Haudul Maurud dan Kautsar 1.
Haudul Maurud “Haudul Maurud” adalah nama bengawan yang sangat besar yang berada di surga.yang diberikan ALLAH swt. Kepada Rasulullah SAW.Haudul Maurud adalah telaga yang sangat luas sebelum surga.yang akan diminum oleh umat Nabi Muhammad SAW. Yang tidak mengubah ajaran agamanya,sebagaimana yang diterangkan dalam hadits-hadits Rasulullah SAW yg diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim airnya putih jernih seperti susu dan rasanya lebih manis daripada madu.siapapun yang meminumnya sekali saja niscaya tidak akan merasa haus selamanya,air telaga ini mengalir dari sungai “kausar” yang diberikan ALLAH swt. Kepada Rasulullah SAW di surga.telaga ini didatangi oleh umat Muahammad SAW. Para ulama berbeda pendapat tentang tempat telaga ini,ada yang berpendapat bahwa telaga ini berada di padang luas dihari kiamat sebelum menyeberangi “sirath” atau jembatan,sebagian yang lain berpendapat bahwa telaga ini berada sesudah “sirath” Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya :”sesungguhnya telaga ku itu lebih panjang dari jarak aylah dan adan,talaga ku itu sungguh lebih putih dari salju,lebih manis daripad madu dicampur susu,serta bejana-bejananya lebih banyak dari bintang-bintang.Aku sungguh akan menjaganya dari orang lain selain umatku)sebagaiman seseorang menjaga telaganya dari unta orang lain.Para sahabatnya bertanya:wahai Rasulullah,apakah pada hari itu engkau mengenali kami,beliau manjawab:ya,kalian memiliki tanda yang tidak dimiliki oleh umat orang l;ain,kalian datang kepadaku dengan dahi dan kaki bercahaya putih.(HR.MUSLIM). Tidak semua manusia dapat eminum air telaga ini merteka yang tidak di pervbolehkan itu adalah orang orang yang murtad atau berbuat sesuatui yang tidak di ridhai oleh Allah Swt. Orang yang menyalahi jamaah muslimin dan berpisah dan orang@ yang berbuat aniyaya, menutupi kebenaran,membunuh dan menghinakan keluarga. Orang orang yang mendosa besar dan mnganggap remeh maksiatdan orang orang yang mengikuti sesesatan hawa nafsu dan bid’ah .
2. Kautsar Kautsar adalah nama salh satu sungai yang ada di surga . Nabi Muhammad Saw telah menceritakan kepada kita tentang sungai sungai yang ada d surga beliau mengatakan bahwa ketika beliau isra’ “ aku melhat tempat sungaio yang mengalir dari bawah sidratul muntaha , dua jelas terlihat dan dua lainya tersembunyi .” aku bertanya kepada jibril “ Sungai Sungai apa ini , ?” Jibril menjawab Kedua sungai yang tersembunyi adalah sungai yang ada di surga dan kedua sungai yang terlihat adalah sungai nil dan sungai eufrat.
Allah memberitahukan kepada akami bahwa sungai sungai tersebut Mengalir di bawah surga . Sebaaimana yang di jelaskan oleh Allah Swt dalam surah Al baqarah ayat 25 sebagai berikut.
ٍ ۖ ُكلَّ َما ُر ِّزقُوا ِّمن َها ِّمن ث َ َم َرةٍ َجنَّا ع ِّملُوا ِّ صا ِّل َحا َّ ار ال ُ ت ت َج ِّري ِّمن ت َحتِّ َها اْلَن َه َ ت أ َ َّن لَ ُهم َوبَش ِِّّر الَّذِّينَ آ َمنُوا َو ُ َٰ َ َوهُم فِّي َها َخا ِّلدُونَ فِّي َها أَز َوا ٌج ُم ط َّه َرة ٌ َوأتُوا ِّب ِّه ُمتَشَابِّ ًها َولَ ُهم الَّذِّي ُر ِّزقنَا ِّمن قَب ُل ِّرزقًا ۙ قَالُوا َهذَا Artinya : Dan sampaikanlah kabare gembira kepada orang porang yang beriman dan berbuat kebajikan bahwa untuk mereka( disediakan) surga surga yang mengalir dari bawahnya sungai sungai. Setiap kjali mereka di eri rizki buah buahan dari sungai mereka berkata” Inilah rizki yang di berikan kepada kami dahulu “ mereka telah di beri( buah buahan ) yang serupa . dan disana mereka (memperoleh) pasangan pasangan yang suci Mereka kekal di dalamnya . ( QS. Albaqarah /2;25) Al Qari Mengatakan bahwa keempat sungai di anggap sungai yang berasal darti surga , mengingat sungai sungai itu airnya sangat segar, bermanfaat untuk manusia, mengandung rahmat dari allah Swt .dan di hargai karena pernah du kumjumhi para nabi , yang juga meminum airnya.
