PROPOSAL
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTRITIS DI RUANG (A) RS (B)
A. NURUL FADHILAH 163141
AKADEMI KEPERAWATAN ANGING MAMMIRI PROVINSI SULAWESI SELATAN MAKASSAR 2019
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dengan segala kekurangan dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gastritis Kronik”. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program DIII Keperawatan di UPT Akper Anging Mammiri Makassar. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini Akhir kata semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah di berikan kepada penulis. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi rekan-rekan perawat mencapai profesionalisme dalam meningkatkan mutu pelayanan terkhusus bagi penulis sendiri
Wasaalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, 14 Juli 2019
A. Nurul Fadhilah
i
DAFTAR ISI Kata Pengantar ................................................................................................. i Daftar Isi........................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 2 D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Medis Tentang Gastritis 1. Definisi Gastritis ............................................................................ 4 2. Etiologi ........................................................................................... 4 3. Patofisiologi ................................................................................... 5 4. Manifestasi Klinis ......................................................................... 6 5. Komplikasi ..................................................................................... 6 6. Pemeriksaan diagnostik .................................................................. 7 7. Penatalaksanaan ............................................................................ 8 B. Konsep Proses Keperawatan 1. Pengkajian ...................................................................................... 10 2. Diagnosa Keperawatan................................................................... 11 3. Intervensi Keperawatan .................................................................. 11 4. Implementasi Keperawatan ............................................................ 17
ii
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) 2013, insiden gastritis di Dunia sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Di Inggris (92%), China (31%), Jepang (14,5%), Kanada (35%), dan Perancis (29,5%). Di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya (World Health Organization dalam Miftahul, 2018) Berdasarkan data dari dinas kesehatan Republik Indonesia, penderita penyakit Gastritis di Indonesia tahun 2013 terdapat 40,5%. Angka kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevelensi 274,396 kasus dari 238,672,223 jiwa penduduk (Dinas Kesehatan Republik Indonesia dalam Miftahul, 2018) Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Makassar diperoleh gambaran 10 penyakit terbanyak untuk semua golongan umur di Kota Makassar tahun 2015 dan penyakit gastritis berada di urutan ke 5 dengan jumlah kasus 35.159 (Profil Kesehatan Kota Makassar dalam Miftahul 2015) Menurut data data yang didapat dari Rekam Medis Rumah Sakit Haji Makassar yaitu pada Tahun 2015 pasien yang dating dengan gastritis sebanyak 45 orang (Laki-laki 29 orang dan perempuan 16 orang). Pada tahun 2016 sebanyak 34 orang (Laki-laki 18 orang dan perempuan 16 orang). Kemudian pada tahun 2017 sebanyak 59 orang (Laki-laki 16 orang dan perempuan 43 orang). Pada bulan Januari-Juli sebanyak 10 orang (Rekam Medik Haji Makassar dalam Miftahul, 2018) Gastritis merupakan penyakit yang sering kita jumpai dalam masyarakat. Hal yang menyebabkan masih banyaknya orang yang menderita penyakit gastritis ini karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan cara penanganan yang tepat
1
2
