BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Semua makhluk yang hidup di muka bumi ini tidak pernah terlepas dari keputusan Allah. Roda kehidupan akan senantiasa berputar, dari kesedihan sampai kebahagiaan. Keduanya akan datang silih berganti. Dalam hal ini, manusia wajib berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil terbaik. Allah lebih melihat pada usaha yang dilakukan manusia daripada hasil yang diperolehnya. Oleh karena itu, setiap manusia diharapkan agar senantiasa mengamalkan akhlak terpuji terutama terhadap diri sendiri. Yaitu tingkah laku yang baik yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah SWT, dan itu ditujukan terhadap diri sendiri. Akhlak terpuji dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji pula. diantara akhlak terpuji terhadap diri sendiri yaitu, tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qana’ah. Akhlak terpuji ini merupakan hal yang sangat urgen, sehingga sangat penting untuk dipelajari. Dengan harapan nantinya para siswa dapat menerapkannya dalam setiap kegiatan sehari-hari. Agar mampu mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran di setiap lingkup kehidupan ini. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian dan pentingnya tawakal, ikhtiar, sabar, syukur dan qana’ah? 2. Bagaimana bentuk dan contoh perilaku tawakal, ikhtiar, sabar, syukur dan qana’ah? 3. Apakah nilai-nilai positif dari tawakal, ikhtiar, sabar, syukur dan qana’ah? 4. Bagaimana perilaku tawakal, ikhtiar, sabar, syukur dan qana’ah? B. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian dan pentingnya tawakal, ikhtiar, sabar, syukur dan qana’ah. 2. Untuk mengetahui bentuk dan contoh perilaku tawakal, ikhtiar, sabar, syukur dan qana’ah. 3. Untuk mengetahui nilai-nilai positif dari tawakal, ikhtiar, sabar, syukur dan qana’ah.
BAB II PEMBAHASAN A. Tawakkal 1. Pengertian Kata “tawakkal” berasal dari bahasa Arab yang artinya pasrah dan menyerah. Secara istilah, tawakkal berarti sikap pasrah dan menyerah terhadap hasil suatu pekerjaan atau usaha dengan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Tawakkal dapat diberi pengertian berserah diri kepada Allah SWT setelah semua proses pekerjaan atau amalan lain sudah dilakkan secara optimal. Tawakkal harus dilakukan setelah ada usaha dan kerja keras dengan mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki. Akan tetapi, ketika seseorang belum berusaha secara optimal untuk mencapai suatu angan atau cita-citanya, kemudian ia pasrah atau berserah diri, maka orang tersebut belum dapat dikatakan tawakkal. 2. Perintah Tawakkal QS. Ali-Imran ayat : 159
Artinya : Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. 3. Bentuk Tawakkal Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku tawakkal, agar kelak dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai berikut: a. Melakukan sesuatu atas dasar niat ibadah kepada Allah SWT b. Tidak menggantungkan keberhasilan suatu usaha kepada selain Allah SWT c. Bersikap pasrah dan siap menerima apapun d. Tidak memaksakan kehendak atau keinginan kepada siapapun dan pihak manapun e. Bersikap tegar dan tenang, baik dalam menerima keberhasilan maupun kegagalan 4. Dampak Positif Tawakkal a. b.