Pengertian Al-Haudh (Telaga) Para Nabi; Bentuk, Tempat, Luas dan Sumber Airnya اار ِحيم س ْ ِب ِ َّ الرحْ َم ِن َّ ِــــــــــــــــم اﷲ
Lafadz al-Haudh ( ) الحوضsecara bahasa (etomologi) adalah jam’u (kumpulan). dikatakan حا ض الماء يحو ضحartinya menghimpun (mengumpulkan) air. Kata haudh
juga digunakan untuk tempat berkumpulnya air. Secara istilah syar’i (terminologi), al-haudh maknanya telaga air yang turun dari sungai surga pada hari Kiamat di Mauqif (Padang mahsyar) yang diperuntukkan bagi Nabi saw. sebagaiamana yang ditunjukkan oleh Hadits-hadits mutawattir dan berdasarkan kesepakatan ulama Ahlus-Sunnah wal Jama’ah.
1. Telaga Nabi saw. Rasulullah saw.bersabda: ( إني فرطكم على الحوضInnii farathukum 'alal haudh). Artinya: “Sesungguhnya aku telah mendahului kalian menuju al –haudh....”[1]. Setiap Nabi memiliki telaga. Namun telaga Nabi Muhammad saw. adalah yang paling besar, paling mulia, dan paling indah. Hal ini berdasarkan sabda Nabi saw.: َوإِنَّ ُه ْم يَتَبَاه َْونَ أَيُّ ُه ْم،ي َح ْوضًا ِّ ِ َوإِنِِّي أ َ ْر ُُجو أ َ ْن أ َ ُكونَ أ َ ْكَث َ َر ُه ْم إِ َّن ِل ُك ِِّل نَب،ًأ َ ْكَث َ ُر َو ِار ََدًة
ً َو ِار ََدًة
“Sesungguhnya setiap Nabi memiliki al-haudh (telaga), mereka membanggakan diri, siapa diantara mereka yang paling banyak peminumnya (pengikutnya). Dan aku berharap, akulah yang paling banyak pengikutnya.” [2]. Telaga yang diperuntukkan bagi Rasulullah saw. airnya lebih putih daripada susu, lebih manis dari madu, lebih harum daripada minyak kesturi, panjang dan lebarnya sejauh perjalanan sebulan, bejana-bejananya seindah dan sebanyak bintang di langit. Maka kaum Mukminin dari ummat beliau akan meminum seteguk air dari haudh (telaga) ini, maka ia tidak akan merasa haus lagi setelah itu selamanya. [3] Nabi saw. bersabda: “Telagaku (panjang dan lebarnya) satu bulan perjalanan, airnya lebih putih daripada susu, aromanya lebih harum daripada kesturi, berjananya sebanyak bintang di langit, siapa yang minum darinya, ia tidak akan merasa haus selamanya.” [4].