sehingga masyarakat menganggap remeh penyakit gastritis ini. Gaya hidup dan pola makan yang tidak teratur atau tidak sehat seperti mengosumsi makanan yang siap saji atau makanan yang dapat merangsang produksi asam lambung dapat meningkatkan resiko terjadinya gastritis. Selain itu, gastritis juga dapat diindukasikan oleh stress karena stress juga dapat menyebabkan perubahan hormonal dalam tubuh sehingga tubuh merangsang produksi asam lambung dalam jumlah yang berlebihan. Untuk pencegahan dan penatalaksanaan peran petugas kesehatan sangat penting yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan masyarakat tentang gastritis. Peran keluarga dan lingkungan juga mendorong penurunan terjadinya gastritis yaitu dengan cara hidup sehat. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan tetang bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastritis di Rumah Sakit Haji Makassar B. Rumusan Masalah “Bagaimana penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gastritis kronik” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan dari penulisan ini adalah melakukan Asuhan Keprawatan pada pasien dengan Gastritis Kronik. 2. Tujuan Khusus a. Dapat melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastritis kronik b. Dapat menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Gastritis kronik c. Dapat menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastritis kronik d. Dapat melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan Gastritis kronik
3
e. Dapat melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Gastritis Kronik D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa akan datang 2. Manfaat Praktis a. Institusi Pendidikan Sebagai tolak ukur keberhasilan program pendidikan keperawatan dan bahan bacaan/sumber informasi bagi institusi untuk pengembangan
pengetahuan,
keterampilan
dan
kualitas
pendidikan yang akan datang b. Rumah Sakit Dijadikan sebagai masukan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan terutama pada gangguan sistem pencernaan c. Masyarakat Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi, motivasi atau dorongan bagi masyarakat khususnya klien dan keluarga sehingga dapat meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan Gastritis dan mau melaksanakanannya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keperawatan 1. Definisi Gastritis a. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atrofik kronis (Prince & Wilson, dalam Nanda Nic-Noc 2015) b. Gastritis akut adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial. Sedangkan gastritis kronis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun (Miftahul,2018) 2. Etiologi Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter pylori dan pada awal infeksi mukosa labung menunjukkan respons inflamasi akut dan jika diabaikan akan menjadi kronik (Sudoyo Aru,dkk 2009) Klasifikasi gastritis: (Wim de Jong et al.2005 dalam Nanda Nic-Noc 2015) 1. Gastritis akut a. Gastritis akut tanpa perdarahan b. Gastritis akut dengan perdarahan (gastritis hemoragik atau gastritis erosiva) Gastritis akut berasal dari makan terlalu cepat, makan makanan yang terlalu berbumbu atau yang mengandung mikroorganisme penyebab penyakit, iritasi bahan semacam
alcohol,
aspirin,
NSAID, lisol, serta bahan korosif lain, refluks empedu atau cairan pancreas
4
5
2. Gastritis kronik Inflamasi lambung lama yang dapat disebabkan oleh ulkus beningna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H.pylory) 3. Gastritis bacterial Gastritis bacterial yang disebut juga gastritis infektiosa disebabkan oleh refluks dari duodenum
3. Patofisiologi a. Gastritis akut Membrane mukosa lambung mengalami edema dan heperemik (kongesti derngan jaringan, cairan dan darah), serta mengalami erosi superficial. Bagian ini berperan untuk mensekresi sejumlah getah lambung yang mengandung sangat sedikit asam tetapi banyak mucus. Laserasi superficial dapat terjadi dan dapat menimbulkan
hemoragi.
Pasien
dapat
mengalami
ketidaknyamanan, sakit kepala, malas, mual, dan anoreksia. Mukosa lambung mampu memperbaiki dirinya sendiri setelah mengalami gastritis. Kadang-kadang sejumlah kasus hemoragi memerlukan intervensi bedah. Bila makanan pengiritasi tidak dimuntahkan
dan
telah
mencapai
usus,
maka
ini
dapat
mengakibatkan kolik dan diare. Biasanya, pasien sembuh kira-kira sehari, meskipun nafsu makan menurun selama 2-3 hari b. Gastritis Kronik Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna
atau
maligna
dari
lambung,
atau
oleh
bakteri
Helicobacter pylory (H.pylory). Gastritis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan oleh perubahan sel parietal yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi
6
seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus korpus dari lambung. Sedangkan
tipe
B
(kadang
disebut
gastritis
H.pylori)
mempengaruhi antrum dan pylorus (ujung bawah lambung dekat duodenum). Ini dihubungkan dengan bakteri H.pylori, faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunakan obat-obatan dan alcohol, merokok atau refluks isi usus kedalam lambung juga dapat menyebabkan gangguan ini
4.
