Abstrak Konas Fiks Lengkap.docx

  • Uploaded by: drg Riki Indra Kusuma
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Abstrak Konas Fiks Lengkap.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,738
  • Pages: 8
Perawatan Konservatif Kista Dentigerous Pada Anak (Laporan Kasus) Jihad Harun Sandiah*, Andri Hardianto**, Achmad Mauludin***, Raden Yohana**** *Resident, Department of Oral and Maxillofacial Surgery,Faculty of Dentistry, Padjadjaran University, Bandung, Indonesia **Department of Oral and Maxillofacial Surgery, RSUP Dr. HasanSadikin, TheMinistry of Health, Bandung, Indonesia ***Department of Oral and Maxillofacial Surgery, RSGM, Faculty of Dentistry, Padjadjaran University, Bandung, Indonesia ****Department of Oncology Surgery, RSUP Dr. HasanSadikin, TheMinistry of Health, Bandung, Indonesia Email :[email protected] ___________________________________________________________________________ ABSTRAK

Pendahuluan :Kista adalah penyebab pembengkakan kronis yang paling sering pada rahang dibandingkan tulang lain karena banyaknya sisa epitel odontogenik. Kista yang dibentuk dari epitel dontogenik merupakan yang terbanyak di rahang. Kista dentigerous merupakan kantung jaringan ikat yang berisi cairan dengan berbatas epitel skuamos berlapis yang terbentuk di sekitar mahkota gigi yang tidak erupsi atau dentikel. Kista ini sering disebut kista folikular karena hasil pembesaran folikel yang berasal dari akumulasi cairan antara epitel tereduksi dengan email gigi. Tujuan Penulisan makalah ini adalah melaporkan perawatan konservatif kista dentigerous pada anak sehingga akan menyegarkan praktisi pada diagnosis dan tatalaksana dari kista dentigerous. LaporanKasus :Pasien anak perempuan usia 7 tahun dating ke poliklinik RSUD Al Ihsan dengan keluhan terdapat benjolan pada rahang bawah kanan dengan ukuran 3 x 2 x 1 cm sejak 6 bulan yang lalu, benjolan tersebut tidak sakit, awalnya benjolan kecil pada gusi yang semakin lama membesar. Pembahasan :Kista dentigerous dengan keterlibatan gigi sulung merupakan kasus yang jarang terjadi, paling sering melibatkan gigi permanen. Maka kemungkinan terjadinya kista ini akan bertambah seiring bertambahnya usia. Terdapat kecenderungan ditemukan pada rahang atas dan rahang bawah, dan terjadi dua kali lipat lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Dalam hal ini, kami melaporkan temuan yang tidak biasa dari kistadentigerous pada rahang bawah kanan yang terjadi pada anak perempuan. Kesimpulan: Pada kasus ini kista dentigerous dilakukan dengan teknik enukleasi dan medikamentosa secara adekuat dengan hasil yang sangat baik. Kata Kunci

: Kista Dentigerous, Enukleasi.

Conservative Treatment Of Dentigerous Cyst In Children (Case Report ) Jihad Harun Sandiah*, Andri Hardianto**, Achmad Mauludin***, Raden Yohana**** *Resident, Department of Oral and Maxillofacial Surgery,Faculty of Dentistry, Padjadjaran University, Bandung, Indonesia **Department of Oral and Maxillofacial Surgery, RSUP Dr. HasanSadikin, TheMinistry of Health, Bandung, Indonesia ***Department of Oral and Maxillofacial Surgery, RSGM, Faculty of Dentistry, Padjadjaran University, Bandung, Indonesia ****Department of Oncoolgy Surgery, RSUP Dr. HasanSadikin, TheMinistry of Health, Bandung, Indonesia Email :[email protected] ___________________________________________________________________________ ABSTRACT Introduction :Cyst is the most common caused of chronic swelling in the jaw compared to other bone as there are a lot of odontogenic epithelium. Cyst formed from odontogenic epithelium is the most encountered case found in dental practice. Dentigerous cyst is a sac formed of connective tissues filled with liquid and lined with stratified squamos epithelium border which was developed around un-erupted dental crown or denticle. This kind of cyst is also known follicular cyst on a reason that swelling follicle is derived from liquid accumulation between tooth enamel reductions with dental email. The purpose of this paper is to report the conservative treatment of dentigerous cyst in children so as to refresh the practitioner on the diagnosis and treatment of dentigerous cyst Case Report:The 7-year-old girl patient came to the polyclinic of Al Ihsan Hospital with chief complain that there was a lump on the right lower jaw with a size of 3 x 2 x 1 cm since 6 months ago, the lump did not hurt, initially a small lump on the gums that grew longer. Discussion:Dentigerouscyst with the involvement of deciduous teeth are rare case, most often involving permanent teeth. Then the possibility of this cyst will increase with age. There is a tendency to be found in the upper and lower jaw, and more than twice as much in men as in women. In this case, we reported the unusual findings of a dentigerous cyst on the right lower jaw that occurs in girls. Conclusion:In this case dentigerouscyst are performed with adequate enucleation and medical techniques with excellent results. Keywords: Dentigerous Cyst, Enucleation