2. Pengetahuan Tentang al-Haudh 1. Dari sisi bentuk dan ukurannya
Di dalam riwayat-riwayat hadits disebutkan bahwa Telaga (Al Haudh) itu berbentuk segi empat (murobba’). Panjang sisi-sisinya sama. Hal itu ُ ِيرًة adalah sebagaimana dalam Hadits س َواء ,ش ْهر ضي َ َُوزَ َوايَاه ِ َح ْو َ َ َمس Artinya: “Telagaku itu sejarak satu bulan, tepi-tepinya juga sejarak itu.”[5]. Yang dimaksudkan Hadits tersebut menurut penjelasan para ‘Ulama Ahlus Sunnah adalah bahwa panjang sisi telaga itu adalah sejarak perjalanan dengan onta (– Yang bisa dihitung secara kasar, bila
onta berjalan 1 jam bisa menempuh rata-rata 5 Km, dan setiap hari onta berjalan selama 10 jam, maka setiap hari onta tersebut bisa menempuh jarak 50 Km. Dalam sebulan kira-kira bisa menempuh 30 X 50 Km = 1.500 Km. Jadi kira-kira panjang Telaga Rasuulullah saw. adalah sekitar 1.500 Km dan lebarnya adalah sama dengan panjangnya – pen.). Dalam riwayat lain disebutkan bahwa panjang sisi-sisi Telaga Rasuulullah saw. sama dengan jarak dari Makkah ke Baitul Maqdis. bahwa Nabi ُ وم َوإِنِِّي إِ َّن لِي َح ْوضًا saw. bersabda ت ِ طولُه ُ َما بَيْنَ ْال َك ْعبَ ِة إِلَى بَ ْي ُ َأل َ ْكَث َ ُر ْال َم ْقَد ِِس أ َ ْبي ِ ع ََد َُد النُّ ُُج َ ُ ض مِنَ اللَّبَ ِن آنِيَتُه ْ َ األ ْنبِيَاءِ تَبَعًا يَ ْو َم ال ِقيَا َم ِةArtinya: “Sesungguhnya panjang telagaku antara Makkah ke Baitul Maqdis. Lebih putih dari susu. Bejananya sebanyak bilangan bintang di langit. Sungguh aku diantara para Nabi yang paling banyak pengikutnya di hari Kiamat.”[6]. Dan dalam kenyataannya setelah dihitung ukuran jarak antara Madinah sampai Baitul Maqdis adalah berjarak sekitar 1.500 Km. Kemudian dalam Hadits yang lain juga dikatakan bahwa panjang Telaga Rasuulullah saw. itu adalah sama dengan jarak antara Madinah sampai Oman (kira-kira 1.500 Km). Atau sejauh antara Madinah dengan Shon’a (Yaman). Bahwa Rasulullah saw. bersabda: ص ْن َعا َء ِ ْاليَ َم ِن مِ نَ ِإ َّن قََد َْر َح ْو َ ضي َك َما بَيْنَ أ َ ْيلَةَ َو َ ُ َّ َ م س ال وم ُج ن َد َد ع ك ق ي ار ب أل ا ه ِي ف ن إ و Artinya: “Sesungguhnya ukuran telagaku ِ َن َِّ َ اء ِِ م ََ ِ ُ َِ ِ ِ َ sebagaimana dari Ailah (Palestina) dan Shon’a (Yaman). Padanya terdapat bejana sebanyak bilangan bintang di langit.”[7].
2) Tempat Telaga (Al Haudh) berada Tempat Al Haudh adalah berada di atas bumi yang telah ditukar (– jadi bukan diatas bumi yang kita diami di dunia ini – pen.). Sesuai dengan QS. Ibrahim (14) ayat 48 bahwa hari itu hamparan tanahnya sudah diganti oleh Allah dengan hamparan yang baru, sesuai dengan keadaan Hari Kiamat (di Padang Mahsyar), Telaga (Al Haudh) itu akan berada di atas permukaan tanah yang berbeda dengan permukaan bumi yang kita diami sekarang. Perhatikanlah firman Allah Ta'ala dalam QS. Ibrahim (14) ayat 48 berikut ini: ار َ ض َّ ض َوال ُ يَ ْو َم تُبَ ََّد ُل األ َ ْر ِ غ ْي َر األ َ ْر ِ س َم َاواتُ َوبَ َر ُزواْ ِّّللِ ْال َواحِ َِد ْالقَ َّه Artinya: “(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” 3) Telaga (Al Haudh) ditinjau dari sisi Bejana-nya