Manifestasi Klinis a. Gastritis akut : Nyeri epigastrium, mual, muntah, dan perdarahan terselubung maupun nyata. Dengan endoskopi terlihat mukosa lambung hyperemia dan udem, mungkin juga ditemukan erosi dn perdarahan aktif b. Gastritis Kronik : kebanyakan gastritis asimptomatik, keluhan lebih berkaitan dengan komplikasi gastritis atrofik, seperti tukak lambung, defisiensi zat besi, anemia pernisiosa, dan karsinoma lambung (Wim de Jong dalam Nanda Nic-Noc 2016)
5. Komplikasi Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien dengan gastritis adalah (Miftahul, 2018) : a. Perdarahan saluran cerna, perdarahan ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, antara lain : tukak lambung, infeksi bakteri, kanker kolon, dan pengguanaan obat-obatan NSAID (Non steroid anti imflamation) dalam jangka waktu yang lama. Yang ditandai dengan hemetamesis dan melena b. Ulkus, ulkus atau ulcer adalah nama lain dari luka. Ulkus peptikum adalah ekskavasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding lambung, pilorus, duodenum, atau esophagus. Ulkus
7
peptikum sering juga disebut sebagai ulkus lambung, duodenal, atau esophageal, tergantung pada lokasinya. Ulkus ini disebabkan oleh erosi area terbatas dari membrane mukosa (Brunner & Suddart, 2013) c. Perforasi (jarang terjadi), perforasi gastrointestinal merupakan penyebab umum dari akut abdomen, penyebab dari perforasi gastrointestinal adalah : ulkus peptik, inflamasi diverikulum kolon sigmoid, kerusakan akibat trauma, kolitis ulserasi, dan tumor ganas di sistem gastrointestinal. Perforasi adalah ancaman abdominal dan indikasi bahwa pembedahan di perlukan (Brunner & Suddart,2013)
6. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody
H.pylori
dalam
darah.
Hasil
tes
yang
positif
menunjukkan bahwa pasien pwernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dala hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat perdarahan lambung akibat gastritis b. Pemeriksaan pernafasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.pylori atau tidak c. Pemeriksaan feses. Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylori dalam feses atau tidak hasil yang positif dapat mengindikasi terjadinya infeksi pemeriksaan d. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar x e. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum
8
dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat jelas ketika di ronsen (Nanda Nic-Noc 2015)
7. Penatalaksanaan a. Gastritis akut Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton antikolinergik dan antasid juga ditujukan
sebagai
sifoprotektor
berupa
sukralfat
dan
prostaglandin. Penataklasaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien dengan resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasaridan menghentikan obat yang dapat menjadi penyebab, serta dengan pengobatan suportif. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan antasida dan antagonis H2 sehingga mencapai PH lambung 4. Meskipun hasilnya masih jadi perdebatan, tetapi pada umumnya tetap dianjurkan. Pencegahan ini terutama bagi pasien yang menderita penyakit dengan keadaan klinis yang berat. Untuk pengguna aspirin atau anti inflamasi nonsteroid pencegahan yang terbaik adalah dengan misaprosol, atau derivat prostaglandin. Penatalaksanaan medical untuk gastritis akut dilakukan dengan menghindari alcohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila gejala menetap, diperlukan cairan intravena. Bila terdapat
perdarahan
penatalaksanaan
serupa
dengan
pada
hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis terjadi karena alkali kuat, gunakan jus karena adanya bahaya perforasi.