PENDAHULUAN Salah satu kelainan dalam mulut yang sering ditemukan dalam praktik bedah mulut adalah kista. Kista merupakan suatu rongga patologis yang berisi cairan atau semi cairan, tidak disebabkan oleh akumulasi pus. Kista bisa dibatasi oleh epitel, atau tidak dan dapat menyebabkan pembesaran intraoral dan ekstraoral yang secara klinis dapat menyerupai tumor jinak.1 Kista adalah pembentukan rongga patologis di dalam subtansi organ dan merupakan suatu kantong yang rapat, dilengkapi dengan suatu membran yang tegas dan berisi cairan atau semi cairan.2 Kista dentigerous merupakan salah satu jenis kista odontogenik yang terbanyak setelah kista radikuler di rongga mulut. Kista dentigerous adalah kista yang terbentuk di sekitar mahkota gigi yang belum erupsi. Kista ini mulai terbentuk bila cairan menumpuk di dalam lapisan epitel email yang tereduksi atau di antara epitel dan mahkota gigi yang belum erupsi. Kista dentigerous adalah suatu kantong yang dibungkus oleh epitelium yang terjadi dari enamel organ yang berhubungan dengan mahkota gigi yang tidak erupsi.3 Kista dentigerous sebagai kista yang menutupi gigi yang belum erupsi dengan perluasan folikelnya dan menyerang hingga ke leher gigi dan menurut kista dentigerous adalah pembesaran ruangan folikular di sekitar gigi yang belum erupsi. Kista ini merupakan jenis kista terbanyak setelah kista radikuler. Sering terjadi pada posterior mandibula atau maksila dan umumnya berkaitan dengan impaksi atau embedeed gigi molar ketiga.1 Kista dentigerous merupakan suatu kista yang berasal dari pemisahan folikel dari sekitar mahkota gigi yang tidak erupsi. Kista ini mengelilingi mahkota gigi yang tidak erupsi hingga ke servikal gigi atau cemento enamel junction.2,4

Faktor lokal dari penyebab kista dentigerous dapat dikaitkan dengan perkembangan mahkota atau gigi permanen dan juga bisa muncul dari sisa epitel enamel. Faktor lingkungan termasuk kekurangan endokrin, demam dan radiasi.5 Gambaran klinis, kista umumnya asimptomatis hingga timbulnya infeksi atau adanya fraktur patologis. Kista dapat tumbuh dengan berbagai ukuran, dan kista yang besar dapat dihubungkan dengan ekspansi tanpa rasa sakit pada tulang yang diserang. Lesi yang besar dapat menimbulkan asimetri wajah dan dapat berpotensi menjadi agresif. Perluasan tulang yang diikuti dengan asimetri wajah, pergeseran gigi yang ekstrem, resorpsi akar gigi yang berdekatan dan rasa sakit merupakan kemungkinan dari akibat yang ditimbulkan oleh pembesaran kista yang berlanjut.4.6 Pemeriksaan klinis juga menunjukkan adanya gigi yang hilang dan pembengkakan dan indurasi positip, terjadi asimetri wajah dan kemungkinan adanya fraktur patologis. Pasien biasanya tahu setelah dilakukan pemeriksaan rontgen gigi.6 Pasien dilaporkan tidak selalu merasakan sakit atau rasa tidak nyaman. Sekitar 4% pasien dengan gigi yang tidak erupsi memiliki lesi kista dentigerous. Kista dentigerous juga dapat terjadi di sekitar gigi supernumerary sekitar 5% dari seluruh kista dentigerous.7 Gambaran radiologi kista berbatas jelas, unilokuler dan kadang-kadang tampak multilokuler yang radiolusen berhubungan dengan mahkota gigi yang tidak erupsi. Gigi yang tidak erupsi sering berpindah tempat. Pada mandibula, gambaran radiolusen dapat meluas ke superior daerah molar ketiga ke ramus atau ke anterior dan inferior sepanjang corpus mandibula. Untuk lesi yang dianggap kista, beberapa peneliti percaya bahwa daerah radiolusenya paling sedikit berdiameter 3-4mm.