Telaga Rasuulullah saw. paling banyak pengunjung yang akan mereguk airnya, maka gelas-gelas yang tersedia di sana pun amatlah banyak. Hal ini adalah sebagaimana Rasuulullah saw bersabda: ي صلى َ ُع ْب َُد هللاِ ْبن َ ُّ ِع ْمرو قَا َل النَّب ْ َ ض مِ نَ اللَّ َب ِن َو ِري ُحهُ أ ْ ْ ْ ُ ُ َ ُ ط َيبُ هللا عليه وسلم س م ي ض و ح ا ه ن ب َر ش ن م م س ال وم ُج ن ك ه ن ا َِيز ك و س ال َ ُ ِيرًة َن ِم ِاء َّ ِْك ِم ِم ُ ُ ش ْهر َما ُؤهُ أ َ ْب َي ِ َ َ ِ َْ َ َ ِ َ َ َ ْ َ يArtinya: “Airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih harum َظ َمأ ُ أَبََدًا فَل dibandingkan minyak misik. Bejananya bagaikan bintang-bintang di langit. Barang siapa minum darinya; niscaya ia tidak akan pernah merasa dahaga selamanya!” [8]. Juga Rasuulullah saw. bersabda, س َماء َّ وم ال ِ أ َ ْك َوابُهُ مِ َثْ ُل نُ ُُجArtinya: “Gelas-gelas telagaku sebanyak bintang-bintang di langit.” [9]. Para ‘Ulama Ahlus Sunnah meninjau kata “sama dengan bintang-bintang di langit” itu adalah
dari segi banyaknya dan dari segi kualitas. Sebagian ‘Ulama Ahlus Sunnah lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “sama dengan bintang-bintang di langit” adalah banyaknya (jumlahnya). Dengan demikian berarti bahwa banyaknya gelas / bejana di Telaga (Al Haudh) adalah sama dengan banyaknya bilangan bintang di langit. Semua itu merupakan tanda kebesaran Allah Ta'ala. Sementara ada pula pendapat ‘Ulama Ahlus Sunnah yang lainnya bahwa yang dimaksud dengan “sama dengan bintang-bintang di langit” adalah dari sisi cemerlangnya, jernihnya, bersinarnya, terangnya adalah seterang bintang-bintang di langit. Allahu a'lam. 4) Telaga Al Haudh ditinjau dari sisi airnya Bahwa Rasuulullah saw. bersabda: الكوَثر نهر في الُجنة حافتاه من ذهب ومُجراه على الَدر والياقوت تربته أطيب من المسك وماؤه أحلى من العسل وأبيض من الَثلج Artinya: “Al Kautsar adalah sungai di surga. Tepiannya terbuat dari emas. Salurannya adalah mutiara dan batu permata. Tanahnya lebih harum dari misik. Airnya lebih manis dari madu dan lebih putih dari salju.” [10]. Kemudian dalam Hadits juga dijelaskan dengan lafadz : ق ُ َأَ ْبي ِ ض مِ نَ ْال َو ِر Artinya: “… lebih putih daripada perak.” [11]. Dan dalam sebuah hadits Rasuulullah saw. bersabda: ْ َ ض مِ نَ اللَّبَ ِن َو ِري ُحهُ أ ُع ْب َُد هللاِ ْبن َ ُ ِيرًة ُ َوم َما ُؤهُ أ َ ْبي َ ش ْهر ِ ي صلى هللا عليه وسلم َح ْو َ ِط َيبُ مِ نَ ْالمِ سْك ِ َوكِيزَ انُهُ َكنُ ُُج َ ضي َمس ُّ ِع ْمرو قَا َل النَّب ُ ظ َمأ ْ ب مِ ْن َها فَلَ َي َّ أ َ َبَدًا ال َ س َماءِ َم ْن ش َِر Artinya: “Airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih harum dibandingkan minyak misik. Bejananya bagaikan bintang-bintang di langit. Barang siapa minum darinya; niscaya ia tidak akan pernah merasa dahaga selamanya!” [12]. ْ أَب َْر َُد Juga dalam Hadits yang lain, Rasuulullh saw , bersabda: سل َ َوأَحْ لَى مِ ْن ْال َع،ج ِ مِن الَث َّ ْل Artinya: “(Airnya) lebih dingin dari es dan lebih manis dari madu.”[13]. 5) Darimana sumber air Telaga (Al Haudh) itu? Dijelaskan bahwa air Al Haudh itu berasal dari Al Kautsar, yaitu sungai yang terdapat dalam surga. Akan tersalur dari Telaga yang di surga itu melalui Mizaab (kran, saluran, pancuran). Hal ini adalah sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits bahwa Rasuulullah saw, bersabda: ان َي ُمَدَّانِ ِه مِ ْن ْال َُجنَّةِ؛ ِ َو ْاْلخ َُر مِ ْن َو ِرق أ َ َح َُد ُه َما َيغُتُّ فِي ِه مِ يزَ ا َب،مِ ْن ذَهَب Artinya: “Air mengalir dengan deras ke dalamnya melalui dua pancuran dari surga. Salah satunya terbuat dari emas dan yang kedua dari perak.” [14].