9
b. Gastritis kronis Factor utama ditandai oleh kondisi progresif dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang rata, gastritis kronis ini digolongkan menjadi dua kategori tipe A (Altrofik atau Fundel) dan tipe B (Antral). Gastritis kronis tipe A disebut juga gastritis altrofik atau fundal, karena gastritis terjadi pada bagian fundus lambung. Gastritis kronis tipe A merupakan suatu penyakit autoimun yang disebabkan oleh adanya autoantibodi terhadap sel paretal kelenjar lambung dan factor intrinsic. Tidak adanya sel parietal dan chief cell dapat menurunkan sekresi asam dan menyebabkan tingginya kadar gastrin. Gastritis kronis tipe B disebut juga sebagai gastritis antral karena umumnya mengenai daerah atrium lambung dan lebih sering terjadi dibandingkan dengan gastritis kronis tipe A. penyebab utama gastritis tipe B adalah infeksi kronis oleh Helicobacter Pylory. faktor etiologi gastritis kronis lainnya adalah asupan alcohol yang berlebihan, merokok, dan refluks yang dapat mencetuskan terjadinya ulkus peptikum dan karsinoma. Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit yang dicurigai. Bila terdapat ulkus duodenum, dapat berikan antibiotic untuk membatasi Helicobacter Pylory. namun demikian lesi tidak selalu muncul harus dihindari. Bila terjadi anemia difesiensi besi (disebabkan oleh pendarahan kronis), maka penyakit ini harus diobati. Pada anemia pernisiosa harus diberi pengobatan vitamin B12 dan terapi yang sesuai. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet dan meningkatkan istirahat serta memulai farmakoterapi. Helicobacter Pylory dapat diatasi dengan antibiotic (seperti tetrasiklin atau amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol). Pasien dengan gastritis tipe A biasanya mengalami melabsorbsi vitamin B12. (Nanda Nic-Noc 2015)
10
B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian yang dapat dilakukan pada gastritis menurut Ardiansyah (2012): a. Biodata Pada bioldata, bisa diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tmpat tinggal, pekerjaan, pendidikan, dan status perkawinan b. Keluhan Utama Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan gejala pada pasien. Kaji, apakah pasien mengalami nyeri uluh hati, tidak dapat makan, mual atau muntah? c. Riwayat Penyakit Sekarang Kaji, apakah gejala terjadi pada waktu-waktu tertentu saja, seperti sebelum atau sesudah makan, setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi , setelah mencerna obat tertentu atau alkohol? d. Riwayat Penyakit Dahulu Kaji, apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat, kaji, adakah riwayat penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung?
e. Riwayat Kesehatan Keluarga Kaji
riwayat
keluarga
yang
mengonsumsi
alcohol,
,mengidap gastritis, kelebihan diet, atau diet sembarangan. Riwayat diet, ditambah jenis diet yang baru dimakan selama 72 jam, juga membantu dalam melakukan diagnosis
11
2. Diagnosa Keperawatan Menurut Ida Mardalena (2018) diagnosa yang dapat muncul pada pasien gastritis : a. Kekurangan
volume
cairan
yang
berhubungan
dengan
keluar/hilangnya caira tubuh secara berlebihan (muntah, pendarahan) ditambah dengan asupan cairan yang tidak adekuat. b. Nyeri yang berhubungan dengan iritasi mukosa gaster c. Resiko tinggi mengalami kekurangan nutrisi yang berhubungan dengan tindakan pembatasan intake nutrisi, puasa. d. Ansietas
berhubungan
dengan
proses
pengobatan
dan
perubahan status kesehatan e. Defisit pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan
berhubungan
dengan
kurang
informasi/kurang meningat, tidak mengenal sumber informasi, atau kesalahan interpretasi
3. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan pasien gastritis adalah sebagai berikut (Ida Mardalena, 2018) a. Kekurangan
volume
cairan
yang
berhubungan
dengan
keluar/hilangnya caira tubuh secara berlebihan (muntah, pendarahan) ditambah dengan asupan cairan yang tidak adekuat. 1) Tujuan
: pemenuhan kebutuhan cairan yang adekuat
2) Kriteria Hasil : Pengeluaran urine adekuat, tanda-tanda vital dalam batas normal, membrane mukosa lembab, turgo kulit baik, pengisian kapiler kurang dari 3 detik 3) Intervensi a) Catat karakteristik muntah dan drainase untuk membedakan distres gaster.
12
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam untuk mengetahui perubahan tekanan darah dan nadi indikator dehidrasi c) Monitor tanda-tanda dehidrasi (membrane mukosa, turgo kulit, pengisian kapiler) untuk mengidentifikasi terjadinya dehidrasi d) Observasi
masukan
(intake)
dan
pengeluaran
(output) cairan untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh e) Pertahankan tirah baring untuk menurunkan kerja gaster
sehingga
mencegah
terjadinya
muntah.
