finansialku.com/definisi-bool-valueatau-nilai-buku-adalah/amp/

_____. “Definisi Dividend Payout Rasio.” Diunduh pada tanggal 05 Desember 2017 melalui https://www.google.co.id/amp/s/www.finansialku.com/definisi-dividendpayout-ratio-adalah/amp/

Kirana. “Dividen Yield.” Diunduh pada tanggal 05 Desember 2017 melalui http://kirana-kontan.blogspot.co.id/2009/08/dividen-yield.html?m=1

Nasyiffa, Nadira. “Rasio Pasar.” Diunduh pada tanggal 09 Desember 2017 melalui http://nadiranasyiffa.co.id/2011/10/rasio-pasar.html?m

Related Documents

Alk Paper.doc
June 2020 7
Alk Kinase
May 2020 6
Tugas Alk-fix.docx
August 2019 15
Alk No 3
October 2019 8
Up Alk Gita.docx
June 2020 0

More Documents from "iwan kurniawan"

Alk Paper.doc
June 2020 7
Rpp_aljabar.pdf
October 2019 1
Bab I Pato.docx
June 2020 20
Rpp_98280.pdf
June 2020 20
Pathway Dekubitus.docx
October 2019 51
June 2020 24