3. Orang-Orang yang Diusir dari Telaga Sungguh indah telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun tidak semua umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa minum dari telaga beliau. Akan ada orang-orang yang diusir dari telaga beliau. Siapakah mereka? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh akan ada yang terusir dari telaga di antara umatku. Celakalah orang yang mengganti-ganti agama setelah aku meninggal dunia.” Salah satu golongan manusia yang akan diusir dari telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang yang mengganti-ganti syari’at yang telah Rasulullah ajarkan. Maka hendaknya kita berhati-hati akan hal ini. Kerjakanlah ibadah hanya yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan dan ajarkan kepada umatnya. Periksalah setiap amal ibadah kita, sesuaikah dengan tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? Tanyalah diri kita ketika hendak melakukan sebuah ibadah, apakah ibadah tersebut sesuai dengan syari’at yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Adakah dalil yang memerintahkannya? Karena setiap amal ibadah hukum asalnya adalah haram dikerjakan, kecuali jika ada dalil yang mensyariatkannya. Imam Qurthubi mengatakan bahwa ulama berpendapat setiap orang yang murtad dan ahlu bid’ah adalah orang yang terusir dari telaga. Yang paling keras pengusirannya adalah yang paling jauh dan menyimpang dari ajaran para salaf. Termasuk di dalamnya adalah orang yang berbuat zhalim dan menutupi kebenaran, memusuhi dan menghina orang-orang yang membela kebenaran, serta orang-orang yang mengikuti hawa nafsu dan bid’ah. Adapun orang-orang munafik, akan disikapi sebagaimana sikap yang nampak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan mengajaknya ke telaga, lalu disingkapkan tabir mereka sehingga diketahui bahwa mereka kafir. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Menjauhlah kalian!” Dikenali dari Bekas Wudhu Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “(Panjang sisi) telagaku lebih jauh jaraknya antara Ailah dan ‘Adn (keduanya adalah nama tempat), lebih putih dari salju, lebih manis daripada madu yang dicampur susu, bejana-bejananya lebih banyak dari jumlah bintangbintang, dan aku benar-benar akan menghalangi manusia darinya sebagaimana seorang yang menghalangi unta milik orang lain dari telaganya. Para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah engkau mengenali kami waktu itu?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, kalian memiliki tanda yang tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain. Kalian datang kepadaku dengan anggota wudhu yang putih bersinar dari bekas wudhu”. (HR. Muslim).
Perbedaan "Al-Kautsar" dan "Al-Haudh"
Tanya:
Apakah perbedaan antara “Al-Kautsar” dan “Al-Haudh”?
Jawab:
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menjawab,
“Berikut perbedaan antara keduanya, Al-Kautsar[1] adalah sungai di Surga yang Allah ta’ala berikan kepada nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan AlHaudh berada di padang mahsyar pada hari kiamat. Al-Haudh memiliki dua saluran air yang berasal dari Al-Kautsar. Al-Haudh begitu luas, panjangnya adalah perjalanan satu bulan, lebarnya pun demikian. Al-Haudh akan dilalui oleh umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga Allah menjadikan kami dan kalian termasuk orang-orang yang melewatinya kemudian minum darinya. Air dalam Al-Haudh lebih putih dari susu, rasanya lebih manis dari madu dan aromanya lebih wangi dari misik. Bejananya bagaikan bintang-bintang di langit dari sisi keindahan dan jumlahnya”
[Fatawaa Nuur ‘ala Ad-Darb, 12/37]
*Tambahan dari penerjemah (Abul-Harits)
Diantara sifat-sifat Al-Haudh yang belum disebutkan oleh Asy-Syaikh rahimahullah:
[Pertama] Barangsiapa yang meminum air dari Al-Haudh tidak akan merasa haus selamanya
Dalilnya adalah hadits nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berikut,
وكيزانه كنجوم السماء من يشرب منها فال، وريحه أطيب من المسك، حوضي مسيرة شهر وزواياه سواء ماؤه أبيض من اللبن يظمأ أبدًا
“Haudh-ku sejauh perjalanan satu bulan, panjang dan lebarnya sama. Airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih wangi dari misik dan bejananya bagaikan bintang-bintang di langit. Barangsiapa yang minum darinya, tidak akan merasakan haus selamanya” [HR. Al-Bukhari no. 6579 dan Muslim no. 2292]
[Kedua] Al-Haudh telah ada sekarang
Nabi shallalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وإني وﷲ ألنظر إلى حوضي اآلن
“Demi Allah, sungguh aku telah melihat Haudh-ku sekarang”
[HR. Al-Bukhari no. 1344 dan no. 4085]
[Ketiga] setiap nabi diberikan Al-Haudh
Nabi shallalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
’إن لكل نبي حوضا
“Sesungguhnya setiap nabi memiliki Haudh”
[HR. At-Tirmidzi no. 2443 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam AshShahihah no. 1589 dan Al-Misykah no. 5594]
[Keempat] para ulama berselisih pendapat manakah yang lebih dahulu, AlHaudh atau Al-Mizan, Al-Hisab dan Ash-Shiraath?