Memperoleh kepuasan batin karena keberhasilan usahanya mendapat ridho Allah. Memperoleh ketenangan jiwa karena dekat dengan Allah yang mengatur segala-
galanya. Mendapatkan keteguhan hati. 5. Membiasakan diri bersikap Tawakkal
Manusia harus sadar dirinya lemah, terbukti sering mengalami kegagalan. Keberhasilan usaha manusia ada pada kuasa dan kehendak Allah semata-mata. Oleh sebab itu, manusia harus mau bertawakal dan membiasakan diri bersikap tawakkalkepada Allah setelah melakukan usaha secara sungguh-sungguh. Orang yang tawakal berarti menunggu keberhasilan usahanya. Oleh sebab itu, pada waktu tawakal hendaknya memperbanyak doa kepada Allah agar usahanya berhasil baik. 6. Contoh Tawakkal 1) Seorang siswa mengerjakan ujian dengan sungguh-sungguh atas jerih payahnya rajin belajar, kemudian ia tawakkal dengan berdoa kepada Allah akan menghasilkan kemudahan dalam mengerjakan soal. 2) Ayah dan Ibu Ahmad adalah petani kecil. Ia sangat mendambakan agar Ahmad kelak menjadi anak saleh yang cerdas. Sebagai muslim dan muslimat yang taat beragama, setiap hari mereka selalu berdoa dan bertawakal kepada Allah semoga keluarganya hidup tentram di bawah ridho Allah. B. Ikhtiyar 1. Pengertian Kata “ikhtiyar” berasal dari bahasa Arab (ikhtara-yakhtaru-ikhtiyaaran) yang berarti memilih. Ikhtiyar diartikan berusaha karena pada hakikatnya orang yang berusaha berarti memilih. Adapun menurut istilah, berusaha dengan mengerahkan segala kemampuan yang ada untuk meraih suatu harapan dan keingina yang dicita-citakan. Ikhtiyar juga juga dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh yang dilakukan untuk mendapatkan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. 2. Perintah Ikhtiyar QS. Al-Jumuah ayat : 11
Artinya: apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
3. Bentuk Ikhtiyar
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku ikhtiyar, agar kelak dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai berikut: a. Mau bekerja dalam mencapai suatu harapan dan cita-cita b. Selalu bersemangat dalam menghadapi kehidupan c. Tidak mudah menyerah dan putus asa d. Disiplin dan penuh tanggung jawab e. Giat bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup f. Rajin berlatih dan belajar agar bisa meraih apa yang diinginkannya 4. Dampak Positif Ikhtiyar Banyak nilai positif yang terkandung dalam perilaku ikhtiyar, di antaranya sebagaiberikut: a. Terhindar dari sikap malas b. Dapat mengambil hikmah dari setiap usaha yang dilakukannya c. Memberikan contoh tauladan bagi orang lain d. Mendapat kasih sayang dan ampuna dari Allah SWT e. Merasa batinnya puas karena dapat mencukupi kebutuhan hidupnya f. Terhormat dalam pandangan Allah dan sesama manusia karena sikapnya g. Dapat berlaku hemat dalam membelanjakan hartanya 5. Membiasakan diri bersikap Ikhtiyar Sikap ikhtiyar harus dimiliki oleh setiap muslim agar mampu menghadapi semua godaan dan tantangan dengan kerja keras dan ikhtiyar. Untuk itu hendaklah perhatikan beberapa hal berikut: a. Kuatkan iman kepada Allah SWT b. Hindari sikap pemalas c. Jangan mudah menyerah dan putus asa d. Berdo’a kepada Allah agar diberi kekuatan untuk selalu berikhtiyar e. Giat dan bersemangat dalam melakukan suatu usaha f. Tekun dalam melaksanakan tugas, Pandai-pandai memanfaatkan waktu
C. Sabar 1. Pengertian Menurut bahasa, “sabar” artinya menahan, tabah. Sabar berarti tahan menderita sesuatu, tidak lekas marah, dan tidak lekas putus asa. Adapun menurut istilah, sabar ialah kondisi ental seseorang yang mampu mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam dirinya. hawa nafsu
di sini mengandung arti sangat luas, misalnya amarah, ambisi, serakah, tergesa-gesa, dan sebagainya. Oleh karena itu, orang yang sabar adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya. Sabar merupakan salah satu akhlak terpuji dan kunci untuk mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan hidup. Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan. Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran. Macam-macam sabar menurut Imam al-Ghazali, yaitu: a) Sabar dalam ketaatan, yaitu melaksanakan tugas atau kewajiban dengan ikhlas. b) Sabar dalam menghadapi musibah, yaitu tabah atau kuat hati saat menerima cobaan hidup. c) Sabar dari maksiat, yaitu rela meninggalkan perbuatan maksiat dan tidak menyesal atau iri apabila melihat orang lain dapat bersenang-senang dalam maksiat. 2. Perintah Sabar a) Sabar dalam Ketaatan, QS. Ali-Imran : 200