Tinggikan kepala tempat tudye selama pemberian antasid untuk mencegah refluk dan aspirasi antasid f) Berikan cairan per oral 2 liter/hari untuk menetralisir asam lambung g) Jelaskan pada pasien agar menghindari kafein. Kafein dapat merangsang produksi asam lambung h) Berikan cairan intravena sesuai terapi medik untuk pergantian
cairan
sesuai
terapi
medik
untuk
pergantian cairan sesuai derajat hipovalemi dan kehilangan cairan. Cairan nasogastrik tube (NGT) pada pasien yang mengalami pendarahan akut untuk membersihkan lambung sesuai program terapi i) Pantau hasil pemeriksaan haemoglobin (HB) untuk mengidentifikasi adanya anemia j) Berikan terapi antibiotic, antasid, Vit K, sesuai program medik untuk mengatasi masalah gastritis dan hematamisis b. Nyeri yang berhubungan dengan iritasi mukosa gaster 1) Tujuan
: Nyeri teratasi
2) Kriteria Hasil
:
13
a) Pasien rileks, dan dapat tidur nyenyak b) Skala nyeri pasien adalah 1-2 3) Intervensi : a) Kaji dan catat keluhan nyeri termasuk lokasi, lamanya intensitas skala nyeri, (0-10) untuk menentukan intervensi dan mengetahui efek terapi. b) Berikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering. Makanan sebagai penetralisir asam lambung. Jelaskan agar pasien menghindari makanan yang merangsang lambung, seperti makanan pedas, asam dan mengandung gas. Makanan yang merangsang dapat mengiritasi mukosa lambung. c) Atur posisi senyaman mungkin. Posisi yang nyaman dapat menurunkan nyeri. Anjurkan pasien untuk melakukan tehnik relaksasi, seperti nafas dalam, mendengarkan musik, menonton tv dan membaca. Tehnik ini dapat mengalihkan perhatian pasien sehingga dapat menghilangkan nyeri d) Berikan terapi analgetik dan antasid untuk menghilangkan nyeri lambung
c. Resiko tinggi mengalami kekurangan nutrisi yang berhubungan dengan tindakan pembatasan intake nutrisi, puasa. 1) Tujuan
: Berat badan stabil
2) Kriteria hasil
:
Nilai
laboratorium
;
Albumin normal, tidak mual dan muntah, berat badan dalam batas normal, bising usus normal
14
3) Intervensi a) Kaji status nutrisi dan pola makan pasien sebagai dasar untuk menentukan intervensi b) Minta pasien berpuasa selama fase akut untuk menurunkan rangsangan lambung sehingga mencagah muntah. Berikan nutrisi enteral atau parental, jika pasien berpuasa untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi c) Berikan minum peroral secara bertahap jika fase akut berkurang, untuk merangsang gaster secara bertahap.
Berikan
makan
peroral
secara
bertahap, mulai dari makanan saring untuk mencegah
terjadinya
iritasi
pada
mukosa
lambung d) Jelaskan agar pasien menghindari minuman yang
mengandung
kafein,
kafein
dapat
merangsang aktivitas gaster e) Timbang berat badan pasien seitan hari dengan alat ukur yang sama untuk mengetahui status nutrisi pasien f) Berikan terapi multivitamin antasid sesuai program medik untuk meningkatkan nafsu makan dan menghilangkan mual.