Yang nampak bahwa Al-Haudh terjadi sebelum Al-Mizan dan Ash-Shiraath
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata
والمعنى يقتضيه فإن الناس يخرجون عطاشا من قبورهم
“Makna (yang benar –pen) menunjukkan demikian karena manusia ketika itu keluar dari kubur-kubur mereka dalam keadaan haus” [At-Tadzkirah fi Ahwaal Al-Mautaa]
[Kelima] Haudh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam paling banyak dikunjungi dan diminum airnya dibandingkan haudh nabi-nabi yang lain
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وإنهم يتباهون أيهم أكثر واردة وإني أرجو أن أكون أكثرهم واردة
“Sesungguhnya mereka (para nabi –pen) berlomba-lomba siapakah diantara mereka yang lebih banyak pengunjungnya (yang minum). Sungguh aku berharap bahwa (haudh)-ku adalah yang paling banyak dikunjungi” [HR. At-
Tirmidzi no. 2443 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam AshShahihah no. 1589 dan Al-Misykah no. 5594]
[Keenam] Orang-orang yang murtad sepeninggal nabi dan ahlul-bid’ah akan terusir dari Al-Haudh
Nabi shallalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
: فأقول. إنك ال تدري ما أحدثوا بعدك: فيقال، ليردن علي أقوام أعرفهم ويعرفونني ثم يحال بيني وبينهم فأق ِول إنهم من أمتي سحقا َ لمن غيّر بعدي
“Sungguh ada suatu kaum yang akan diusir (dari Al-Haudh –pen). Aku mengenal mereka dan mereka pun mengenalku. Kemudian aku dan mereka dipisahkan, maka aku berkata: “mereka adalah umatku”. Kemudian dikatakan pada beliau: “engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu.” Maka aku pun berkata: “celakalah (menjauhlah) orang-orang yang merubah (agama –pen) setelahku”. [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Allahua'lam
[1] Dalilnya adalah firman Allah ta’ala
َ إِنَّا أ َ ْع ط ْينَاكَ ا ْلك َْوث َ َر
“Sesungguhnya Kami telah memberikan padamu (yaitu nabi –pen) Al-Kautsar” [QS. Al-Kautsar: 1]
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
هذا الكوثر: ما هذا يا جبريل ؟ قال: فقلت، أتيت على نهر حافتاه قباب اللؤلؤ المجوف
“Aku mendatangi sebuah sungai yang di kedua tepinya terdapat kemah-kemah dari mutiara yang berlubang. Aku bertanya: “Apa ini wahai Jibril?”. Ia berkata: “ini adalah Al-Kautsar” [HR. Al-Bukhari no. 4964 dan no. 6581]
Mereka yang Terhalang Minum dari Telaga Al Kautsar Penulis Muhammad Abduh Tuasikal, MSc March 25, 2016 2222 0
Telaga dan sungai Al-Kautsar begitu nikmatnya, itulah salah satu kenikmatan di akhirat. Bagaimana kita selaku seorang muslim bisa menikmatinya? Ternyata memang ada orang yang terhalang untuk minum dari telaga tersebut.
Apa itu Al-Kautsar?
Al-Kautsar bisa diartikan sebagai kebaikan yang banyak. Bisa pula nama sungai di surga atau nama telaga Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rincian pengertian Al-Kautsar disebutkan dalam Zaad Al-Masiir, 9: 247-249. Lihat penjelasan lengkapnya: Tafsir Surat Al-Kautsar.