artinya :Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. b) Sabar dalam Musibah, QS. al-Baqarah : 155-156
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. Al-Baqarah: 155) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (QS. Al-Baqarah: 156) c) Sabar dari Maksiat, QS. an-Nahl : 126-127
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesunggguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan” 3. Bentuk Sabar Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku sabar, agar kelak dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai berikut: a. Bersabar dalam hal belajar untuk meraih cita-cita dan harapan b. Sabar ketika diejek oleh teman-teman, karena kesabaran akan membawa hasil yang positif c. Tidak mudah emosi atau marah d. Tidak tergesa-gesa e. Menerima segala sesuatu dengan kepala dingin f. Tidak mudah menyalahkan orang lain g. Selalu berserah diri kepada Allah SWT 4. Dampak Positif Sabar Banyak nilai positif yang terkandung dalam perilaku sabar, di antaranya sebagai berikut: a. Terhindar dari bencana dan mala petaka yang disebabmkan oleh nafsu b. Melatih diri mengendalikan hawa nafsu c. Disayang oleh Allah d. Memiliki emosi yang stabil e. Memiliki harapan akan masuk ke surga sesuai janji Allah 5. Membiasakan diri bersikap Sabar a. Selalu ingat bahwa marah tidak dapat menyelesaikan masalah
b. Memperbanyak bergaul dengan teman-teman yang baik, berakhlak mulia c. Membatasi diri dan bersikap-hati-hati dalam bergaul dengan teman yang berwatak keras dan kasar d. Hindari bergaul dengan orang-orang yang berperilaku tidak menyenangkan e. Hadapi segala sesuatu dengan tenang f.
Hindari sifat tergesa-gesa
D. Syukur 1. Pengertian Kata “syukur” berasal dari bahasa Arab yang berarti berterima kasih. Menurut istilah, bersyukur adalah berterima kasih kepada Allah atas karunia yang dianugerahkankepada dirinya. Apabila direnungkan secara mendalam, ternyata memang banyak nikmat Allah yang telah kita terima dan gunakan dalam hidup ini. Demikian banyaknya sehingga kita tidak mampu
menghitungnya. Hakikat
syukur
adalah
menampakkan
nikmat
dengan
menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan kehendak pemberinya. Sedangkan kufur adalah menyembunyikan dan melupakan nikmat. Pada dasarnya, semua bentuk syukur ditujukan kepada Allah. Namun, bukan berarti kita tidak boleh bersyukur kepada mereka yang menjadi perantara nikmat Allah. Ini bisa dipahami dari perintah Alah untuk bersyukur kepada orang tua yang telah berjasa menjadi perantara kehadiran kita di dunia. Perintah bersyukur kepada orang tua sebagai isyarat bersyukur kepada mereka yang berjasa dan menjadi perantara nikmat Allah. Orang yang tidak mampu bersyukur kepada sesama sebagai tanda ia tidak mampu pula bersyukur kepada Allah SWT. 2. Perintah Syukur QS. al-Baqarah : 152
“ Maka igatlah kepada Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu ,Bersyukurlah kepada
Ku ,Dan
janganlah kamu ingkar kepada Ku “. ( Qs. Al Baqarah : 152) 3. Bentuk Syukur Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku syukur, agar kelak dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai berikut:
a. Selalu mengucapkan “al hamdulillah” atau terima kasihsetiap kali menerima menukmatan b. Menggunakan apa yang diberikan sesuai dengan kehendak pamberinya c. Menjaga dan merawat dengan baik apa yang telah diberikan d. Menyisihkan sebagian harta kita untuk diserahkan ke baitul mal e. Menyisihkan waktunya untuk membantu orang yang belum bisa membaca Al-Quran 4. Dampak Positif Syukur Banyak nilai positif yang terkandung dalam perilaku syukur, di antaranya sebagai berikut: a. Memperoleh kepuasan batin karena dapat menaati salah satu kewajiban hamba terhadap Allah SWT b. Terhindar dari sifat tamak c. Terhindar dari murka Allah SWT d. Mendapat jaminan tambahan nikmat Allah 5. Membiasakan diri bersikap Syukur a. Menerima pemberian orang tua dengan senang hati b. Memanfaatkan uang untuk membeli hal-hal yang bermanfaat c. Tidak boros dalam menggunakan uang