d. Ansietas
berhubungan
dengan
proses
pengobatan
dan
perubahan status kesehatan 1) Tujuan
: Ansietas dapat teratasi. Respons
fisiologis dalam batas normal 2) Kriteria hasil
: mengetahui derajat kecemasan yang
dialami pasien, dan apakah hal tersebut berhubungan dengan kondisi fisik/status syok
15
3) Intervensi : a) Catat petunjuk perilaku contoh gelisah, mudah terangsang, kurangnya kontak mata, perilaku melawan atau menyerang. Indikator derajat takut yang dialami pasien misalnya pasien akan merasa tidak terkontrol terhadap situasi atau mencapai status panik b) Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan umpan
balik
untuk
membuat
hubungan
terapeutik. Hal ini membantu pasien menerima perasaan norma yang dapat membantu agar pasien merasa kurang terisolasi c) Berikan terapi suportif pada pasien dan keluarga
selama
pengobatan
dengan
memindahkan pasien dari stresor luar untuk meningkatkan relaksasi d) Dorong orang terdekat agar tinggal dengan pasien
untuk
membantu
menurunkan
pengalaman menakutkan menjadi seorang diri e) Kolaborasi dengan memberikan obat yang sesuai dengan indikasi, seperti diazepam, klorazepat,
alprazoplam.
Obat
jenis
sedate/tranquilizer dapat diguankan kadangkadang untuk menurunkan ansietas
e. Defisit pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi/kurang meningat, tidak mengenal sumber informasi, atau kesalahan interpretasi
16
1) Tujuan
: Menyatakan pemahaman penyebab
perdarahannya
sendiri
dan
penggunaan
tindakan
pengobatan 2) Kriteria Hasil perannya
:
pasien
dalam
mulai
mendiskusikan
mencegah
kekambuhan,
mengidentifikasi/melakukan perubahan pola hidup yang perlu, berpartisipasi dalam program pengobatan 3) Intervensi : a) Tentukan presepsi pasien terhadap perdarahan. Hal ini membantu pengetahuan pasien dan memberikan kesadaran yang konstruktif pada pasien b) Kaji
ulang
tentang
etiologi
perdarahan,
penyebab/efek perilaku pola hidup, dan cara menurunka
resiko/factor
pendukung
untuk
memberikan pengetahuan dasar agar pasien dapat membuat pilihan informasi/keputusan tentang masa depan kontrol masalah kesehatan c) Bantu
pasien
mengidentifikasi
hubungan
masukan makanan dan pencetus/atau hilangnya nyeri epigastric agar pasien paham apa saja yang dapat merangsang keasaman lambung d) Anjurkan makan sedikit tapi sering/makanan porsi kecil. Sering makan mempertahankan netralisir HCL, melarutkan isi lambung pada kerja minimal asam mukosa lambung e) Tekankan pentingnya tanda/gejala seperti warna feses
menghitam,
atau
distensi
abdomen.
Evaluasi/intervensi medis yang cepat dapat mencegah komplikasi lebih serius
17
f) Dukung penggunaan tehnik penanganan stress untuk menurunkan rangsang ekstrenik g) Kaji ulang program obat, kemungkinan efek pemberian interaksi dengan obat lain dengan cepat agar dapat mempengaruhi pilihan obat dan/penentuan resep
4. Implementasi Keperawatan Komponen implementasi dalam proses keperawatan mencangkup penerapan
keterampilan
mengimplementasikan
yang
intervensi
diperlukan
untuk
keperawatan
(Ida
Mardalena,2018) Keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi biasanya berfokus pada : a. Melakukan aktivitas untuk pasien atau membantu pasien b. Melakukan pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau memantau status masalah yang telah ada c. Memberi pendidikan kesehatan untuk membantu pasien mendapatkan pengetahuan yang baru tentang kesehatannya atau penatalaksanaan gangguan d. Membantu pasien membuat keputusan tentang layanan kesehatannya sendiri e. Berkonsultasi dan membuat rujukan pada profesi kesehatan lainnya untuk mendapatkan pengarahan yang tepat f. Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan, mengurangi, atau menyelesaikan masalah kesehatan g. Membantu pasien untuk melakukan aktivitasnya sendiri h. Membantu pasien mengidentifikasi resiko atau masalah dan menggali pilihan yang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA Ardiansyah Muhammad.2018.Medikal Bedah .Jogjakarta: DIVA Press Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC Mardalena Ida.2018.Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press Nurarif Amin Huda, Kusuma Hardhi.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis&Nanda Nic-Noc Jilid 2.Jogjakarta:Mediaction Nurjulaini Miftahul.2018.Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gastritis Kronik.Makassar