Sungai Al-Kautsar
Terdapat hadits dalam shahih Muslim, dari Anas, ia berkata, suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di sisi kami dan saat itu beliau dalam keadaan tidur ringan (tidak nyenyak). Lantas beliau mengangkat kepala dan tersenyum. Kami pun bertanya, “Mengapa engkau tertawa, wahai Rasulullah?” “Baru saja turun kepadaku suatu surat”, jawab beliau. Lalu beliau membaca,
َ الر ِّح ِّيم ِّإنَّا أَع َّ ِّبس ِّم ص ِّل ِّل َربِّ َك َوان َحر ِّإ َّن شَانِّئ َ َك ُه َو اْلَبت َ ُر َ طين َّ الرح َم ِّن َّ َِّللا َ ََاك ال َكوث َ َر ف “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3). Kemudian beliau berkata, “Tahukah kalian apa itu Al Kautsar?” “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”, jawab kami. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
علَي ِّه أ ُ َّمتِّى يَو َم ال ِّقيَا َم ِّة ٌ ير ُه َو َحو ٌ ِّعلَي ِّه خَي ٌر َكث َ ُض ت َ ِّرد َ ع َّز َو َج َّل َ عدَنِّي ِّه َربِّى َ فَإِّنَّهُ نَه ٌر َو فَيَقُو ُل َما تَد ِّرى َما.ب إِّنَّهُ ِّمن أ ُ َّمتِّى ِّ وم فَيُختَلَ ُج العَبد ُ ِّمن ُهم فَأَقُو ُل َر َ ُآنِّيَتُه ِّ عدَدُ النُّ ُج أَحدَثَت بَعدَ َك “Al Kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh Rabbku ‘azza wa jalla. Sungai tersebut memiliki kebaikan yang banyak. Ia adalah telaga yang nanti akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat nanti. Bejana (gelas) di telaga tersebut sejumlah bintang di langit. Namun ada dari sebgaian hamba yang tidak bisa minum dari telaga tersebut. Allah berfirman: Tidakkah engkau tahu bahwa mereka telah amalan baru sesudahmu.” (HR. Muslim, no. 400).
Telaga Al-Kautsar
Al-Kautsar juga adalah nama haud (telaga) yang begitu besar di surga. Haudh itu tempat berkumpulnya air. Telaga itu ada di padang Mahsyar yang akan didatangi oleh umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Telaga ini memiliki air yang datangnya dari sungai Al-Kautsar yang berada di surga. Oleh karena itu telaga tersebut disebut telaga AlKautsar. Dalam hadits Abu Dzarr disebutkan,
َّ سو َل س ُم َح َّم ٍد بِّيَ ِّد ِّه ُ عن أَبِّى ذَ ٍر قَا َل قُلتُ يَا َر ِّ َللاِّ َما آنِّيَةُ ال َحو ُ ض قَا َل « َوالَّذِّى نَف َ َّ َ َ اء َو َك َوا ِّكبِّ َها أالَ ِّفى الليلَ ِّة ال ُمظ ِّل َم ِّة ال ُمص ِّحيَ ِّة آ ِّنيَةُ ال َجنَّ ِّة َّ وم ال ِّ س َم َ آل ِّنيَتُهُ أكث َ ُر ِّمن ِّ عدَ ِّد نُ ُج ب ِّمنهُ لَم ُ علَي ِّه يَش ُخ ِّ ب ِّمن َها لَم يَظ َمأ َ ب ِّفي ِّه ِّميزَ ابَا ِّن ِّمنَ ال َجنَّ ِّة َمن ش َِّر َ آخ َر َما َ َمن ش َِّر ُ ضهُ ِّمث ُل َ َ ع َّمانَ ِّإلَى أَيلَةَ َماؤُ هُ أ َضا ِّمنَ اللَّبَ ِّن َوأَحلَى ِّمن ً شدُّ بَيَا ُ عر َ َطو ِّل ِّه َما بَين َ يَظ َمأ » س ِّل َ َالع Dari Abu Dzarr, ia berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan bejana yang ada di alhaudh (telaga Al-Kautsar)?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Demi jiwa Muhammad yang berada di tanganNya. Wadah untuk minum yang ada di telaga Al-Kautsar banyaknya seperti jumlah bintang dan benda yang ada di langit pada malam yang gelap gulita. Itulah gelas-gelas di surga. Barang siapa yang minum air telaga tersebut, maka ia tidak akan merasa haus selamanya. Di telaga tersebut ada dua saluran air yang tersambung ke Surga. Barang siapa meminum airnya, maka ia tidak akan merasa haus. Lebarnya sama dengan panjangnya, yaitu seukuran antara Amman dan Ailah. Airnya lebih putih dari pada susu dan rasanya lebih manis dari pada manisnya madu.” (HR. Muslim, no. 2300) Sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hajar, telaga tersebut berada di sisi surga. Sumber air dari telaga tersebut adalah dari sungai yang ada di dalam surga. Demikian dinyatakan oleh Ibnu Hajar dalam Al-Fath, 11: 466.