E. Qana’ah 1. Pengertian Kata “qana’ah” berasal dari bahasa Arab yang berarti rela, suka menerima yang dibagikan kepadanya. Adapun secara istilah, qana’ah adalah sikap menerima semua yang telah dikaruniakan Allah SWT kepada kita. Dapat pula dikatakan bahwa qana’ah ialah sikap menerima dan menggunakan suatu pemberian Allah sesuai dengan ketentuan Allah dan kebutuhan kita. Dalam bahasa jawa sering diartikan sebagai sikap “nerimo”. Bersyukur terhadap apaapa yang telah diberikan oleh Allah. Terkadang yang diterima oleh manusia menurut ukuran materi jumlahnya sedikit, tetapi sebenarnya nikmat yang diberikan oleh Allah tidak bisa terhitung jumlahnya. Dengan sifat Qana’ah ini, orang akan selalu merasa bersyukur, sehingga mudah baginya untuk berbagi kepada orang lain dan dapat menghilangkan sifat serakah dalam hati. Ni’mat yang digenggamnya tidak ia nikmati sendiri tetapi ia bagikan kepada orang-orang
disekitarnya yang membutuhkan. Artinya qana’ah tidak hanya pada waktu rizki yang kita terima sedikit, tetapi pada waktu rizki melimpah pun kita harus tetap qana’ah. 2. Perintah Qana’ah § QS. an-Nisa’ : 32
Artinya:32. Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain[10]. (Karena) bagi laki-laki ada bagian[11] dari apa yang mereka usahakan[12], dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan[13]. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya[14]. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu[15]. 3. Bentuk Qana’ah a.
Selalu ikhlas menerima kenyataan hidup
b. Tidak banyak berangan-angan c.
Tidak bersikap iri ter hadap kenikmatan yang diterima orang lain
4. Dampak Positif Qana’ah a. Terhindar dari sifat tamak b. Dapat merasakan ketenteraman hidup karena merasa cukup atas karunia Allah yang dianugerahkan kepada dirinya c. Mendapat jaminan tambahan nikmat dari Allah dan terhindar dari ancaman siksa yangberat 5. Membiasakan diri bersikap Qana’ah a. Sering memperhatikan orang-orang yang lebih miskin daripada kita b. Tidak sering memerhatikan orang yang lebih kaya agar kita tidak merasa kurang c. Membiasakan diri berlaku hemat d. Biasakan bersikap ikhlas e. Hindari kebiasaan berangan-angan
BAB III KESIMPULAN
Akhlak merupakan suatu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang menimbulkan pekerjaan yang mudah dan gampang tanpa melalui sutu pertimbangan dan pemikiran. Akhlak menurut sifatnya, terbagi menjadi dua yaitu akhlak mahmudah (akhlak terpuji) dan akhlak madzmumah (akhlak tercela). Akhlak terpuji yaitu tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlak yang terpuji dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji pula. Ada berbagai macam akhlak terpuji, baik terpuji kepada Allah, kepada alam, kepada sesama manusia, dan kepada diri sendiri. Di antaranya yaitu tawakkal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qana’ah. Tawakkal berarti sikap pasrah dan menyerah terhadap hasil suatu pekerjaan atau usaha dengan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Ikhtiyar diartikan berusaha karena pada hakikatnya orang yang berusaha berarti memilih. Sabar berarti tahan menderita sesuatu, tidak lekas marah, dan tidak lekas putus asa. Bersyukur adalah berterima kasih kepada Allah atas karunia yang dianugerahkan kepada dirinya. Sedangkan Qana’ah adalah sikap menerima semua
yang
telah
dikaruniakan
Allah
SWT
kepada
kita.
Menjaga akhlak merupakan hal yang penting bagi kita dan menerapkan perilaku-perilaku di atas bukan berarti kita menyerah begitu saja, tapi tetap berusaha sekuat tenaga. Karena segala sesuatu hanya Allah SWT yang tahu, dan manusia hanya bisa berusaha dengan cara mengerahkan segala kemampuan untuk bisa menjadi pribadi yang baik akhlak dan budi pekertinya.