Pemeriksaan histopatologis kista bervariasi, tergantung apakah kistanya terinflamasi atau tidak. Pada kista non inflamasi, dinding jaringan fibrous tersusun longgar dan terdiri dari substansi dasar glycosaminoglycan. Pulau-pulau kecil dan anyaman sisa-sisa epitel odontogenik yang tidak aktif terdapat pada dinding jaringan fibrous. Batasan epitel terdiri dari 2-4 lapisan sel epitel kuboid dan ruang antara jaringan dan epitelnya datar. Pada kista yang terinflamasi, dinding fibrous lebih banyak kolagennya dengan disertai sel-sel inflamasi kronis. Batasan epitel memperlihatkan bermacam jumlah hipeplasia dengan tonjolan rete serta gambaran skuamousa. Permukaan yang mengalami keratinisasi sering terlihat.1 Patogenesis pertumbuhan atau perkembangan suatu kista dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu: 1) Tahap awal, ditandai kista belum merusak tulang sehingga tulang di atasnya masih utuh dan teraba keras. 2) Tahap sensasi bola pingpong, ditandai sudah mulai terjadi desakan kista yang semakin besar pada tulang, 3) Tahap krepitasi, pada tahap ini sudah terjadi fragmentasi dari tulang di atasnya akibat desakan kista, sehingga pada palpasi teraba adanya krepitasi. 4) Tahap fluktuasi, pada tahap ini hanya ada bila kista telah mengerosi tulang secara sempurna.4 Terapi dan prognosa kista dapat dilakukan enukleasi terhadap kapsul jaringan ikat dan sekaligus mengikutsertakan lapisan epitel secara keseluruhan. Tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari tertinggalnya epitel yang dapat menyebabkan terbentuknya kista residual, karena kista baru yang terbentuk akan lebih invasif. LAPORAN KASUS Seorang pasien anak perempuan berusia 7 tahun datang ke klinik rawat jalan Bedah Mulut dan Maksilofasial RSUD Al-Ihsan dengan keluhan utama pembengkakan pada gusi rahang bawah kanan. Sekitar 6 bulan yang lalu pasien menyadari terdapat pembengkakan pada gusi rahang bawah kanannya kurang lebih sebesar kacang tanah. Pembengkakan membesar

secara bertahap hingga sebesar telor puyuh. Tidak ada riwayat nyeri pada daerah yang mengalami pembengkakan. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya. Tidak ada riwayat penurunan berat badan. Riwayat penyakit sistemik terdahulu dan sekarang disangkal. Pemeriksaan ekstra oral didapatkan pembengkakan soliter berbentuk oval dengan ukuran ± 3 x 2 x 1 cm. Palpasi didapatkan konsistensi padat kenyal dengan permukaan yang halus, terdapat krepitasi. Tidak didapatkan gangguan pada nervus alveolaris inferior. Pemeriksaan kelenjar limfe tidak didapatkan tanda-tanda patologis.

Gambar 1. Preoperatif : (Kiri) profil ekstra oral; (kanan) Intra oral

Pemeriksaan intra oral didapatkan oedem pada regio insisivus, caninus dan molar sulung rahang bawah kanan. Terdapat ekspansi tulang kortikal bukal pada regio gigi caninus dan molar sulung mandibula kanan. Warna mukosa intra oral sama seperti jaringan sekitarnya dan permukaan yang rata. Palpasi intra oral didapatkan konsistensi sebagian keras dan sebagian kistik, terdapat krepitasi. Gambaran panoramik menunjukkan lesi radiolusen unilokuler yang destruktif dan ekspansif dengan tepi sklerotik pada corpus mandibula kanan yang meluas sampai ke foramen mentale. Dilakukan aspirasi pada mandibula kanan dan didapatkan sedikit cairan kristal kolesterol yang berwarna kuning jernih. Selanjutnya dilakukan biopsi enukleasi sebagai tindakan terapi

definitif untuk menetukan jenis kista beserta diagnosis pembandingnya. Hasil biopsi menunjukkan suatu gambaran Kista Dentigerous.

Gambar 2. Orthopantomogram preoperative

Dengan pertimbangan usia pasien, mencegah terjadinya rekurensi, lesi yang masif, infiltratif, dan destruktif, dan untuk menghindari terjadinya fraktur patologis, segera dilakukan tindakan definitif. Intraoperatif didapatkan lesi kistik masif dari korpus mandibula sampai mendekati foramen mentale.

a.

b. Gambar 3: a. spesimen bedah; b. Biopsi Enukleasi

Pemeriksaan histopatologis dari spesimen bedah didapatkan sediaan berupa dinding Kista Dentigerous asalnya berasal dari epitel odontogenik.

Tampak pula dinding kista dilapisi epitel gepeng berlapis, inti dalam batas normal serta jaringan otot dalam batas normal, tidak tampak tanda keganasan. Gambaran tersebut menunjukkan sebuah Kista Dentigerous. Hasil evaluasi paska operatif pada hari ke-7 dengan oklusi sentrik, luka operasi tidak terdapat dehisensi maupun tanda-tanda infeksi. Evaluasi paska operasi hari ke-14 menunjukkan oklusi sentrik dan penyembuhan jaringan intra oral . Kassa dibuka kemudian pasien di konsulkan untuk pembuatan obturator dan di pasang seperti terlihat pada gambar 5

Related Documents

Abstrak
June 2020 43
Abstrak
May 2020 54
Abstrak
November 2019 29
Abstrak
June 2020 22
Abstrak
October 2019 39

More Documents from ""