Mereka yang Terhalang Minum dari Telaga Al-Kautsar
Dari Abu Wail, dari ‘Abdullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ أَنَا فَ َر ى ِّر َجا ٌل ِّمن ُكم َحت َّى ِّإذَا أ َه َويتُ ْلُنَا ِّولَ ُه ُم اخت ُ ِّل ُجوا ِّ علَى ال َحو َ ط ُكم َّ َ لَيُرفَعَ َّن ِّإل، ض يَقُو ُل الَ تَد ِّرى َما أ َحدَثُوا بَعدَ َك. ب أَص َحا ِّبى ِّ دُو ِّنى فَأَقُو ُل أَى َر “Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’
Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ ” (HR. Bukhari, no. 7049) Dalam riwayat lain dikatakan,
سحقًا ِّل َمن بَدَّ َل بَعدِّى ُ سحقًا ُ فَيُقَا ُل ِّإنَّ َك الَ تَد ِّرى َما بَدَّلُوا بَعدَ َك فَأَقُو ُل. ِّإنَّ ُهم ِّمنِّى “(Wahai Rabbku), mereka betul-betul pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sebenarnya engkau tidak mengetahui bahwa mereka telah mengganti ajaranmu setelahmu.” Kemudian aku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku.” (HR. Bukhari, no. 7051) Siapakah mereka?
Sebagaimana disampaikan oleh Imam Nawawi rahimahullah, para ulama berselisih pendapat dalam menafsirkan mereka yang tertolak dari telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pendapat pertama: Yang dimaksud adalah orang munafik dan orang yang murtad. Boleh jadi ia dikumpulkan dalam keadaan nampak cahaya bekas wudhu pada muka, kaki dan tangannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil mereka dengan bekas yang mereka miliki. Lantas dibantah, mereka itu sebenarnya telah mengganti agama sesudahmu. Artinya, mereka tidak mati dalam keadaan Islam yang mereka tampakkan. Pendapat kedua: Yang dimaksud adalah orang yang masuk Islam di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas murtad sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil mereka walau tidak memiliki bekas tanda wudhu. Walau Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tahu keislaman mereka ketika beliau hidup. Lantas dibantah, mereka itu adalah orang yang murtad setelahmu. Pendapat ketiga: Yang dimaksud, mereka adalah ahli maksiat dan pelaku dosa besar yang mati masih dalam keadaan bertauhid. Begitu pula termasuk di sini adalah pelaku bid’ah yang kebid’ahan yang dilakukan tidak mengeluarkan dari Islam. Menurut pendapat ketiga ini, apa yang disebutkan dalam hadits bahwa mereka terusir cuma sekedar hukuman saja, mereka tidak sampai masuk neraka. Bisa jadi Allah merahmati mereka, lantas memasukkan mereka dalam surga tanpa siksa. Bisa jadi pula mereka memiliki tanda bekas wudhu pada wajah, kaki dan tangan. Bisa jadi mereka juga hidup di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan setelah itu, akan tetapi beliau mengenal mereka dengan tanda yang mereka miliki. Imam Al-Hafizh Abu ‘Amr bin ‘Abdul Barr mengatakan, “Setiap orang yang membuat perkara baru dalam agama, merekalah yang dijauhkan dari telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti Khawarij, Rafidhah (Syi’ah), dan pelaku bid’ah lainnya. Begitu pula orang yang berbuat zalim dan terlaknat lantaran melakukan dosa besar. Semua yang disebutkan tadi dikhawatirkan terancam akan dijauhkan dari telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wallahu a’lam.” (Syarh Shahih Muslim, 3: 122) Ringkasnya untuk bisa minum dari telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam haruslah memenuhi beberapa syarat: 1. Harus beriman dengan iman yang benar.
2. Mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. 3. Menjalankan islam secara lahir dan batin. 4. Menjauhi maksiat dan dosa besar.
Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/13161-mereka-yang-terhalang-minum-dari-telaga-alkautsar.html